Anda di halaman 1dari 17

GREEN THE WORLD

Let's we save our world

Sunday, February 9, 2014

EKOLOGI UMUM: POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM


POPULASI
LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN VIII

POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI

NAMA                          : RISKY NURHIKMAYANI

NIM                               : H41112311

HARI/TANGGAL      : JUM’AT/ 19 APRIL 2013

KELOMPOK               : 5 (LIMA) B

ASISTEN                     : ANWAR

: YULIANI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah
sendiri. Pada prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antra
populasi yang ada. Misalnya dalam mencari luas minimum dan jumlah
minimum suatu area. Tentunya didalamnya terdapat suatu komunitas
populasi-populasi tersebut akan berhimpun kedalam kelompok
membentuk komunitas (Lestari, 2011).
Pada luas minimum menggambarkan bentuk vegetasi secara
keseluruhan jenis tumbuhan. Dalam suatu luas terkecil yang dapat
mewakili vegetasi. Luas terkecil ini dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Bentuk
vegetasi dalam petak tersebut dapat memperlihatkan hubungan saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Vegetasi terbentuk
dari interaksi antar jenis tumbuhan. Untuk mengetahui apakah
penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu vegetasi
dapat dilakukan pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan
didapatkan bentuk penyebaran, diantaranya secara acak, merata, atau
berkelompok (Rasyid, 1993).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam
atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting
dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia
ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran
populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan,
menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa
air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk memberikan
suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang
ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai
kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam
pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu
daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya (Umar,
2013).

Untuk mengetahui bagaimana pola penyebaran individu dalam populasi,

maka dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan pola penyebaran individu

dalam populasi dengan menggunakan indeks Morisita.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :

1.          Untuk menentukan pola penyebaran individu dalam populasi dengan

menggunakan indeks Morisita.

2.          Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik

sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dan cepat dalam

memprediksi keadaan suatu populasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 19 April 2013,

praktikum dalam laboratorium dilakukan pada pukul 14.00 - 18.00 WITA,

bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan

 pengambilan data dilakukan di samping Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme

dan spesies yang sama (kelompok-kelompok lain di mana individu-individu

dapat bertukar informasi genetika) menduduki ruang atau tempat tertentu,

memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik individu di dalam

kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh,

mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang

dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju

kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan

pada populasi (Odum,1993).

Pengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari pengetahuan ekologi

telah berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah

berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam

perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah

matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan

populasi. Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk

menentukan dan memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa

yang akan datang. Penggunaan kaidah matematika itu tidak hanya

memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme yang

di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor

lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika

populasi menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan

meledak ataupun punah (Nurhidayah, 2011).

Populasi cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca,


arus air, faktor kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam

ekosistem yang mempunyai keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem

yang menjadi sasaran gangguan-gangguan luar yang tidak dapat diduga,

sedangkan dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi, populasi

cenderung dikendalikan secara biologi dan seleksi alam. Faktor negatif ataupun

positif bagi populasi adalah , ketidaktergantungan pada kepadatan (density

independent), apabila pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya populasi.

Contohnya iklim sering kali, tetapi tidak berarti selalu. Ketergantungan pada

kepadatan (density dependent), apabila pengaruhnya pada populasi merupakan

fungsi dari kepadatan. Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan

sebagainya) tetapi tidak selalu (Odum,1993).

Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau

keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran

secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana

mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena

dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh

iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).

Menurut Umar (2013), penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat

terjadi melalui tiga pola yaitu :

1. Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat


lainnya dan tinggal secara permanen.

2. Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya

dan tinggal secara permanen.

3. Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu

daerah ke daerah populasi lainnya secara periodik.

Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula

meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan

fokus utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat

faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian

(mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).

Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-

daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga

memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata kepadatan dan

kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak bermigrasi sering kali harus

menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan semacam

bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi migrasi-

migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang sangat

populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti (Odum, 1993).

Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud

bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus

beberapa individu atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan

atau memasuki populasi (Odum, 1993).

Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme

yang terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau

varietas, ekotipe, atau satu unit taksonomi lain yang terdapat pada suatu

tempat. Populasi memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak

dimiliki oleh masing-masing dari anggotanya. Karakteristik ini antaralain

adalah kepadatan, natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), potensi


biotik, penyebaran umur dan bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1990).

Natalitas dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi

tumbuh apabila natalitas melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau

ekosistem, pertumbuhan dipengaruhi oleh imigrasi dan emigrasi

(Resosoedarmo, 1990).

Menurut Michael (1994), pola penyebaran bergantung pada sifat

fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.

Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam

alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

1.      Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada

tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada

persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong

pembagian ruang hidup yang sama.

2.          Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar

dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya.

Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.

3.          Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu

selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri

secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya

kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.

Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling

sering diamati dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam

keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan

oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana

benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat

tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran

seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah

dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya


hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti

ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).

Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang

mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat

kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi

apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan

individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif

jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu

terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses

dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin

ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi

aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti

pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).

Ada beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangkan

suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas

penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area

atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang

layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja

yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan mutlak

atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu

(Soegianto, 1994).

Indeks keanekaragaman dan dominansi digunakan untuk mengetahui

pola penyebaran individu dalam populasi. Indeks tersebut digunakan untuk

memperoleh informasi yang lebih rinci tentang pola penyebaran individu

dalam populasi (Bengen, 2000).

Menurut Ludwig dan Reynold (1988) kriteria yang digunakan untuk

menginterpretasikan dominansi spesies yaitu :

Mendekati 0 = indeks semakin rendah atau dominansi oleh satu spesies.


Mendekati 1 = indeks besar atau cenderung dominansi oleh beberapa spesies.

Pola penyebaran dapat   ditentukan dengan menggunakan Indeks Morisita (Iბ).

Indeks ini tidak dipengaruhi oleh luas stasiun pengambilan sampel dan sangat

baik untuk membandingkan pola pemencaran populasi.

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya pulpen, kertas,

penggaris, kalkulator, dan plot kayu berukuran 1 x 1 m.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah hewan dan tumbuhan

yang terdapat di dalam plot.

III.3 Metode Kerja

                      Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai

berikut:

A.    Cara pengambilan data :

1.          Areal yang akan diduga pola penyebaran individu populasinya

ditentukan dimana dalam hal ini areal yang dipilih adalah di samping

Omega, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

2.          Plot berukuran 1 x 1 m dilemparkan secara acak ke depan, ke belakang

atau ke samping.
3.          Kemudian hewan maupun tumbuhan yang berada di dalam areal plot

diamati dan dicatat jumlahnya berdasarkan jenis yang ada dalam petak

sampel.

4.          Pelemparan dilakukan sebanyak 10 kali dimana pada tiap pelemparan

hewan maupun tumbuhan di dalam plot dihitung.

5.      Data yang diperoleh kemudian dihitung untuk dianalisis.

B.  Cara kerja di laboratorium :

1.          Data yang diperoleh kemudian dihitung dan dianalisis dengan

menggunakan indeks Morisita.

2.      Hasil yang diperoleh kemudian diuji kebenarannya dengan menggunakan

tabel X2.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan

SPESIES

Plot A B C D E F G H I J K L å
1. 7 47 3 6 7 - - - - - 6 - 76

2. - 15 - - - 2 1 2 - - - 1 21

3. 7 36 - 5 - 2 - 4 18 3 - - 75

4. 1 6 - 5 6 1 - 19 20 - - - 58

5. 1 - - 6 10 - 8 - 7 - - - 32

6. 5 26 2 8 - - 2 - - - - - 43

7. 2 15 4 4 3 1 - - - - - - 29

8. 4 20 2 8 4 1 2 - - 2 - 1 44

9. 4 10 2 - 2 - 8 - - 6 1 - 33

10. 5 3 2 32 17 - 5 2 - - - - 66

å 36 178 15 74 49 7 26 27 45 11 7 2 477

IV. 2 Analisis Data


Keterangan :
n = Jumlah plot.
N = Jumlah total individu per plot.
åx2 = Kuadrat jumlah spesies per plot.
Terdistribusi :

