Disusun oleh:
JURUSAN BIOLOGI
S1 BIOLOGI
Januari 2017
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebaran pada populasi
2. Untuk mengetahui wilayah persebaran hewan terhadap ekologi
3. Untuk mengetahui pengertian distribusi populasi
4. Untuk mengetahui pola penyebaran dan distribusi populasi pada ekologi
5. Untuk mengetahui pengertian perilaku ekologi
6. Untuk mengetahui pola perilaku makhluk hidup
7. Untuk mengetahui maksud dari habitat dan seleksi habitat
8. Untuk mengetahui faktor abiotik dan biotik
9. Untuk mengetahui hal yang termasuk dalam faktor abiotic dan biotik
KAJIAN PUSTAKA
Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah sendiri. Pada
prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antra populasi yang ada. Misalnya
dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum suatu area. Tentunya
didalamnya terdapat suatu komunitas populasi-populasi tersebut akan berhimpun
kedalam kelompok membentuk komunitas (Heddy, 1986).
Pada luas minimum menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan
jenis tumbuhan. Dalam suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi. Luas
terkecil ini dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara
keseluruhan. Bentuk vegetasi dalam petak tersebut dapat memperlihatkan
hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Vegetasi
terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan. Untuk mengetahui apakah
penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu vegetasi dapat dilakukan
pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan didapatkan bentuk penyebaran,
diantaranya secara acak, merata, atau berkelompok (Rasyid, 1993).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar
dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara
geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka
belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan
mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa
air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan
dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada
sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.
Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam
secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :
1. Penyebaran teratur atau seragam
Penyebaran teratur atau seragam atau merata terjadi apabila ada persaingan yang
kuat diantara individu-indiidu terdapat pada tempat tertentu dalam suatu
komunitas (Darmawan, 2005). Dimana individu-individu terdapat pada tempat
tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras
sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
Contoh: Persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang pada tumbuhan.
Menurut (Setiadi, 1989) Pola penyebaran teratur jika secara reguler dapat ditemui
pada perkebunan, agricultur yng lebih diutamakan efektifitas dan efisiensi lahan.
Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.
Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara
individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan
untuk mendapatkan nutrisi dan ruang. Dari ketiga kategori ini, rumpunan adalah
pola yang paling sering diamati di alam dan merupakan gambaran pertama dari
kemenangan keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan, penggerombolan
disebabkan oleh reproduksi vegetative, susunan benih local dan fenomena
lain dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada
hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokkan
social. Penyebaran seragam serin terjadi di alam baik di antara tumbuhan
amaupun hewan. Pola-pola acak adalah umum di antara hewan-hewan tingkat
rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya
hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti itu
adalah umum di mana penghambuaran benih disebabkan angin.
Distribusi
Macam pola distribusi meliputi:
a. Distribusi kosmopolit
Merupakan pola distribusi makhluk hidup yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat luas.
b. Distribusi endemik
Merupakan pola distribusi makhluk hidup yang mempunyai daerah distribusi yang
sangat sempit bahkan kadang-kadang sangat terpencil. Contoh Bunga Rafflesia
Arnoldi di Bengkulu.
Bumi ini di huni oleh berjuta jenis hewan yang berbeda dan setiap jenias
memiliki perbedaan sendiri. Demikian juga dengan perilaku hewan memiliki
perilaku umum yang dimiliki oleh banyak jenis, dan sedikit pola perilaku yang
dimiliki oleh semua jenis. Untuk sekian lama, seleksi alam juga memungkinkan
jenis hewan tertentu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan tujuan perilaku,
termasuk perilaku komunikasi, perilaku penguasaan wilayah, perilaku penyebaran
dan perilaku social
1 Perilaku reproduksi
Meskipun beberapa jenis hewan mampu untuk berbiak secara aseksual
(seperti beberapa jenis serangga dan sedikit jenis kadal), kebanyakan hewan harus
menemukan pasangan agar mampu bereproduksi. Pada banyak kasus, satu
individu hewan, pada umumnya jantan, mencoba untuk berprilaku atraktif untuk
menarik lawan jenisnya. Contohnya adalah penguin. Musim reproduksi hewan
kutub ini terjadi selama musim panas berlangsung di Antartika. Yakni, sepanjang
Oktober sampai Februari. Jantan harus membangun sarangnya sendiri untuk
merayu si betina. Saat membangun sarang tersebut, beberapa pinguin betina
menghampiri si jantan dan membantu mendirikan sarang. Beberapa betina akan
bergantian memeriksa sarang baru tersebut.
3 Perilaku bertahan
Pola perilaku bertahan pada hewan terbagi menjadi 2 :
a) Pola perilaku mempertahankan diri
Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh
makanan. Selain itu juga untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Contohnya :
Mimikri
Kamuflase
Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit
dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk
mencari makan.
Autotomi
Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras
dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung
lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi
biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat,
pernapasan yang lambat, dan lain-lain.
4 Perilaku komunikasi
Perilaku komunikasi memegang peranan penting bagi hewan. Di samping
komunikasi menggunakan tanda (signal) dan suara, beberapa jenis bahan kimia
hewan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahan bahan kimia.
Contohnya pada ngengat yang menggunakan feromon pada saat akan kawin yang
dilepaskan ke udara oleh ngengat betina. Semut juga melakukan komunikasi
dengan feromon untuk mengenal semut lainnya. Serta berbagai serangga sosial
seperti lebah dan rayap. Hewan-hewan tersebut mempunyai berbagai feromon
untuk setiap tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari
makan, perilaku adanya bahaya dll.
5 Perilaku teritorial
Perancangan dan pemeliharaan kawasan (territorial) merupakan perilaku
yang diperlihatkan oleh hewan, terutama oleh serangga, ikan, burung, reptil, dan
mamalia. Kawasan (territoria) digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk
untuk makanan, kawin, dan keamanan. Pemilik kawasan pada umumnya mencoba
untuk mengusir individu lain yang memasuki kawasannya.
Tujuan utama dari perilaku territorial ini adalah menjaga dan
mempertahankan adanya gangguan yang masuk dari individu lain. Teritori
tergantung pada penampakan yang ditunjukan oleh hewan tersebut bahwa teritori
tersebut sudah dikuasai. Contohnya suara Burung Parus Major yang berada dalam
teritori digunakan untuk menjaga kawasannya agar tidak diambil oleh burung
asing lainnya. Apabila ada suara burung yang memasuki kawasan tidak dikenal
maka ia akan diserang.
7 Perilaku migrasi
Perilaku migrasi dan berpindah tempat ini dilaukan oleh hewan seacra
berkelompok. Tujun atau orientasi pergerakan sudah jelas untuk menghindari
kondisi lingkungsn yang sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup
populasinya atau untuk kegiatan bereproduksi. Contohnya, pada kelompok kerbau
liar Afrika, kondisi lingkungan lebih menjadi factor penentu gerombolan kerbau
bergerak sekalipun terus menerjang bahaya. Sebagai hewan pemakan rumput,
keberadaan jumlah curah hujan dan kehijauan rumput yang liar lebih menjadi
pendorong pergerakan kelompoknya. Pergerakan yang dilakukan secara
berkelompok untuk melindungi diri dan dari bahaya predator.
Habitat
Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organism hidup
melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya ada
bermacam-macam, seperti perairan, daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat
dapat berarti juga sebgai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi
atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem.
Seleksi habitat
Habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik
yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang
biaknya satwa liar. Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang
diperlukan untuk mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi
menyediakan makanan, air dan pelindung. Habitat yang sesuai untuk suatu jenis, belum
tentu sesuai untuk jenis yang lain, karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang
berbeda- beda (Dasman, 1973). Habitat suatu jenis satwa merupakan sistem yang
terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotik serta dapat mengendalikan
kehidupan satwa yang hidup di dalamnya (Alikodra, 1990).
