SISTEMATIKA VERTEBRATA
JENIS-JENIS BURUNG DI KAWASAN RIAM ERIA
SINGKAWANG TIMUR KALIMANTAN BARAT
NAMA KELOMPOK
1. EVI NURMEITI H1041161082
2. FRANSISKA ERIKA H1041161072
3. MUHAMMAD REZKY ABRAR H1041161025
4. NABILAH NURULHUDA H1041161017
5. SEPTILIA NUR CAHYA H1041161079
6. SILBVIANUS DEDI KURNIAWAN H1041161037
7. SYIFA QURATTAL AINI H1041161008
8. TYSA PRASTYANINGTIAS H1041161063
9. VERA SARTIKA H1041161049
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Riam Eria merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Nyarumkop Kecamatan
Singkawang Timur Kota Singkawang. Riam atau Air Terjun Eria menjadi sumber air bagi
masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Aliran sungai Eria termasuk
komponen yang penting terkait kesehatan masyrakat dan harus terjamin dalam segi kualitas.
Kualitas air dapat dipengaruhi oleh kualitas tanah dan hutan di sekitarnya karena air yang
terdapat di aliran sungai merupakan hasil absorbsi dari tanah. Cara mengetahui kualitas air
tidak hanya melalui pengukuran fisik air tetapi juga dapat melalui jenis-jenis hewan yang ada
di wilayah itu (Aharoni et al., 2005).
Riam Eria merupakan salah satu obyek wisata yang memiliki suhu yang cocok untuk
area kehidupan jenis burung karena memiliki air yang jernis, kelembaban yang tinggi. Objek
wisata Riam Eria memiliki hutan tembawang berupa perkebunan karet, durian maupun
tanaman lainnya. Pembukaan lahan untuk perkebunan ini akan mnyebabkan penyempitan
Kawasan di wilayah tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi keberadaan burung yang ada di
sekitarnya. Sehingga sangat penting untuk mengetahui informasi keberadaan burung ini
dengan cara melihat keanekaragamannya.
Aves merupakan salah satu satwa vertebrata yang memiliki tingkat biodiversitas yang
tinggi selain ikan, dan ditemukan pada hampir seluruh permukaan bumi. Dimanapun kita
berada, burung merupakan jenis satwa yang paling mudah untuk ditemui, didengar dan
diamati prilakunya. Dari ujung daerah kutub es, daratan tertinggi di Himalaya, dilautan yang
jauh dari pantai,f dihutan yang lebat, daerah gurun yang tandus dan gersang, bahkan sampai
didaerah perkotaan yang ramai dan padat. Hanya dibagian tengah dari benua Antartika saja
burung tidak ditemukan (Peterson, 1964).
Aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang yang berdarah panas,
memiliki bulu yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya, yang berasal dari epidermal,
bulu-bulunya terutama terdapat disayap, semakin tua semakin ringan, lebar, kuat dan
tersusun rapat. Bulu-bulu ini tersusun sedemikian rupa sehingga mampu menolak air dan
memelihara tubuh burung agar tetap hangat ditengah udara dingin. Anggota gerak depannya
sudah yermodifikasi menjadi sayap dan anggota gerak belakangnya beradaptasi untuk
berjalan, untuk berenang atau bertengger. Pada tangkai terdapat sisik. Mulut termodifikasi
menjadi paruh yang terdiri dari zat tanduk. Rangka kecil dengan beberapa penyatuan. Tulang
belakang menjadi semakin ringan karena rongga udara didalamnya, namun tetap kuat
menopang tubuh. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih sebagai tempat pelekatan
otot-otot terbang yang lam membantu pernafasan terutama pada saat terbang. Berkembang
biak dengan bertelur (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).
1.4 Manfaat
Hasil dari praktikum lapangan ini diharapkan dapat digunakan dan bermanfaat :
1. Bagi pendidikan, dapat dijadikan sebagai penunjang dan rujukan atau informasi tambahan
dalam pembelajaran tentang jenis-jenis burung
2. Bagi pemerintah Kota Singkawang dan masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya,
sebagai data awal untuk menggambarkan spesies burung yang terdapat di kawasan d
hutan Riam Eria,Singkawang Timur.
3. Bagi konservasi, dapat dijadikan bahan pertimbangan dan wujud kepedulian tentang
perlindungan satwa liar terutama burung yang ada di kawasan hutan Riam
Eria,Singkawang Timur.
BAB II
TiINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelas Aves
Burung atau aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling terkenal
di dunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan
reptil, mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek
moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx (Mac Kinnon, 1991).
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu
dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang
beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi
paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak
mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari
zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia
sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri
bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya. (Mukayat, 1990).
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama
kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk
kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari
sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu
yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan
perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh
terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke
tempat yang lebih rendah ( Anwar, 1984)
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan
efisien. Yang paling utama dari semua ini tentu saja adalah sayap. Meskipun sekarang sayap
itu bisa memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok
dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu
mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Kimball, 1999).
Adanya bulu pada burung merupakan karakter spesifik yang menunjukkan jenis
burung. Sayap merupakan adaptasi dari burung yang jelas untuk terbang. Merupakan airfoil
yang menggambarkan prinsip aerodinamika. Sisik pada kaki burung merupakan sisa evolusi
dari reptil. Bulu adalah salah satu adaptasi vertebrata yang paling luar biasa karena sangat
ringan dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein yang juga menyusun rambut dan kuku pada
mammalia dan sisik pada reptilia. Pertama kali, burung merupakan hewan yang memiliki
sayap sebagai penyekat selama evolusi hewan endoterm, setelah itu baru dimanfaatkan
sebagai peralatan terbang. Selain itu bulu juga dapat dimanipulasi untuk mengntrol
pengerukan udara di sekitar sayap (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh
tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang
selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya
sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang
epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian
epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan
dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung
kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya
terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami
pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin. Sempurnanya bulu setiap
spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung
yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut
dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada
saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical(misalnya merpati) atau
seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam) (Anonymous, 2010).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh
tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang
selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya
sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang
epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian
epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan
dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi sebagai paruh ( Rostrum) yang
terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas dan mandibula pada ruang bagian bawah.
Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk dan pada
kelompok burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit, pada kulit
terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk yang ringan, fleksibel,
dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten (Jasin, 1992).
Burung pada umumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit
sekali. Hubungan dengan jaringan yang ada disebelahnya tidak erat. Struktur tambahan dari
kulit ialah bulu mengalami penandukan kuat sekali. Bagian bawah kaki dan jari, ditutupi oleh
sisik tanduk yang terdapat pada Archosauria dan ini mengelupas. Paruh juga mengalami
penandukan (Djuhanda, 1983).
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya
cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung
maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah
pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung
ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi
menetaskan telur-telur itu. persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.Akan tetapi
kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di
sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu
atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan
tidak mudah terguling. (Anonimous, 2010).
Walaupun kebanyakan burung mampu terbang, terdapat beberapa spesies yang tidak
mapu terbang seperti burung penguin, unta, rea, emu, kiwi, dan lain-lain. Burung adalah
oviparous atau bertelur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir (penguin) dan dalam
setengah spesies burung hanya burung jantan yang akan mengerami telur. Terdapat juga
spesies burung yang bertelur dalam sarang burung burung lain untuk dieramkan oleh burung
lain (Jasin, 1992).
Burung ada pula yang memiliki cakar tajam untuk mencengkram mangsanya, cakar
pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan sarasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar
kuat untuk berlari dan merobek mangsa. Tipe-tipe cakar ini merupakan adaptasi dari
pengaruh habitat dan fungsinya. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung
mirip telur reptil, hanya saja cangkangnya lebih keras karena mengandung zat kapur. Burung
kebanyakan mengerami telurnya, tapi ada beberapa jenis burung yang menimbunnya dalam
pasir atau sarasah seperti burung Maleo dan burung Gasong. Sebagai ganti mengerami telur
burung-burung ini mengandalkan panas bumi dan fermentasi dari sarasah/sampah yang
membusuk persis seperti yang dilakukan kebanykan reptil (Djuhanda, 1983).
Burung merupakan hewan yang dikelompokkan ke dalam kelas aves. Jumlah burung
yang terdapat di dunia lebih dari 8.500 spesies burung yang tersebar di padang pasir, hutan
tropis, pantai, kebun, persawahan dan pemukiman. Burung merupakan salah satu
keanekaragan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Terdapat 1.666 spesies burung di
Indonesia. Burung termasuk hewan homoiterm yang tubuhnya ditutupi bulu dan
mempunyai sayap untuk terbang, hal ini yang menjadi keunikan yang hanya dimiliki oleh
kelas aves. Meskipun semua burung mempunyai sayap untuk terbang, namun tidak semua
burung dapat terbang. Burung yang mempunyai kemampuan terbang mempunyai tulang
dada dengan lunas besar yang dinamakan carina (Adiwibawa, 2000).
