BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN V
PENDAHULUAN
2004).
Semua organisme yang hidup di alam tidak dapat hidup sendiri melainkan
harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam
sebuah system ditopang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan
semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi, cara berinteraksi dengan alam
interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik)
(Firmansyah, 2009).
jar ekologi harus didukung oleh pengetahuan yang komprehensip berbagai ilmu
yang lebih kecil seperti individu, populasi dan komunitas (Karmana, 2007).
Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang
mana yang paling penting dan untuk mengetahui struktur komunitas itu.
TINJAUAN PUSTAKA
Individu berasal dari bahasa latin yaitu in (tidak) dan dividuus (dapat
dibagi) jadi individu merupakan bagian organisasi kehidupan yang tidak dapat
dibagi lagi. Masing-masing unit yang disebut individu tersebut dapat melakukan
proses hidup yang masing-masing terpisah. Setiap individu seperti pohon pisang
tersebut. Individu dalam ekologi memiliki makna yang sangat penting, karena
organisme dari jenis yang sama yang menempati ruang atau tempat tertentu
dan memiliki berbagai ciri atau sifat yang unik dari kelompok dan bukan
sejarah hidup, tumbuh dan berkembang seperti apa yang dimiliki oleh individu.
Populasi memiliki organisasi dan struktur yang pasti dan jelas (Zoer´aini, 2003).
prareproduktif yang lebih panjang dan beberapa tidak memiliki umur post
yang berbeda juga dapat memiliki periode umur ekologis yang berbeda.
Populasi hewan liar biasanya memiliki umur reproduktif lebih lama dibandingkan
populasi yang stationer memiliki umur yang lebih merata dan populasi yang
perkembang biakannya (biji, spora, larva dan lainnya) ke dalam atau ke luar
dari suatu populasi atau daerah populasi. Ada tiga bentuk distribusi atau
populasi berkurang.
populasi bertambah.
dekomposer. Salah satu bagian penting dari jaring makanan apapun adalah
dekomposer, makhluk hidup yang memakan sisa-sisa organisme lain yang telah
seperti serangga dan cacing tanah, namun tahapan terakhir proses penguraian itu
dilaksanakan oleh fungi mikroskopik dan bakteri. Satu sentimeter kubik tanah
(Burnie, 2008).
a. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai produsen.
b. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai herbivora.
c. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora
e. Tingkat trofik kelima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai perombak
biotik. Pada komponen biotik di bentuk oleh berbagai organisme yang berbeda
beberapa populasi yang berbeda akan membentuk komunitas. Satu ekosistem akan
(Maizer, 2007).
spesies yang ada dalam suatu daerah tertentu Pada tingkat ekosistem akan
berhubungan dengan aliran energi dan pendauran zat-zat kimia pada berbagai
komponen biotik dan abiotik. Studi ekosistem banyak melibatkan ilmu lainnya,
seperti genetika, evolusi, fisiologi, dan perilaku. Selain itu, kimia, fisika, geologi,
produktivitasnya, artinya dalam jumlah energi yang disimpan dalam benda hidup
heterotrof menjamin energi yang diperolehnya dari autotrof. Energi dan bahan
dari organisme lain memastikan suatu rantai makanan dan setiap mata rantainya
tumbuhan atau hewan, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan itu untuk
manusia dalam lingkungan hidup sangat ditentukan oleh tumbuhan, hewan, dan
faktor biotik. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk
makhluk hidup dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan
adalah energi kimia yang terdapat di dalam makanan. Makhluk hidup tidak
diubah menjadi energi kimia. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi
kimia yang tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan
sebagian energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan
karnivora. Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin
berkurang. Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran
organisme dengan arah tertentu pada suatu ekosistem terdiri atas rantai
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
III.2 Bahan
kadal, semut, rumput, putri malu, kupu-kupu, burung, rumput, semut, kucing,
jangkrik, pohon beringin, daun mangga) dan komponen abotik (batu, tanah, air)
berikut:
2. Menentukan data yang akan dikumpulkan atau diteliti. Dalam hal ini data
3. Mengumpulkan data.
berikut:
1. Mempersiapkan model.
Asumsi II: Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum
Asumsi III: Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur
beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan
Asumsi IV: Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau
Asumsi I : Tidak terdapat perubahan pada asumsi II, III, dan IV.
dari induknya masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya,
Asumsi III : Terdapat perubahan asumsi yaitu perubahan asumsi III sedangkan
5. Berdasarkan cara di atas, hitunglah populasi burung gereja pada tahun 2015
6. Model III: Mengubah Asumsi III sebagai berikut, setiap tahun 2/5 dari
keturunan (jantan dan betina) sama jumlahnya, mati sebelum musim bertelur.