Setiap satwa memiliki kondisi habitat yang berbeda yang sesuai dengan
kesukaan maupun kebutuhan sumberdaya nya, oleh karena itu mereka melakukan
seleksi untuk memilih habitat yang sesuai dengan mereka. Menurut Wirakusumah
(2003) Seleksi habitat merupakan proses atau tingkah laku di mana satwa
menyeleksi atau memilih suatu habitat untuk hidupnya. Menurut Shawn (1985),
Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar terdiri dari:
1. Pakan (food), merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap
jenis satwa mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih pakannya.
Sedangkan ketersediaan pakan erat hubungannya dengan perubahan
musim;
2. Pelindung (cover), adalah segala tempat dalam habitat yang mampu
memberikan perlindungan bagi satwa dari cuaca dan predator, ataupun
menyediakan kondisi yang lebih baik dan menguntungkan bagi
kelangsungan kehidupan satwa;
3. Air (water), dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh
satwa. Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air dan/atau tidak
tergantung air. Ketersediaan air pada habitat akan dapat mengubah kondisi
habitat, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh
pada kehidupan satwa;
4. Ruang (space), dibutuhkan oleh individu- individu satwa untuk
mendapatkan cukup pakan, pelindung, air dan tempat untuk kawin.
Besarnya ruang yang dibutuhkan tergantung ukuran populasi, sementara
itu populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan, produktivitas dan
keragaman habitat.
Faktor Abiotik dan Biotik
Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah,
udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat
adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan
yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan
tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan makhluk tak
hidup. Menurut (Jumhana,2006) Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi
faktor fisik dan kimia
Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti
komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia. Komponen biotic
mempunyai pengaruh penting dalam distribusi suatu spesies pada populasi dan
ekosistemnya. Faktor biotic seperti suhu, air, keberadaan oksigen, salinitas, sinar
matahari, tanah dapat membatasi distribusi spesies (Reece,J.B. et al,2011).
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran
suhu 00C400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 0 0C atau
diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena
memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat
yang diperlukan organisme untuk hidup. Hal ini berkaitan pula dengan efektivitas kerja
dari suatu enzim yang berperan dalam metabolisme tubuh organisme. Sering kita amati
banyak sekali hewan atau tumbuhan akan mati jika terpapar atau berada di suatu
lingkungan yang bersuhu ekstrim. Sel dapat pecah jika air didalamnya membeku (pada
suhu dibawah 0C) dan sebagian besar protein dari suatu organisme akan terdenaturasi
pada suhu 45 0C (Reece,J.B. et al,2011). Hal ini merupakan suhu merupakan faktor
penting bagi kehidupan.
Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan
biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara
adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak
dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur
lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 18
o
C atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan
oleh temperatur atau suhu. Semakin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses
kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya. Selama musim hujan, rata-rata temperatur
udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah
dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat
dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai
pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari
kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air
diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan
manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi
manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan,
air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
Salinitas
Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan
mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan
tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam
tinggi. Salinitas dapat mempengaruhi adanya persebaran dan distribusi suatu populasi.
Kebanyakan organisme air memiliki efektifitas dalam menyikapi kadar garam
(osmoregulitas) yang berbeda berdasarkan salinitasnya. Hal ini juga berkaitan fisiologis
suatu organisme seperti ikan salmon.
Cahaya matahari
Pada ketinggian tinggi, sinar matahari lebih mungkin dapat merusak DNA dan
protein karena suasana lebih tipis dalam menyerap kurang radiasi ultraviolet (UV).
kerusakan dari radiasi UV, dikombinasikan dengan abiotik lainnya, mencegah pohon dari
bertahan di atas ketinggian tertentu, sehingga dalam penampilan dari garis pohon di
lereng gunung (Reece,J.B. et al,2011).
Biotik
Biotik (bahasa Inggris: biotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam
lingkungan. Komponen biotik meliputi semua faktor hidup yaitu: kelompok organisme
produsen, konsumen dan pengurai. . Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi
semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan (Jumhana, 2006).
Komponen biotic ini sangat menggantungkan komponen abiotik untuk dapat bertahan
hidup.
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi,
baik tumbuhan,hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer.
1. Produsen
Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri
melalui proses fotosintesis, dengan demikian kelompok produsen ditempati
tumbuhan yang berklorofil. Produsen adalah organisme yang mampu
membentuk makanannya sendiri dari zat anorganik melalui proses fotosintesis
dan klorofil, organisme ini disebut autotrof karena mampu membentuk
makanannya sendiri juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup lainnya.
Kelompok produsen merupakan kelompok yang menyediakan barang atau jasa.
2. Konsumen
Komsumen merupakan pemakai atau pengguna suatu barang atau jasa
yang dihasilkan oleh produsen. Menurut Kamus Besar Bahasia Indonesia
konsumen merupakan pemakai barang hasil produksi. Jika dikaitkan dalam
biologi, konsumen ini merupakan makhluk hidup yang mengkonsumsi hasil
pengolahan makanan dari kelompok produsen (tumbuhan) dan/atau organisme
tingkat petama atau kedua yang dikonsumsi makhluk hidup tingkat tiga.
Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu memanfaatkan
hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen. Produsen utama adalah
tumbuhan dimana tumbuhan ini mampu membuat makanan sendiri (autotrof)..
Kelompok konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membuat makanan
sendiri. Konsumen merupakan kelompok makhluk hidup yang
menggunakan atau makan zat - zat organik atau makanan yang dibuat oleh
produsen. Termasuk ke dalam kelompok ini yaitu hewan - hewan dan manusia
(Jumhana, 2006).
Konsumen merupakan kedudukan setelah produsen dimana sebagian
besar pada tingkat ini ditempati oleh hewan. Konsumen memiliki tingkatan
trofik dimana dapat terjadi konsumen pertama yang memanfaatkan produsen di
konsumsi oleh konsumen berikutnya. Akibat adanya hal tersebut muncullah
grafik mengenai proses makan memakan ini sehingga kita kenal ada istilah
rantai makanan dan jaring makanan. Kelompok hewan dibedakan menjadi
herbivora, karnivora, dan omnivora yang masing-masing menempati trofik
tertentu. Herbivora merupakan kelompok hewan pemakan tumbuhan.
Karnivora merupakan kelompok hewan pemakan daging. Omnivora adalah
kelompok hewan pemakan tumbuhan dan daging. Ketiga golongan hewan
tersebut memiliki hubungan saling makan memakan yang dapat dideskripsikan
dalam trophic structure. Struktur dan dinamika dari komunitas yang
berhubungan dengan makan-memakan antar organisme disebut trophic
structure (Reece,J.B. et al,2011)
Gambar 5. Trophic structure
DAFTAR RUJUKAN
Alikodra, H. S. 1990. The Implementation of Forest Rsource Conservation in
Sustainable Forest Management in Indonesia (in) Indonesis effort to
Achieve Sustainable Forestry. Forum of Indonesia Forestry Scientists.
Dasmann, R. F., J. P. Milton and P.H. Freeman. 1973. Ecological principles for
Economic Development. John Wiley and Sons, London, U.K.
Dharmawan, A, Ibrohim, TauaritaH, Suwono, H, Susanto. P. Ekologi Hewan.
Malang.UM Press.
Farb, Peter . 1985. Ekologi. Jakarta : Pustaka Alam Life
Hamid, Syamsudin. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Gama Press
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta
Hugget, J. R. 2003. Fundamental of Biogeography.Routledge Taylor and France
Group : New York
Leopold, A. 1933. Game Management. Charles Scribners Sons. New York.
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta
Naughton, S., 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Setiadi, D. 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat Antar lmu Hayat. Bogor: IPB.
Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.