Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“BRYOPHYTA (ANTHOCEROTOPSIDA)”
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah

DOSEN PENGAMPU: Aulia Ulmillah,M.Sc.

Disusun Oleh :

Kelompok 7 (Kelas A & B)

Diana Utami 1911060056 Melia Dwi Lestari 1911060135


Dita Octalia 1911060060 Mutiatun Solehah 1911060146
Eka Meilina 1911060064 Muzdalifa 1911060147

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua. Alhamdulillah dengan RahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Anthocerotopsida”. Makalah ini berisi tentang Pengertian Anthocerotopsida,
Karakteristik anthocerotopsida, klasifikasi anthocerotopsida, habitat dan siklus hidup
anthocerotopsida, reproduksi anthocerotopsida dan peranan anthocerotopsida dalam
kehidupan.
Semoga dengan adanya makalah ini, kita bisa lebih memahami tentang
Anthocerotopsida. Adapun dalam pembuatan makalah ini, tim penulis merasa masih kurang
sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan.

Lampung, 18 April 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anthecerotopsida.....................................................................................3
2.2 Karakteristik Anthecerotopsida ( Lumut Tanduk)......................................................3
2.4 Morfologi dan Anatomi Anthecerotopsida ( Lumut Tanduk)........................................4
2.4 Habitat Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)..............................................................5
2.5 Klasifikasi Anthocerotopsida (Lumut Tanduk).......................................................6
2.6 Reproduksi Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)............................................................7
2.7 Peranan Anthecerotopsida (lumut tanduk).......................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan byophyta
lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang
mencakup kira-kira 300 spesies (Tjitro, 1983 : 88). Genus yang paling dikenal ialah
Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau
dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama
adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak
bulat.
Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup
pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit
biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa
sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan
selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki,
suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena dalam-dalam di dalam jaringan
talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut
sejati.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu anthecerotopsida ?
2. Apa karakteristik dari lumut tanduk?
3. Dimana habitat dari lumut tanduk?
4. Bagaimana bentuk morfologi dan anatomi dari lumut tanduk?
5. Bagaimana reproduksi dari lumut tanduk?
6. Apa peranan dari lumut tanduk?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anthocerotopsida
2. Untuk mengetahui karakteristik anthecerotopsida
3. Untuk mengetahui habitat dari lumut anthecerotopsida
4. Untuk mengetahui bentuk morfologi dan anatomi dari anthecerotopsida
5. Untuk mengetahui reproduksi dari anthecerotopsida
6. Untuk mengetahui peranan anthecerotopsida bagi kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anthecerotopsida


Lumut tanduk atau disebut juga Anthocerotopsida adalah anggota tumbuhan tidak
berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk dalam superdivisi tumbuhan lumut
atau Bryophyta. Tumbuhan ini biasa hidup melekat di atas tanah dengan perantara
rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan hanya memiliki satu
kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup. Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang
selokan.

Anthoserofita tidak berbeda jauh dengan lumut hati. Perbedaan lumut tanduk
dengan lumut hati adalah sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan
hamparan gametofit seperti karpet yang lebar. Lumut tanduk berdasarkan asam
nukleatnya memiliki kekerabatan hubungan yang dekat dengan tumbuhan berpembuluh
(trakeofita/tumbuhan vaskuler)

2.2 Karakteristik Lumut Tanduk


Adapun karakteristik dari lumut tanduk antara lain yaitu :
a) Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya.
b) Bentuk tubuh lumut tanduk berupa lembaran yang ujungnya bercabang-cabang
menyerupai tanduk, sehingga disebut lumut tanduk
c) Gametofit berupa talus yang sederhana, yaitu berbentuk cakram dengan tepi
bertoreh, dosiventral, tidak ada rusuk tengah dan tidak ada percabangan
menggarpu, tumbuh melekat pada tanah dengan perantara rizoid.
d) Gametofitnya berupa talus yang lebar dan tipis dengan tepi yang berlekuk.
e) Rizoid berada pada bagian ventral.
f) Pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit.
g) Berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini masih berkerabat paling
dekat dengan tanaman berpembuluh dibanding kelas lain pada tumbuhan lumut.
h) Struktur anatomi talus (gametofit) homogen, tiap sel mengandung satu kloroplas
dengan satu pirenoid yang besar.
i) Pada sisi ventral dari talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk
ginjal.
j) Sporogonium terdiri dari kaki dan kapsul (tanpa seta). (Tjitrosoepomo, 2011:
187)

2. 3 Morfologi dan Anatomi


Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan
lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen.
Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu
kolummela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang
berisi elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke
seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi
oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya
kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir
seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih
memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul
membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya.
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah
meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat
dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-
spora itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora
baru terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus
tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup.
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukan dalam
satu suku saja yaitu suku Anthocerotae. Berlainan dengan golongan lumut hati
lainnya, sporogonium Anthocerothalesmempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh,
biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih
sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang
besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah
talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu
kemudian hampir selalu terisi dengan lender.
Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus,
demikian pula arkogeniumnya. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan
satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan
sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel
yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus
gametofitnya.
Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium).
Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15
cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat
jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela.
Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan
mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga
menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera.
Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium
itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada
bagian bawahnya. Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel
penutup dan selain itu sel-selnya mengandung koloroplas.
Anthocerothales hanya terdiri dari satu suku yaitu suku Anthocerotaceae,
yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A. fusiformis, Notothylus valvata.
Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut
ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing
– masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari
kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis.

2.4 Habitat Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)

Lumut tanduk dapat kita jumpai di tepi sungai, danau atau di sepanjang selokan. didaerah
yg mempunyai kelembaban tinggi. Karena gametofit lumut bersifat autotrofik, mereka
membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Toleransi naungan
bervariasi menurut spesies, sama halnya dengan tumbuhan tingkat tinggi. Di sebagian besar
wilayah, lumut tumbuh terutama di daerah yang lembab dan teduh, seperti daerah berhutan
dan di tepi sungai tetapi mereka dapat tumbuh di mana saja di iklim berawan yang sejuk dan
lembab, dan beberapa spesies beradaptasi dengan daerah yang cerah.
2.5 Klasifikasi Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)

Anthocerotopsida atau hornwort berbentuk seperti lumut hati, tetapi sporofitnya


berbentuk kapsul memanjang seperti tanduk dan mengandung kutikula. Sporofit
tumbuh dari jaringan cawan arkegonium. Setelah sporofìt masak, bagian ujungnya
akan terbelah dua. Sporogonium memiliki benang-benang elater yang mengatur
pengeluaran spora, dan pada kapsulnya terdapat stomata. Anteridium dan arkegonium
ada yang terletak pada talus yang sama (berumah satu), ada pula yang terletak pada
talus yang berbeda (berumah dua).

Ciri dari lumut tanduk yaitu:

 Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang dimasukkan dalam satu golongan
saja, yaitu suku  Anthocerotaceae.
 Gametofit mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh
 Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas hanya mempunyai satu kloroplas dengan
satu pirenoid besar
 Pada sisi bawah talus terdapat stoma denga 2 sel penutup berbentuk ginjal.
 Sel-sel yang menyusun kaki sporogonium berbentuk sebagai rhizoid, melekat pada
talus gametofitnya.
 Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15
cm.
 Berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata lumut ini berkerabatan paling dekat
dengan tumbuhan berpembuluh (vaskuler) dibanding dari kelas lain pada tumbuhan
lumut
  Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya. Sporofit pada lumut ini
membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk
 Habitatnya di daerah yang mempunyai kelembaban tinggi
 Sepanjang poros sporogonium terdapat jaringan yg terdiri atas beberapa deretan sel
mandul yang disebut Kolumela.
 Kolumela diselubungi oleh jaringan yg kemudian menghasilkan spora, disebut
arkespora.
 Arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang disebut elatera
 Keunikan lumut tanduk dibandingkan lumut lain yaitu masaknya kapsul spora pada
sporogonium tidak bersamaan, melainkan dimulai dari atas dan berturut-turut sampai
bagian bawah.
 Dinding sporogonium mempunyai stoma dengan dua sel penutup
 Anthocerotales terdiri dari satu suku, yaitu Anthocerotaceae.

Lumut tanduk tumbuh di batuan atau tanah yang lembap. Terdapat sekitar 100 spesies
lumut tanduk, antara lain Anthoceros punctatus, Phaeoceros laevis, Folioceros, dan
Leiosporoceros.

(2.1 Gambar Lumut Tanduk)


2.6 Reproduksi Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)
Reproduksi pada Lumut tanduk terjadi secara seksual dan aseksual, yaitu:
1) Reproduksi secara seksual
Reproduksi secara seksual dengan menghasilkan sederet arkegonium dan
anteridium dekat permukaan atas gametofit. Sebagaimana halnya pada lumut hati atau
lumut daun, beberapa spesies lumut tanduk merupakan tumbuhan uniseksual,
sedangkan yang lain merupakan tumbuhan biseksual. Anteridium Anthoceros bersifat
unik, tunggal atau berkelompok tersembunyi dalam suatu ruangan yang disebut ruang
anteridium pada permukaan dorsal talus, demikian pula dengan arkegonium, terbenam
pada talus yang berdaging. Sporofit lumut tanduk secara nyata memiliki sejumlah
stomata. Tidak mempunyai seta atau tangkai dan tampak sebagai tanduk yang halus
muncul melalui lapisan basal dari kaki dekat permukaan talus.
Secara seksual, dengan membentuk anteridium dan arkhegonium.
Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul
pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel
dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan
sporogenium diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus
membentuk kaki ang berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogenium masak
makan akana pecah seperti buah plongan, menghasilakan jaringan yang terdiri dari
beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumila inin diselubungi oleh sel
jaringan yang akemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
Reproduksi Aseksual Reproduksi lumut tanduk secara aseksual atau disebut
juga reproduksi vegetatif dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu :
a) Fragmentasi atau pemisahan lobus dari bagian utama talus. Sel-sel bagian basal dari
talus yang tua mati dan hancur, dan jika proses ini terjadi pada talus yang bercabang,
maka menyebabkan lobus dari talus tersebut saling terpisah. Masing-masing lobus
selanjutnya dapat tumbuh lagi menjadi individu yang baru;
b) Gemma atau kuncup. Para ahli lumut pernah melaporkan adanya beberapa spesies
Anthoceros dapat menghasilkan gemma yang melekat pada tangkai yang pendek pada
permukaan atas dan sepanjang tepi talus, contoh A. glandulosus dan A. formosae;
c) Tuber/umbi, ada beberapa jenis lumut tanduk membentuk umbi kecil yang
mempunyai kemampuan untuk menjadi gametofit baru.
(Gambar Reproduksi Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)

2.7 Peranan lumut tanduk


a) Digunakan oleh ilmuwan sbg model dlm experimen biologi tumbuhan.
b) Lumut mampu merombak struktur batu menjadi tanah.
c) Lumut berperan dalam menjaga ketersediaan air dan mencegah banjir dalam
ekosistem hutan.
d) Lumut dapat digunakan sebagai bahan bakar atau atap rumah.
e) Lumut dapat digunakan untuk menjaga tanah dari erosi dan kekeringan pada musim
kemarau.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan byophyta lainnya
tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup
kira-kira 300 spesies.
2) Tubuhnya mirip lumut hati, tetapi berbeda pada sporofitnya. Bentuk tubuh lumut
tanduk berupa lembaran yang ujungnya bercabang-cabang menyerupai tanduk,
sehingga disebut lumut tanduk. Gametofit berupa talus yang sederhana.
3) Lumut tanduk dapat kita jumpai di tepi sungai, danau atau di sepanjang selokan.
didaerah yg mempunyai kelembaban tinggi.
4) Reproduksi lumut tanduk secara seksual dengan menghasilkan sederet arkegonium
dan anteridium. Sedangkan secara aseksual dilakukan dengan fragmentasi, gammae,
dan tuber atau umbi.
5) Peranan digunakan oleh ilmuwan sebagai model dlm experimen biologi tumbuhan.
Lumut mampu merombak struktur batu menjadi tanah.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang lumut
tanduk, dan dibutuhkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2008. Biologi Umum Jilid 2 Edisi 8. Jakarta: Erlangga


Sutarmi, Siti dkk. 1983. Botani Umum 4 . Bandung: ANGKASA
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.2010.Lumuttandukanthocerotopsida.http://kouzinet.blogspot.com/2010/03/lumut-
tanduk-anthecerotopsida.html

Anda mungkin juga menyukai