Disusun Oleh:
Danil Alpito 2084205024
Fikri 2084205023
Rama Rizki Kurniawan 2084205028
Nadia Pramesti 2084205020
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................3
1.3 TUJUAN..................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.................................................................................................................4
2.1 KONSEP PERKECAMBAHAN BIJI.............................................................................4
2.2 PERKEMBANGAN BIJI DAN ENDOSPERM................................................................4
2.3 METABOLISME PERKEMBANGAN BIJI....................................................................7
2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN BIJI......................................7
2.5 DORMANSI BIJI....................................................................................................10
2.6 PENYEBAB DORMANSI DAN PEMATAHANNYA....................................................10
BAB III..............................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................15
3.2 SARAN..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep perkecambahan biji
2. Mengetahui perkembangan biji dan endosperm
3. Mengetahui metabolisme perkecambahan biji
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji
5. Mengetahui pengertian dormansi biji
6. Mengetahui penyebab dormasi dan pematahannya
BAB II
PEMBAHASAN
2. Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas
(epikotil) sehingga daun lembaha ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di
dalam tanah. Misalnya, pda kacang kapri.
Rangkaian peristiwa selama proses perkecambahan berlangsung, yaitu:
• Imbibisi
• Aktivasi Enzim
• Perombakan simpanan cadangan
• Inisiasi pertumbuhan embrio
• Pemunculan radikel
• Pemantapan kecambah
Pemacu kimiawi perkecambahan benih adalah :
• Giberelin: Hormon endogen pemacu perkecambahan benih alamiah
• Sitokinin: Hormon endogen pemacu perkecambahan benih alamiah.
• Etilen (C4H4): Turut mengatur penglepasan auksin pada perkecambahan benih.
• H2O2: Menstimulir respirasi yang mempercepat perombakan cadangan makanan.
• Auksin: dalam konsentrasi rendah bekerjasama dengan cahaya mempercepat
perkecambahan.
• KNO3: bekerjasama dengan cahaya dan suhu memacu proses perkecambahan
benih.
• Thiourea Membantu pembentukan pemacu perkecambahan, seperti giberelin
Endosperma, dalam botani, adalah bagian dari biji tumbuhan berbunga (Anthophyta)
yang merupakan hasil dari pembuahan berganda selain embrio. Endosperma dapat
dikatakan sebagai "saudara kembar" embrio karena selalu terbentuk bersama, namun
berbeda dengan embrio yang diploid, endosperma memiliki tiga set genom atau triploid.
Endosperma dapat dilihat dengan jelas pada biji-bijian tertentu, seperti padi, jagung,
apokat, serta jarak karena dalam perkembangan biji ia berfungsi vital dalam mendukung
perkecambahan. Fungsinya yang paling utama adalah sebagai penyedia cadangan energi
bagi embrio (lembaga) dalam proses perkecambahan. Karena itu, protein penyusunnya
adalah albumin, protein yang larut dalam air. Karena fungsinya ini, pada endosperma
seringkali terkandung karbohidrat dan lemak. Walaupun demikian, endosperma tidak
selalu ditemukan pada biji-biji yang telah dewasa / berkembang penuh. Pada suku
kacang-kacangan (Fabaceae) serta sawi-sawian (Brassicaceae), misalnya, endosperma
tidak ditemukan karena menyusut (rudimenter) dalam perkembangan biji dan fungsi
penyedia cadangan energi digantikan oleh bagian embrio sendiri, yaitu daun lembaga
atau kotiledon.
Lapisan terluar endosperma beberapa biji serealia memiliki jaringan pelindung tipis yang
dapat mengandung pigmen dan disebut lapisan aleuron.
Biji yang neniliki endosperm merupakan organ yang berasal dari pembuahan ganda.
Hasil dari pembuahan ganda tersebut berupa embrio yang berasal dari perkembangan
zigot serta adanya endosperm yang berfungsi sebagai nutrisi yang diperlukan oleh embrio
selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Endosperm berkembang dari sel triploid
yang aktif membelah membentuk multinukleat (supercell) seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 1 yang menggunakan biji jagung sebagai sampel (Campbell et al., 2009).
Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai
fungsinya.
Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke
titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat
dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan
oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh
gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang
terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya
benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen
dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya
akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80
persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas
cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison
dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat
dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak,
golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan
dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik
yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah.
2.5 Dormansi Biji
Dormansi didefinisikan sebagai status dimana benih tidak berkecambah walaupun
pada kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Beberapa mekanisme
dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan
sekunder. Sebenarnya hidup tetapi belum mau berkecambah. Lamanya dormansi
tergantung pada jenis tanaman dan juga tipe dormansinya. Fungsi dormansi bagi tanaman
untuk siklus pertumbuhan tanaman dengan keadaan lingkungan.
Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan benih.
Lamanya (persistensi) dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies, dan
antar varietas. Dormansi pada spesies tertentu mengakibatkan benih tidak berkecambah di
dalam tanah selama beberapa tahun. Hal ini menjelaskan keberadaan tanaman yang tidak
diinginkan (gulma) di lahan pertanian yang ditanami secara rutin.
3.1 Kesimpulan
Perkecambahan merupakan salah satu proses pertumbuhan dan perkembangan embrio
(lembaga tumbuhan). Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil
dari dalam biji.
Dormansi ada 2:
1) Dormansi Fisik
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
• Impermeabilitas kulit biji terhadap air
• Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
• Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
2) Dormansi Fisiologis
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
• Immaturity Embrio
• After ripening
• Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Tipe perkecambahan terbagi menjadi perkecambahan epigealdan hipogeal.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan terdiri dari faktor dalam dan faktor
luar.
• Ada beberapa cara yang telah diketahui menghambat dormansi,
seperti:
• Dengan perlakuan mekanis
• Dengan perlakuan kimia
• Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
• Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
• Dengan perlakuan perendaman dengan air.
• Dengan perlakuan suhu
• Dengan perlakuan cahayatanaman.
3.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan, antara lain agar makalah ini
dapat menjadi sumber referensi dan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Jika
terdapat kesalahan dalam penulisannya diharapkan dapat memperbaikinya untuk
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA