Anda di halaman 1dari 12

Tanggal Pelaksanaan : Senin, 5 Desember 2020

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Praktikum Ekologi Hewan


Laju Pertumbuhan Populasi

Nama : Erlinda marito pulungan


NIM : 0310183123
Semester : V (Lima)
Jurusan : Tadris Biologi 1

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
I. JUDUL PRAKTIKUM : Laju Pertumbuhan Populasi

II. TUJUAN

Untuk mengetahui laju pertumbuhan populasi S. oryzae pada berbagai media

III. TINJAUAN PUSTAKA


Dalam biologi, populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies)
yang hidup di tempat yang sama dan memiliki kemampuan bereproduksi di antara sesamanya.
Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika. Dalam penyebarannya individu-
individu tersebut dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan kelompok tersebut terpisah dari
organisme satu dengan lainnya. Populasi dapat tersebar secara merata atau tidak merata, hal ini
tergantung dari kepadatan, pertumbuhan populasi pada suatu daerah. Beberapa karakteristik
populasi diantaranya adalah kehidupan, ukuran, dispersi, rasio kelamin, struktur atau komposisi
umur, dan dinamika (Campbell, 2010).

Pertumbuhan suatu populasi dapat dilihat dari dinamikanya dalam suatu komunitas. Istilah
"dinamika populasi" mengacu pada bagaimana jumlah individu dalam suatu populasi berubah
dari waktu ke waktu. Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya
individu lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat
disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut ke
luar wilayah (Campbell, 2010).

Setiap individu adalah bagian atau anggota dari suatu populasi, suatu spesies. Sehingga,
individu tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya kemudian mengatasi
setiap perubahan dan tuntutan yang ada dalam lingkungan jenis dan populasi. Salah satu populasi
yang dapat mudah kita amati adalah populasi kumbang beras.
Kumbang beras merupakan hama utama pada beras yang disimpan. Serangannya ditandai
dengan butir beras berlubang-lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama
ini beras dapat kehilangan berat hingga mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan (Heri
dan Asih, 1995) dikutip dalam (Ardinanta, 2016). Kumbang beras memiliki nama latin
Sitophilus oryzae, termasuk dalam Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo
Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae) (Naynienay,
2008) dikutip dalam (Ardinanta, 2016). Bentuk luar kumbang beras (Sitophilus oryzae) yaitu
pada kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya
berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian
depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh
kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya.

Salah satu yang mempengaruhi perkembangbiakan kumbang beras atau serangga hama
adalah makanannya. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan
cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan menunjang perkembangan populasi,
sebaliknya makanan yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok akan menekan
perkembangan populasi serangga (Andrewartha dan Birch, 1954) dikutip dalam (Ardinanta,
2016).

Menurut Sugiyono (2001), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda
alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu. Pengetahuan
tentang populasi sebagai bagian dari penetahuan ekologi telah berkembang menjadi semakin
luas.Dinamika populasi tampaknya telah berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri
sendiri.Dalam perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah
matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan populasi.

Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk menentukan dan


memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan datang. Penggunaan
kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu
jenis organisme yang di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik.Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan
orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun punah(Yasin, 2009).

Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang
berasal dari daerah lain (migrasi) dan karena adanya kelahiran kelahiran (natalis). Pengurangan
terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya
individu dari populasi tersebut. Dinamika populasi berada pada wilayah kajian antara biologi
populasi dan matematika populasi. Biologi populasi lebih banyak membutuhkan dasar keilmuan
biologi dan sedikit atau kurang memanfaatkan matematika. Sedangkan matematika populasi
lebih banyak atau dominan dalam matematika dan sedikit memanfaatkan biologi Setiap individu
adalah bagian atau anggota dari suatu populasi, suatu spesies. Sehingga, individu tersebut harus
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya kemudian mengatasi setiap perubahan dan
tuntutan yang ada dalam lingkungan jenis dan populasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum dinamika populasi dengan menghitung kurva lulus hidup kumbang beras. Supaya
diketahui tingkat natalis dan mortalitas dari individu-individu pada setiap kondisi yang berbeda.
(Yasin, 2009)

Pada suatu tempat populasi suatu hewan mempengaruhi populasi hewan lain. Populasi jenis
hewan akan mempengaruhi populasi hewan yang hidup pada habitat hewan lainnya yang
mendiami tempat yang sama. Saling pengaruhnya juga terlihat pada persainagn akan
kebutuhankebutuhan dalam mempertahankan hidup dan jenis. Kesatuan seluruh populasi di suatu
tempat tertentu membentuk komunitas.Dalam biologi, populasi adalah sekumpulan individu
dengan ciriciri yang sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu.
Anggotaanggota populasi secara alamiah saling berinteraksi satu sama lain dan bereproduksi di
antara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologidan genetika. Ekologiwan
memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih luas (Yasin, 2009).

Populasi juga mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mendadakan pembedaan
dan memelihara diri seperti yang di lakukan organisme.Di samping itu populasi juga mempunyai
organisasi dan struktur yang dapat dilukiskan.Tetapi ada kalanya dalam praktek sehari-hari,
pengertian populasi itu dinyatakan dalam pengertian heterospesies dan polispesies (Susanto,
2000).
Kepadatan populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap, selalu ada yang datang
(lahir dan imigrasi), dan pergi (mati dan emigrasi). Kelahiran menyebabkan bertambahna
anggota populasi, sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya anggota populasi. Kelahiran
ditentukan oleh kapasitas organisme secara genetik untuk menghasilkan keturunan, yang terkait
dengan fekundits dan fertilitas.Faktor lain yang menentukan adalah lingkungan biotis (parasite
dan predator) dan ketersediaan bahan makanan serta tempat berlindung dan kemampuan
bertemunya jantan dan betina (Suin, 2003).

Dinamika poulasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khususnya untuk
organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia hewan dan manusia. Imigrasi
adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa yang didatanginya.
Imigrasi ini akan meningkatkan populasi (Waluya, 2011).

Mortalitas menunjukkan kematian individu dalam populasi. Mortalitas dibedakan dalam dua
jenis yaitu mortalitas ekologik yang merupakan mortalitas yang direalisasikan, artinya matinya
sebuah individu dibawah kondisi lingkungan tertentu.Mortalitas minimum(teoritis), yakni
matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena
usia tua (Zulkifli,1996).

Emigrasi, imigrasi dan migrasi merupakan istilah bersangkut paut dengan perpindahan.
Emigrasi merupakan perpindahan keluar dari area suatu populasi. Imigrasi merupakan
perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan.
Serta Migrasi menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari
populasi(Susanto, 2000).

Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi
itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi. Dikenal dua
macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan eksponensial (dengan bentuk
kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan bentuk kurva S). Pertumbuhan dapat
digambarkan menjadi dua bagian yakni pertumbuhan eksponensial dan pertumbuhan sigmoid.
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada dalam sesuatu
lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya tidak
beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain sebagainya.Pada pertumbuhan populasi yang
demikian kelimpahan bertambah dengan cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti
mendadak saat berbagai faktor pembatas mulai berlaku mendadak (Zulkifli, 1996).

Adapun faktor pembatas yang mempengaruhi populasi merupakan faktor pembatas


kehidupan organisme didalam ekosistemnya. Hal ini juga berhubungan dengan batas kondisi
kehidupan organisme, baik batas terendah maupun batas tertinggi yang disebut batas toleransi.
Setiap organisme akan hidup dalam rentang batas toleransi minimal dan maksimal terhadap
faktor-faktor lingkungan yang akan membatasi atau menghentikan petumbuhannya (Suin, 2003).

Pola penyebaran suatu jenis di alam dapat dibagi atas tiga macam, terdapatnya jenis
hewan atau tumbuhan tersebar secara random atau acak, teratur dan berkelompok. Di alam
sebaran secara acak tak lazim ditemukan, hal ini terjadi karena faktor lingkungan yang sangat
seragam atau pada tempat dengan banyak faktor yang bekerja bersama-sama atas populasi itu.
Pola penyebaran yang teratur terjadi jika ada persaingan yang hebat terajadi antar individu (Suin,
2003).

IV. ALAT DAN BAHAN

a. Stoples berukuran 1 liter


b. Tepung beras
c. Tepung jagung
d. Kacang hijau
e. Kain kasa
f. S. oryzae dewasa

V. LANGKAH KERJA

1. Ke dalam masing-masing stoples isikan 250 gram tepung beras, beras, tepung jagung dan
kacang hijau. Lalu infeskan 10 pasang S. oryzae dewasa
2. Tutuplah mulut stoples dengan kain kasa dan letakkan stoples pada tempat yang agak
gelap di labotratorium.
3. Lakukan pengamatan selama 4 minggu dengan selang waktu 1 minggu terhadap jumlah
kumbang yang masih hidup dan jumlah yang mati. Keluarkan kumbang yang mati dari
media.
4. Selama pengamatan, catatlah suhu ruang dan kelembababan relatif.
5. Hitung laju pertumbuhan kumbang beras tersebut dan buatlah kurva laju pertumbuhan
dari masing-masing media

VI. HASIL PENGAMATAN

Sebelum di produksi

Setelah 2 minggu di produksi


4 minggu kemudian

VII. PEMBAHASAN
Pada hasil diatas menunjukkan jumlah kumbang beras pada media beras kasar, setengah
halus, dan halus. Dari ketiga tingkaan media tersebut, kumbang beras pada media beras kasar
menunjukkan jumlah individu yang paling banyak diantara yang lainnya. Pertumbuhan kumbang
beras relatif naik dari waktu kewaktu. Peningkatan drastis terjadi pada tanggal 15 november ke
22 november. Sedangkan pada media beras setengah halus, jumlah individunya juga
menunjukkan peningkatan namun tidak sebanyak peningkatan pada media beras kasar. Dan yang
terakhir pada media beras halus menunjukkan pertumbuhan jumlah individu yang relatif tetap
dari jumlah kumbang beras awal yang dimasukkan kedalam media bahkan dibeberapa
pengamatan cenderung menurun.

Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif, terutama sejak
penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada tingkat setelah menjadi
imago. Kumbang beras menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan
makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang
halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Kartasapoetra, 1991)
dikutip dalam Husreri,dkk (2014). Oleh karena itulah jumlah kumbang beras pada media beras
kasar lebih banyak dibandingkan pada media yang halus.

Selain itu perbedaan laju pertumbuhan pupulasi kumbang beras pada setiap media juga
dipengaruhi oleh banyaknya kumbang beras betina dan jantan didalamnya. Menurut Sukarman
(2012) dikutip dalam Febrianto,dkk (2017), Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah
betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan
berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki
perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.

Jumlah kumbang beras pada media kacang hijau baik kacang hijau kasar, setengah halus,
dan halu mengalami penurunan dari jumlah awal. Bahkan jumlah kumbang beras pada media
kacang hijau pada pengamatan selanjutnya tidak ditemukan satupun kutu yang hidup. Dari hasil
pengamaan ternyata kami menemukan beberapa bangkai kumbang beras dan sebagiannya lagi
bahkan tidak ditemukan bangkainya sama sekali. Hal ini kemungkinan diakibatkan terjadinya
mortalitas dan migrasi pada kumbang beras di media kacang hijau. Menurut Campbell (2010),
Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena
keluarnya individu dari populasi tersebut ke luar wilayah.

Selain itu kematian kumbang beras pada kacang hijau juga bisa disebabkan oleh kerasnya
biji kacang hijau tersebut sehingga kumbang beras tidak bisa untuk memakannya. Biji kacang
hijau memiliki lapisan luar yang keras sehingga sulit digigit oleh tipe mulut dari Sitophillus
oryzae. Menurut Siregar (2014), tipe mulut dari Sitophillus sp., pada bagian pronotumnya
terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga.
Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal sebagai berikut a)
kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air bahan, c)
permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi, misalnya beras lebih
disenangi dari pada gabah.

Dari hasil menunjukkan bahwa secara umum baik media jagung kasar, jagung setengah
halus, dan jagung halus terdapat peningkatan jumlah populasi kumbang beras dari kutu awal
yang diberikan sebanyak 20. Namun dari ketiganya, pada media jagung kasar menunjukkan
peningkatan jumlah kumbang beras yang paling besar. Walaupun Kumbang beras ini diletakkan
pada media jagung, ia tetap bisa bertahan hidup bahkan jumlah populasinya lebih banyak
dibandingkan kumbang beras pada media beras sekalipun. Kumbang beras yang biasanya hidup
didalam beras, ketika diberi ekosistem yang berbeda maka akan menunjukan reaksi yang berbeda
pula. Ada yang meningkat dan adapula yang menurun, ini tergantung pada jenis makanan yang
diberikan. Menurut Odum (1971) Febrianto,dkk (2017) Populasi akan memperlihatkan suatu
peningkatan atau penyusutan secara terus menerus, kecuali jika lingkungannya berubah dengan
sangat cepat atau terjadi perubahan populasi secara drastis. Pada umumnya populasi akan
menunjukkan perubahan yang stabil, apabila lingkungan yang mendukung untuk kehidupan
organisme

Jika diperhatikan secara morfologi, kumbang beras yang berada pada media jagung ini
memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kumbang beras yang berada
pada media beras dan kacang hijau.

VIII. SIMPULAN

1. Pertumbuhan populasi Sitophilus oryzaetertinggi terjadi pada medium tepung jagung


yaitu 6 ekor.
2. Pertumbuhan Sitophilus oryzaeterendah terjadi pada medium tepung jagung
3. Pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi
serta suhu ruangan.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2010. Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 3. Jakarta.: Erlangga

Febrianto,dkk . 2017. Laju Populasi Kutu Beras di Kacang Hijau.FMIPA Biologi Universitas Semarang.

Marbun C U & Yuswani P. 1991. Ketahanan Beberapa Jenis Beras Simpan Terhadap HamaNBubuk Beras
Sitophylus oryzae (Coleoptera, Curculionidae) di Gudang . Medan.Fakultas Pertanian USU.

Michael,P. 2000. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta.: UI Press.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Phildelphia.: Saunder Com. Respositori USU, 2014.
Pengendalian hamaSitophilus oryzae. Medan: USU Press.

Siregar, Sarah Mioliana. 2014. Teknologi Produksi Benih“Hama Gudang”. Malang: Universitas Brawijaya.

Sitepu S F, Zulnayati & Yuswani P. 2004. Patologi Benih Dan Hama Pasca. Panen. Medan: Fakultas
Pertanian USU.

Siwi B H & Damardjati D S. 1986. Pengembangan dan Kebijaksanaan Produksi Beras Nasional. Makalah
Disampaikkan Pada Konsultasi Teknik Pengembangan Industri Pengolahan Beras Non Nasi. Jakarta.

Suin, N. M. 2003. Ekologi Populasi. Padang : Andalas University Press.

Suin, N. M. 2004. Metoda Ekologi. Padang : Andalas University Press.

Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.

Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. Analis F . Pada Beberapa Jenis Kacang-Kacangan.
Bogor: Balai Penelitian Tanaman Pangan.

Yasin M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia Yang
Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Balai Penelitian Tanaman Serealia. ISBN :
978-979-8940-27-9.

Zulkifli, Hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi

DosenMataKuliah Sibuhuan 05 Desember 2020


Mahasiswa,

(RoniAfriadi,M.Pd) (Erlinda Marito Pulungan )

Anda mungkin juga menyukai