        Acak, jika id = 0

        Seragam, jika id < 1

        Kelompok, jika id > 1

Untuk menguji apakah pola penyebaran acak atau tidak


a. Untuk spesies A
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
b. Untuk spesies B
Id > 1, Penyebaran spesies secara kelompok
c. Untuk spesies C
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
d. Untuk spesies D
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
e. Untuk spesies E
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
f. Untuk spesies F
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
g. Untuk spesies G
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
h. Untuk spesies H
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
i. Untuk spesies I
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
j. Untuk spesies J
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
k. Untuk spesies K
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
l. Untuk spesies L
Id < 1, Penyebaran spesies secara seragam
Untuk menguji apakah pola penyebaran acak atau tidak

Dari tabel X2 dengan standarisasi pada selang kepercayaan 95% yaitu 3,325.
X2 hitung > X2 tabel.
460,8 > 3,325
Bentuk penyebaran secara tidak acak.

IV.2 Pembahasan
            Pola penyebaran adalah pergerakan individu ke dalam atau keluar dari

populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara

geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka

belum menempatinya. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap pola

penyebaran populasi dalam suatu areal dalam hal ini yang diamati adalah pola

penyebaran populasi di samping Omega, Fakultas Matematika dan ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin dengan menggunakan indeks

Morisita.

            Percobaan dilakukan dengan membedakan spesies-spesies yang ada pada

areal tersebut dengan memberikan simbol untuk tiap spesies. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan, dalam 10 kali lemparan terdapat spesies A

(Belalang Valanga sp) sebanyak 36 dengan indeks Morisita sebesar 0,036 yang

mana nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola

penyebarannya seragam. Spesies B (Rumput Gajah Pennisetum purpureum)


sebanyak 178 dengan indeks Morisita sebesar 1,374 yang mana nilainya

menunjukkan lebih besar daripada 1 sehingga pola penyebarannya kelompok.

Spesies C (tumbuhan berdaun agak lebar mirip rumput) sebanyak 15 dengan

indeks Morisita sebesar -0,011 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil

daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies D (Rumput teki

Cyperus rotundus) sebanyak 74 dengan indeks Morisita sebesar 0,22 yang mana

nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya

seragam. Spesies E (Tumbuhan berukuran kecil) sebanyak 49 dengan indeks

Morisita sebesar 0,084 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1

sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies F (Semut Monomorium sp)

sebanyak 7 dengan indeks Morisita sebesar -0,018 yang mana nilainya

menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam.

Spesies G (Putri Malu Mimosa pudica) sebanyak 26 dengan indeks Morisita

sebesar 0,008 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga

pola penyebarannya seragam. Spesies H (Tumbuhan berukuran kecil) sebanyak

27 dengan indeks Morisita sebesar 0,011 yang mana nilainya menunjukkan lebih

kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies J (Jangkrik

Liogrylus sp) sebanyak 11 dengan indeks Morisita sebesar -0,015 yang mana

nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya

seragam. Spesies K (Tumbuhan berukuran kecil) sebanyak 7 dengan indeks

Morisita sebesar -0,018 yang mana nilainya menunjukkan lebih kecil daripada 1

sehingga pola penyebarannya seragam. Spesies L (Putri Malu Mimosa pudica)

sebanyak 26 dengan indeks Morisita sebesar -0,02 yang mana nilainya

menunjukkan lebih kecil daripada 1 sehingga pola penyebarannya seragam.

Hasil yang diperoleh kamudian diuji dengan rumus X2 yang dibandingkan

dengan tabel X2, dimana hasil dari perhitungan X2 diperoleh sebesar 460,8

sedangkan X2 tabel berdasarkan tabel chi square ini hanya 3,325. standarisasi

pada selang kepercayaan 95%. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa t hitung lebih
besar daripada t tabel sehingga dapat disimpulkan bentuk penyebarannya tidak

secara acak melainkan seperti yang dapat kita lihat pada indeks penyebaran

morisita bahwa data 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 menunjukkan pola penyebaran

yang seragam sedangkan data nomor 2 lebih besar dari 1 sehingga berpola

berkelompok.

Faktor penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari

makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa

air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya. Dari pengamatan yang

dilakukan di samping Omega diketahui bahwa sebagian besar pola penyebaran

populasinya secara seragam hal ini disebabkan karena adanya persaingan yang

keras diantara individu dalam populasi sehingga menuntut adanya pembagian

wilayah yang sama. Sedangkan untuk data nomor 2 yaitu rumput gajah

Pennisetum purpureum memiliki pola penyebaran mengelompok yang

disebabkan oleh kabutuhan yang sama akan faktor lingkungan, sebagaimana

yang dapat dilihat pada data pengamatan dimana pada plot 5 sama sekali tidak

terdapat adanya rumput gajah Pennisetum purpureum sedangkan jumlahnya di

plot yang lain banyak, hal ini dikarenakan faktor nutrisi, dimana derah yang

banyak ditumbuhi rumput gajah Pennisetum purpureum memiliki banyak

unsur-unsur hara yang diperlukan oleh rumput tersebut sedangkan pada plot

lima tidak memiliki unsur-unsur yang dibutuhkan oleh rumput gajah

Pennisetum purpureum.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

                      Dari hasil pengamatan dan pengujian dengan menggunakan Morisita,

maka dapat disimpulkan bahwa :


1.          Pola penyebaran populasi di areal samping Omega penyebarannya tidak

secara acak namun secara homogen dan mengelompok dibuktikan dari uji

dengan rumus X2 yang dibandingkan dengan tabel X2, dimana hasil dari

perhitungan X2 diperoleh sebesar 460,8 sedangkan X2 tabel berdasarkan

tabel chi square ini hanya 3,325. standarisasi pada selang kepercayaan 95%.

Dari hasil ini dapat dilihat bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel

sehingga dapat disimpulkan bentuk penyebarannya tidak secara acak.

2.          Metode sampling dengan menggunkan plot yang kemudian dianalisis

menggunakan indeks Morisita merupakan salah satu metode untuk

menduga pola penyebaran individu dalam suatu populasi.

V.2 Saran

Saran mengenai percobaan ini sebaiknya dalam percobaan ini digunakan

alat hand counter untuk memudahkan praktikan untuk menghitung spesies

yang jumlahnya banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D. G., 2000. Pengenalan dan Pengolahan Ekosistem Mangrove. Penerbit


PKSPL-IPB, Bogor.

Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.

Lestari, M. A., 2011. Pola Penyebaran Individu dalam Populasi.


http://marwahadinda2010.wordpress.com. Diakses pada hari Minggu
19 April 2012 pukul 17.00 WITA.

Ludwig, J.A. and Reynold, J.F. 1988. Statistical Ecology A Prime on Methods and
Computing. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboratorium.  Universitas Indonesia, Jakarta.

Naughton, S., 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Nurhidayah, E., 2011. Pengambilan Sampel Pada Populasi. http://evynurhida


yah.wordpress.com. Diakses pada hari Minggu 19 April 2012 pukul
16.21 WITA.

Odum, H. , 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar.   Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta.

Rasyid, 1993. Ekologi Tanaman. UMM Press, Malang.

Resosoedarmo, S., 1984. Pengantar Ekologi. PT Remaka Rosdakarya, Bandung.

Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,


Makassar.

Risky Nurhikmayani di February 09, 2014

Share

‹ Home ›
View web version
Pages

Beranda ▼
About Me

Risky Nurhikmayani
Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia
Jagalah lingkungan kita demi generasi yang akan datang
View my complete profile

Pages

Beranda ▼
Pages - Menu

Home ▼

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai