Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN

“SEL”

Disusun Oleh:

Rindiani (2030801077)

Putri Angelina (2030801085)

Riri Anjeli (2030801090)

M Taufik Al Ubaydilla (2030801092)

Dosen Pengampu :

Binar Azwar Anas Harfian, M.Pd

PROGRAMSTUDI BIOLOGI

FAKULTASSAINSDANTEKNOLOGI

UNIVERSITASISLAM NEGERIRADENFATAHPALEMBANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2


BAB I TEORI SEL ................................................................................................3
1. Sejarah Perkembangan Teori Sel ..................................................................3
2. Konsep Ilmu Teori Sel ..................................................................................4
BAB II Komponen Protoplasmik dan Non- Protoplasmik ................................6
A. Protoplasmik .................................................................................................6
1. Komponen Protoplasmik ...........................................................................7
1 Sitoplasma .................................................................................................7
2. Inti sel (Nukleus) ......................................................................................9
3. Plastida ...................................................................................................10
4. Mitokondria ............................................................................................11
2. Komponen Non-Protoplasmik ...................................................................12
1. Vakuola ..................................................................................................12
2. Benda Ergastik ......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
Lampiran ..............................................................................................................15
BAB I
TEORI SEL
1. Sejarah Perkembangan Teori Sel

Penemuan sel yang telah terjadi sejak 200 tahun yang lalu dianggap
sebagai bagian dari sistem membran yang tak terpisahkan dalam organisme
multisel. Perkembangan sel ini terjadi dengan pesat setelah perkembangan
penggunaan lensa yang dilakukan oleh para peneliti dalam penelitiannya,
sehingga para peneliti lebih serius dalam melakukan penelitiannya terhadap sel.

Gambar 1 : Struktur Mikrokopis Gabus

Perkembangan sel ini dimulai sejak seorang ahli yang bernama Robert
Hooke (1665) melakukan pengamatan pada sayatan gabus yang merupakan sel –
sel mati pada pepagan pohon ek dengan mikroskop sederhana. Ia melihat adanya
ruangan – ruangan kecil yang kemudian disebutnya cella yang berarti ruang atau
kamar kecil yang kosong. Antonie van Leewenhoek (1674) menggunakan
mikroskop sederhana untuk melihat mikroba (jasad renik) dalam air serta bagian –
bagian yang terkandung dalam cairan tubuh makhluk hidup. Lamarck (1809)
menyatakan bahwa seluruh organisme hidup harus memiliki jaringan selular.
Dutrochet (1824) menemukan bahwa semua tumbuhan dan hewan terdiri dari sel
berbentuk gembungan yang sangat kecil yang mengalami peningkatan ukuran dan
jumlah. Robert Brown (1831) seorang Ahli Biologi menemukan nukleus sel
tumbuhan yang menyimpulkan bahwa nukleus merupakan komponen dasar yang
selalu ada dalam sel. Hugo von Mohl dan Karl Nugel (1835) mempelajari
peristiwa pembelahan sel, dimana inti dan plasma sel mengalami pembelahan
untuk menjadi dua sel anak. T Schwan dan M Schleiden (1839) merumuskan
teori sel sebagai berikut: sel adalah unit terkecil, semua tumbuhan dan hewan
dibangun atas sel – sel. J Purkinye (1840) dan Hugo von Mohl (1846)
memperkenalkan istilah Protoplasma, yakni cairan yang mengisi ruang yang
disebut sel oleh Von Mohl.

R. Virchow (1859) dengan menggunakan mikroskop tersebut dapat


menyimpulkan bahwa semua sel berasal dari sel – sel yang telah ada sebelumnya.
Sementara W. Schultze (1860) mengatakan bahwa protoplasma adalah dasar fisik
kehidupan. E. Strasburger dan W. Flemming (1870) memperlihatkan bahwa
nukleus memelihara kelangsungan hidup suatu jenis makhluk dari generasi ke
generasi selanjutnya. Flemming juga pertama kali menemukan istilah mitosis pada
pembelahan sel. O. Hertwigh (1875) membuktikan bahwa inti spermatozoa
bersatu lebih dahulu dengan inti ovum untuk membentuk embrio.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, membuat para peneliti


lebih mudah lagi dalam mencari dan menemukan bagian – bagian penting lainnya
yang terdapat pada makhluk hidup mulai dari tingkat molekul, sel hingga tingkat
organisme berdasarkan struktur dan fungsinya masing – masing.
Sekarangpengamatan pada struktur dan fungsi sel tidak lagi sesederhana yang
dipikirkan sebelumnya.

2. Konsep Ilmu Teori Sel

Teori sel pertama kali diterbitkan oleh T Schwan dan M Schleiden


(1839),yang selanjutnya direvisi oleh peneliti yang lainnya hingga menjadi dasar
Biologi Modern. Teori ini merupakan interpretasi dari radikal tentang alam, yang
menjadi dasar dalam kesatuan hidup dari suatu makhluk hidup.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh para peneliti, mereka
menghasilkan beberapa teori yang dikenal sebagai Teori Sel, yaitu:

1. Setiap organisme hidup terdiri atas satu atau lebih sel.


2. Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional, dan herediter terkecil sebagai
bagian organisme multisel.
3. Semua sel hidup berasal dari sel dan berkembangbiak melalui pembelahan sel
yang berasal dari pembelahan sel lain yang sebelumnya hidup.
4. Sel merupakan unit aktifitas biologi yang dibatasi oleh membran
semipermeabel, yang dapat melakukan reproduksi sendiri pada medium diluar
makhluk hidup.
5. Sel mengandung materi yang diwariskan kepada keturunannya selama
pembelahan.

Teori yang telah diterbitkan oleh para peneliti tersebut mengenai keberadaan sel,
banyak ditemukan pada semua organisme makhluk hidup baik pada manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba lainnya yang terdiri dari sejumlah sel dengan
sekresinya, dimana sel – sel ini berasal dari sel – sel sebelumnya yang hidup.
Setiap sel memiliki fungsi dan kehidupannya sendiri yang tergabung dalam
organisme multisel. Perkembangan teori ini membutuhkan waktu yang cukup lama
bahkan berabad – abad lamanya untuk menyimpulkan sebuah konsep dalam
bentuk teori yang dapat diterima oleh semua orang khususnya yang berada di dunia
Biologi. Oleh karena itu, perkembangan tentang penelitian mengenai sel ini akan
terus berkembang hingga selanjutnya bahkan sampai ditemukannya alat – alat
canggih lainnya yang dapat mempermudah pengamatan pada bagian – bagian dari
sel tersebut
BAB II
Komponen Protoplasmik dan Non- Protoplasmik
A. Protoplasmik
Sel berasal dari istilah celula digunakan pertama kali oleh Robert Hook
pada tahun 1665, yang berarti bilik kecil. Istilah tersebut untuk memberi nama
ruang yang dibatasi oleh dinding yang dilihatnya pada gabus botol (Quercus
suber) di bawah mikroskop. Ahli botani M. Schleiden dan ahli zoology T. Schwan
pada tahun 1838 mengajukan konsep bahwa semua organisme tersusun atas sel-
sel yang dikenal dengan teori sel. Semua organisme hidup terdiri atas sel, dapat
berupa organisme tunggal (uniseluler) atau bersel banyak (multiseluler). Setiap sel
merupakan unit fungsional dan struktural dari bentuk hidup

Bagian yang ada di sebelah dalam dinding sel disusun oleh bahan yang
disebut protoplasma yang berarti bahan hidup. Bagian yang disusun oleh
protoplasma disebut protoplas. Bagian-bagian sel yang bersifat hidup
(protoplasmik) merupakan sebagian dari protoplas, Di dalam sel juga terdapat
bagian-bagian yang tidak hidup (non-protoplasmik), yang berada di dalam plasma
dan plastid terdiri atas bagian-bagian yang bersifat cair dan padat.

Pandey dalam Nugroho dkk. (2006) membagi komponen penyusun sel tumbuhan
dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Komponen Protoplasmik (komponen yang hidup dari sel), terdiri dari inti,
mitokondria, plastida, ribosom, lisosom, retikulum endoplasma (RE), mikrotubul
dan badan golgi.

2. Komponen Non-Protoplasmik (komponen yang tidak hidup dari sel), terdiri


dari vakuola dan hasil metabolisme misalnya aleuron, amilum, minyak atsiri dan
kristal oksalat. Komponen non-protoplasmik ini masih dibedakan antara non-
protoplasmik cair dan non protoplasmik padat.
1. Komponen Protoplasmik
1 Sitoplasma

Sitoplasma disebut juga plasma sel atau plasma. Sitoplasma merupakan


komponen yang bersifat cair. Secara kimia struktur sitoplasma sangat
kompleks, mempunyai bahan dasar tersusun atas 85-90% air. Macam-macam
zat organik maupun anorganik terdapat di dalam medium air sebagai larutan
atau koloid.
Butir-butir yang terdapat bebas pada sitoplasma antara lain :

A. Retikulum Endoplasma

Kata endoplasma berarti di dalam sitoplasma, dan retikulum bahasa latin berarti
jaringan Retikulum endoplasma terdiri dan' jaringan tubula dan gelembung
membran yang disebut sistema. Retikulum endoplasma adalah berupa sistem
membran yang terdapat didalam sitoplasma.

Gambar 2 : Retikulum Endoplasma

B. Badan Golgi
Badan golgi disebut juga aparat golgi atau diktiosom, berupa kumpulan
ronggan rongga atau sistema yang pipih, berbentuk mangkok, dikelilingi oleh
vesikel-vesikel. Dekat dengan ujung sistema terdapat sejumlah vesikel, dan
vesikel diperkirakan berasal dari ujung sistema
Gambar 3 : Badan Golgi

C. Sferosom

Sferosom atau mikrosom adalah butir butir berukuran 0,25 - 1,0 mikron,
yang sangat mobil pada sel hidup. Sferosom sukar dipelajari karena ukurannya
yang sangat kecil serta sukar diawetkan dalam sel-sel yang difiksasi. Sferosom
adalah adalah bagian khusus di dalam sel yang berfungsi sebagai pembentuk
lemak

D. Mikrobodi
Mikrobodi terdapat di dalam semua macam sel tumbuhan, bemkman
diameter 0,5-1,5 µm, berselaput membran tunggal, berbentuk membulat atau
seperti mangkok. Berisi berbagai enzim sesuai dengan tipe sel atau jaringannya.
E. Mikrobula

Mikrotubula merupakan struktur yang lurus, memanjang, kosong di


tengahnya dan tersusun dari sub unit protein globular, dengan diameter rata-rata
23 - 27 nm. Mikrotubula terdapat di sitoplasma tepi berdekatan dengan dinding
sel yang sedang tumbuh menebal, pada saat proses mitosis dan meiosis, dan
juga pada fragmoplas yang muncul diantara kedua nukleus anak pada telofase.
F. Ribosom

Ribosom adalah partikel-partikel kecil, berdiameter 17-20 nm, yang


didapati bebas dalam sitoplasma dan menempel pada retikulum endoplasma,
berupa makromolekul ribonukleo protein dan berfungsi sebagai tempat sintesis
protein. Sebagian besar protein yang dibuat oleh ribosom bebas akan
beriimigrasi di dalam sitosol, misalnya enzim-enzim yang mengkatalisis
metabolisme di dalam sitosol.

Gambar 4 : Ribosom
2. Inti sel (Nukleus)

Inti sel dalam keadaan tidak membelah bentuknya bulat, jorong, kadang-
kadang berlekuk. Di dalam sel-sel yang masih muda ukuran inti sel kira-kira
2/3 kali ukuran selnya, di dalam sel-sel dewasa inti kelihatan lebih kecil. Di
dalam satu sel organisme tingkat rendah mungkin terdapat lebih dari sebuah
inti, misalnya pada jamur dan ganggang, sel tumbuhan tingkat tinggi umumnya
hanya mempunyai satu inti.
Inti sel diliputi oleh membran ganda yang berpori. Kedua membran ini,
masing- masing mcmpakan bilayer lipid dengan protein yang terkait. Di sebelah
dalam ini terdapa cairan inti disebut juga matriks atau kariolimfa, rangka inti
atau retikulum, serta anak inti atau nukleolus (jamak: nukleoli). Rangka inti
terdiri atas kromatin yang pada waktu pembelahan inti muncul sebagai
kromosom. Rangka inti mengandung nukleoprotein suatu persenyawaan dengan
asam deoksirinonukleat (ADN). Anak inti sangat padat, berbutir dan berserabut,
tidak dilapisi oleh membran, mengandung asam ribonukleat (ARN) dan asam
deoksiribonukleat (ADN) dan protein (Gambar).

Gambar 5 : Inti Sel ( Nukleus)

3. Plastida

Plastida adalah organel yang khas bagi sel tumbuhan dan tidak terdapat
pada sel hewan. Di dalam sel-sel yang masih muda terdapat sebagai benda
benda kecil berbentuk tetes, butir atau halter. Di dalam sel-sel yang telah
dewasa plastida lebih besar dan tampak dengan mikroskop biasa pada
perbesaran lemah.

Plastida mempunyai bentuk, ukuran sena pigmen yang bermacam-


macam. Pada tumbuhan tingkat rendah mungkin tidak dijumpai adanya plastida,
atau hanya terdapat 1 atau 2 di dalam satu sel. Di dalam sel tingkat tinggi
plastida terdapat dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan ada tidaknya zat wama di dalam plastida dibedakan menjadi
plastida tidak berwama (leukoplas), dan plastida berwama (kromatofor) yang
terdiri dan kloroplas dan kromoplas.
A. Leukoplas
Leukoplas adalah plastida tidak mengandung pigmen, biasanya terdapat
pada jaringan yang tidak terkena cahaya, dan merupakan tempat penimbunan
produksi tumbuhan. Leukoplas dapat berubah-ubah bentuk dan bersifat amat
plastis, yang berkembang dari proplastida. Leukoplas yang bertugas
membentuk dan menyimpan amilum di tempat cadangan makanan disebut
amiloplas (leukoamiloplas). Leukoplas yang bertugas membentuk dan
menyimpan lemak disebut elaioplas, misalnya pada lumut Hepaticae dan
tumbuhan monokotil. Leukoplas yang mengandung protein disebut
proteinoplas
B. Kloroplas

Kloroplas terdapat pada jaringan fotosintetik yaitu pada daging daun dan
terdapat pada bagian organ yang berwama hijau. Bentuk kloroplas bermacam-
macam, yaitu bentuk lensa seperti pada tumbuhan lumut (Bryophyta), paku-
pakuan (Pteridophyta) dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Bentuk jala pada
alga Cladophora, bentuk pita melingkar atau spiral pada alga Spirogyra, dan
bentuk bintang pada alga Zygnema.

Gambar 6 : Kloroplas
4. Mitokondria

Mitokondria adalah organel yang dapat dilihat dengan mikroskop


cahaya apabila sel hidup diwamai dengan zat warna Janus Green B. Dengan
mikroskop elektron mitokondria mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
yaitu bulat atau butir-butir kecil, batang atau benang. Ukurannya bermacam-
macam, umumnya berdiameter 0,5-1,1 µm dan panjang 1 - 2 µm. Mitokondria
mempunyai membran rangkap, membran dalam melipat ke arah dalam disebut
krista (gambar 7 ). Jumlah mitokondria dalam sel sangat berhubungan dengan
tingkat aktifitas metabolismenya

Gambar 7 : Mitokondria

2. Komponen Non-Protoplasmik
1. Vakuola
Salah satu komponen non-protoplasmik yang berkaitan dengan senyawa
fitokimia adalah vakuola. Beberapa reaksi kimia dan produk yang dihasilkan oleh
sel akan ditimbun dalam vakuola. Vakuola adalah bagian sel yang berisi cairan
dan sebelah luarnya dibatasi oleh membran tonoplas. Cairan dalam vakuola berisi
berbagai macam bahan organik dan anorganik seperti garam, gula, asam amino
pembentuk protein, fosfat dan senyawa hasil metabolisme sekunder seperti
alkaloid, terpen, tanin dan flavonoid. Tidak hanya itu, dalam vakuola juga
ditemukan kristal dan benda silika (Fahn, 1991).

Marty (1999) menjelaskan bahwa vakuola adalah organel multifungsi


yang berperan dalam perkembangan tumbuhan. Bentuk, ukuran dan fungsinya
bervariasi pada tiap organisme. Vakuola sentral berfungsi mempertahankan
tekanan turgor, homeostasis, penyimpanan produk metabolit dan sebagai
pencernaan sitoplasmik. Vakuola bersifat asam dan mengandung enzim hidrolitik
yang fungsinya analog dengan enzim lisosom pada sel hewan. Pada beberapa tipe
sel, senyawa sinyal dan proteksi diri disimpan dalam vakuola, dan beberapa sel
spesifik terdapat pada daun epidermis. Antosianin yang termasuk senyawa
flavonoid diketahui disimpan dalam vakuola sel epidermis daun, batang dan
bunga. Davidson (2013) menunjukkan struktur vakuola sentral pada gambar
berikut..

Gambar 8 : Vakuola Sentral Sel Tumbuhan (Davidson, 2013)

2. Benda Ergastik
1. Benda ergastik bersifat cair (biasanya terdapat di vakuola sel), contoh : asam
organic, alkaloid, hidrat arang, minyak atsiri, protein, lipid, pigmen, vakuoler,
hars, tanin (zat penyamak)

2. Benda ergstik bersifat padat : kristal Ca-oksalat, merupakan sekresi


metabolisme yang mengendap, kristal kersik, butir-butir aleuron da kristaloid zat
putih telur, butir-butir amil
DAFTAR PUSTAKA
Aditya & Sumadi. 2007. Biologi sel edisi pertama. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
Irnaningtyas, dan Istiadi Yossa. 2014. Biologi . Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
290
Nugroho, H., Purnomo & Sumardi, I. 2006. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Edisi ke-1. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan (terj. Ahmad Soediarto dkk.) Edisi ke-3.
Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Marty, F. 1999. Plant Vacuoles. The Plant Cell, Vol. 11: 587-589.

Davidson. 2013. Plant Cell Vacuoles


http://micro.magnet.fsu.edu/cells/plants/vacuole.html.Dikunjungi 7 Maret
2015.
Fahn,A. 1982. Plant Anatomy. Pergamon Press Ltd. Oxford.

Hidayat,E.B. 1990. Dasar-dasar Struktur dan Perkembangan. Anatomi


Tumbuhan. FMIPA.ITB. Bandung.

Sumardi, I. dan A.Pudjoarinto. 1994. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.


DepDikBud. DIKTI. Jakarta.

Woelaningsih, S. 2001. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan II. Fakultas


Biologi UGM. Yogyakarta.
Lampiran Referensi

Anda mungkin juga menyukai