Burung adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang
merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap berasal dari elemen-elemen tubuh
tengah dan distal.16 Tubuh burung yang dirancang untuk terbang, dengan otot dada yang
kuat dan melengkung untuk memberikan daya angkat sayap. Perbedaan bentuk sayap
memberikan keuntungan yang berbeda untuk berbagai spesies burung. Sayap yang sempit,
berujung tajam memberikan kecepatan sedangkan elang dapat melambung tinggi dengan
sayap yang memiliki ukuran lebih panjang dari pada lebarnya (Kindangan, 2013).
Tubuh burung terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor. Pada burung terdapat
sepasang sayap yang berfungsi untuk terbang serta kaki yang digunakan untuk berjalan.
Tungkai belakang bersisik dengan bentuk tungkai belakang dan cakar yang bermacam-macam
sesuai dengan tipe makanan dan cara hidup burung di habitatnya(Jasin,1984). Burung terdiri
dari 2 subkelas, yaitu Archaeornithes (dalam bentuk fosil) dan subkelas Neornithes (burung-
burung sejati) dengan 30 ordo (Salsabila, 1985). Fisiognomi morfologi burung dapat dilihat
pada Gambar 2.1 dibawah ini :
Bulu adalah struktur sangat kompleks yang hanya dimiliki burung. Bulu burung terbuat
dari bahan keratin. Burung mempertahankan bulu dalam kondisi yang baik dengan cara
teratur membersihkan, meminyaki, dan membentuk ulang bulu memakai paruhnya. Bentuk
perawatan lainnya yang dilakukan burung yaitu mencakar, mandi, dan berjemur. Bulu burung
akan rontok dan akan tumbuh kembali setahun sekali (Ensiklopedia,2010).
Bulu burung terdiri dari tiga macam yaitu bulu kontur (contour feather), bulu halus
(down feather), dan filoplum (filoplume). Bulu kontur adalah bulu yang dapat terlihat
langsung pada tubuh burung karena bulu ini terdapat hampir di seluruh tubuh burung. Bulu
halus terdapat di bawah bulu kontur yang berfungsi menjaga tubuh burung tetap hangat dari
lingkungan tempat tinggal burung, sedangkan filoplum lebih berfungsi sebagai sensor atau
indera yang tumbuh di tempat tertentu saja (Avibat, 2015).
Morfologi Bulu pada burung dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Morfologi Bulu pada Burung (Mackkinnon, 2000).
Kelas aves terbagi dalam beberapa bangsa (ordo) yang dikenal baik karakteristiknya.
Ada 2 sub kelas aves yaitu sebagai berikut:
1. Sub kelas Archaeornithes (burung bengkarung)
Karakteristiknya yaitu mempunyai gigi, telah punah, hidup dalam periode Jurassaik,
metakarpal terpisah, tidak ada pigostil, tulang belakang masing-masing dengan bulu-bulu
berpasangan. Contoh spesies dari kelas Archaeornithes yaitu Archaeopteryx sp. Fosilnya
terdapat di Jerman(Dyke, 2004).
2. Sub kelas Neornithes
Karakteristiknya yaitu ada yang telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern,
ada yang bergigi atau tidak bergigi, metakarpal bersatu, vertebra kaudal tidak ada yang
mempunyai bulu berpasangan. Kebanyakan mempunyai pigostil, sternum ada yang
berlunas, ada pula yang rata. Mulai ada sejak zaman Kretaseus.
a. Odontognathae. Karakteristiknya bergigi, dan telah punah. Contoh: Hesperrornis dan
Ichthyornis, keduanya ditemukan di Amerika Serikat.
b. Palaeognathae. Karakteristiknya berjalan atau sedikit saja terbang, tulang sternum tidak
berlunas, tulang vomer yang berbentuk jembatan pada tulang langit-langit, tidak bergigi,
vertebra kaudal bebas, tulang korakoid dan skapula kecil (Dyke, 2004).
Ada beberapa ordo dari sub kelas Neornithes yaitu sebagai berikut:1). Ordo
Struthionifofmis. Contoh Struthio camelus, 2). Ordo Rheiformes. Contoh Rhea sp. 3). Ordo
Casuariformes. Contoh Dromaius novaehollandiae, 3). Ordo Dinonithiformes. Contoh
Dinornithidae, 4). Ordo Aepyornithiformes. Contoh Apteryx, dan 5). Ordo Tinamiformes.
Contoh Tinamus sp.
c. Impennes. Karakteristiknya sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang,
tidak dapat terbang, metatarsus bersatu (tetapi tidak sempurna), jari-jari dengan selaput
kulit. Lapisan lemak tebal terdapat di bawah kulit, cepat menyelam, dan terdapat 20
spesies dari golongan ini. Sub kelas Impennes mempunayi 1 ordo yaitu ordo
Sphenisciformes. Contoh Aptenodytes fosteri (penguin raja), tingginya 1 meter lebih dan
mempunyai spesies penguin yang berukuran kecil.
d. Neognathae, merupakan burung-burung modern. Karakteristiknya berlunas, metatarsus
bersatu, vomer kecil, dan tidak terbentuk jembatan pada langit-langit.
Ada beberapa ordo dari sub kelas Neognathae yaitu sebagai berikut: 1). Ordo
Gaviiformes. Contoh Gavia immer, 2). Ordo Podicipitiformes. Contoh Podilymbus podiceps,
3). Ordo Procellariiformes. Contoh Diomedea exulans, 4). Ordo Pelecaniformes. Contoh
Pelecanus erythrorhynchus, 5). Ordo Ciconiiformes. Contoh Ardea herodias, 6). Ordo
Anseriformes. Contoh Anas platyrhynchos, 7). Ordo Falconiformes. Contoh Cathartes aura, 8).
Ordo Galliformes. Contoh Gallus domestica, 9). Ordo Gruiformes. Contoh Grus sp., 10). Ordo
Diatrymiformes. Contoh Diatryma sp., 11). Ordo Columbiformes. Contoh Columba livia, 12).
Ordo Psittaciformes. Contoh Rhynchopsitta sp., 13). Ordo Cuculiformes. Contoh Coccyzus sp.,
14). Ordo Strigiformes. Contoh Tyto alba,15). Ordo Caprimulgiformes. Contoh Antrostomus
vociferus, 16). Ordo Micropodiformes. Contoh Archilochus colibris, 17). Ordo Coliiformes.
Contoh Colius sp.,18). Ordo Trogoniformes. Contoh Trogon elegans, 19). Ordo Coraciiformes.
Contoh Megaceryle alcyon, 20). Ordo Piciformes. Contoh Dendrocopoc macei, 21). Ordo
Passeriformes. Contoh Corvus sp (Clark, 2016).
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Lapangan Sistematika Vertebrata tentang jenis-jenis burung dilaksanakan
pada hari Minggu, 18 Novemberl 2018 yang berlokasi di Riam Eria, Kelurahan Nyarumkop,
Kecamatan Singkawang Timur, Singkawang. Pelaksanaan Praktikum Lapangan dimulai pada
pukul 06.00-07.30 WIB kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi jenis-jenis burung di
Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura.
3.4 Metode
Metode pengumpulan data dalam praktikum ini yaitu orientasi di lapangan untuk
mengenal areal penelitian, kondisi di lapangan dan titik pengamatan untuk memudahkan
pengamatan. Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan
secara langsung yaitu menggunakan metode Point Count Kondisi umum areal pengamatan
diamati dengan metode rapid assessment untuk mendapatkan gambaran secara umum tipe
vegetasi (Brower, Jerrold, and Vonende, 1990).
Pengamatan jenis-jenis burung dilakukan dengan metode titik hitung (point count)
atau IPA (Induces Ponctuel d’Abodance /indeks kelimpahan pada titik) dengan koordinat GPS
titik 1 (N 00° 51’54.27” E 109° 04’23.47) titik 2 (N 00° 51’53.00 E 109° 04’ 25.00) (Bibby, dkk.,
2000). Pengamatan burung menggunakan dua titik dilakukan secara langsung pada pagi hari
pukul 06.00- 07.30 WIB , dengan berdiam pada titik-titik yang telah ditentukan dan mencatat
perjumpaan terhadap burung. Parameter yang diukur adalah jenis burung,jumlah individu
dari tiap jenis burung.
3.5 Identifikasi
Identifikasi dilakukan dengan melihat kunci determinasi dalam buku-buku identifikasi
yang ada ada di Laboratorium Zoology Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak serta melihat di ebook.