Anda di halaman 1dari 10

Pelaksanaan : Sabtu, 05 Desember 2020

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Ekologi Hewan

KERAGAMAN KOMUNITAS DAN POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM


POPULASI

Nama : Santi Ariani Rambe

Nim : 0310182069

Semester : Lima (V)

Jurusan : Pendidikan Biologi

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

AKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA


UTARA
I. JUDUL PRAKTIKUM : Keragaman Komunitas Dan Pola Penyebaran Individu Dalam
Populasi

II. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami keragamaan komunitas suatu ekosistem tertentu melalui indeks
keragaman, indeks dominansi dan indeks kemerataan.
2. Mengetahui pola penyebaran organisme dalam populasi hewan dikaitkan dengan kondisi
lingkungan yang menjadi habitatnya.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Didalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam oganisme yang saling
mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi dari suatu spesies dengan populasi dari
lain spesies yang disebut interaksi interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling
spektakuler adalah interaksi spesifik dan interaksi obligat antara populasi yang berbeda secara
taksonomi. Komunitas ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat
yang bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat netral, dimana
dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya (Heddy, 1986).
Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme dan spesies
yang sama ( kelompok-kelompok lain di mana individu-individu dapat bertukar informasi
genetika) menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang
merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam
arti mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang
dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju kematian,
perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi (Odum,1993).
Suatu tempat disekitar kita dapat ditemukan adanya berbagai jenis organisme baik sejenis
maupun berbeda jenis yang membentuk suatu organisasi kehidupan. Mereka berinteraksi saling
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk (Ferial, 2013).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog
adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan
jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah kerapatannya. Kelahiran
(Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari
anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting
dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaran umur,
komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Suatu organisme dikenal sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan
organisme sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis
yang terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara populasi yang
satu dengan populasi yang lainnya selalu terjadi interaksi, baik secara langsung atau tidak
langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme. Organisasi kehidupan yang merupakan kesatuan komunitas-komunitas
dengan lingkungan abiotik (fisik) membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di
dunia ini membentuk biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dipenuhi oleh suatu
kehidupan (Ferial, 2013).
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan
tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia
lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari
pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu (Michael, 1994) :
1. Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat
tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul
kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2. Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam
beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini
terjadi jika lingkungan homogen.
3. Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu
ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini
umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Kategori rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan
merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada
tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan
fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan
tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering
terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak
memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan,
penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael,
1994).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun
terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran
(natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan
tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara
laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak bermigrasi sering
kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan semacam bentuk
dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh
merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang
dimengerti (Odum, 1993).
Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk
pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu atau hasil-
hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki populasi (Odum, 1993).
Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang terdiri
atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas, satu unit taksonomi lain
yang terdapat pada suatu tempat. Populasi memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok
yang tidak dimiliki oleh masing-masing dari anggotanya. Karakteristik ini antaralain adalah
kepadatan, natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), potensi biotik, penyebaran umur
dan bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1990).
Natalitas dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi tumbuh apabila
natalitas melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau ekosistem, pertumbuhan dipengaruhi oleh
imigrasi dan emigrasi (Resosoedarmo, 1990).
Populasi sebagai suatu individu yang dinamis dapat bertumbuh dalam perjalanan ruang
dan waktu. Penanaman populasi dapat mengalami kenaikan atau penyusutan kepadatannya,
tergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidupnya. Bila daya dukung
lingkungan tidak mendukung suatu kepadatan populasi, maka kepadatan populasi dapat
mengalami penyusutan, sebaliknya jika daya dukung lingkungan itu menunjang, sehingga
kebutuhan populasi akan makanan, habitat serta kebutuhan lain terpenuhi maka akan
meningkatkan populasi. Dengan kata lain adanya interaksi-interaksi antar individu di dalam
populasi itu maupun dengan individu lain dari luar populasi maka populasi merupakan suatu
kesatuan yang dinamis yang dikenal dengan istilah seleksi alam (Resosoedarmo, 1990).
Ada dua ciri dasar dari suatu populasi yaitu ciri biologi, yang merupakan ciri yang
dipunyai oleh suatu individu pembangun populasi itu, serta ciri statistik yang merupakan ciri
uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari individu-individu. Seperti halnya suatu individu
organisme suatu populasi pun memiliki struktur dan organisme tertentu, yang sifatnya ada yang
konstan ada pula yang mengalami perubahan sejalan dengan waktu, memiliki ontogeny atau
sejarah perkembangan kehidupan, dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan
dapat memberikan respon terhadap faktor-faktor lingkungan (Heddy, 1986).
Ruang dan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan jenis untuk hidupnya berpengaruh
terhadap pertumbuhan populasi. Pertumbuhan cenderung untuk melaju terus dengan cermat
apabila ruang dan bahan-bahan berlimpah, dan akan mundur apabila kedua faktor tersebut
berkurang yang kemudian akan mendatar bila ruang dan bahan-bahan menjadi terbatas (Heddy,
1986).
Penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola (Umar, 2013)
yaitu :
1. Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan
tinggal secara permanen.
2. Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara
permanen.
3. Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah
populasi lainnya secara periodik.
Penyebaran individu-individu di dalam populasi dapat menyebar dalam tiga pola (Umar,
2013) yaitu :
1. Acak, yaitu terjadi apabila keadaan lingkungan relatif homogen.
2. Teratur/seragam, yaitu terjadi apabila ada persaingan yang keras di antara individu dalam
populasinya.
3. Kelompok, yaitu terjadi apabila kebutuhan yang sama akan faktor lingkungan.
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan
demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat.
Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya
kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif
jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap
kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti
atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi
sosial yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni
tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan jumlah


kuadrat ukuran 1m x 1m 1 buah
thermometer tanah 1 buah
Aquades 1 buah
pH Indikator 1 buah
Spiritus 1 buah
kertas, alat tulis 1 buah

V. LANGKAH KERJA
1. Memilih lokasi yang akan di analisis pola penyebaran individunya
2. Plot berukuran 1 x 1 m dilemparkan secara acak ke depan, ke belakang atau ke samping.
3. Kemudian hewan dan tumbuhan yang berada di dalam areal plot diamati dan dicatat
jumlahnya berdasarkan jenis yang ada dalam petak sampel.
4. Pelemparan dilakukan sebanyak 10 kali dimana pada tiap pelemparan hewan dan tumbuhan di
dalam plot dihitung.
5. Data yang diperoleh kemudian dihitung untuk dianalisis.
6. Pengukuran suhu tanah ( jika ada alat) Suhu tanah diukur untuk setiap titik pengamatan
dengan cara menancapkan thermometer di tengah kedalaman tanah sebelum digali.
7. Pengukuran pH tanah (Jika ada alat) Dilakukan dengan mengambil 5 gr sampel tanah dan
menyimpannya dalam wadah kemudian encerkan dengan aquades sebanyak 12.5 ml. Saring
hasil pengenceran tersebut dengan kertas saring dan tempatkan dalam lempeng porselen.
Selanjutnya uji pH menggunakan pH indikator.
8. Pengukuran kandungan air (Jika ada alat) Pengukuran kandungan air dalam tanah dilakukan
dengan mengambil tanah sampel sebesar ibu jari tangan kemudian timbang dan catat. Hasil
penimbangan tersebut kemudian dijemur di terik matahari hingga menunjukkan tanda-tanda
kering sempurna. Timbang kembali hasil penjemuran dan catat.
9. Kandungan air dalam tanah ialah selisih berat antara sebelum (a) dan setelah (b) tanah dijemur
dibagi berat sebelum dijemur kemudian hasilnya dikalikan dengan 100%. (Jika ada alat)
10. Pengukuran kandungan serasah. Serasah di ambil pada permukaan tanah di dalam kuadrat
dimasukkan ke dalam kantong dan ditimbang. (Jika ada alat)

VI. HASIL PENGAMATAN

NO SPESIES JUMLAH
PLOT A B C D E F G H I J K L M N O
1 13 13
2 1 1 12 1 4 19
3 19 13 1 30 62
4 9 9
5 7 11 18
6 11 1 12
7 4 4
8 9 2 6 17
9 1 8 15 24
10 5 14 22 41
JUMLAH 33 7 38 22 11 14 1 1 2 27 22 36 1 1 4 206
KETERANGAN

A = rumput belulang
B = putri malu
C = rumput teki
D = semut merah
E = semut hitam
F = rumput mutiara
G = cacing
H = ulat bulu
I = meniran
J = rumput jepang
K = Rumput manila
L = rumput gajah mini
M = belalang
N = bekicot
O = rayap

VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini mengenai Pola Penyebaran Individu (Dispersi), untuk mengetahui dan
menentukan pola penyebaran individu dalam populasi yang diamati digunakan indeks Morisita.
Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode plot acak. Percobaan ini dilakukan di
sekitaran halaman rumah praktikan sendiri.

Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam
populasi. Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari
populasi. Individu dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan hewan serta manusia.
Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri
dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, prilaku kawin dan faktor fisik lainnya.

Dari hasil analisis pada metode plot acak didapatkan hasil pola penyebarannya setiap
spesies yaitu ada yang penyebarannya acak dan ada yang mengelompok. Pola penyebaran yang
paling rendah didapatkan pada spesies (B, G, H, I, M, N, O) yaitu tidak dapat didefenisikan yang
berarti penyebarannya acak dan hasil ujinya yaitu 7 yang berarti x 2 < x2 tabel menunjukkan pola
penyebarannya acak sedangkan pola penyebaran yang tinggi didapatkan pada spesies (A, C, D,
F, J, K, L) yaitu sebesar 33, 38, 22, 14, 27, 22 dan 36 yang berarti pola penyebarannya
mengelompok dan hasil ujinya yaitu 192 yang berarti x 2 hitung > x2 tabel menunjukkan bentuk
penyebaran mengelompok.

Hasil analisis pola penyebaran yaitu penyebaran populasi di sekitar rumah menunjukkan
adanya spesies yang pola penyebarannya acak dan ada pula yang mengelompok yang berarti
dapat disebabkan karena adanya pengaruh dari iklim, serta daerah yang diamati itu dipengaruhi
oleh gangguan dari luar, dimana spesies satu memberikan pengaruh terhadap adanya spesies lain
dengan jenis yang berbeda.

VIII. KESIMPULAN
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas digunakan beberapa
teknik sampling yaitu metode plot acak dengan meakukan perhitungan menggunakan parameter
yaitu indeks Morisita.
Dengan menggunakan Indeks Morisita, pada metode plot acak didapatkan hasil pola
penyebarannya yag paling tinggi itu pada spesies (A, C, D, F, J, K, L) yaitu sebesar 33, 38, 22,
14, 27, 22 dan 36 yang berarti pola penyebarannya mengelompok dan hasil ujinya yaitu 192
yang berarti x2 hitung > x2 tabel menunjukkan bentuk penyebaran mengelompok.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ferial, E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin,


Makassar.

Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.

Naughton, S. 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.

Odum, 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.


Rasyid, 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Muhammadiyha Malang Press, Malang.

Rahardjanto, A., 2001. Ekologi Tumbuhan. Universitas Muhammadiyha Malang Press, Malang.

Resosoedarmo, S. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai