PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
Burung atau aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling
terkenal di dunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat
kekerabatannya dengan reptil, mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu.
Semua burung lebih dulu bernenek moyang dari fosil burung pertama, yaitu
Archaeopteryx (Mackinnon, 1991).
Sebagian besar aves merupakan binatang yang beradaptasi dengan kehidupan
udara secara sempurna. Walaupun semua aves diselimuti bulu-bulu, beberapa
jenis tertentu, seperti burung unta, burung emu atau kiwi ternyata tidak dapat
terbang. Bahkan, ada jenis burung tertentu yang tidak punya sayap. Seperti halnya
manusia, aves juga binatang berdarah panas. Aves adalah binatang ovipar
(Becker, 2006).
Contoh dari konvergensi pada Aves adalah burung pemakan bangkai dari
ordo Cathartiformes yang memiliki persamaan morfologi dengan burung pemakan
bangkai dari ordo Accipitriformes. Ordo Cathartiformes memiliki persebaran
meliputi benua Amerika bagian tengah dan selatan, sedangkan Accipitriformes
meliputi benua Afrika, Asia Selatan dan Indocina. Fenomena evolusi konvergen
tidak hanya menimbulkan kesamaan struktur morfologi, pada level yang ekstrim
terkadang suatu organ akan tereduksi menjadi organ yang tidak fungsional. Pada
burung, fenomena yang umum adalah munculnya beberapa taksa yang benar-
benar kehilangan kemampuan untuk terbang akibat terspesialisasi terhadap suatu
gaya hidup dalam ekosistem yang terisolasi (Kurniawan dan Arifianto, 2017).
Kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung
membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung
berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan
tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang
merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari
suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah (Mackinnon, 1991).
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing.
Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan
oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan
cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina.
Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan
sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila betina berkenan, sarang itu akan
dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna, akan tetapi bila
betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkan (Jasin, 1992).
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi
untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-
bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan
bersusun rapat. Bulunya juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak
air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang
belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di
dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar
dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Giginya
menghilang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk (Mukayat, 1990).
Sayap atau anggota gerak depan pada burung adalah kunci aktivitas burung.
Setiap sayap memiliki vena sentral yang menekan aliran dingin. Burung memiliki
tiga tulang kaki hasil penyatuan tulang, yaitu humerus, ulna dan radius. Sayap
atau manus adalah evolusi dari dua jari yang menyatu dan tiga jari yang tereduksi,
yang mana menjadi tautan bagi bulu primer. Selain bulu primer juga terdapat bulu
sekunder, yaitu bulu terbang yang terletak di belakang sendi carpal pada ulna. Sisa
bulu lainnya pada sayap disebut covert atau bulu penutup (Mukayat, 1990).
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil,
hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti
burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang
bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas.
Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun
membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. Akan
tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan
mengeraminya di sarangnya itu (Mackinnon, 1991).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
Klasifikasi:
2
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
3
Kelas : Aves
1
Ordo : Galliformes
Famili : Turnicidiae
Genus : Turnix
Spesies : Turnix susciator
Keterangan :
1. Kaki
2. Sayap
3. Ekor
Deskripsi:
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada saat praktikum
mengenai morfologi dari burung puyuh, burung puyuh ialah jenis aves yang tidak
dapat terbang, ukuran tubuhnya relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat juga
diadu. Pada bagian bulu kepala sampai kebagian belakang terdapat warna putih
yang berbentuk garis melengkung tebal, bulu leher, dan dadanya yang berwarna
cokelat muda (cinamon) tanpa ada bercak kehitaman, bulu punggung berwarna
campuran cokelat gelap, abu-abu dengan garis putih, bulu sayap seperti bulu
punggung dengan belang kehitaman. Menurut Sumarnin (2016), burung puyuh
merupakan burung pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan
mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan
berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan
jarak tempuh yang pendek.
Universitas Sriwijaya
4.2. Corvus sp.
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
1
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Corvidae
Genus : Corvus
Spesies : Corvus sp.
Keterangan :
1. Bulu
Deskripsi :
Gagak memiliki tingkat perkembangbiakan paling tinggi di antara
keseluruhan kelas aves. Gagak jantan dan gagak betina memiliki rupa yang
hampir sama. Menurut Rahman (2016), lubang hidung gagak terlindungi bulu
kaku yang mengarah kedepan. Sayap dan tungkainya kokoh sehingga biasa
melakukan gerakan yang efisien baik dari darat maupun udara. Kebanyakan
spesies gagak adalah omnivora.
Universitas Sriwijaya
4.3. Nisaetus sp.
Klasifikasi:
1
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
2
Ordo : Falconiformes
Famili : Accipitridae
Genus : Nisaetus
3
Spesies : Nisaetus sp.
Keterangan :
1. Paruh
2. Sayap
3. Kaki
Deskripsi :
Burung elang memiliki sayap serta tubuh yang terlindungi bulu pelepah.
Burung ini berkembang biak dengan bertelur dan memiliki cangkang yang keras.
Menurut Widiana (2017), elang adalah hewan pemangsa atau predator, makanan
utamanya mamalia kecil. Paruh elang tidak bergigi namun melengkung. Burung
ini juga memiliki sepasang kaki yang kuat serta kuku yang tajam.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, A. 2018. Keragaman Jenis Burung Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pasui
Desa Pasui Kabupaten Enrekang. [Skripsi]. Makassar: Fakultas Sains Dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya