Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam tubuh hewan ataupun manusia terdiri atas dua jenis sel, yaitu sel somatik dan
sel gamet. Sel somatik difungsikan dalam pembentukan sel tubuh. Sedangkan sel gamet
diperuntukkan untuk sel kelamin. Sel kelamin (gamet) ini dihasilkan oleh organ organ
yang tergabung dalam sistem reproduksi. Gametogenesis disebut juga sebagai
pembelahan pemasakan yaitu adanya pembelahan meiosis sehingga sel kelamin yang
dibentuk bersifat haploid.
Sebagaimana yang diketahui bahwa salah satu bagian yang penting dalam sistem
reproduksi adalah sel gamet. Hal ini dikarenakan cikal bakal dari pembentukan individu
baru adalah dari proses reproduksi dan proses reproduksi bermula pertemuan antara sel
kelamin jantan dan betina. Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid (oosit atau
spermatozoa) yang penyatuannya diperlukan dalam reproduksi seksual untuk mengawali
perkembangan individu baru. Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni
metode khusus pembelahan sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti
sel anak menerima separuh jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya. Pada hewan
jantan proses gametogenesis disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis,
sedang pada hewan betina disebut oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Dalam hal
ini sel kelamin tersebut dihasilkan oleh proses gametosis. Beberapa dari tahap – tahap
meiosis sangat menyerupai tahap – tahap terkait yang terdapat pada mitosis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Gametogenesis?
2. Bagaimana proses pembelahan sel gamet secara meiosis dan mitosis?
3. Bagaimana proses pembelahan sel gamet pada hewan?
4. Apa pengertian dari spermatogenesis?
5. Bagaimaimana bentuk sperma?
6. Apa itu analisis semen?
7. Apa pengertian dari Oogenesis?
8. Bagaimana proses ovulasi?
9. Jenis-jenis telur
10. Bagaimana proses daur pembiakan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Gametosis?
2. Untuk mengetahui proses pembelahan secara mitosis dan meiosis
3. Untuk mengetahui proses pembelahan gamet pada hewan
4. Untuk mengetahui apa itu spermatogenesis
5. Untuk menngetahui bagaimana bentuk sperma
6. Untuk mengetahui apa itu analisis semen
7. Untuk mengetahui pengertian dari Oogenesis
8. Untuk mengetahui bagaimana proses ovulasi
9. Untuk mengetahui jeni –jenis telur
10. Untuk mengetahuin apa itu daur pembiakan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gematogenesis
Gametogenesis adalah perkembangan sel kelamin jantan dan betina atau gamet.
Sedangkan gamet adalah sel reproduksi haploid (oosit atau spermatozoa) yang penyatuannya
diperlukan dalam reproduksi seksual untuk mengawali perkembangan individu baru.
Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus pembelahan sel, terjadi
pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti sel anak menerima separuh jumlah sifat
kromosom sel somatik spesiesnya.
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari
gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang
dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis.
Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi
kromosom, contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses
penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan
meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi
kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses
reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah
kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46
kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid
(n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

3
B. Proses Gametogenesis melalui Mitosis dan Meiosis
1. Pembelahan Mitosis
Asal kata Mitosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu adalah ‘mites’ yang mempunyai
arti benang; dan ‘osis’ yang mempunyai arti proses. Dari asal-usul katanya, pembelahan
mitosis dapat diartikan sebagai proses pembelahan nukleus menjadi dua anakan nucleus
dimana setiap anakan nucleus akan menerima 1 set kromosom  yang berbentuk benang
halus dan panjang yang memiliki jumlah sama dengan jumlah kromoson sel induknya.
Proses mitosis terjadi di sel tubuh (sel somatis). 
Pembelahan mitosis terjadi secara tidak langsung karena melalui tahap-tahap fase
pembelahan sereta melibatkan benang-benang gelendong untuk mengatur tingkah laku
kromosom. Pembelahan mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama
melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut. Pembelahan ini diawali
dengan pembelahan inti (kariokinesis) kemudian dilanjutkan dengan pembelahan
sitoplasma (sitokinesis).
2. Pembelahan Meiosis
Secara kodrat, makhluk hidup tertentu hanya melahirkan makhluk yang sejenis. Ini
dikarenakan adanya mekanisme tertentu pada saat awal perkembangbiakan. Bahkan,
sebelum terbentuk calon anak di dalam rahim, mekanisme ini sudah dimulai. Mekanisme
ini dimulai pada sel-sel kelamin (sel reproduksi) calon bapak dan calon ibu. Mekanisme
tersebut adalah pembelahan sel secara meiosis.
Makhluk hidup yang sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada setiap
sel. Misalnya, manusia mempunyai 46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi atau sel
kelaminnya. Sel kelamin pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah kromosom sel
tubuh lainnya, yaitu 23 kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid) ini diperlukan
untuk menjaga agar jumlah kromosom anak tetap 46. Kalian telah mengetahui bahwa
anak terbentuk dari perpaduan antara sel kelamin betina (sel telur) dan sel kelamin jantan
(sperma). Perpadu an kedua sel kelamin yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini
akan menghasilkan sel anak (calon janin) yang mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu,
pembelahan meiosis sangat berpengaruh dalam perkembang an makhluk hidup.

4
Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi, yaitu pengurangan jumlah
kromosom pada sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel gamet jantan
pada hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan gamet betinanya dibentuk di dalam
ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di dalam organ reproduktif berupa
benang sari, sedangkan gamet betinanya dibentuk di dalam pu-tik. Sel kelamin betina
pada hewan berupa sel telur, sedangkan pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya,
tahap pembelahan meiosis serupa dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis
terjadi dua kali pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II.
Masing-masing pembelahan meiosis terdiri dari tahap-tahap yang sama, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase.
1. Tahap Meiosis I
Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan meiosis, sel
kelamin perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap interfase . Pada tahap
ini, sel melakukan persiapan berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua
salinan (seperti interfase pada mitosis). Tingkah laku kromosom masih belum jelas
terlihat karena masih berbentuk benang-benang halus (kromatin) sebagaimana interfase
pada mitosis. Selain itu, sentrosom juga bereplikasi menjadi dua (masing-masing dengan
2 sentriol), seperti tampak pada gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-
kan arah pembelahan sel.
Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan meiosis I
yang diikuti tahap meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I, anafase I,
dan telofase I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan tersebut?
Berikut akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel hewan dengan 4 kromosom diploid (2n
= 2).
a. Profase I
Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama
dibandingkan fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada
pembelahan mitosis. Profase I dapat berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya,
profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu yang dibutuhkan
dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima subfase, yaitu leptoten,
zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.

5
1. Leptoten
Subfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek
dan menebal. Pada subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom homolog.
Kalian perlu membedakan kromosom homolog dengan kromatid saudara.
2. Zigoten
Kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut panjangnya.
Peristiwa ini disebut sinapsis. Kromosom homolog yang berpasangan ini disebut
bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog).
3. Pakiten
Kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom homolog yang
lain disebut sebagai kromatid bukan saudara (nonsister chromatids). Dengan
demikian, pada setiap kelompok sinapsis terdapat 4 kromatid (1 pasang kromatid
saudara dan 1 pasang kromatid bukan saudara). Empat kromatid yang membentuk
pa-sangan sinapsis ini disebut tetrad.
4. Diploten
Setiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan atau
berpasangan di suatu titik yang disebut kiasma (tunggal). Apabila titik-titik
perlekatan tersebut lebih dari satu disebut kiasmata. Proses perlekatan atau
persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang (crossing over). Pada proses
pin-dah silang, dimungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik (DNA) dari
homolog satu ke homolog lainnya. Pindah silang ini-lah yang memengaruhi
variasi genetik sel anakan.
5. Diakinesis
Pada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han (gelendong
mikrotubulus). Sementara itu, membran inti sel atau karioteka dan nukleolus
mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan terbentuknya tetrad yang mem-bentuk dua
pasang kromosom homolog. Perhatikan lagi Setelah profase I berakhir,
kromosom mulai bergerak ke bi-dang metafase.

6
b. Metafase I
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar berhadap-
hadapan di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I). Membran inti mulai
menghilang. Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub melekat pada satu
kromosom di setiap pasangan. Sementara mikrotubulus dari kutub berlawanan
melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal ini, kromosom masih bersifat
diploid.
c. Anafase I
Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik
kromosom homolog sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-
masing menuju ke kutub yang berlawanan. Peristiwa ini mengawali tahap anafase I.
Namun, kromatid saudara masih terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai satu
unit tunggal. Inilah perbedaan antara anafase pada mitosis dan meiosis. Pada mitosis,
mikrotubulus memisahkan kromatid yang bergerak ke arah berlawanan.
d. Telofase I
Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang
berlawanan. Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid. Akan
tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua kromatid kembar. Pada fase ini,
membran inti muncul kembali. Peristiwa ini kemudian diikuti tahap selanjutnya, yaitu
sitokinesis.
e. Sitokinesis
sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap sitokinesis terjadi
secara simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara bersama-sama. Tahap ini
merupakan tahap di antara dua pembelahan meiosis. Alur pembelahan atau pelat sel
mulai terbentuk . Pada tahap ini tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA. Hasil
pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel haploid yang mengandung setengah
jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an, kromosom tersebut masih berupa
kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap). Untuk menghasilkan sel
anakan yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses pembelahan
selanjutnya, yaitu meiosis II. Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II disebut
dengan interkinesis .

7
Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi kedua salinan DNA pada sel anakan yang
baru hasil dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang serupa seperti
meiosis I.
2. Tahap Meiosis II
Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase. Tahap ini
merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan hasil pembelahan
meiosis I akan membelah lagi menjadi dua. Sehingga, ketika pembelahan meiosis telah
sempurna, dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu diingat adalah bahwa jumlah
kromo-som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid (2n) tetapi sudah haploid (n). Proses
pengurangan jumlah kromosom ini terjadi pada tahap meio-sis II.
a. Profase II
Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II. Pada fase ini,
kromatid saudara pada setiap sel anakan masih melekat pada sentromer kromosom.
Sementara itu, benang mi-krotubulus mulai terbentuk dan kromosom mulai bergerak
ke arah bidang metafase. Tahap ini terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti
tahap berikutnya.
b. Metafase II
Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang atau
berjajar pada bidang metafase II. Pada tahap ini, benang-benang spindel (benang
mikrotubulus) melekat pada kinetokor masing-masing kromatid.
c. Anafase II
Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid menuju
ke kutub pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua
kromatidnya untuk bergerak menuju kutub yang berbeda. Kromatid yang terpisah ini
se-lanjutnya berfungsi sebagai kromosom individual.
d. Telofase II
Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub
pembelahan. Hasil akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid, lengkap
dengan satu salinan DNA pada inti selnya (nuklei).
e. Sitokinesis II

8
Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel yang
memisahkan tiap inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang haploid. Berdasarkan
uraian di depan, sel-sel anakan sebagai hasil pembelahan meiosis mempunyai sifat
genetis yang bervariasi satu sama lain. Variasi genetis yang dibawa sel kelamin orang
tua menyebabkan munculnya keturunan yang bervariasi juga.

C. Gametogenesis dan Pewarisan Sifat


Sebelum menjadi individu baru, baik pada tumbuhan maupun hewan, tentunya diperlukan
bahan baku atau cikal bakal pembentuk in-dividu baru tersebut. Pada proses
perkembangbiakan generatif (seksu-al) hewan maupun tumbuhan, bahan baku tersebut
berupa sel kelamin yang disebut gamet. Gamet jantan dan betina diperlukan untuk mem-
bentuk zigot, embrio, kemudian individu baru. Nah, pada materi beri-kut ini akan dibahas
tentang proses pembentukan gamet, baik jantan maupun betina yang disebut gametogenesis
(genesis=pembentukan).
Gametogenesis melibatkan pembelahan meiosis dan terjadi pada organ reproduktif. Pada
hewan dan manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium, sedangkan pada
tumbuhan terjadi pada putik dan benang sari. Hasil gametogenesis adalah sel-sel kelamin,
yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur).

D. Spermatogenesis
Sperma berbentuk kecil, lonjong, berfl agela, dan secara keselu-ruhan bentuknya
menyerupai kecebong (berudu). Flagela pada sperma digunakan sebagai alat gerak di dalam
medium cair. Sperma dihasilkan pada testis. Pada mamalia, testis terdapat pada hewan jantan
sebagai buah pelir atau buah zakar. Buah pelir pada manusia berjumlah sepasang. Di dalam
testis terdapat saluran-saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus. Pada dinding sebelah
dalam saluran inilah, terjadi proses spermatogenesis. Di bagian tersebut terdapat sel-sel induk
sperma yang bersifat diploid (2n) yang disebut spermatogonium .Pembentukan sperma
terjadi ketika spermatogonium mengalami pembelahan mitosis menjadi spermatosit primer
(sel sperma primer). Selanjutnya, sel spermatosit primer mengalami meiosis I menjadi dua
spermatosit sekunder yang sama besar dan bersifat haploid. Setiap sel spermatosit sekunder

9
mengalami meiosis II, sehingga terbentuk 4 sel spermatid yang sama besar dan bersifat
haploid.
Mula-mula, spermatid berbentuk bulat, lalu sitoplasmanya se-makin banyak berkurang
dan tumbuh menjadi sel spermatozoa yang berfl agela dan dapat bergerak aktif. Berarti, satu
spermatosit primer menghasilkan dua spermatosit sekunder dan akhirnya terbentuk 4 sel
spermatozoa (jamak = spermatozoon) yang masing-masing bersifat haploid dan fungsional
(dapat hidup).
 Struktur Sel Sperma
Sel sperma berbentuk seperti layaknya seekor kecobong yang memiliki ukuran kepala
sekitar 5 mikrometer-3 mikrometer, sedangkan ekornya memiliki ukuran sekitar 50
mikrometer. Sel sperma pertama kali diteliti dan ditemukan oleh seorang ilmuwan yang
bernama Anthony van Leuwenhook pada tahun 1677. Sperma secara garis besar dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Sel ini juga memiliki beberap aenzim
yang berguna untuk mendukung tugasnya dalam mencapai sel telur. Energy yang
diperoleh dari sel sperma berasal dari mitokondria yang dikandungnya.
Sperma dikeluarkan oleh seorang laki-laki melalui ejakulasinya dan keluar melalui
saluran reproduksi termasuk uretra. Karena saluran kencing dan saluran reproduksi pada
laki-laki itu adalah satu, beda halnya dengan wanita. Saat keluar, maka sperma akan
langsung masuk ke dalam vagina wanita dan dengan kemampuan pergerakannya
bergerak sampai ke ovarium untuk bertemu dengan sel telur (ovum). Sel sperma yang
bergerak disebut juga dengan spermatozoa, sedangkan sel sperma yang tidak bergerak
disebtu dengan spermatium. Sel sperma terkandung di dalam cairan semen. Jadi, air mani
yang disebut oleh orang awam adalah gabungan dari cairan semen dan sel sperma.
sperma secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Kepala
Kepala pada sel sperma berbentuk lonjong dan terdapat inti sel (nucleus) dengan
kadungan iformasi genetic berupa DNA di dalamnya. Informasi genetic inilah yang
akan bertemu dengan informasi genetic dari sel telur dan akan menentukan apakah
janin nya seorang laki-laki ataupun perempuan. Pada kepala sel sperma ini juga
diselubungi oleh dua enzim yang membantu sel sperma untuk menembus pertahanan
reproduksi wanita. Terdapat enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus

10
lapisa korona radiate pada sel telur, dan enzim akrosin yang berfungsi untuk
menembus zona pelusida.
2. Badan
Bagian tengah dari sel sperma mengandung banyak mitokondria yang berguna
sebagai sumber energy bagi sel sperma dalam menjalankan aktivitasnya. Di dalam
mitokondria ini, terdapat 11 buah mikrotubulus, serta mempunyai ATP-ase untuk
menghidrolisis (mengolah ATP sebagai bahan utama sumber energi).
3. Ekor
Ekor sperma berbentuk flagella (alat gerak pada mikroorganisme) yang berbentuk
sitoskeleton serta memiliki ukurn yang panjang sekitar 50 mikrometer. Ukuran
panjang dari ekor sel sperma ini sangat menentukan sebuah kecepatan dari sel
sperma. Rata-rata, sel sperma dapat bergerak dengan kecepatan 30 inci/jam.

Gambar 1: bentuk sperma

11
Gambar 2: spermatogenesis

 Analisis Sperma
Parameter-parameter sperma dapat dinyatakan secara :
1. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/ml, kadar fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya viskositas sperma, motilitas spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma.
Yang akan dibahas berikut adalah pemeriksaan parameter-parameter sperma pada
analisa sperma dasar (rutin. Analisis sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah pe-
nampung
1. Ada/tidaknya koagulum
2. Warna sperma
3. Bau sperma

12
4. Proses likuefaksi sperma
Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
1. Volume sperma
2. pH sperma
3. Kekerasan dan warna sperma
4. Viskositas sperma
2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pergerakan spermatozo
2. Kepadatan spermatozoa
3. Morfologi spermatozoa
4. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
5. Adanya sel bundar (Round cells)
6. Mikroorganisme
7. Partikel lepasan dan Kristal
Interpretasi Spermiogram
Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok,
yakni :
 Jumlah spermatozoa/ml
Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi pegangan untuk dikatakan cukup, kurang
ataupun berlebih adalah 20 juta/ml. Istilah yang dipakai adalah sbb :
0 Juta/ml disebut Azoospermia
0 - 5 juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 – 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas
yang normal.
 Prosentase Spermatozoa Motil
Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa
menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau
sangat baik (grade II/III). Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa

13
adalah sebagai berikut :
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik.
Istilah yang digunakan adalah Astenozoospermia.
Bila sperma immotil > 50 % maka dilakukan uji viabilitas (vitality test)

Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila ≥ 50%
spermatozoa mempunyai morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup
bagian kepala, leher dan ekor dari spermatozoa. Bila > 50% spermatozoa
mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut teratozoospermia.
Azoospermia Parameter sperma yang lainnya juga mempunyai nilai informatif
untuk penilaian fungsi kelenjar Seks asesori pria, sehingga perlu dicantumkan
dalam spermiogram. Parameter-parameter tersebut adalah :
1. Volume : Umumnya 2 – 4 ml.
2. Warna : Lazimnya putih keabuan agak keruh, atau sedikit kekuningan.
3. Bau : Khas spesifik sperma, atau “langu”

14
4. pH : 7.2 – 7.7
5. Koagulum : Normal terdapat sesaat setelah sperma diejakulasi dan tidak
tampak lagi setelah 20 menit, oleh karena proses likwefaksi telah selesai.
Bila proses likuefaksi belum selesai/sempurna dalam waktu 20 menit, kita
sebut waktu likuefaksi memanjang.
6. Viskositas : - Normal : waktu tetesan 1 – 2 detik
7. Aqlutinasi : - Normal : tidak terdapat aqlutinasi sejati.
8. Lekosit : - sebagai batasan, sperma normal tidak mengandung lekosit lebih
dari satu juta/ml. Sperma yang mengandung lebih dari 1 juta lekosit per ml
disebut sebagai sperma yang mengalami pencemaran.

E. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet betina yang
disebut sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Di dalam ovarium, sel induk
telur yang disebut oogonium tumbuh besar sebagai oosit primer sebelum membelah secara
meiosis. Berbeda dengan meiosis I pada spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit
sekunder yang sama besar. Meiosis I pada oosit primer menghasilkan 2 sel dengan komponen
sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel kecil. Sel yang besar disebut oosit
sekunder, sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub primer (polar body).
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis tahap II. Oosit
sekunder menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang besar disebut ootid yang akan
berkembang menjadi ovum. Sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub. Sementara itu,
badan kutub hasil meiosis I juga membelah menjadi dua badan kutub sekunder. Jadi, hasil
akhir oogenesis adalah satu ovum (sel telur) yang fungsional dan tiga badan kutub yang me
ngalami degenerasi (mati).
 Struktur sel tel telur
Ovum merupakan gamet betina yang nantinya akan melakukan fusi (penyatuan)
dengan spermatozoon untuk membentuk zigot pada proses pembuahan. Ovum pada
manusia bersifat microlechital yaitu ovum dengan kuning telur yang sedikit dan memiliki
ukuran kecil dengan rata-rata berdiameter 1,5µ. Bila dibandingkan dengan spermatozoon,
ukuran ovum jauh lebih besar daripada ukuran spermatozoon. Hal ini dikarenakan karena

15
material isi ovum pun juga berbeda dengan material isi spermatozoon, material ovum
terdiri dari glikogen, kuning telur dan protein yang terakumulasi dalam sitoplasma.
Berbeda dengan spermatozoon yang bergerak aktif menuju ovum, ovum bersifat non
motil karena tidak memiliki alat pergerakan seperti spermatozoon. Ovum memiliki
bentuk yang bulat dan mampu bergerak pasif untuk sampai ke tuba fallopii karena adanya
bantuan dari gerakan silia di bagian infundibulum dan ampula tuba Fallopii.
1. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran
plasma dari sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama
seperti pada sel lain, terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari
mereka.
2. Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian
tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Zona
pelusida, lebih dikenal sebagai ‘jelly mantel’. Hal ini juga terlibat dalam
pengikatan sperma selama pembuahan dan mencegah lebih dari satu sperma
memasuki sel telur.
3. Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit
dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar ini terdiri
dari beberapa baris sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel setelah
dikeluarkan dari folikel. Korona radiata menyediakan sel telur dengan protein
esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung, melindunginya saat
berjalan menuruni tuba falopi.

Gambar 4

16
Gambar 5
F. Proses Ovulasi
Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium
akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer. Kemudian oosit
primer mengalami meiosis I, yang akan menghasilkan oosit sekunder dan badan polar I
(polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II dan menghasilkan
satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit
sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya,
ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap
satu oogonium (Betharia, 2004). Dengan datangnya pubertas (masa remaja), alat reproduktip
wanita mulai mengalami ritme seks 28 hari yang disebut haid atau menstruasi. Haid adalah
peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid ini berasal dari rongga rahim dan timbul
akibat terlepasnya selaput lendir rahim yang mnegalami proses kemunduran dan kerusakan.
Selaput lendir ini dipersiapkan untuk menerima sel telur yang telah dibuahi. Karenanya
dalam darah haid selain darah biasa terdapat pula sisa-sisa penghancuran dari jaringan
selaput lendir rahim. Lama pendarahan haid rata-rata berlangsung antara 2-6 hari. Jangka

17
waktu dari hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya disebut daut atau siklus
haid. Daur hidup haid dianggap normal apabila berlangsung antara 21 sampai 40-45 hari
lamanya dan dikatakan teratur bilamana perbedaan dalam siklus haid tidak lebih dari satu
mingu lamanya. (Suryo;2010:71)
Ovulasi terbagi atas 3 fase yaitu:
a. Fase pra-ovulasi
Tahap pra-ovulasi aialah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi.
(Suryo;2010:71). Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga
mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder
hingga terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin
yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer.
Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi
matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus
dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi juga di sebut sebagai fase poliferasi
(Betharia, 2004).

Ovarium

Gambar :6

18
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium dan
kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase ovulasi
atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar
estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau
penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi
FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi
terjadi pada hari ke-14 (Betharia,
2004).

Gambar 7

c. Fase pasca-ovulasi
Tahap pasca-ovulasi ialah jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid
berikutnya. (Suryo;2010:71). Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan

19
oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak
folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu
pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk
menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau
kehamilan. Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan
progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun.
Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH,
sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya
(Betharia, 2004).

G. Jenis – jenis Telur


Yatim (1994:90-91) menyebutkn tipe telur menurut susunan deutoplasma, ada 4 macam,
yaitu:
1. Homolecital
Homolecithal disebut juga oligolecithal atau isolecithal. Deutoplasma sedikit,
tersebar rata di seluruh sitoplasma (ooplasma). Terdapat pada Amphioxus dan
Metatheria dan Eutheria.
2. Mediolecithal
Mediolecithal berdeutoplasma sedang berupa lapisan di daerah kutub vegetal telur.
Terdapat pada Amphibia.
3. Megalecithal
Megalecithal disebut juga telolechital. Deutoplasma banyak sekali, membentuk
lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma
menempati hanya daerah puncak kutub animal. Terdapat pada Pisces, Reptilia, Aves,
Monotremata.

20
4. centrolecithal.
Centrolecithal memiliki deutoplasma relative banyak dibandingkan dengan volume
telur, tapi terletak di bagian tengah. Sitoplasma berada sebelah luar. Terdapat pada
Insecta.

Tipe telur

Gambar :8

Tipe telur menurut kromosom kelaminnya, yaitu:


Pada umumnya Vertebrata yang bersistem kromosom kelamin XY, oogonium
mengandung kromosom XX. Karena itu selesai meiosis setiap telur mengandung satu
kromosom X. masam telur yang terjadi menurut kromosom kelamin hanya satu : ovum-
X.
Pada Aves yang bersistem ZW, oogonium mengandung susunan kromosom kelamin ZW.
Dengan demikian selesai meiosis ada dua macam ovum terbentuk (kemungkinan), yaitu
ovum-Z dan ovum-Y. (Yatim;1994:91).

H. Daur Pembiakan
1. Daur Hidup Tanpa Metamorfosis
Sebagian besar hewan mengalami daur hidup tanpa metamorfosis, misalnya ayam,
kambing, ikan, burung, dan banyak hewan lain.
 Daur Hidup Ayam
Ayam menghasilkan anak dengan cara bertelur. Telur ayam perlu perlu dierami kira-
kira 21 hari agar dapat menetas. Setelah pertumbuhan bakal anak dalam telur sempurna,
telur menetas menjadi anaka ayam. Anak ayam ini tampak lucu dengan bulu-bulu halus.

21
Semakin lama, anak ayam tumbuh semakin besar. Bulu-bulu halus berubah menjadi bulu-
bulu seperti induknya.
Bulu ayam dewasa lebih besar dan memiliki semacam poros di tengahnya. Akhirnya,
semua bulu halus berganti menjadi bulu seperti induknya. Ayam betina menjadi indik
betina. Ayam jantan menjadi ayam jago dewasa. Setelah dewasa, ayam berkembangbiak
dan menghasilkan telur. Dari telur ini, daur hidup ayam yang baru akan dimulai kembali.
 Daur Hidup Kucing
Kucing menghasilkan anak melalui cara beranak (melahirkan). Sebelum anaknya
lahir, kucing dewasa mengalami masa mengandung kira-kira 3 bulan. Setelah itu, lahirlah
anak kucing yang belum dapat bergerak dengan lincah. Anak kucing ini belum dapat
makan sendiri. Dia menyusu ke induknya. Setelah umurnya lebih dari sebulan, snsk
kucing baru dapat memakan makanan lain. Setelah lahir sampai dewasa, tubuh kucing
tidak berubah bentuk. Hanya ukuran tubuhnya saja yang berubah. Gerakannya pun
semakin lincah. Kucing dewasa dapat memanjat dan melompat dari tempat yang tinggi.
 Daur Hidup Kanguru
Kanguru banyak hidup di benua australia. Beberapa jenis kanguru juga hidup di
Papua ( Irian Jaya). Kanguru menghasilkan anak dengan cara beranak (malahirkan).
Berbeda dengan kucing, kanguru megandung kira-kira hanya sebulan. Anak kangguru
yang lahir pun masih sangat kecil dan lemah. Begitu keluar dari tubuh induknya, anak
kangguru merambat perlahan ke kantong induknya yang ada di depan perut. Di kantong
itu, anak kanguru menyusu sampai berbulan-bulan. Setelah tubuhnya cukup besar,
barulah anak kanguru keluar dari kantung induknya
2. Daur Hidup Dengan Metamorfosis
Berdasarkan perubahan bentuk tubuh hewan, metamorfosis dibagi menjadi 2 golonga
sebagai berikut .
 Metamorfosis sempurna (lengkap)
Metamorfosis sempurna dialami hewan yang saat lahir berbeda sekali bentukny
dengan hewan dewasa. Metamorfosis sempurna antara lain terjadi pada kupu-kupu, lalat,
nyamuk, dan katak.

22
1. Daur Hidup Kupu-kupu
Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur. Telur kupu-kupu biasanya berada pada
permukaan daun. Telur menetas menjadi ulat. Ulat mempertahankan hidupnya dengan
makan dedaunan. Selama berhari-hari, ulat makan. Akan tetapi, lama-kelamaan ulat
makin sedikit makan. Demikian pula, gerakan ulat makin lama makin lambat. Akhirnya,
ulat berhenti makan dan tampak tidak bergerak. Walaupun tidak makan dan tampak tidak
bergerak, ulat itu tidak mati. Ulat segera membuat sarang dari air liurnya. Air liurnya
mengeras dan membentuk semacam benang sutera. Benang-benang itu melekat pada
daun atau batang. Akhirnya, benang-benang itu menutup selurh tubuh ulat. Keadaan ulat
yang terbungkus dalam sarang benang itu disebut kepompong. Selama masa kepompong,
ulat berubah menjadi kupu-kupu. Masa kepompong berlangsung selama berhari-hari. Jika
telah berubah secara sempurna, kupu-kupu keluar dari kepompong. Kupu-kupu hidup
dengan memakan nektar ( madu) yang ada dalam bunga. Kupu-kupu dewasa
berkembangbiak dengan bertelur. Dari telur ini daur hidup kupu-kupu yang baru dimulai
lagi.

Gambar: 9

2. Daur Hidup Nyamuk


Daur hidup nyamuk dimulai dari telur. Telur nyamuk berada di air. Telur menetas
menjadi jentik-jentik (tempayak). Jentik-jentik hidup dengan cara berenang di air. Jentik-
jentik mendapat makanan di air. Jentik-jentik terus bergerak-gerak. Kemudian, jentik-

23
jentik tumbuh dan berubah menjadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa dapat berpindah
karena dorongan air. Selanjutnya, pupa berubah menjadi nyamuk. Nyamuk trebang ke
udara. Nyamuk dewasa akan kembali ke air untuk bertelur.beberapa jenis nyamuk
meletakkan telurnya di air kotor. Beberapa jenis nyamuk meletakkan telurnya di air .

Gambar 10
3. jernihDaur Hidup Lalat
Daur hidup lalat dimulai dari telur. Telur lalat biasanya berada di tempat-tempat yang
kotor, misalnya di atas timbunan sampah dan kotora. Telur meneras menjadi belatung.
Bentuk belatung seperti cacing kecil. Belatung bergerak dan merayap mencari
makanannya. Belatung paling banyak berada di tempat sampah dan kotoran. Telur
menetas menjadi belatung. Bentuk belatung seperti cacing kecil. Belatung bergerak dan
merayap mencari makanannya. Belatung paling banyak berada di tempat kotor dan bau.
Kemudian, belatung tumbuh dan berubah menjadi pupa. Pupa tidak bergerak. Pupa
menempel di tempat kotor Setelah beberapa hari, pupa berubah menjadii lalat. Lalat
terbang dan mencari makan di tempat kotor. Lalat dewasa bertelur di tempat itu juga.
Dari telur ini, daur hidup lalat baru dimulai lagi.

Gambar 11

24
4. Daur Hidup Katak
Katak merupakan hewan amfibi, yaitu hewan yang hidup di darat dan air. Sepanjang
hidupnya, katak hidup di dua alam. Katak tidak dapat bertahan hidup jika tinggal di air
saja atau di darat saja. Daur hidup katak dimulai dari telur. Telur katak berada di air.
Telur menetas menjadi kecebong (berudu). Bentuk kecebong seperti ikan. Kecebong
hidup dan tumbuh di air. Kecebong bernafas dengan insang. Kemudian, pada kecebong
tumbuh sepasang kaki belakangdan disusul sepasang kaki depan. Kecebong berubah
menjadi katak berekor. Semakin lama, ekor katak semakin mengkerut. Katak berekor
tumbuh dan berubah menjadi katak muda. Akhirnya, ekor katak menghilang. Katak muda
berubah menjadi katak dewasa yang tidak berekor. Katak dewasa bernapas dengan paru-
paru dan kulit. Katak dewasa hidup di air dan di darat. Katak dewasa bertelur di air. Dari
sini, mulailah telur katak menjalani daur hidupnya

Gambar 12

 Metamorfosis tidak sempurna ( tidak lengkap)


Metamorfosis tidak sempurna dialami hewan yang saat lahir tidak terlalu berbeda
dengan hewan dewasa. Metamorfosis tidak sempurna terjadi pda kecoa dan belalang.

25
1. Daur Hidup kecoak
Daur hidup kecoak dimulai dari telur. Telur kecoak menetas menjadi lipas muda.
Bentuk kecoak muda mirip dengan kecoak dewasa. Bedanya kecoak muda tidak
bersayap. Kecoak mudah tumbuh dan berubah menjadi kecoak dewasa. Kecoak tidak
melalui tahap pupa. Oleh karena itu, perubahan atau metamorfosis kecoak merupakan
metamorfosis tidak sempurna (lengkap). Kecoak dewasa memiliki sayap. Kecoak dapat
terbang. Kecoak dewasa bertelur di air kotor. Dari sini, daur hidup kecoak baru dimulai
lagi.

Gambar 13

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gametogenesis merupakan pembelahan meiosis yakni metode khusus pembelahan
sel, terjadi pada maturasi sel kelamin dengan cara setiap inti sel anak menerima separuh
jumlah sifat kromosom sel somatik spesiesnya. Pada hewan jantan proses gametogenesis
disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis, sedang pada hewan betina disebut
oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Gametogenesis adalah proses pembentukan
gamet atau sel kelamin. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun agar penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

27
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2012. http://budisma.web.id, diakses 4 Pebruari 2013.


Campbell,N.A., J.B.Reece., L.G.Mitchell, 2000, Biologi 1, Edisi Kelima, Jakarta :
Penerbit Erlangga
Campbell,N.A., J.B.Reece., L.G.Mitchell, 2000, Biologi 3, Edisi Kelima, Jakarta :
Penerbit Erlangga
Rohen,Johannes W dan Elke Lutjen-Drecoll.Embriologi Fungsional,Edisi 2.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
Sadler,T.W.2010. Embriologi Kedokteran Langman, Edisi 10.Alih bahasa dr.Brahm
U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suryo. 2010. Genetika Manusia.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung.
Yuwanta, Tri. 2010. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/abstrak/bibk09.pdf. diakses 6
Februari 2013

28

Anda mungkin juga menyukai