7. Model IV: Mengubah asumsi IV sebagai berikut, Setiap tahun 50 burung geraja
baru (jantan dan betina sama jumlahnya) datang ke pulau tersebut dari pulau
A. Komponen Abiotik
2. Tanah 6. Kayu
4. Udara 8. Cahaya
B. Komponen Biotik
1. MODEL I
2. MODEL II
= 50 + 10 = 60 ekor
= 3/5 x 10 = 6 (mati)
= 54 – 4 = 50 ekor
3. MODEL III
= 50 – 20 = 30 ekor (hidup)
4. MODEL IV
= 50 +10 = 60 ekor
- Rantai Makanan
dalam satu arah, sehingga tidak ada kompunen di dalamnya yang memiliki dua
fungsi sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada
saling singgung. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang
energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora.
Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang.
Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energi.
disebut produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan dari bahan
mentah anorganik.
- Jaring-jaring Makanan
perputaran energy yang terjadi. Semua rantai makanan dimulai dengan organisme
hijau.organisme ini disebut produsen karena hanya mereka yang dapat membuat
makan dari bahan mentah anorganik. Setiap organisme, misalnya sapi atau
dibentuk oleh beberapa rantai makanan yang saling berhubungan. Pada rantai
makanan telah kita ketahui bahwa tingkat tropik yang terdiri atas produsen,
konsumen tingkat I, konsumen tingkat II, dan seterusnya. Produsen yang bersifat
tropik kedua, karnivora menduduki tingkat tropik ketiga, dan seterusnya. Setiap
perpindahan energi dari satu tingkat tropik ke tingkat tropik berikutnya akan
terjadi pelepasan sebagian energi berupa panas sehingga jumlah energi pada rantai
makanan untuk tingkat tropik yang semakin tinggi, jumlahnya semakin sedikit.
jumlah paling besar dan konsumen tingkat II jumlah lebih sedikit dan jumlah
terdapat pada satuan luas tertentu atau kepadatan populasi antar trofiknya dan
trofik umumnya menunjukkan jumlah populasi produsen lebih besar dari populasi
konsumen primer lebih besar dari populasi konsumen skunder lebih besar dari
organisme dari tiap tingkat trofik persatuan luas areal tertentu. Secara umum
ekor (30 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina)
mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 10 dan
totalnya 50 ekor (25 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai
musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 50 ekor (25 pasang).
Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau
tersebut. Sehingga pada tahun 2015, jumlah burung yaitu 50 ekor (25 pasang).
kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 300 ekor (150 pasang).
Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina) mati sebelum musim
bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 50 dan totalnya 250 ekor (125
pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur
berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 250 ekor (125 pasang). Pada asumsi
IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Sehingga pada tahun 2016, jumlah burung yaitu 250 ekor (125 pasang).
Asumsi 1 (tahun 2017) terdapat 250 ekor burung, setiap pasang burung
kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 1500 ekor (750 pasang).
Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina) mati sebelum musim
bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 250 dan totalnya 1250 ekor
(625 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur
berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 1250 ekor (625 pasang). Pada asumsi
IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Sehingga pada tahun 2017, jumlah burung yaitu 1250 ekor (625 pasang).
Asumsi 1 (tahun 2018) terdapat 1250 ekor burung, setiap pasang burung
kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 7500 ekor (3750 pasang).
Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina) mati sebelum musim
bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 1250 dan totalnya 6250 ekor
(3125 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur
berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 6250 ekor (3125 pasang). Pada asumsi
IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Sehingga pada tahun 2018, jumlah burung yaitu 6250 ekor (3125 pasang).
Asumsi 1 (tahun 2019) terdapat 6250 ekor burung, setiap pasang burung
kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 37500 ekor (18750
pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina) mati
sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 6250 dan
totalnya 31250 ekor (15625 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup
sampai musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 31250 ekor
(15625 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang
datang ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2019, jumlah burung yaitu 31250
ekor (30 pasang). Pada asumsi II, dua perlima dari tertua (jantan dan betina)masih
dapat mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5 dari 10 yaitu 4 (2pasang ). 60 dikurang
6 jadi 54 ekor (27 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai
musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 54 ekor (27 pasang).
Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau
tersebut. Sehingga pada tahun 2015, jumlah burung yaitu 54 ekor (27 pasang).
Asumsi I (tahun 2016), terdapat 54 ekor burung (27 pasang), setiap pasang
jumlah induk yang bru menghasilkan keturunan 1, jadi totalnya 320 ekor (160
pasang). Pada asumsi II, dua perlima dari tertua (jantan dan betina)masih dapat
mempunyai keturunan lagi yaitu 2/5 dari 50 yaitu 20 (10 pasang ).320 dikurang
30 jadi 290 ekor (145 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai
musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 290 ekor (145 pasang).
Pada asumsi IV, tidak adaburung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau
tersebut. Sehingga pada tahun 2016, jumlah burung yaitu 290 ekor (145 pasang).
Asumsi I (tahun 2017), terdapat 290 ekor burung (145 pasang), setiap
keturunan mati, jadi dikurang 20 totalnya 270 ekor, kemudian ditambah dengan
jumlah induk yang bru menghasilkan keturunan 1, jadi totalnya 1720 ekor. Pada
asumsi II, dua perlima dari tertua (jantan dan betina) masih dapat mempunyai
keturunan lagi yaitu 2/5 dari 270 yaitu 108 ekor. 1720 dikurang 162 jadi 1558
ekor. Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur berikutnya,
jadi jumlah burung 1558 ekor (779 pasang) masih tetap 1558 ekor (779 pasang).
Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau
tersebut. Sehingga pada tahun 2017, jumlah burung yaitu 1558 ekor (779 pasang).
Asumsi I (tahun 2018), terdapat 1558 ekor (779 pasang), setiap pasang
7790 ekor kemudian burung tetua yang telah menghasilkan 2 keturunan mati, jadi
dikurang 108 totalnya 1450 ekor, kemudian ditambah dengan jumlah induk yang
bru menghasilkan keturunan 1, jadi totalnya 9240 ekor. Pada asumsi II, dua
perlima dari tertua (jantan dan betina) masih dapat mempunyai keturunan lagi
yaitu 2/5 dari 1450ekor yaitu 580 ekor. 9240ekor dikurang 870 ekor jadi 8370
ekor (4185 pasang). . Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim
bertelur berikutnya, jadi jumlah burung 8370 ekor (4185 pasang) masih tetap 8370
ekor (4185 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau
yang datang ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2018, jumlah burung yaitu
Asumsi I (tahun 2019), terdapat 8370 ekor (4185 pasang), setiap pasang
4180 ekor kemudian burung tetua yang telah menghasilkan 2 keturunan mati, jadi
dikurang 580 ekor totalnya 7790 ekor, kemudian ditambah dengan jumlah induk
yang bru menghasilkan keturunan 1, jadi totalnya 49640 ekor. Pada asumsi II, dua
perlima dari tertua (jantan dan betina) masih dapat mempunyai keturunan lagi
yaitu 2/5 dari 7790 ekor yaitu 3116 ekor. 49640 ekor dikurang 4674 ekor jadi
44966 ekor (22483 pasang). .Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai
musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung 44966 ekor (22483 pasang) masih
tetap 44966 ekor (22483 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang
meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2019,
menghasilkan 50 ekor (25 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 60 ekor
(30 pasang). Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim
musim bertelur berikutnya jadi 60 ekor dikurang 10 ekor menjadi 50 ekor (25
pasang). Asumsi III Dua per lima dari 50 mati sebelum musim bertelur yaitu 20
ekor (10 pasang). 50 ekor dikurang 20 ekor jadi 30 ekor (15 pasang). Pada asumsi
IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Sehingga pada tahun 2015, jumlah burung yaitu 30 ekor (15 pasang).
II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim musim bertelur
berikutnya jadi 180 ekor dikurang 30 ekor menjadi 150 ekor (75 pasang). Asumsi
III Dua per lima dari 150 mati sebelum musim bertelur yaitu 60 ekor (30 pasang).
150 ekor dikurang 60 ekor jadi 90 ekor (45 pasang). Pada asumsi IV, tidak ada
burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut. Sehingga pada
(225 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 540 ekor (270 pasang).
Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim musim
bertelur berikutnya jadi 540 ekor dikurang 90 ekor menjadi 450 ekor (225 pasang).
Asumsi III Dua per lima dari 450 mati sebelum musim bertelur yaitu 180 ekor (90
pasang). 450 ekor dikurang 180 ekor jadi 270 ekor (135 pasang). Pada asumsi IV,
tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Sehingga pada tahun 2017, jumlah burung yaitu 270 ekor (135 pasang).
Asumsi I (2018), terdapat 270 ekor (135 pasang), setiap pasang burung
(675 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 1620 ekor (810 pasang).
Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim musim
bertelur berikutnya jadi 1620 ekor dikurang 270 ekor menjadi 1350 ekor (675
pasang). Asumsi III Dua per lima dari 1350 mati sebelum musim bertelur yaitu
540 ekor (270 pasang). 1350 ekor dikurang 540 ekor jadi 810 ekor (405 pasang).
Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau
tersebut. Sehingga pada tahun 2018, jumlah burung yaitu 810 ekor (405 pasang).
Asumsi I (2019), terdapat 810 ekor (405 pasang), setiap pasang burung
(2025 pasang), kemudian ditambah jumlah induk jadi 4860 ekor (2430 pasang).
Asumsi II Setiap tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim musim
bertelur berikutnya jadi 4860 ekor dikurang 810 ekor menjadi 4050 ekor (2025
pasang). Asumsi III dua per lima dari 4050 mati sebelum musim bertelur yaitu
1620 ekor (810 pasang). 4050 ekor dikurang 1620 ekor jadi 2430 ekor (1215
pasang). Pada asumsi IV, tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang
ke pulau tersebut. Sehingga pada tahun 2019, jumlah burung yaitu 2430 ekor
(1215 pasang).
Pada model IV, asumsi 1 (tahun 2015) terdapat 10 ekor burung, setiap
ekor (30 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina)
mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 10 dan
totalnya 50 ekor (25 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai
musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 50 ekor (25 pasang).
Pada asumsi IV, terdapat 50 burung gereja datang ke pulau tersebut jadi 50 ekor
Asumsi 1 (tahun 2016) terdapat 100 ekor burung (50 pasang), setiap
menghasilkan 50 ekor kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 600
ekor (300 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina)
mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 100 dan
totalnya 500 ekor (250 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai
musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 500 ekor (250 pasang).
Pada asumsi IV, terdapat 50 burung gereja datang ke pulau tersebut jadi 500 ekor
Asumsi 1 (tahun 2017) terdapat 550 ekor burung, setiap pasang burung
kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya 3300 ekor (1650 pasang).
Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk betina) mati sebelum musim
bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang 550 dan totalnya 2750 ekor
(1375 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan hidup sampai musim bertelur
berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 2750 ekor (1375 pasang). Pada asumsi
IV, terdapat 50 burung gereja datang ke pulau tersebut jadi 2750 ekor ditambah 50
Asumsi 1 (tahun 2018) terdapat 2800 ekor burung (1400 pasang), setiap
menghasilkan 14000 ekor kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya
16800 ekor (8400 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk
betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang
2800 dan totalnya 14000 ekor (7000 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan
hidup sampai musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 14000
ekor (7000 pasang). Pada asumsi IV, terdapat 50 burung gereja datang ke pulau
tersebut jadi 14000 ekor ditambah 50 ekor menjadi 14050 ekor (7025 pasang).
Asumsi 1 (tahun 2019) terdapat 14050 ekor burung (7025 pasang), setiap
menghasilkan 70250 ekor kemudian ditambah dengan jumlah induk, jadi totalnya
84300 ekor (42150 pasang). Pada asumsi II, semua tetua (induk jantan dan induk
betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung berkurang
14050 dan totalnya 70250 ekor (35125 pasang). Pada asumsi III, semua keturunan
hidup sampai musim bertelur berikutnya, jadi jumlah burung masih tetap 70250
ekor (35125 pasang). Pada asumsi IV, terdapat 50 burung gereja datang ke pulau
tersebut jadi 70250 ekor ditambah 50 ekor menjadi 70300 ekor (35150 pasang).
BAB V
V.1 Kesimpulan
biotik yang saling makan memakan dimana komponen biotik yang terpenting
ada dalam ekosistem adalah tumbuhan karena sebagai sumber makanan bagi
makhluk lainnya.
agar data yang didapatkan bisa lebih banyak dan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Urry, L. A., 2004. Biologi jilid 3 Edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Firmansyah, 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Setia Purna Inves. Jakarta.
Press. Jakarta.
Jakarta.