Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DINAMIKA POPULASI HEWAN

(KURVA LULUS HIDUP KUMBANG BERAS)

OLEH: Kelompok I

Anisa (2030801083)
Aditiya Pramana Putra (2030801086)
Betta Inda sari(2030801087)
Fitria Julianti (2030801089)
Feny Junita (203080106

Dosen Pengempu: Irham Falahudin, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum ini yang di antaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara perhitungan populasi dan dinamika populasi
kumbang beras
2. Dapat mengetahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras dengan
berbagai makanan.
3. Dapat mengetahui jenis makanan mana saja kemampuan hidupnya tinggi
B. Alat dan Bahan
Alat : gelas cup aqua 9 buah, kain kasa, termometer
Bahan : kumbang beras yang dari keturunan F1 (ukuran, jenis da nasal yang
sama sebanyak: 30 ekor), beras, jagung, kacang hijau, tepung, serbuk
gergaji/kayu.

C. Cara Kerja
1. Susunlah gelas cup sebanyak 3 baris (3A, 3B, 3C = total 9 gelas)
seperti gambar berikut:

A B C

2. Masukkan jenis makanan kedalam masing-masing gelas setinggi ½


bagian gelas
3. Gelas A kumbang beras 30 ekor+beras, gelas B kumbang beras
30+jagung dan gelas C kumbang beras 30 +kacang hijau, Gelas D
masukan kumbang beras 30 ekor + tepung dan Gelas E kumbang
beras 30 ekor + serbuk kayu.
4. Kemudian setelah itu, tutupi permukaan gelas dengan kain kasa
agar kumbang tidak keluar.
5. Letakkan gelas ditempat yang aman, terkena cahaya matahari dan
mudah diamati
6. Lakukan pengamatan selama 30 hari pada setiap perlakuan,
kemudian catat berapa kumbang yang mati dan yang hidup setiap
hari selama 30 hari.

2
7. Kemudian masukkan angka pengamatan tersebut kedalam table
pengamatan
8. Hitunglah laju pertumbuhnan kelima perlakuan kumbang
tersebut. Buat grafik life table dan hitung angka kelulusan hidupnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Populasi merupakan sekumpulan individu dari suatu jenis


organisme. Pada penyebarannya individu-individu tersebut dapat berada
dalam kelompok-kelompok, dan kelompok itu akan terpisah dari organisme
satu dengan yang lainnya.
Pemisahan ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis atau kondisi
cuaca dan lain-lain (Falahudin, 2020). Populasi dapat didefinisikan sebagai
skala ruang,berbagai populasi lokal atau deme yang terhubung oleh individu-
individu yang tersebar disebut sebagai metapopulasi. Pada populasi sementara
yang terdiri dari tahap tertentu dalam daur hidup suatu organisme akan
membentuk hemipopulasi. Terdapat ciri karakteristik dari populasi yang
diantaranya ialah kehidupan, ukuran, dispensi, rasio, struktur atau komposisi
umur, rasio kelamin, dan dinamika (Arief dalam Campbell, 2010).
Populasi dapat mengalami perubahan-perubahan, baik itu
penambahan maupun pengurangan. Penambahan terhadap populasi dapat
disebabkan oleh masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain
(imigrasi) dan karena adanya kelahiran (natalitas). Sementara pengurangan
terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau
dikarenakan keluarnya individu dari populasi tersebut ke luar wilayah
habitatnya (Saputra, 2007).
Menurut Anggita dalam Soegianto (1994), Di alam dapat dibedakan
menjadi:
1. Pada perubahan ukuran populasi musiman dengan sebagian besar
dipengaruhi oleh adaptasi sejarah kehidupan bersama- sama dari
perubahan faktor lingkungan.
2. Fluktuasi tahunan (anual) terdiri 2 jenis :

2
a. Fluktuasi yang dipengaruhi dari perbedaan faktor fisik lingkungan
yang terjadi secara tahunan ataupun faktor ekstrinsik (yaitu faktor
diluar interinsik dalam populasi). Fluktuasi yang dipengaruhi
perbedaan faktor fisik lingkungan yang cendrung tidak teratur dan
jelas berkaitan dengan variasi dari faktor fisik yang membatasi
misalnya tempratur, curah hujan, dan lainnya.
b. Fluktuasi yang terutama dipengaruhi karena dinamika populasi atau
faktor intrinsik berupa faktor dalam populasi. Populasi semacam ini
sering memperlihatkan keteraturan sehingga istilah “siklus / daur”
merupakan sesuai yang diperoleh. Fluktuasi tahunan akan hebat pada
ekosistem yang relatif sederhana yang mana komunitas hanya terdiri
atas beberapa populasi seperti populasi kutub, hutan buatan, dan lain-
lain. Bisa dikatakan makin tua dan terorganisir komunitas semakin
rendah suatu fluktuasi populasi.
Menurut pakar lainnya dari pernyataan Odum (1993), Faktor –
faktor yang menyebabkannya adalah :
1. Fluktuasi kepadatan populasi itu dipengaruhi variasi faktor fisik luar
seperti halnya variasi iklim, faktor fisik luar berupa faktor ekstrinsik.
2. Fluktuasi juga bisa diakibatkan oleh faktor intrinsik (berupa faktor
dalam populasi) contohnya predasi, penyakit, dan lainnya. Namun
terkadang sulit untuk menentukan penyebab fluktuasi dikarenakan
populasi dapat mengubah dan mengadakan kompensasi terhadap
faktor fisik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan prinsip dasar
seperti berikut; makin terorganisir dan matang suatu komunitas serta
makin stabil lingkungan akan makin rendah amplitudo fluktuasi
kepadatan suatu populasi.

Persaingan intraspesifik dapat mempengaruhi kelahiran, kematian, dan


pertumbuhan individu-individu yang diperoleh melalui cara terkait
kepadatan.

3
Pengaruhnya datang perlahan, yakni pertama-tama akan melibatkan
kualitas hidup daripada kelangsungan hidup suatu individu.
Selanjutnya, ketika dampaknya semakin meningkat, persaingan intraspesifik
akan mempengaruhi kebugaran individu. Dalam persaingan eksploitatif,
tiap-tiap individu dipengaruhi oleh jumlah sumberdaya yang menjadi
bagiannya. Individu-individu yang bersaing tidak harus bereaksi dengan
anggota yang lain. Persaingan eksploitatif cenderung akan menghasilkan
fluktuasi yang tajam suatu populasi. Pada persaingan interferensi, terjadi
pengaruh buruk terhadap sebagian anggota populasi karena sumberdaya
yang terbatas, dan anggota-anggota populasi berinteraksi secara langsung.
Sebagian individu akan memperoleh semua sumberdaya, dan sisanya akan
memperoleh sedikit.
Mekanisme terkait kepadatan juga dapat terjadi pada kepadatan
populasi yang rendah. Efek Allee (Allee effect) mengurangi laju
pertumbuhan populasi ketika kepadatan populasi rendah. Efek Allee terjadi
ketika kepadatan populasi sangat rendah, sehIngga individu-individu sukar
untuk berinteraksi.
Kemudian faktor-faktor terkait dan tidak terkait kepadatan populasi
bekerja sama dalam menahan ukuran populasi mahluk hidup di alam
sehingga lebIh rendah daripada ukuran maksImum yang mungkin
dicapainya. Kerjasama kedua faktor tersebut menghasilkan apa yang disebut
dengan pengendalian alami (natural control).
Dengan demikian, faktor-faktor lingkungan yang memiliki
pengaruh paling penting terhadap kematian populasI mahluk hIdup dapat
dicari dengan melakukan analisis faktor kunci (key factor analysis). Orang
yang pertama kalI menggunakan istilah metapopulasi adalah R.A. Levins.
Konsep dan model metapopulasI Levins kini telah menjadi klasik. Secara
umum kini metapopulasi didefinisikan sebagai sekumpulan subpopulasi
yang dihubungkan/diikat oleh individu-individu yang bermigrasi. PopulasI
lokal biasanya menghuni rumpang-rumpang (patches) sumberdaya yang
terisolasi.

4
Persistensi metapopulasi tergantung pada persistensi masing-
masing subpopulasi dan pergerakan (dispersal) hewan di antara subpopulasi
(Rasidi,2006).

Klasifikasi hama kumbang beras (Sitophilus oryzae L.)

(Sumber: re-tawon.com)
Berikut ini klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) :
 Kingdom : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Kelas : Insekta
 Ordo : Coleoptera
 Famili : Curculionidae
 Genus : Sitophilus
 Spesies : Sitophilus oryzae (Repository.umy.ac.id, 2020).
Morfologi dan biologi Sitophilus oryzae L. imago muda berwarna
coklat merah dan umur tua berwarna hitam. Pada kedua sayap depannya
terdapat 4 bintik kuning kemerah-merahan (masing-masing sayar terdapat 2
bintik). Kumbang ini mempunyai moncong panjang, warna cokelat
kehitaman dan kadang-kadang ada 4 bercak kemerahan pada elytranya,
umur dapat mencapai 5 bulan. Jika akan bertelur, kumbang betina membuat
liang kecil dengan moncongnya sedalam kurang lebih 1 mm. Kumbang
betina menggerek buturan beras dengan moncongnya dan meletakkan
sebutir telur lalu lubang itu ditutup dengan sekresi yang keras. Masa
kovulasi relatif lebih lama dibandingkan dengan hama gudang lainnya
(Repository.umy.ac.id dalam Surtikanti, 2004).

5
Sitophilus oryzae L. atau biasa disebut kutu beras dikenal sebagai
kumbang bubuk beras, hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas
diberbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kutu beras ini
termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan
produk pepadian. Kutu beras bersifat polifa bubuk beras selain merusak
butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gablek,
kopra, dan buturan lainnya. Kerusakan yang diakibatkan oleh kutu beras
dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-
biji hancur dan berdebu dalam waktu yang cukup singkat, serangan hama
dapat mengakibatkan perkembangan jamur sehingga produk beras rusak,
bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi. Akibat dari serangan
kutu beras menyebabkan butir-butir beras menjadi berlubang kecil-kecil.
Sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi
tepung (Repository.umy.ac.id dalam Sibuea, 2010).

A. Interaksi serangga dengan lingkungan


Faktor lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi
keberadaan serangga pada suatu habitat. Pengukuran parameter lingkungan
yang dilakukan berupa inventarisasi jenis tumbuhan, iklim mikro (suhu,
kelembapan, dan intensitas cahaya), LAI dan pengukuran kualitas udara (Pb
dan TSP). Kepekaan serangga terhadap perubahan lingkungan menjadi faktor
penentu keberadaanya di alam. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuannya
dalam merespon gangguan lingkungan dengan pola tertentu (Taradipha dkk
dalam Rahayu 2016).
Secara umum, kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika
serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan
populasinya atau dalam proses perkembangbiakan keturunannya. Sebagai
contoh, kandungan protein, lemak dan P yang tinggi pada komoditas
sorgum dibanding beras dan jagung, ternyata sorgum lebih cocok untuk
perkembangbiakan serangga Sitophilus sp.

6
Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa kualitas makanan
suatu bahan mempunyai arti yang sangat dalam kaitannya dengan
percepatan perkembangbiakan serangga yang pada akhirnya berpengaruh
pada tingkatan serangan yang dilakukannya/kualitas dan kuantitas serangan.
Kualitas makanan sangatlah berpengaruh terhadap perkembangbiakan
serangga hama. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah
yang cukup dan cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan
menunjang perkembangan populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah
dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan perkembangan populasi
serangga. Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal
sebagai berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b)
rendahnya kadar air bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material
bahan yang kurang disenangi, misalnya beras lebih disenangi dari pada
gabah (Yasin, 2009).

B. Faktor yang mempengaruhi populasi hama Sitophilus oryzae L.


Dari penjelasan Pratama, (2016) yang mempengaruhi populasi hama
kumbang beras di antaranya sebagai berikut :
 Faktor makanan
Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok
bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan
sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana
biasanya. Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan tidak
dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung.
Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus
karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut
(Pratama dalam Sibuea, 2010). Pratama dalam Barker dan Pilbeam
(2007) menjelaskan bahwa asam amino berperan penting dalam
perkembangan kumbang bubuk beras. Larva dari serangga ini sering
gagal untuk bertahan hidup (Survive) dalam bahan makanan dengan
kandungan total asam amino 0,1%. Dalam hal ini sangat sedikit aktifitas
menggerak larva, dan larva akan mati pada instar pertama. Kandungan

7
asam amino 3% menghasilkan 52% larva yang berhasil mencapai
stadium pupa dan imago, walaupun tingkat perkembangan lebih lambat
dibandingkan dengan kandungan asam amino 5; 7,5 dan 10%.
Kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total
asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata
menjadi terhambat (Pratama dalam Sitepu, 2004).
 Faktor kelembaban dan suhu
Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk
beras berbeda untuk setiap stadium. Kelembapan yang terlalu rendah,
dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan
terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu, 2004).
Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30 ºC dan kelembaban
relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur
17 - 34 ºC dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban
melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Sibuea, 2010) Suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi
serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan
binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat
mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik
turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup
dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45 ºC. Dibawah 10 ºC
serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45 ºC
mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15 ºC ke bawah, kegiatan
serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat
lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju
pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang
di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35 ºC. Di
bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat kurang
(Nyoman, 2005).

8
 Faktor kadar air
Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar
airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan
dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan
hama gudang sekitar 8-10% Kadar air yang berbeda menyebabkan
perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan
kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-
11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang
relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di
bawah 10% (Tjahjadi, 2002).

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada jagung

X ax Lx dx qx Lx Tx

0 20 0,666668 1 0,06 1,843333 0


1 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 1
2 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 0,5
3 18 0,6 1 0,055556 1,7 0,25
4 18 0,6 1 0,055556 1,7 0,2
5 17 0,566667 1 0,058824 1,633333 0,142857
6 16 0,533333 1 0,0625 1,566667 0,111111
7 16 0,533333 1 0,0625 1,566667 0,111
8 15 0,5 1 0,066667 1,5 0,1
9 13 0,433333 1 0,076923 1,366667 0,090909
10 13 0,433333 1 0,076923 1,366667 0,099
11 13 0,433333 1 0,076923 1,366667 0,9
12 12 0,4 1 0,083333 1,3 0,083333
13 12 0,4 1 0,083333 1,3 0,845
14 12 0,4 1 0,083333 1,3 0,85
15 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,076923
16 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,071429
17 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,066667
18 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,061664
19 9 0,3 1 0,111111 1,1 0,0625
20 9 0,3 1 0,111111 1,1 0,058824
21 9 0,3 1 0,111111 1,1 0,04565
22 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,05555
23 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,052632
24 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,05
25 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,5
26 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,047619
27 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,045455
28 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,043478
29 4 0,133333 1 0,25 0,766667 0,034483
30 4 0,133333 1 0,25 0,766667 0,033333

10
2. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada beras

X Ax Lx Dx qx Lx Tx

0 20 0,666668 1 0,06 1,833333 0


1 19 0,666526 1 0,05 1,844544 0,8
2 18 0,6 1 0,055556 1,7 1
3 18 0,6 1 0,055556 1,7 0,5
4 20 0,666668 1 0,06 1,833333 0,25
5 21 0,7 1 0,047619 1,9 0,2
6 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,166667
7 26 0,866667 1 0,038462 2,233333 0,142857
8 28 0,933333 1 0,035714 2,266667 0,125
9 30 1 1 0,033333 2,5 0,111111
10 30 1 1 0,033333 2,5 0,1
11 33 1,1 1 0,030303 2,7 0,090909
12 33 1,1 1 0,030303 2,7 0,083333
13 33 1,1 1 0,030303 2,7 0,076923
14 38 1,266667 1 0,026316 3,033333 0,071429
15 39 1,3 1 0,025641 3,1 0,066667
16 46 1,533333 1 0,021739 3,566667 0,0625
17 46 1,533333 1 0,021739 3,566667 0,058824
18 47 1,566667 1 0,021277 3,633333 0,055556
19 47 1,566667 1 0,021277 3,633333 0,052632
20 47 1,566667 1 0,021277 3,633333 0,05
21 47 1,566667 1 0,021277 3,633333 0,5
22 54 1,8 1 0,018519 4,1 0,043478
23 54 1,8 1 0,018519 4,1 0,410675
24 55 1,833333 1 0,018182 4,166667 0,041467
25 52 1,933333 1 0,019402 3,7 0,046667
26 51 1,7 1 0,019608 3,9 0,037037
27 51 1,7 1 0,019608 3,9 0,035714
28 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,034483
29 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,033333
30 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,031111

11
3. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada kacang ijo

x ax Lx dx qx Lx Tx

0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0


1 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 1
2 16 0,5 1 0,066667 1,5 0,5
3 12 0,4 1 0,083333 1,3 0,333333
4 10 0,333333 1 0,1 1,166667 0,25
5 8 0,266667 1 0,125 1,033333 0,2
6 5 0,2 1 0,333333 0,8 0,111111
7 0 0 1 0 0,5 0,1
8 0 0 1 0 0,5 0,090909
9 0 0 1 0 0,5 0,083333
10 0 0 1 0 0,5 0,076923
11 0 0 1 0 0,5 0,071429
12 0 0 1 0 0,5 0,066667
13 0 0 1 0 0,5 0,0625
14 0 0 1 0 0,5 0,058824
15 0 0 1 0 0,5 0,055556
16 0 0 1 0 0,5 0,052632
17 0 0 1 0 0,5 0,05
18 0 0 1 0 0,5 0,047619
19 0 0 1 0 0,5 0,045455
20 0 0 1 0 0,5 0,043478
21 0 0 1 0 0,5 0,041667
22 0 0 1 0 0,5 0,04
23 0 0 1 0 0,5 0,038462
24 0 0 1 0 0,5 0,035714
25 0 0 1 0 0,5 0,032445
26 0 0 1 0 0,5 0,031786
27 0 0 1 0 0,5 0,036453
28 0 0 1 0 0,5 0,035714
29 0 0 1 0 0,5 0,034483
30 0 0 1 0 0,5 0,033333

12
4. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada serbuk gergaji

X ax lx dx qx Lx Tx

0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0


1 17 0,566667 1 0,058824 1,633333 1
2 15 0,5 1 0,066667 1,5 0,5
3 13 0,433333 1 0,076923 1,366667 0,25
4 10 0,033333 1 0,1 1,166667 0,2
5 2 0,066667 1 0,5 0,633333 0,142857
6 0 0 1 0 0,5 0,125
7 0 0 1 0 0,5 0,111111
8 0 0 1 0 0,5 0,1
9 0 0 1 0 0,5 0,090909
10 0 0 1 0 0,5 0,083333
11 0 0 1 0 0,5 0,076923
12 0 0 1 0 0,5 0,071429
13 0 0 1 0 0,5 0,066667
14 0 0 1 0 0,5 0,0625
15 0 0 1 0 0,5 0,058824
16 0 0 1 0 0,5 0,055556
17 0 0 1 0 0,5 0,052632
18 0 0 1 0 0,5 0,05
19 0 0 1 0 0,5 0,047619
20 0 0 1 0 0,5 0,045455
21 0 0 1 0 0,5 0,043478
22 0 0 1 0 0,5 0,041667
23 0 0 1 0 0,5 0,04
24 0 0 1 0 0,5 0,038462
25 0 0 1 0 0,5 0,037037
26 0 0 1 0 0,5 0,035714
27 0 0 1 0 0,5 0,034483
28 0 0 1 0 0,5 0,033333
29 0 0 1 0 0,5 0,076923
30 0 0 1 0 0,5 0,071429

13
5. Tabel Pengamatan kehidupan kumbang beras pada tepung

X ax lx dx Qx Lx Tx

0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0


1 20 0,666667 1 0,05 1,833333 1
2 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,5
3 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,333333
4 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,25
5 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,2
6 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,166667
7 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,142857
8 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,125
9 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,111111
10 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,1
11 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,090909
12 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,083333
13 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,076923
14 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,071429
15 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,066667
16 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,0625
17 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,058824
18 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,055556
19 24 0,8 1 0,041667 2,1 0,052632
20 24 0,8 1 0,041667 2,1 0,05
21 24 0,8 1 0,041667 2,1 0,047619
22 25 0,833333 1 0,04 2,166667 0,045455
23 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,043478
24 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,041667
25 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,04
26 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,038462
27 21 0,7 1 0,047619 1,9 0,037037
28 21 0,7 1 0,047619 1,9 0,035714
29 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,034483
30 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,033333

14
B. Pembahasan

Dilihat dari morfologi kumbang padi, ditemukan kumbang padi


dewasa (Sitophilus oryzae) berwarna coklat tetapi setelah tua warnanya
berubah menjadi hitam, dengan bentuk tubuh ramping dan agak gepeng. S.
oryzae kecil, panjangnya sekitar 2-3 mm. Pada bagian pronotumnya
terdapat enam pasang gigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala
menyerupai segitiga. Moncongnya panjangnya 1 mm, hampir sepertiga
dari panjang tubuhnya. Di sayap depan terdapat garis memanjang yang
jelas. Ada 4 bintik kuning agak kemerahan di sayap depan, 2 bintik di
sayap kiri, dan 2 bintik di sayap kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ±
3,5-5 mm, tergantung di mana larva hidup.

Dari hasil yang telah didapatkan selama 30 hari dengan observasi


yang dilakukan setiap hari. Kemudian dilakukan perhitungan populasi dan
dinamika populasi. Dari perhitungan tersebut akan diketahui laju
pertumbuhan populasi kumbang padi pada berbagai bahan pangan.
Populasi adalah kumpulan individu-individu sejenis yang hidup dalam
suatu wilayah dan waktu tertentu.

Menurut Campbell (2010), penambahan populasi dapat disebabkan


oleh masuknya individu lain dari daerah lain (imigrasi). Berkurangnya
suatu populasi dapat disebabkan oleh kematian (mortalitas) atau karena
keluarnya individu dari populasi di luar daerah.

Menurut Yasin (2008) kesesuaian makanan erat kaitannya dengan


dinamika serangga dalam memilih sumber makanan yang sesuai untuk
pertumbuhan populasi atau dalam proses perkembangbiakan
keturunannya. Sebagai contoh sorgum yang kandungan proteinnya tinggi
dibandingkan dengan beras dan jagung, ternyata sorgum lebih cocok untuk
perkembangbiakan serangga Sitophilus oryzae.

15
Kualitas makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan
serangga. Makanan dalam kondisi baik dengan jumlah yang cukup dan
cocok untuk sistem pencernaan serangga akan mendukung perkembangan
populasi, sebaliknya makanan yang melimpah dengan nutrisi yang buruk
dan tidak sesuai akan menekan perkembangan populasi serangga.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum dinamika populasi mengamati pertahanan hidup
pada berbagai macam makanan. Dari biji jagung, beras, tepung, kacang
hijau, dan serbuk gergaji. Populasi kumbang beras yang paling banyak
terdapat pada jagung. Karena pada jagung banyak terdapat nutrisi
makanan dibandingkan kacang hijau, serbuk gergaji, beras, dan tepung.
B. Saran
Sebaiknya praktikum harus lebih teliti dalam menghitung jumlah populasi
kumbang beras pada semua sampel, terutama kumbang beras pada jagung,
karena kumbang beras dominan bersembunyi dalam biji jagung yang
dilubanginya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Yasin, M. (2009). Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk


dan Faktor Fisikokimia yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar
Nasional Serealia 2009. Balai Penelitian Serealia. Repository.umy.ac.id.
(2020). Hama Kutu Beras (Sitophilus oryzae L.). UMY Press: Yogyakarta.
Anggita, I, T, et.al., (2013). Dinamika Populasi Hewan ( Kurva Lulus Hidup
Kumbang Beras). Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah. RAFA Press:
Palembang.
Taradipha MRR, Rushayati SB, Haneda NF. 2019. Karakteristik lingkungan
terhadap komunitas serangga. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. 9(2): 394-404.
Saputra, M. (2007). Populasi Kumbang Beras. Fakultas Pertanian, Universitas
Sam Ratulangi. 18 (2): 102-110.
Pratama, H. (2016). Pengendalian Hama Kumbang Logong (Sitophylus oryzae L.)
Dengan Menggunakan Ekstrak Biji Pangi (Pangium edule Reinw.).
Biologi, Universitas Negeri Manado. 18 (3):186-196.

18
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Kutu beras pada kacang hijau

Kutu beras pada tepung

Kutu beras pada jagung

19
Kutu beras pada serbuk gergagi/sekam

Kutu beras pada beras

20

Anda mungkin juga menyukai