Anda di halaman 1dari 28

EKOLOGI

PERSEBARAN & DITRIBUSI, PERILAKU & HABITAT SERTA FAKTOR


BIOTIK & ABIOTIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi

Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 2 offering H/2015

1. Achmad Rodiansyah (150342604537)


2. Atikah Amalia (150342603782)
3. Zauhara F. Wuriana (150342605971)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

S1 BIOLOGI
Januari 2017

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan


timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama


dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu:
"organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik
menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk
kehidupan".Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer
dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata
surya (Hamid, 2010).

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem


ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan
fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut,
inilah yang disebut dengan hukum toleransi.Misalnya: Panda memiliki toleransi
yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap
makanannya, yaitu bambu.Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem
dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai
sumber makanannya.Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat
memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir,
mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam (Farb, 1985).

Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok


- kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain.
Pemisahan kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau
kondisi cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling
berhubungan untuk melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-
populasi yang hidup secara terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi
banteng di Pulau Jawa terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di
kawasan Taman Nasional Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat
di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa.
Jika isolasi geografis atau cuaca itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat
melakukan pertukaran informasi genetik, maka antara kelompok yang satu dengan
yang lain bisa terdapat variasi-variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang
terjadi di tempat masing-masing. Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan
dua populasi yang terpisah dapat bersatu, pertukaran informasi genetik dapat
berlangsung ( Farb, 1985).

Biogeografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari penyebaran


makhluk hidup di seluruh permukaan bumi. Biogeografi mempelajari geografi
semua kehidupan dalam konteks spesial dan temporal selama masa
lampau,geologis sampai masa sekarang,kemampuan beradaptasi dan kemampuan
bermigrasi.Segala kehidupan di bumi merupakan bagian dari suatu sistem besar
yang saling berinteraksi dan bergantung pada komponen hayati dan non
hayati.Penyebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini tidak
merata.Penyebaran tergantung pada beberapa faktor yaitu ; sejarah geologi, iklim,
topografi, morfologi, kesuburan tanah, keadaan air dan manusia (Farb, 1985).

Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan penyebaran pada populasi?


2. Bagaimanakah wilayah persebaran hewan terhadap ekologi?
3. Apakah yang dimaksud dengan distribusi populasi?
4. Bagaimanakah pola penyebaran dan distribusi populasi pada ekologi?
5. Apakah yang dimaksud dengan perilaku ekologi?
6. Bagaimanakah pola perilaku makhluk hidup?
7. Apakah yang dimaksud dengan habitat dan seleksi habitat ?
8. Apa yang dimaksud faktor abiotik dan biotik?
9. Apa saja yang termasuk dalam faktor abiotic dan biotik?

Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebaran pada populasi
2. Untuk mengetahui wilayah persebaran hewan terhadap ekologi
3. Untuk mengetahui pengertian distribusi populasi
4. Untuk mengetahui pola penyebaran dan distribusi populasi pada ekologi
5. Untuk mengetahui pengertian perilaku ekologi
6. Untuk mengetahui pola perilaku makhluk hidup
7. Untuk mengetahui maksud dari habitat dan seleksi habitat
8. Untuk mengetahui faktor abiotik dan biotik
9. Untuk mengetahui hal yang termasuk dalam faktor abiotic dan biotik
KAJIAN PUSTAKA

Penyebaran dan Distribusi

Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah sendiri. Pada
prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antra populasi yang ada. Misalnya
dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum suatu area. Tentunya
didalamnya terdapat suatu komunitas populasi-populasi tersebut akan berhimpun
kedalam kelompok membentuk komunitas (Heddy, 1986).
Pada luas minimum menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan
jenis tumbuhan. Dalam suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi. Luas
terkecil ini dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara
keseluruhan. Bentuk vegetasi dalam petak tersebut dapat memperlihatkan
hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Vegetasi
terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan. Untuk mengetahui apakah
penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu vegetasi dapat dilakukan
pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan didapatkan bentuk penyebaran,
diantaranya secara acak, merata, atau berkelompok (Rasyid, 1993).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar
dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara
geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka
belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan
mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa
air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan
dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada
sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.
Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam
secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :
1. Penyebaran teratur atau seragam
Penyebaran teratur atau seragam atau merata terjadi apabila ada persaingan yang
kuat diantara individu-indiidu terdapat pada tempat tertentu dalam suatu
komunitas (Darmawan, 2005). Dimana individu-individu terdapat pada tempat
tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras
sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
Contoh: Persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang pada tumbuhan.
Menurut (Setiadi, 1989) Pola penyebaran teratur jika secara reguler dapat ditemui
pada perkebunan, agricultur yng lebih diutamakan efektifitas dan efisiensi lahan.
Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.
Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara
individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan
untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. Dari ketiga kategori ini, rumpunan adalah
pola yang paling sering diamati di alam dan merupakan gambaran pertama dari
kemenangan keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan, penggerombolan
disebabkan oleh reproduksi vegetative, susunan benih local dan fenomena
lain dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada
hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokkan
social. Penyebaran seragam serin terjadi di alam baik di antara tumbuhan
amaupun hewan. Pola-pola acak adalah umum di antara hewan-hewan tingkat
rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya
hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti itu
adalah umum di mana penghambuaran benih disebabkan angin.

2. Penyebaran secara acak (random)


Dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok
dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan
homogen atau faktor lingkungannya sangat seragam untuk seluruh daerah dimana
populasi berada. Menurut (Setiadi, 1989) Penyebaran acak jarang terdapat di
alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam
untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada
sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada
bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan
tumbuhan.
3. Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped)
Dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat
jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena
adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama. Menurut (Setiadi, 1989)
Pola penyebaran mengelompok (Agregated atau undispersed), menunjukan bahwa
hadirnya suatu tumbuhan akan memberikan indikasi untuk menemukan tumbuhan
yang sejenis. Anggota tumbuhan yang ditemukan lebih banyak ditemukan secara
mengelompok dikarenakan ada beberapa alasan :

1) Reproduksi tumbuhan yang menggunakan:


a. ruuner atau rimpang.
b. Reproduksi tumbuhan yang menggunakan biji cenderung jatuh di sekitar
induk.
2) Lingkungan /habitat mikro pada tiap spesies yang mempunyai kesamanan pada
anggota spesies. Habitat dikatakan homogen pada lingkungan makro, namun pada
lingkungan mikro sangat berbeda. Mikrositus yang paling cocok untuk suatu
spesies
cenderung ditempati lebih padat untuk spsies yang sama.

Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling


sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam
keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan
oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-
benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi,
agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering
terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor
hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang
sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana
penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang
mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi
antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi
lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk
bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di
alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-
kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan
seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok
induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif dan individu
membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga
atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud
bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus
beberapa individu atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau
memasuki populasi (Odum, 1993).

Distribusi
Macam pola distribusi meliputi:
a. Distribusi kosmopolit
Merupakan pola distribusi makhluk hidup yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat luas.
b. Distribusi endemik
Merupakan pola distribusi makhluk hidup yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat sempit bahkan kadang-kadang sangat terpencil. Contoh Bunga Rafflesia
Arnoldi di Bengkulu.

Menurut Umar (2013), distribusi atau pergerakan populasi dalam suatu


ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola yaitu :
1. Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat
lainnya dan tinggal secara permanen. Pergerakan ini keluar batas-batas
tempat populasi dan datang kembali ke tempat populasi semula secara
periodic.
2. Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan
tinggal secara permanen. Pergerakan ini keluar batas-batas tempat populasi
sehingga populasi menjadi berkurang.
3. Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah
ke daerah populasi lainnya secara periodik. Pergerakan ini ke dalam batas-
batas tempat populasi sehingga populasi bertambah.
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau
menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi
populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi
(emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).

Distribusi dibedakan menjasi tiga macam yaitu


1. Distribusi geologis
Merupakan distribusi jenis yang berhubungan dengan waktu/ zaman/ periode
umur bumi ketika jenis itu terdapat atau ditemukan.
2. Distribusi geografis
Merupakan distribusi jenis berdasarkan pada tempat ditemukannya jenis tersebut.
3. Distribusi ekologis
Merupakan distribusi jenis yang erat kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan.

Perilaku Makhluk Hidup

Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus


(Umar. 2012). Dari mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri
pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi
melihat dan merasakan seperti kita. Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena
pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat
proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan.

Pola Perilaku Makhluk Hidup

Bumi ini di huni oleh berjuta jenis hewan yang berbeda dan setiap jenias
memiliki perbedaan sendiri. Demikian juga dengan perilaku hewan memiliki
perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis, dan sedikit pola perilaku yang
dimiliki oleh semua jenis. Untuk sekian lama, seleksi alam juga memungkinkan
jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan tujuan perilaku,
termasuk perilaku komunikasi, perilaku penguasaan wilayah, perilaku penyebaran
dan perilaku social

Adapun pola pola perilaku hewan yaitu (Susanto. 2000) :

1 Perilaku reproduksi
Meskipun beberapa jenis hewan mampu untuk berbiak secara aseksual
(seperti beberapa jenis serangga dan sedikit jenis kadal), kebanyakan hewan harus
menemukan pasangan agar mampu bereproduksi. Pada banyak kasus, satu
individu hewan, pada umumnya jantan, mencoba untuk berprilaku atraktif untuk
menarik lawan jenisnya. Contohnya adalah penguin. Musim reproduksi hewan
kutub ini terjadi selama musim panas berlangsung di Antartika. Yakni, sepanjang
Oktober sampai Februari. Jantan harus membangun sarangnya sendiri untuk
merayu si betina. Saat membangun sarang tersebut, beberapa pinguin betina
menghampiri si jantan dan membantu mendirikan sarang. Beberapa betina akan
bergantian memeriksa sarang baru tersebut.

2 Perilaku mencari makan


Hewan memperlihatkan beberapa tipe perilaku mencari makan yang
berbeda. Beberapa jenis hewan sangat selektif terhadap apa yang mereka makan.
Kelompok hewan ini termasuk pencari makan khusus (foraging specialist).
Contohnya beberapa jenis serangga hanya akan memakan satu jenis tumbuhan
saja. Hewan hewan lain merupakan hewan generalis memakan banyak jenis tipe
makanan. Contohnya, adalah opossum yang memakan berbagai jenis serangga
serta buah.

3 Perilaku bertahan
Pola perilaku bertahan pada hewan terbagi menjadi 2 :
a) Pola perilaku mempertahankan diri
Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh
makanan. Selain itu juga untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Contohnya :

Mimikri

Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap musuh dengan cara


menyerupai sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain organiseme lain seperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar
dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa.

Kamuflase
Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit
dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk
mencari makan.

Autotomi

Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah


satu bagian tubuh. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya
sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan
gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa
akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih
leluasa

b) Pola perilaku Bertahan hidup dalam lingkungan fisik.


Kebanyakan hewan hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran suhu,
salinitas, kelembaban tertentu, dan sebagainya. Mereka mempunyai mekanisme
yang efisien untuk mempertahankan kendali homeostatis terhadap lingkungannya.
Contohnya :

Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras
dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung
lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi
biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat,
pernapasan yang lambat, dan lain-lain.

4 Perilaku komunikasi
Perilaku komunikasi memegang peranan penting bagi hewan. Di samping
komunikasi menggunakan tanda (signal) dan suara, beberapa jenis bahan kimia
hewan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahan bahan kimia.
Contohnya pada ngengat yang menggunakan feromon pada saat akan kawin yang
dilepaskan ke udara oleh ngengat betina. Semut juga melakukan komunikasi
dengan feromon untuk mengenal semut lainnya. Serta berbagai serangga sosial
seperti lebah dan rayap. Hewan-hewan tersebut mempunyai berbagai feromon
untuk setiap tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari
makan, perilaku adanya bahaya dll.

