Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESPON HEWAN TERHADAP

LINGKUNGAN (PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK


HEWAN DARAT)

OLEH: Kelompok I

Anisa (2030801083)
Aditiya Pramana Putra (2030801086)
Betta Inda sari(2030801087)
Fitria Julianti (2030801089)
Feny Junita (203080106

Dosen Pengempu: Irham Falahudin, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan pratikum
Tujuan setelah kegiatan praktikum ini mahasiswa di harapkan dapat mengukur
dan menganalis faktor abiotik dan biotik baik hewan didarat maupun hewan di
air dengan parameter ukur sebagai berikut:
1. Suhu
2. Cahaya
3. Kelembaban
4. Penguapan
5. Curah hujan
6. Angin
7. Kadar air tanah
8. Suhu Tanah
9. pH tanah
10. Organik Tanah
11. Porositas tanah
12.
B. Alat dan bahan
Alat: pH meter, Soil Tester, Anemomter, termomter max-min, lux meter, Bor
tanah, kotak sampel tanah, Oven, corong botol,
Bahan: tanah, air (aquades),
C. Cara Kerja
C. 1.Pengukuran suhu
udara
a. Ambil thermometer min-max, kemudian letakkan didaerah terlindung
biarkan selama 30 menit, catat dan ukurlah angka yang tertera pada alat
tersebut.
b. Lakukan kegiatan tersebut selama 1 minggu untuk melihat suhu
minimum dan maksimum udara, kemudian catat hasilnya.
2. Pengukuran Cahaya
a. Pasanglah batere Luxmeter yang akan digunakan.
b. Kemudian standarkan terlebih dahulu, hidupkan, lalu mengunakan
luxmeter ukurlah intensitas cahaya di dalam dan luar laboratorium,
serta di tempat terbuka di sekitar kampus dengan menyalakan alat
tersebut selama 30 menit.
c. Kemudian catat intensitas cahaya pada angka yang tertera pada lux
meter
3. Kelembaban udara

- Dengan menggunakan Sling psichrometer ukurlah kelembaban udara di


dalam dan luar laboratorium, serta di tempat terbuka dan di bawah
pohon di sekitar anda pada pukul 14.00 dan 16.00 WIB.
- Bandingkan data kelembaban udara pada masing-masing lokasi
tersebut berdasarkan tempat dan waktu.
- Termometer kering untuk mengukur suhu udara saat itu, dan
termometer yang satu lagi untuk mengukur suhu udara lembab saat itu.
- Karena itulah makanya pada bagian bawah reservoar termometer
bawahnya diselimuti dengan kapas/kain yang dilembabkan dengan air.
- Pada pemakaian hygrometer dilakukan pengipasan, dan pada sling-
psychrometer dilakukan pemutaran agar air yang ada pada kapas/kain
menguap sehingga udara di dekat reservoir termometer itu lembab.
- Selisih suhu udara antar termometer basah dan yang tidak basah pada
alat itu digunakan untuk menaksir kelembaban udara relatif.
- Taksiran kelembaban udara relatif berpegang pada suhu udara basah
dan yang tidak basah itu dilakukan dengan
- memperhatikan suatu tabel yang biasanya disertakan pada alat
tersebut..

4. Penguapan udara:

Pengukuran kelembaban udara dengan evaporimeter piece dengan


membuat secara sederhana seperti gambar berikut ini:

Dengan menggunakan Evaporimeter Piche ukurlah


penguapan air di dalam dan luar laboratorium, serta di
tempat terbuka dan di bawah pohon di sekitar labotarium
anda pada pukul 14.00 dan 16.00 WIB. Bandingkan data
penguapan air pada masing-masing lokasi tersebut
berdasarkan tempat dan waktu.
Kemudian hitung penguapan dengan rumus:
(Vt1 - Vt2) : (t2 - t1)
- Evaporasi =
L
- di mana: Vt1 = Volume air pada waktu t1
- Vt2 = Volume air pada waktu t2,
- t1 dan t2 = Waktu mula dan akhir selang pengamatan
- L = luas kertas saring

5. Curah Hujan
Untuk mengukur curah hujan dengan alat ombromter. Jika tida
ada maka menggunakan gelas ukur dengan corong di atasnya.
Kemudian ketakkan gelas tersebut ditempat terbuka, selama 24 jam,
amati selama

1 minggu. Setelah itu diambil dan catat air yang masuk. Seperti gambar
berikut ini:

6. Angin
Dengan menggunakan alat anemometer, pasang ditenpat terbuka,
dengan melihat arah angin. Perhatikan dan catatlah kecepatan dan arah
angin saat praktikum pada alat tersebut selama 15 menit.

pengukur kecepatan angin yang terpasang di luar


laboratorium anda.

7. Kadar air tanah


Untuk menentukan kadar air tanah, kita mengambil sampel
tanah. Contoh tanah diambil dan dimasukkan ke dalam botol timbang
dan ditimbang.
Seterusnya tanah itu dikeringkan dengan memanaskannya dalam
oven dengan suhu 105oC sampai beratnya konstan, yaitu sekitar 24 jam.
Berikutnya tanah itu didinginkan dalam desikator dan botol timbang itu
tetap dalam keadaan tertutup.
Setelah dingin, maka tanah itu ditimbang beratnya. Setelah
diketahui berat tanah basah dan berat keringnya itu maka akan dapat
dihitung kadar air tanah tersebut seperti perhitungan di bawah ini.
Berat air = Berat botol dan tanah basah - berat botol dan tanah kering
Berat tanah kering = Berat botol berisi tanah kering - berat botol

Kadar air tanah berdasarkan perbandingan berat dengan berat kering


tanah (U) atau "gravimetric watercontent" dapat dihitung sebagai
berikut :
berat air
U= x 100 %
berat tanah kering
sedankan Kadar air tanah berdasarkan perbandingan berat basah (Bb)
adalah:
berat air
Bb = x 100%
berat tanah basah

8. Suhu tanah
Dengan menggunakan thermometer air raksa, untuk mengukur
suhu tanah bagian tanah atau termistor. Termometer tanah terdiri dari
termometer air raksa biasa, yang pada bagian ujungnya atau
reservoarnya dilapisi dengan serbuk logam dan logam yang dapat
ditekankan ke tanah sehingga termometer itu bisa masuk ke dalam
tanah.
Ujung logam yang masuk ke dalam tanah akan menerima suhu
tanah dan meneruskannya ke serbuk logam dan berikutnya ke reservoar
termometer air raksa.
Bila seandainya thermometer tanah tidak ada, suhu tanah dapat
juga diukur dengan termometer air raksa biasa, hanya saja haruslah
dibuat lubang di tanah sehingga termometer itu dapat dimasukkan ke
dalam tanah. Lubang di tanah itu dapat dibuat dengan sebatang logam
yang diameternya lebih kurang sama dengan diameter termometer yang
akan digunakan.
9. pH Tanah
Untuk mengukur tanah dapat mengunakan pH meter tanah.
Caranya adalah: Tanah contoh diaduk-aduk sampai homogen.
Selanjutnya, sebanyak 1 gram tanah itu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan akuades 3 ml, dan dikocok dengan batang gelas
dan dibiarkan selama 5 menit.

Seterusnya cairan itu diteteskan pada piring porselin. Seterusnya, pH


diukur dengan kertas pH.
Dengan memperhatikan perubahan warna pada kertas pH dan
membandingkannya dengan standar warna yang ada pada kotak kertas
pH tersebut dapat diketahui pH tanah tersebut.
Pengukuran pH tanah dengan pH meter dilakukan dengan
mengambil tanah contoh di lapangan dan dibawa ke laboratorium.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengaduk-aduk tanah contoh
sampai merata dan diambil sebanyak 100 gram. Tanah itu dimasukkan
ke dalam bejana dari gelas dan ditambahkan air destilata sebanyak 250
cc dan diaduk-aduk dengan batang gelas sampai rata. Selanjutnya
didiamkan selama 24 jam dan kemudian diukur pH-nya dengan pH-
meter.
10. Organik tanah
Metoda yang digunakan adalah metoda gravimetric yaitu
menghitung kadar kehilangan CO2.
Caranya:
Ambil tanah dengan ring tanah atau kubus tanah. Kemudian
tanah tersebut dibuat kotak/ring ukuran 10x10cm. Kemudian ditimbang
berat basahnya menggunakan neraca analitik. Tanah yang telah kering
digerus dengan lumpang sampai halus dan diaduk-aduk sampai rata,
kemudian dikeringkan pada suhu 105oC sampai beratnya konstan.
Sebanyak 10 gram tanah kering tersebut dibakar dalam tungku
pembakar atau “furnace muffle” dengan suhu 400oC selama lebih
kurang 24 jam. Kemudian hitung dengan rumus:
1.724 (0.458 b - 0.4)
Kadar organik tanah =------------------------------X 100 %
BTK
di mana:
b = BTK – BSP;
BTK = berat tanah kering;
BSP = berat sisa pijar
BAB II
Tinjauan Pustaka

Hewan atau yang juga disebut dengan binatang merupakan organisme


yang diklarisifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah
satu dari berbagai makhluk hidup di bumi. Sebutan lainnya adalah fauna dan
margasatwa. Hewan dalam pengertian sistematika modern mencakup hanya
kelompok bersel banyak (multiselular) dan terorganisasi dalam fungsi-fungsi yang
berbeda (jaringan), sehingga kelompok ini disebut juga histozoa. Semua binatang
heterotrof, artinya tidak membuat energi sendiri, tetapi harus mengambil
dari
lingkungan sekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia, Hewan didefinisikan
sebagai makhluk yang bernyawa dan mampu bergerak atau berpindah
tempat
serta mampu bereaksi terhadap rangsangan tetapi tidak berakal budi.(KBBI).

Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang
yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara teoritis lingkungan
tidak terbatas jumlahnya, oleh karena misalnya matahari dan bintang termasuk di
dalamnya. Namun secara praktis kita selalu memberi batas pada ruang lingkungan
itu. Menurut kebutuhan kita batas itu dapat ditentukan oleh faktor alam seperti
jurang, sungai atau laut, faktor ekonomi, faktor politik atau faktor lain. Tingkah
laku manusia juga merupakan bagian lingkungan kita, oleh karena itu lingkungan
hidup harus diartikan secara luas, yaitu tidak saja lingkungan fisik dan biologi,
melainkan juga lingkungan ekonomi, sosial dan budaya.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
di luar suatu organism, meliputi: (1) lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan
di luar suatu organisme yang terdiri dari benda atau faktor alam yang tidak hidup,
seperti bahan kimia, suhu, cahaya, gravitasi, atmosfer dan lainnya. (2)
Lingkungan hidup (Biotik) yaitu lingkungan yang terdiri atas organisme hidup,
seperti tumbuhan, hewan dan manusia.
Ensiklopedia Amerika, menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor-
faktor yang membentuk lingkungan sekitar organisme, terutama komponen-
komponen yang mempengaruhi prilaku, reproduksi dan kelestarian organisme.
Secara garis besar lingkungan hidup manusia itu dapat digolongkan menjadi 3
golongan :
1. Lingkungan fisik ( physical environment )
lingkungan fisik adalah segala sesuatu di sekitar makhluk hidup yang berbentuk
benda mati seperti, rumah, kendaraan, gunung, udara, sinar matahari, dan lain-lain
semacamnya.
2. Lingkungan biologis ( biological Environment )
Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan manusia
yang berupa organisme hidup lainnya selain dari manusia itu sendiri, binatang,
tumbuhan, jasad renik (plankton) dan lain -lain.
3. Lingkungan sosial ( social environment )
Lingkungan sosial adalah manusia-manusia lain yang berada disekitarnya seperti,
keluarga, tetangga, teman dan lain-lain.
Komponen Abiotik
Menurut wahai 2010 komponen abiotik merupakan komponen fisik dan juga
kimia yang merupakan substrat berlangsungnya kehidupan dan juga lingkungan
tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik memiliki variasi dalam ruang dan
juga waktu. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik,
dan juga faktor yang dapat mempengaruhi distribusi organisme yaitu:
• Suhu, proses biologi ini sangat dibutuhkan agar hewan mendapatkan energi
untuk dapat meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
• Air, air sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup hewan, penggunaan air
juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungannya.
• Garam, konsentrasi garam juga dapat mempengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Organisme terestrial dapat beradaptasi dengan
lingkungannya dan juga dengan kandungan garam yang tinggi.
• Cahaya matahari, intensitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air juga
dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air fotosintesis terjadi di sekitar
permukaan yang terjangkau cahaya matahari, di gurun intensitas cahaya yang
besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
• Tanah dan batu, ada beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH
dan juga komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada
kandungan sumber makanannya yang ada di tanah.
• Iklim, merupakan kondisi cuaca dalam jangka waktu yang lama dalam suatu
area. Iklim makro dapat meliputi iklim global, regional, dan juga lokal.
Sedangkan iklim mikro meliputi iklim yang ada dalam suatu daerah yang dihuni
oleh beberapa komunitas tertentu.

Faktor abiotik utama adalah suhu lingkungan yang merupakan faktor


penting dalam persebaran organisme karena pengaruhnya pada proses biologis
dan ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk dapat mengatur suhu
dengan tepat. Sel dapat pecah jika air yang terdapat di dalamnya membeku pada
suhu 0°C dan juga protein yang ada pada sebagian besar organisme akan
mengalami denaturasi pada suhu diatas 45°C. Selainitu, sejumlah organisme
dapat mempertahankan suatu metabolisme yang cukup aktif pada suhu yang lebih
rendah atau pada suhu yang sangat tinggi.
Adaptasi yang luar biasa dapat memungkinkan beberapa organisme hidup di luar
di luar kisaran suhu rendah, suhu internal suatu organisme biasanya dipengaruhi
oleh pertukaran panas dengan lingkungannya dan sebagian besar juga organisme
tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi beberapa derajat di atas
atau di bawah suhu lingkungan yang ada di sekitarnya (Chambell, 2004).
Cahaya cukup penting bagi perkembangan dan juga perilaku banyak
tumbuhan dan juga hewan yang sensitif terhadap fotoperiode yang merupakan
satu indikator yang dapat dipercaya dibandingkan dengan suhu dalam memberi
petunjuk mengenai keadaan musiman seperti perbungaan dan juga perpindahan
atau migrasi (Chambell, 2004).
Tanggapan satu individu ekstern terhadap suatu suhu yang tidak menentu
tanggapan ini dipengaruhi suhu yang dialami di masa lampau. Suatu individu
dapat dikenali suhunya yang tinggi untuk beberapa hari dapat terlihat secara
keseluruhan tanggapan terhadap suhu atas sepanjang skala suhu dan beberapa hari
dikenali suhu misi rendah juga dapat menggeser tanggapan ini ke bawah. Proses
seperti ini biasanya bisa disebut dengan asimilasi jika perubahan dilakukan di
kondisi laboratorium dan Alkimatisasi jika terjadi di lapangan.
Perubahan yang terjadi pada aklimatisasi yang terlalu cepat juga dapat
menimbulkan malapetaka. Karena itu individu yang ada dalam Alkimatisasi
biasanya berbeda dengan tanggapannya terhadap suhu bergantung pada stadium
dalam perkembangan yang akan dicapai nya (Soetjipta, 1994).
berbagai faktor lingkungan seperti suhu kelembaban dan juga Cahaya merupakan
faktor yang diperlukan oleh hewan namun kadang-kadang juga beroperasi sebagai
salah satu faktor pembatas, seperti cahaya matahari bagi hewan hewan yang hidup
di tempat berlindung dapat dianggap sebagai stimulus lain yang dapat
menyebabkan hewan tersebut berdasarkan menghindar terhadap cahaya matahari
tersebut begitu pula sebaliknya (Lahay, 2010).
BAB III
Hasil Dan Pembahasan

A. Pengukuran suhu

N Lokasi Suhu Keterangan


O
1 Di depan Fakultas Ekonomi 31°C Pengukuran suhu udara setelah
dan bisnis islam 30 menit didapatkan hasil yaitu
31°C
2 Di depan Fakultas Psikologi Pengukuran suhu udara setelah
islam 33°C 30menit didapatkan hasil yaitu
33°C pada jam yang berbeda
dari tempat pertama
3 Halaman Fakultas Sains Dan Pengukuran suhu udara setelah
Teknologi 35°C 30menit didapatkan hasil yaitu
33°C pada jam yang berbeda
dari tempat pertama

B. Pengukuran cahaya

Tempat Durasi Suhu Lu X10


Tempat parkir 2 menit 30.9°C 5614
laboratorium
Tempat parkir 6 menit 30.10°C 4821
laboratorium
Tempat parkir 7 menit 30.5°C
laboratorium
Tempat parkir 15 menit 30.4°C 1582
laboratorium
Tempat parkir 20 menit 30.6°C 4548
laboratorium
Tempat parkir 25 menit 30.6°C 3885
laboratorium
Tempat parkir 28 menit 30.5°C 4630
laboratorium
Tempat parkir 30 menit 30.5°C 6203
laboratorium
C. Penguuran kecepatan Angin

No Tempat Hasil Faktor abiotik


. Pengukuran
1 Disamping 1 2 3
laboratorium Angin
1,4 2,3 1,9
2 Disamping
direktorat 1,8 1.8 1,8 Angin
3 Didepan 2,6 7,2 4,8
direktorat Angin
D. Pengukuran Kadar Air Tanah

No Lokasi Jenis Berat Keterangan


. Tanah Tanah Tanah
1 Di Depan Tanah 296.11 Dioven selama 24 jam di suhu
Rektorat liat Gram 105°C
2 Diparkiran Tanah 176.17 Dioven selama 24 jam di suhu
Universitas gambut Gram 105°C

E. Pengukuran Suhu Tanah


NO Lokasi Suhu Keterangan
tanah
1 Disamping 28°C Tanah bewarna coklat
Gedung Fakultas kehitaman
Tarbiyah
2 Didepan Rektorat 30°C Tanah berwarna kuning
kecoklatan

F. Pengukuran pH Tanah
N Lokasi Hasil ke Hasil ke Hasil ke Keterangan
O pertama dua tiga

Semua tanah yang di


1 Didepan 7.39 pH 7.53 pH 7.55 pH ukur jenis tanah liat
laboratorium bewarna kuning dan
bertekstur lembut dan
lembab

2 Didepan
perpustakan 7.36 pH 7.51 pH 7.52 pJ
universitas
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pratikum Acara Pertama ini bisa disimpulkan bahwa setiap
pengukuran itu berbeda-beda hasilnya dari setiap tempat yang ada dan bisa
berubah-uba dari menit kemenit dan juga kami dapat mengukur dan menganalis
faktor abiotik dan biotik baik hewan didarat maupun hewan di air dengan
parameter ukur karna mempelajari bagaimana menggunakan alat,ke gunaan alat
tersebut.
B.Saran
DAFTAR FUSTAKA

Magurran, A.N 2003 Measuring Biological diversity. Australia: Blackwell


Publishing Company
Michael, P. 1984. Ecological Methods for Field and Laboratory Investigation.
Mc. Graw Hill Publishing Company. New York

Odum, E.P. 1988. Dasar-Dasar Ekologi. 4 ed. Gadjah Mada University


Press Yogyakarta

Susanto,p. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Dirjendikti. Jakarta

Suin, N. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Bandung.

Suin, N. 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas. Padang


LAMPIRAN

Pengukuran Cahaya

Pengukuran Suhu

Anda mungkin juga menyukai