OLEH: Kelompok I
Anisa (2030801083)
Aditiya Pramana Putra (2030801086)
Betta Inda sari(2030801087)
Fitria Julianti (2030801089)
Feny Junita (203080106
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum ini yang di antaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara perhitungan populasi dan dinamika populasi
kumbang beras
2. Dapat mengetahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras dengan
berbagai makanan.
3. Dapat mengetahui jenis makanan mana saja kemampuan hidupnya tinggi
B. Alat dan Bahan
Alat : gelas cup aqua 9 buah, kain kasa, termometer
Bahan : kumbang beras yang dari keturunan F1 (ukuran, jenis da nasal yang
sama sebanyak: 30 ekor), beras, jagung, kacang hijau, tepung, serbuk
gergaji/kayu.
C. Cara Kerja
1. Susunlah gelas cup sebanyak 3 baris (3A, 3B, 3C = total 9 gelas)
seperti gambar berikut:
A B C
2
7. Kemudian masukkan angka pengamatan tersebut kedalam table
pengamatan
8. Hitunglah laju pertumbuhnan kelima perlakuan kumbang
tersebut. Buat grafik life table dan hitung angka kelulusan hidupnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
a. Fluktuasi yang dipengaruhi dari perbedaan faktor fisik lingkungan
yang terjadi secara tahunan ataupun faktor ekstrinsik (yaitu faktor
diluar interinsik dalam populasi). Fluktuasi yang dipengaruhi
perbedaan faktor fisik lingkungan yang cendrung tidak teratur dan
jelas berkaitan dengan variasi dari faktor fisik yang membatasi
misalnya tempratur, curah hujan, dan lainnya.
b. Fluktuasi yang terutama dipengaruhi karena dinamika populasi atau
faktor intrinsik berupa faktor dalam populasi. Populasi semacam ini
sering memperlihatkan keteraturan sehingga istilah “siklus / daur”
merupakan sesuai yang diperoleh. Fluktuasi tahunan akan hebat pada
ekosistem yang relatif sederhana yang mana komunitas hanya terdiri
atas beberapa populasi seperti populasi kutub, hutan buatan, dan lain-
lain. Bisa dikatakan makin tua dan terorganisir komunitas semakin
rendah suatu fluktuasi populasi.
Menurut pakar lainnya dari pernyataan Odum (1993), Faktor –
faktor yang menyebabkannya adalah :
1. Fluktuasi kepadatan populasi itu dipengaruhi variasi faktor fisik luar
seperti halnya variasi iklim, faktor fisik luar berupa faktor ekstrinsik.
2. Fluktuasi juga bisa diakibatkan oleh faktor intrinsik (berupa faktor
dalam populasi) contohnya predasi, penyakit, dan lainnya. Namun
terkadang sulit untuk menentukan penyebab fluktuasi dikarenakan
populasi dapat mengubah dan mengadakan kompensasi terhadap
faktor fisik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan prinsip dasar
seperti berikut; makin terorganisir dan matang suatu komunitas serta
makin stabil lingkungan akan makin rendah amplitudo fluktuasi
kepadatan suatu populasi.
3
Pengaruhnya datang perlahan, yakni pertama-tama akan melibatkan
kualitas hidup daripada kelangsungan hidup suatu individu.
Selanjutnya, ketika dampaknya semakin meningkat, persaingan intraspesifik
akan mempengaruhi kebugaran individu. Dalam persaingan eksploitatif,
tiap-tiap individu dipengaruhi oleh jumlah sumberdaya yang menjadi
bagiannya. Individu-individu yang bersaing tidak harus bereaksi dengan
anggota yang lain. Persaingan eksploitatif cenderung akan menghasilkan
fluktuasi yang tajam suatu populasi. Pada persaingan interferensi, terjadi
pengaruh buruk terhadap sebagian anggota populasi karena sumberdaya
yang terbatas, dan anggota-anggota populasi berinteraksi secara langsung.
Sebagian individu akan memperoleh semua sumberdaya, dan sisanya akan
memperoleh sedikit.
Mekanisme terkait kepadatan juga dapat terjadi pada kepadatan
populasi yang rendah. Efek Allee (Allee effect) mengurangi laju
pertumbuhan populasi ketika kepadatan populasi rendah. Efek Allee terjadi
ketika kepadatan populasi sangat rendah, sehIngga individu-individu sukar
untuk berinteraksi.
Kemudian faktor-faktor terkait dan tidak terkait kepadatan populasi
bekerja sama dalam menahan ukuran populasi mahluk hidup di alam
sehingga lebIh rendah daripada ukuran maksImum yang mungkin
dicapainya. Kerjasama kedua faktor tersebut menghasilkan apa yang disebut
dengan pengendalian alami (natural control).
Dengan demikian, faktor-faktor lingkungan yang memiliki
pengaruh paling penting terhadap kematian populasI mahluk hIdup dapat
dicari dengan melakukan analisis faktor kunci (key factor analysis). Orang
yang pertama kalI menggunakan istilah metapopulasi adalah R.A. Levins.
Konsep dan model metapopulasI Levins kini telah menjadi klasik. Secara
umum kini metapopulasi didefinisikan sebagai sekumpulan subpopulasi
yang dihubungkan/diikat oleh individu-individu yang bermigrasi. PopulasI
lokal biasanya menghuni rumpang-rumpang (patches) sumberdaya yang
terisolasi.
4
Persistensi metapopulasi tergantung pada persistensi masing-
masing subpopulasi dan pergerakan (dispersal) hewan di antara subpopulasi
(Rasidi,2006).
(Sumber: re-tawon.com)
Berikut ini klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae (Repository.umy.ac.id, 2020).
Morfologi dan biologi Sitophilus oryzae L. imago muda berwarna
coklat merah dan umur tua berwarna hitam. Pada kedua sayap depannya
terdapat 4 bintik kuning kemerah-merahan (masing-masing sayar terdapat 2
bintik). Kumbang ini mempunyai moncong panjang, warna cokelat
kehitaman dan kadang-kadang ada 4 bercak kemerahan pada elytranya,
umur dapat mencapai 5 bulan. Jika akan bertelur, kumbang betina membuat
liang kecil dengan moncongnya sedalam kurang lebih 1 mm. Kumbang
betina menggerek buturan beras dengan moncongnya dan meletakkan
sebutir telur lalu lubang itu ditutup dengan sekresi yang keras. Masa
kovulasi relatif lebih lama dibandingkan dengan hama gudang lainnya
(Repository.umy.ac.id dalam Surtikanti, 2004).
5
Sitophilus oryzae L. atau biasa disebut kutu beras dikenal sebagai
kumbang bubuk beras, hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas
diberbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kutu beras ini
termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan
produk pepadian. Kutu beras bersifat polifa bubuk beras selain merusak
butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gablek,
kopra, dan buturan lainnya. Kerusakan yang diakibatkan oleh kutu beras
dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-
biji hancur dan berdebu dalam waktu yang cukup singkat, serangan hama
dapat mengakibatkan perkembangan jamur sehingga produk beras rusak,
bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi. Akibat dari serangan
kutu beras menyebabkan butir-butir beras menjadi berlubang kecil-kecil.
Sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi
tepung (Repository.umy.ac.id dalam Sibuea, 2010).
6
Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa kualitas makanan
suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam kaitannya dengan
percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya berpengaruh
pada tingkatan serangan yang dilakukannya/kualitas dan kuantitas serangan.
Kualitas makanan sangatlah berpengaruh terhadap perkembangbiakan
serangga hama. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah
yang cukup dan cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan
menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah
dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi
serangga. Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal
sebagai berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b)
rendahnya kadar air bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material
bahan yang kurang disenangi, misalnya beras lebih disenangi dari pada
gabah (Yasin, 2009).
7
asam amino 3% menghasilkan 52% larva yang berhasil mencapai
stadium pupa dan imago, walaupun tingkat perkembangan lebih lambat
dibandingkan dengan kandungan asam amino 5; 7,5 dan 10%.
Kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total
asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata
menjadi terhambat (Pratama dalam Sitepu, 2004).
Faktor kelembaban dan suhu
Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk
beras berbeda untuk setiap stadium. Kelembapan yang terlalu rendah,
dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan
terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu, 2004).
Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30 ºC dan kelembaban
relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur
17 - 34 ºC dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban
melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Sibuea, 2010) Suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi
serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan
binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat
mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik
turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup
dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45 ºC. Dibawah 10 ºC
serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45 ºC
mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15 ºC ke bawah, kegiatan
serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat
lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju
pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang
di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35 ºC. Di
bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat kurang
(Nyoman, 2005).
8
Faktor kadar air
Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar
airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan
dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan
hama gudang sekitar 8-10% Kadar air yang berbeda menyebabkan
perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan
kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-
11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang
relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di
bawah 10% (Tjahjadi, 2002).
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
X ax Lx dx qx Lx Tx
10
2. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada beras
X Ax Lx Dx qx Lx Tx
11
3. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada kacang ijo
x ax Lx dx qx Lx Tx
12
4. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada serbuk gergaji
X ax lx dx qx Lx Tx
13
5. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada tepung
X ax lx dx Qx Lx Tx
14
B. Pembahasan
15
Kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan
serangga. Makanan dalam kondisi baik dengan jumlah yang cukup dan
cocok untuk sistem pencernaan serangga akan mendukung perkembangan
populasi, sebaliknya makanan yang melimpah dengan nutrisi yang buruk
dan tidak sesuai akan menekan perkembangan populasi serangga.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum dinamika populasi mengamati pertahanan hidup
pada berbagai macam makanan. Dari biji jagung, beras, tepung, kacang
hijau, dan serbuk gergaji. Populasi kumbang beras yang paling banyak
terdapat pada jagung. Karena pada jagung banyak terdapat nutrisi
makanan dibandingkan kacang hijau, serbuk gergaji, beras, dan tepung.
B. Saran
Sebaiknya praktikum harus lebih teliti dalam menghitung jumlah populasi
kumbang beras pada semua sampel, terutama kumbang beras pada jagung,
karena kumbang beras dominan bersembunyi dalam biji jagung yang
dilubanginya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN DOKUMENTASI
19
Kutu beras pada serbuk gergagi/sekam
20