Gambar. Ngengat Gambar. Semut berkomunikasi

5 Perilaku teritorial
Perancangan dan pemeliharaan kawasan (territorial) merupakan perilaku
yang diperlihatkan oleh hewan, terutama oleh serangga, ikan, burung, reptil, dan
mamalia. Kawasan (territoria) digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk
untuk makanan, kawin, dan keamanan. Pemilik kawasan pada umumnya mencoba
untuk mengusir individu lain yang memasuki kawasannya.
Tujuan utama dari perilaku territorial ini adalah menjaga dan
mempertahankan adanya gangguan yang masuk dari individu lain. Teritori
tergantung pada penampakan yang ditunjukan oleh hewan tersebut bahwa teritori
tersebut sudah dikuasai. Contohnya suara Burung Parus Major yang berada dalam
teritori digunakan untuk menjaga kawasannya agar tidak diambil oleh burung
asing lainnya. Apabila ada suara burung yang memasuki kawasan tidak dikenal
maka ia akan diserang.

Gambar. Burung Parus Major


6 Perilaku sosial
Pola lain dari perilaku adalah termasuk perilaku penyebaran, yang
diperlihatkan oleh individu lain dengan menjauhi area di mana mereka dilahirkan.
Perilaku sosial merupakan hal umum yang ditemui pada berbagai jenis hewan
terutama yang hidup dalam kelompok, seperti semut, anai-anai, lebah, penguin,
dan primata.
Perilaku sosial didefinisikan sebagai interaksi di antara individu, secara
normal di dalam spesies yang sama yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Perilaku sosial berkembang di antaranya karena adanya kebutuhan untuk
reproduksi dan bertahan dari predator. Perilaku sosial dilakukan dengan banyak
tujuan dan diperlihatkan oleh berbagai macam hewan, mulai hewan yang tak
bertulang belakang, ikan, burung, hingga mamalia.

7 Perilaku migrasi
Perilaku migrasi dan berpindah tempat ini dilaukan oleh hewan seacra
berkelompok. Tujun atau orientasi pergerakan sudah jelas untuk menghindari
kondisi lingkungsn yang sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup
populasinya atau untuk kegiatan bereproduksi. Contohnya, pada kelompok kerbau
liar Afrika, kondisi lingkungan lebih menjadi factor penentu gerombolan kerbau
bergerak sekalipun terus menerjang bahaya. Sebagai hewan pemakan rumput,
keberadaan jumlah curah hujan dan kehijauan rumput yang liar lebih menjadi
pendorong pergerakan kelompoknya. Pergerakan yang dilakukan secara
berkelompok untuk melindungi diri dan dari bahaya predator.
Habitat
Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organism hidup
melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya ada
bermacam-macam, seperti perairan, daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat
dapat berarti juga sebgai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi
atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem.

Berdasarkan kualitasnya, habitat memiliki kemampuan untuk memberikan


sumberdaya untuk bertahan hidup, reproduksi, dan kelangsungan hidup populasi
secara terus menerus. Leopold (1933) dan Dasman et al. (1973) menyatakan
bahwa suatu habitat dikatakan memiliki kualitas yang tinggi apabila kepadatan
satwa seimbang dengan sumberdaya yang tersedia, di lapangan pada umumnya
habitat yang memiliki kualitas ditunjukkan dengan besarnya kepadatan satwa.

Berdasarkan variasi habitat menurut waktu,dapat dikenal 4 macam habitat.


1. Habitat yang konstan,yaitu suatu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif
baik atau kurang baik.
2. Habitat yang bersifat memusim,yaitu suatu habitat yang kondisinya secara
relative teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
3. Habitat yang tidak menentu,yaitu suatu habitat yang mengalami suatu priode
dengan kondisi baik yang lamanya berfariasi ,sehingga kondisinya tidak dapat
diramalkan.
4. Habitat yang efemeral,yaitu suatu habitat yang mengalami priode kondisi baik
yang berlangsung relative singkat,diikuti oleh suatu priode dengan kondisi yang
kurang baik yang berlangsung relative lama sekali.
Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang,habitat dapat
diklasifikasi menjadi tiga macam.
1. Habitat yang bersinambung,yaitu apabila suatu habitat mengandung area dengan
kondisi baik yang luas sekali,yang melebihi luas area yang dapat di jelajahi
populasi hewan pengaruhinya .Sehingga contoh yang luas sebagai habitat dari
populasi rusa yang berjumlah 10 ekor.
2. Habitat yang berputus-putus,merupakan suatu habitat yang mengandung area
dengan kondisi baik letaknya berselang-seling dengan area yang berkondisi
kurang baik,hewan penghuninya dengan mudah dapat menyebar dari area
berkondisi baik yang satu ke yang lainnya.
3. Habitat yang terisolasi, merupakan suatu habitat yang mengandung area
terkondisi baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dariarea
berkondisi baik yang lain, sehingga hewan-hewan tidak dapat menyebar untuk
mencapainya, kecuali bila didukung oleh faktor-faktor kebetulan. Misal suatu
pulau kecil yang di huni oleh populasi rusa. Jika makanan habis rusa tersebut
tidak dapat berpindah ke pulau lain. Pulau kecil tersebut merupakan bukan habitat
terisolasi bagi suatu populasi burung yang dapat dengan mudah pindah ke pulau
lainnya, tetapi lebih cocok disebut habitat yang terputus.
Berdasarkan ukuran dan bentuknya, menggunakan skala geografi, menurut
Hugget (2003) habitat dibagi menjadi :
a. Microhabitat : mengacu pada kondisi habitat terkecil dimana masih terjadi
interaksi antar organism dengan lingkungannya. Luas microhabitat beberapa cm
persegi hingga beberapa meter suatu area.
b. Mesohabitat : suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar daripada
microhabitat dan lebih kecil dari makrohabitat. Ukuran mesohabitat sekitar 10.000
km
c. Macrohabitat : lebih cenderung mengarah pada kondisi luasan yang sangat
besar (seperti habitat perairan dan lainnya), dimana luas areanya sekitar 1.000.000
km
d. Megahabitat : terdiri dari benua

Seleksi habitat
Habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik
yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang
biaknya satwa liar. Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang
diperlukan untuk mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi
menyediakan makanan, air dan pelindung. Habitat yang sesuai untuk suatu jenis, belum
tentu sesuai untuk jenis yang lain, karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang
berbeda- beda (Dasman, 1973). Habitat suatu jenis satwa merupakan sistem yang
terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotik serta dapat mengendalikan
kehidupan satwa yang hidup di dalamnya (Alikodra, 1990).

Setiap satwa memiliki kondisi habitat yang berbeda yang sesuai dengan
kesukaan maupun kebutuhan sumberdaya nya, oleh karena itu mereka melakukan
seleksi untuk memilih habitat yang sesuai dengan mereka. Menurut Wirakusumah
(2003) Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah laku di mana satwa
menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya. Menurut Shawn (1985),
Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar terdiri dari:

1. Pakan (food), merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap
jenis satwa mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih pakannya.
Sedangkan ketersediaan pakan erat hubungannya dengan perubahan
musim;
2. Pelindung (cover), adalah segala tempat dalam habitat yang mampu
memberikan perlindungan bagi satwa dari cuaca dan predator, ataupun
menyediakan kondisi yang lebih baik dan menguntungkan bagi
kelangsungan kehidupan satwa;
3. Air (water), dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh
satwa. Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air dan/atau tidak
tergantung air. Ketersediaan air pada habitat akan dapat mengubah kondisi
habitat, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh
pada kehidupan satwa;
4. Ruang (space), dibutuhkan oleh individu- individu satwa untuk
mendapatkan cukup pakan, pelindung, air dan tempat untuk kawin.
Besarnya ruang yang dibutuhkan tergantung ukuran populasi, sementara
itu populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas dan
keragaman habitat.
Faktor Abiotik dan Biotik

Abiotik

Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat
adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan
yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan
tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan makhluk tak
hidup. Menurut (Jumhana,2006) Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi
faktor fisik dan kimia

Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti
komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia. Komponen biotic
mempunyai pengaruh penting dalam distribusi suatu spesies pada populasi dan
ekosistemnya. Faktor biotic seperti suhu, air, keberadaan oksigen, salinitas, sinar
matahari, tanah dapat membatasi distribusi spesies (Reece,J.B. et al,2011).

Gambar 2. Tumbuhan sebagai komponen biotik

(Sumber: Reece,J.B. et al,2011)


Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup,
misalnya udara, air, cahaya, dll. Fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, hewan dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain :

1. Suhu Atau Temperatur

Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran
suhu 00C400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 0 0C atau
diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena
memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat
yang diperlukan organisme untuk hidup. Hal ini berkaitan pula dengan efektivitas kerja
dari suatu enzim yang berperan dalam metabolisme tubuh organisme. Sering kita amati
banyak sekali hewan atau tumbuhan akan mati jika terpapar atau berada di suatu
lingkungan yang bersuhu ekstrim. Sel dapat pecah jika air didalamnya membeku (pada
suhu dibawah 0C) dan sebagian besar protein dari suatu organisme akan terdenaturasi
pada suhu 45 0C (Reece,J.B. et al,2011). Hal ini merupakan suhu merupakan faktor
penting bagi kehidupan.

Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan
biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara
adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak
dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur
lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 18
o
C atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan
oleh temperatur atau suhu. Semakin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses
kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya. Selama musim hujan, rata-rata temperatur
udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah
dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat
dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.

Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah


penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat
menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak.

2. Air dan Oksigen

Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai
pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari
kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air
diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan
manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi
manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan,
air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.

Variasi dramatis dalam ketersediaannya air antara habitat


merupakan faktor penting dalam distribusi spesies. Organisme di
darah hampir selalu mengalami ancaman kekeringan yang konstan,
distribusi terestial mencerminkan kemampuan mereka untuk
memperoleh banyak air dan melestarikan banyak air (Reece,J.B. et
al,2011). Air mempengaruhi ketersediaan oksigen di lingkungan
perairan dan di tanah yang tergenang. Oksigen merupakan suatu
senyawa molekulyang dapat larut di dalam air. Oksigen di dalam
air ini banyak dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk melakukan
proses respirasi. Konsentrasi oksigen dapat sangat rendah baik
perairan laut atau perairan tawar. Akar bakau memiliki bentuk
khusus yang dapat memproyeksikan di atas air dan membantu sistem akar untuk
memperoleh oksigen (Reece,J.B. et al,2011).

Salinitas

Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan
mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan
tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam
tinggi. Salinitas dapat mempengaruhi adanya persebaran dan distribusi suatu populasi.
Kebanyakan organisme air memiliki efektifitas dalam menyikapi kadar garam
(osmoregulitas) yang berbeda berdasarkan salinitasnya. Hal ini juga berkaitan fisiologis
suatu organisme seperti ikan salmon.

Cahaya matahari

Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari


menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Sinar matahari diserap oleh organisme
fotosintetik memberikan energi yang mendorong sebagian besar ekosistem, dan sinar
matahari yang terlalu sedikit dapat membatasi distribusi spesies dalam fotosintesis
(Reece,J.B. et al,2011). Tingkat intensitas cahaya matahari di ekosistem ini berbeda ,
seperti gurun merupakan tempat dimana menerima intensitas cahaya yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan stress suhu pada tumbuhan jika hewan dan tumbuhan tidak dapat
menyikapi hal tersebut melalui penguapan.

Pada ketinggian tinggi, sinar matahari lebih mungkin dapat merusak DNA dan
protein karena suasana lebih tipis dalam menyerap kurang radiasi ultraviolet (UV).
kerusakan dari radiasi UV, dikombinasikan dengan abiotik lainnya, mencegah pohon dari
bertahan di atas ketinggian tertentu, sehingga dalam penampilan dari garis pohon di
lereng gunung (Reece,J.B. et al,2011).

Gambar. Pola pepohonan alpine

Sumber: (Reece,J.B. et al,2011)

Batuan dan tanah

Di lingkungan darat , komposisi pH,mineral, dan struktur fisik batuan dan


struktur tanah dapat membatasi distribusi tanaman dengan demikian mereka dapat
member kontribusi dalam ekosistem daratan. Keasaman pada tanah juga berpengaruh
terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang
memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam
atau basa. pH tanah dapat membatasi distribusi organisme secara langsung, melalui asam
atau basa dalam kondisi ekstrim,maupun tidak langsung oleh pengaruh nutrisi dan racun
(Reece,J.B. et al,2011). Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat
(P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl).
Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air
tanah. jika tumbuhan mengalami kekurangan nutrisi dapat memungkinkan tumbuhan
tersebut tidak dapat tumbuh bahkan sampai mati. Akibatnya ini dapat mempengaruhi pola
persebaran dan distribusi suatu habitat tumbuhan.

Di perairan,komposisi batuan dan tanah (substrat sungai) dapat mempengaruhi


sifat kimia suatu perairan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi organisme perairan.
Sama halnya pada daratan, faktor tersebut dapat mempengaruhi persebaran suatu
populasi.

Biotik

Biotik (bahasa Inggris: biotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan. Komponen biotik meliputi semua faktor hidup yaitu: kelompok organisme
produsen, konsumen dan pengurai. . Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi
semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan (Jumhana, 2006).
Komponen biotic ini sangat menggantungkan komponen abiotik untuk dapat bertahan
hidup.

Gambar 1. Hewan sebagai Gambar 2. Tumbuhan sebagai


komponen biotic komponen biotik

(Sumber: Reece,J.B. et al,2011) (Sumber: Reece,J.B. et al,2011)

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi,
baik tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer.

Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi


individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme
makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Menurut
Suwandi (2008) Lingkungan biotik dari suatu organisme dikategorikan menjadi
Lingkungan biotic intraspesies dan lingkungan biotic interspesies.

Lingkungan biotic intraspesies


Lingkungan biotic intraspesies adalah organisme lain dari spesies yang sama atau
jenis yang sama . contoh: manusia dengan manusia lain dan sebatang kelapa
dengan pohon kelapa yang lain.

Gambar 3. Biotik intraspesies

(Sumber: Reece,J.B. et al,2011)

Lingkungan biotic interspesies


Lingkungan biotic interspesies adalah organisme lain dari spesies atau jenis yang
berlainan. Contoh manusia dengan tumbuhan dan/atau hewan.

Gambar 4. Biotik interspesies

(Sumber: Reece,J.B. et al,2011)

Menurut fungsinya maka komponen biotik yang merupakan semua makhluk


hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem dapat dibedakan dalam tiga kelompok utama :

1. Produsen
Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri
melalui proses fotosintesis, dengan demikian kelompok produsen ditempati
tumbuhan yang berklorofil. Produsen adalah organisme yang mampu
membentuk makanannya sendiri dari zat anorganik melalui proses fotosintesis
dan klorofil, organisme ini disebut autotrof karena mampu membentuk
makanannya sendiri juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup lainnya.
Kelompok produsen merupakan kelompok yang menyediakan barang atau jasa.
2. Konsumen
Komsumen merupakan pemakai atau pengguna suatu barang atau jasa
yang dihasilkan oleh produsen. Menurut Kamus Besar Bahasia Indonesia
konsumen merupakan pemakai barang hasil produksi. Jika dikaitkan dalam
biologi, konsumen ini merupakan makhluk hidup yang mengkonsumsi hasil
pengolahan makanan dari kelompok produsen (tumbuhan) dan/atau organisme
tingkat petama atau kedua yang dikonsumsi makhluk hidup tingkat tiga.
Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu memanfaatkan
hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen. Produsen utama adalah
tumbuhan dimana tumbuhan ini mampu membuat makanan sendiri (autotrof)..
Kelompok konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membuat makanan
sendiri. Konsumen merupakan kelompok makhluk hidup yang
menggunakan atau makan zat - zat organik atau makanan yang dibuat oleh
produsen. Termasuk ke dalam kelompok ini yaitu hewan - hewan dan manusia
(Jumhana, 2006).
Konsumen merupakan kedudukan setelah produsen dimana sebagian
besar pada tingkat ini ditempati oleh hewan. Konsumen memiliki tingkatan
trofik dimana dapat terjadi konsumen pertama yang memanfaatkan produsen di
konsumsi oleh konsumen berikutnya. Akibat adanya hal tersebut muncullah
grafik mengenai proses makan memakan ini sehingga kita kenal ada istilah
rantai makanan dan jaring makanan. Kelompok hewan dibedakan menjadi
herbivora, karnivora, dan omnivora yang masing-masing menempati trofik
tertentu. Herbivora merupakan kelompok hewan pemakan tumbuhan.
Karnivora merupakan kelompok hewan pemakan daging. Omnivora adalah
kelompok hewan pemakan tumbuhan dan daging. Ketiga golongan hewan
tersebut memiliki hubungan saling makan memakan yang dapat dideskripsikan
dalam trophic structure. Struktur dan dinamika dari komunitas yang
berhubungan dengan makan-memakan antar organisme disebut trophic
structure (Reece,J.B. et al,2011)
Gambar 5. Trophic structure

(Sumber: Reece,J.B. et al,2011)

Dalam rantai makanan kelompok herbivora, karnivora, dan omnivora


menempati tingkatan konsumn yang berbeda. hewan yang memakan tumbuhan
menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat pertama. Kelompok
karnivora menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat kedua. Kelompok
omnivora menempati konsumen tingkat tiga.
3. Pengurai
Kelompok pengurai merupakan golongan organisme yang berperan dalam
menguraikan sisa-sisa jasad mati dari organisme lain. Kelompok pengurai,
misalnya bakteri dan jamur. Hasil penguraian organisme ini akan kembali
menjadi unsur hara yang menyuburkan tanah. Termasuk kelompok berarti
kelompok pengurai ini misalnya kebanyakan bakteri dan jamurjamur
(Jumhana,2006).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pola penyebaran adalah pergerakan individu ke dalam atau keluar dari
populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara
geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana
mereka belum menempatinya............................

Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus


Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan
lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang
dapat disebabkan oleh lingkungan.
Seleksi alam juga memungkinkan jenis hewan tertentu memiliki
kemampuan untuk mencapai tujuan tujuan perilaku, termasuk perilaku
komunikasi, perilaku penguasaan wilayah, perilaku penyebaran dan perilaku
social
Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organism hidup
melaksanakan kehidupannya dan Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah
laku di mana satwa menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya.
Komponen biotik dan komponen abiotic merupkan faktor penting dalam
konsep persebaran dan kepadatan suatu organisme. Faktor biotik ini merupakan
komponen hidup sedangkan faktor abiotic merupakan komponen tak hidup.

DAFTAR RUJUKAN
Alikodra, H. S. 1990. The Implementation of Forest Rsource Conservation in
Sustainable Forest Management in Indonesia (in) Indonesis effort to
Achieve Sustainable Forestry. Forum of Indonesia Forestry Scientists.

Dasmann, R. F., J. P. Milton and P.H. Freeman. 1973. Ecological principles for
Economic Development. John Wiley and Sons, London, U.K.
Dharmawan, A, Ibrohim, TauaritaH, Suwono, H, Susanto. P. Ekologi Hewan.
Malang.UM Press.
Farb, Peter . 1985. Ekologi. Jakarta : Pustaka Alam Life
Hamid, Syamsudin. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Gama Press
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta
Hugget, J. R. 2003. Fundamental of Biogeography.Routledge Taylor and France
Group : New York
Leopold, A. 1933. Game Management. Charles Scribners Sons. New York.
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta
Naughton, S., 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Odum, H. , 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta.
Rasyid, 1993. Ekologi Tanaman. UMM Press, Malang.
Reece,J.B., Urry,L.A., Cain,M.L., Wasserman,S.A., Minorsky,P.V., Jackson,R.B.
2011. Campbell Biology Ninth Edition. New York: Benjamin Cummings

Setiadi, D. 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat Antar lmu Hayat. Bogor: IPB.
Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Suwandi. 2008. Ekologi Kepariwisataan Lingkungan Abiotik dan Biotik.


Bandung: Universitas Pendidikan Bandung.

Umar, M., Ruslan., 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar:


Universitas Hasanuddin.

Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,


Makassar
. Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press

Anda mungkin juga menyukai