TINGKAH LAKU
Disusun Oleh:
NPM : A1F020054
Laporan Ke : 6 (Enam)
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
I. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari setiap makhluk hidup pasti bergerak. Hanya saja
pergerakannya tidak tidak sama untuk tiap jenis makhluk hidup. Gerak yang dilakukan
oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun manusia. Gerakan
pada tumbuhan sangat terbatas. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat gerak pada
hewan adalah gerak yang sering kita lihat setiap hari sebagai contoh kucing yang berlari
mengejar mangsanya dan burung yang terbang. Hewan terkadang bergerak untuk
beradaptasi dan melindungi dirinya dari bahaya. Gerak pada tumbuhan sendiri tidak
bisa kita amati secara langsung saat melakukan pergerakan, seperti saat menanam biji
kacang setelah beberapa hari baru biji kacang bergerak tumbuh dan bergerak menuju
rangsangannya
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam
bentuk tingkah laku. Hewan dan tumbuhan memiliki adaptasi sendiri dalam
mempertahankan hidupnya dengan mengubah serta melakukan tingkah laku sesuai
dengan dirinya masing-masing. Gerak pada tumbuhan adalah pindah tempat dalam
waktu singkat, salah satu ciri makhluk hidup adalah mampu melakukan gerak.
Tumbuhan bergerak sangat perlahan terkadang tidak teramati. Gerak tumbuhan tanpa
pengaruh lingkungan disebut endonom atau etionom, sedangkan gerak tumbuhan yang
di pengaruhi oleh faktor lingkungan. Gerak tumbuhan tidak dapat diamati secara
langsung tetapi dapat diamati dalam waktu yangg lama yang biasanya mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Tingkah laku pada tumbuhan yaitu, Fototropisme,
geotropisme dan hidrotropisme. Sedangkan tingkah laku pada hewan ada tropisme,
taksis dan kinesis. Ilmu yang mempelajari tingkah laku hewan disebut sebagai etologi.
Etologi merupakan suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah
laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya.
Beberapa jenis gerakan tumbuhan yang tergolong iritabilitas dibedakan menjadi
tiga, yaitu tropisme, taksis, dan nasti. Berdasarkan uraian diatas maka dilakuakn
praktikum yang berjudul “Tingkah Laku” yang memiliki dua tujuan yaitu mengenal 3
macam gerak tropis pada tumbuhan dan mengenal reaksi hewan yang bersifat fototaksis
positif dan negatif.
II. TUJUAN
1. Mengenal 3 macam gerak tropis pada tumbuhan
2. Mengenal 3 macam bentuk reaksi / perilaku hewan terhadap berbagai rangsangan
3. Mengenal reaksi hewan yang bersifat fototaksis positif dan negatif
V. LANGKAH KERJA
5.1 Gerak Pada Tumbuhan
Fototropisme
a. Direndam biji kacang hijau selama kurang lebih 2 jam sebelum praktikum
b. Dilubangi bagian bawah 4 gelas plastik
c. Diisi gelas plastik dengan tanah dan dibasahi
d. Ditanam masing-masing 5 biji kacang hijau pada setiap gelas
e. Dilubangi 1 kardus pada salah satu sisi atas
f. Disimpan masing-masing 2 gelas plastik dalam kotak yang berlubang dan tak
berlubang
g. Diamati pertumbuhan pada hari ke 3, 4 dan 5
Geotropisme
a. Direndam biji kacang hijau selama kurang lebih 1 jam sebelum praktikum
b. Dilubangi bagian bawah 2 gelas plastik
c. Diisi gelas plastik dengan tanah dan dibasahi
d. Ditanam masing-masing 5 biji kacang hijau pada setiap gelas - Disetelah hari
kedua, miringkan 1 gelas dengan keimiringan 45 derajat
e. Diamati pertumbuhan pada hari ke 3, 4 dan 5
Hidrotropisme
a. Direndam biji kacang hijau selama kurang lebih 1 jam sebelum praktikum
b. Dilubangi bagian bawah 2 gelas plastik
c. Diisi gelas plastik dengan tanah dan dibasahi
d. Ditanam masing-masing 5 biji kacang hijau pada setiap gelas
e. Diletakkan 1 gelas plastik pada nampan atau baskom yang berisi air
f. Diamati pertumbuhan pada hari ke 3, 4 dan 5
VI. HASIL
a. Gerak Pada Hewan
Geotropisme
Hidrotropisme
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yang berjudul “tingkah laku” yang memiliki tujuan tujuan
untuk mengetahui dan mengenal 3 macam gerak tropis pada tumbuhan, mengenal 3
macam bentuk reaksi / perilaku hewan terhadap berbagai rangsangan, serta mengenal
reaksi hewan yang bersifat fototaksis positif dan negative. Dalam percobaan ini
menggunakan dua objek sebagai bahan praktikum yaitu kacang hijau (Vigna radiata)
dan cacing tanah (Lumbricus terretis).
Pada percobaan mengenai tingkah laku, kami mempunyai dua objek sebagai
bahan penelitian, yaitu cacing dan kacang hijau. Cacing digunakan untuk mengetahui
tingkah laku hewan terhadap rangsangan, sendangkan kaang hijau untuk mengetahui
tingkah laku tumbuhan terhadap rangsangan.
Percobaan yang pertama yaitu pada cacing, yaitu untuk mengetahui tingkah laku
atau respon yang dialami oleh cacing pada saat diletakkan cahaya didekatnya.Caranya
yaitu dengan menyiapkan alat berupa cawan petri yang dirancang sedemikian rupa
dengan membungkus setengah bagian cawan petri dengan kertas karbon dan setengah
nya yang lain dibiarka terbuka. Dalam hal ini sisi yang ditutupi dengan kertas karbon
diibaratkan dengan keadaan gelap atau malam, sedangkan pada sebagian cawan petri
yang lain (yang tidak ditutupi kertas karbon) diibaratkan dengan keadaan terang atau
siang hari.
Hasil yang didapatkan yaitu cacing bergerak menuju ke bagian yang ditutupi
dengan kertas karton hitam atau dalam keadaan gelap. Untuk berhenti didalam kertas
karton, cacing bergerak secara melingkar sebanyak kurang lebih 3 kali keliling dan
membutuhkan waktu 7 menit hingga cacing tetap berada didalam bagian yang gelap.
Hal ini disebabkan oleh cacing berusaha mencari bagian yang gelap serta jauh dari
cahaya, walapun cacing telah melewati bagian yang gelap namun tetap terus bergerak
untuk mencari bagian yang benar benar terlindungi dari cahaya. Oleh karenanya cacing
tidak langsung masuk ke bagian yang gelap, tetapi mencari dahulu bagian yang gelap
tersebut dan meneliti apakah cocok atau tidak. Jika cocok maka cacing akan tetap
berada pada tempat tersebut.
Seperti hasil percobaan kami, setelah kurang lebih 7 menit mengelilingi cawan
petri, akhirnya cacing berhenti dibagian yang gelap di bawah kertas karbon. setelah itu
ambil cacing dari cawan petri dan taburi dengan tepung sagu agar kita mengtahuialiran
aliran perjalanan dari cacing.
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa cacing merupakan hewan
yang tidak suka dengan kondisi yang terang. Cacing akan segera mencari tempat yang
gelap lembab dan mengandung ph yang cocok. Cacing memerlukan tanah yang sedikit
asam sampai netral atau ph 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembaban cukup
tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC .
Fungsi penaburan sagu pada percobaan gerak pada cacing adalah untuk melihat
lebih jelas arah gerak pada cacing yang akan diamati karena yang kita ketahui sagu
adalah berupa bubuk atau tepung, maka jika cacing bergerak di cawan petri yang telah
ditaburi sagu seluruhnya ketika cacing bergerak maka arah geraknya akan kelihatan
karena tubuh cacing menggeser sagu – sagu tersebut. Sesuai dengan literatur Hewan
adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu tempat ke tempat
lain. Gerakannya disebabkan oleh rangsang-rangsang tertentu yang datang dari
lingkungannya.
Cacing bernafas dengan menggunakan kulit. Oleh karenanya untuk mendukung
proses respirasi ini kulit cacing harus terus lembab dan tidak kering. Jika kering maka
proses respirasi dan ekskresi akan terganggu. Untuk itu cacing menjauh dari cahaya
dengan tujuan agar kulitnya tidak kering terkenacahaya tersebut. Sesuai dengan habitat
cacing yaitu didalam tanah.
Dalam kondisi tanah yang lembab, akan terdapat lebihh banyak cacing
dibandingkan tanah yang kering. Karena kondisi yang seperti ini mendukung
kinerjapada sel tubuh cacing, hal ini menyebabkan cacing betah dan akan terus tumbuh
dan berembang. Kulit cacing biasanya basah dan berlendir. Kulit yang basah dan
berlendir itu memudahkan penyerapan oksigen dari udara. Melalui pembuluh darah di
permukaan kulitnya yang tipis, oksigen diikat oleh darah. Darah cacing mampu
mengikat oksigen karena mengandung hemoglonin. Oksigen yang diikat oleh
hemoglobin itu selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Zat sisa pembakaran yang
berupa karbon dioksida dan uap air dikeluarkan dari tubuh juga melalui permukaan kulit
Selain menyukai tempat lembab, cacing juga menyukai tanah gembur yang memiliki
banyak rongga udara. Rongga udara memungkinkan cacing memperoleh cukup oksigen
untuk pernapasannya. Sebaliknya, cacing tidak dapat hidup di dalam air karena tidak
mampu mengambil oksigen yang terlarut di dalam air. Jika tanah tempat hidupnya
kering dan suhu udara panas, cacing akan menggali lubang lebih dalam.
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini
memanfaatkan permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah
selalu basah untuk memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan
kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini,
oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem
peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan
dan berdifusi keluar tubuh.
Dalam pengamatan gerak hewan salah satu perlakuan yang dilakukan dengan
penaburan sagu dalam percobaan gerak pada cacing. Fungsi penaburan sagu pada
percobaan gerak pada cacing adalah untuk melihat lebih jelas arah gerak pada cacing
yang akan diamati karena yang kita ketahui sagu adalah berupa bubuk atau tepung,
maka jika cacing bergerak di cawan petri yang telah ditaburi sagu seluruhnya ketika
cacing bergerak maka arah geraknya akan kelihatan karena tubuh cacing menggeser
sagu – sagu tersebut. Sesuai dengan literatur Hewan adalah organisme yang bersifat
motil, artinya dapat berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Gerakannya disebabkan
oleh rangsang-rangsang tertentu yang datang dari lingkungannya (Jupriadi, dkk. 2020).
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat adalah awalnya
cacing berada ditempat terang, karena terkena sinar matahari cacing bergerak mencari
tempat yang teduh atau gelap. Ditempat gelap posisi cacing diam. Cacing tanah
memiliki kulit yang sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu
yang panas. Gerak menjauhi cahaya ini disebut dengan gerak fototaksis negatif. Hal ini
sesuai dengan studi literatur, bahwa cacing tanah bergerak menjauhi sinar akan menjadi
aralyzed yang artinya lumpuh. Cacing tanah akan berputar-putar kepanasan hingga
mati. Jika kulit cacing kering maka ia akan mati (Hasbuna,dkk.2018:75).
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa cacing merupakan hewan
yang tidak suka dengan kondisi yang terang. Cacing akan segera mencari tempat yang
gelap lembab dan mengandung ph yang cocok.
Pada percobaan yang kedua, yaitu mengamati tigkah laku pada tumbuhan kacang
hijau. Dari prcobaan yang telah kami lakukan kami meggunakan tiga buah metode
penanaman kacang hijau yaitu fototropisme, geotropisme, dan hydrotropisme. Adapun
perlakuan yang dilakukan sebelum kecambah kacang hiaju di tanam yaitu dengan
merendam kacang hijau terlebih dahulu dengan tujuan yaitu melunakkan kulit biji dan
menyebabkan mengembangnya embrio dan endosperm, fasilitas untuk masuknya
oksigen ke dalam biji, mengencerkan protoplasma dan media angkutan makanan dari
endospenn atau kotiledon ke daerah titik-titik tumbuh.
Pada percobaan gerak pada tumbuhan yaitu gerak fototropisme yang pertama
diawali dengan direndamnya biji kacang hijau selama kurang lebih 2 jam sebelum
praktikum dimulai, lalu dilubangi bagian bawah 4 gelas plastik, kemudian gelas plastik
diisi dengan tanah dan dibasahi, dan ditanam masing-masing 5 biji kacang hijau pada
setiap gelas, setelah itu, dilubangi 1 kardus pada salah satu sisi atas, dan disimpan
masing-masing 2 gelas plastik dalam kotak yang berlubang dan tak berlubang, dan yang
terakhir pada percobaan ini yaitu diamati pertumbuhan pada hari ke 3, 4 dan 5. Pada
gerak geotropisme langkah kerja yang pertama sama halnya dengan fototropisme
dengan diawali dengan direndamnya biji kacang hijau selama kurang lebih 1 jam
sebelum praktikum dimulai, lalu dilubangi bagian bawah 2 gelas plastik dan gelas
plastik diisi dengan tanah dan dibasahi, kemudian ditanam masing-masing 5 biji kacang
hijau pada setiap gelas. Setelah hari kedua, miringkan 1 gelas dengan keimiringan 45
derajat dan diamati pertumbuhan pada hari ke 3, 4 dan 5. Dan yang terakhir pada
tumbuhan yaitu gerak hidrotropisme yang langkah kerja pertama juga diawali dengan
direndamnya biji kacang hijau selama kurang lebih 1 jam sebelum praktikum dimulai,
lalu dilubangi bagian bawah 2 gelas plastik dan diisi gelas plastik dengan tanah dan
dibasahi kemudian diitanam masing-masing 5 biji kacang hijau pada setiap gelas,
setelah ditanam diiletakkan 1 gelas plastik pada nampan atau baskom yang berisi air dan
diamati pertumbuhan pada hari ke 3, 4 dan 5.
Dalam percobaan ini sebelum ditanam biji kacang hijau direndam terlebih dahulu.
Fungsi perendaman kacang hijau sebelum ditanam karena biji kacang hijau dapat
berkecambah apabila berada dalam lingkungan yang memenuhi syarat untuk
perkecambahan, yaitu kandungan air kacang hijau dan kelembaban udara sekeliling
harus tinggi. Kadar air biji kacang hijau berkisar 5-15%, pada kadar air ini kelembaban
terlalu rendah untuk berlangsungnya metabolisme sehingga tahap perkecambahan
adalah kadar air biji kacang hijau harus dinaikkan dengan cara dilakukan perendaman
atau ditempatkan pada lingkungan yang jenuh uap air. Menurut Sumarno dan (Widiyati,
1985) air memiliki fungsi pada perkecambahan benih, sebagai :
1. Air yang diserap oleh benih berfungsi untuk melunakkan kulit benih dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm, sehingga mengakibatkan kulit
benih menjadi pecah.
2. Air memberi fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih. Dinding sel yang
berimbibisi memiliki sifat permeabe1 sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara
difusi. Pasokan oksigen meningkat jika kulit benih menyerap air sehingga
mengaktifkan pernafasan.
3. Air berfungsi untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
fungsinya. Jika protoplasma memiliki kandungan air maka sel-sel hidup akan
melaksanakan proses-proses kehidupan termasuk pencernaan, asimilasi dan tumbuh.
4. Air berfungsi sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau koyilkedon
ke titik tumbuh pada poros embrio untuk membentuk protoplasma baru.
Pada percobaan fototropisme. Percobaan fototropisme ini dilakukan di ruang yang
gelap atau tidak ada cahaya. Dan terdapat perlakuan berupa pelubangan kardus yang
bertujuan untuk melihat pertumbuhan kecambah ke arah yang gelap atau terang. Hasil
yang didapatkan yaitu tanaman leih tinggi, warna daun hijau stabil . Warna batang putih
kehijauan dan daun yang relatif kecil.
Hal ini terjadi karena hormon auksin didalam tubuh kacang hijau tidak dapat
ditahan aktifitasnya. Hormon auksin adalah hormon pertumhbuhan pada tumbuhan.
Hormon ini lah yang dapatmembuat tanaman menjadi cepat tumbuh.namun aktifitas
hormo auksin ini harus selalu ditahan yaitu slah satunya yanitu denga sinar matahari.
Jika tidak ditutup maka akan terus aktif hormon auksinya dan pertumbuhana akan
berlangsung cepat. Seharusnya ini merupakkan hal yang diinginkan yaitu tumbuh dngan
cepat. Walaupun cepat tumbuh, tetapi tanaman ynag dihasilkan pada fototropisme akan
lebih mudah rapuh dan layu dibanding dengan yang lain. Sehingga tidak baik utnuk
dikembangbiakkan.
Jadi pada fototropisme fungsi dari kardus yang dilubangi adalah untuk
mengetahui gerak yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Misalnya apabila batang
tumbuhan mendekati arah lubang tersebut lubang tersebut berfungsi untuk menunjukan
gerak fototropisme, yaitu arah geraknya dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Sesuai
dengan literatur intensitas cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Tanaman membutuhkan intensitas cahaya tertentu untuk pertumbuhannya, seperti untuk
lebih tinggi dan lebih rendah dengan intensitas cahaya yang normal. (Yuliyantika, 2021)
Metode yang kedua yaitu geotropisme, adalah pergerakan dari tmbuhan yang
dipengaruhi oleh rangsangan berupa grafitasi bumi. Berdasarkan hasi percobaan yang
telah dilakukan, kami mendapatkan tinggi tanaman yaitu sepanjang 2,4 cm, panjang
akar 14 cm, dan daun berwarna hijau muda. Dibandingkan dengan fototropisme tadi
ternyata tumbuhan pada geotropime ini lebih pendek dibanding dengan fototropisme
hal ini dikarenakan oleh geotropisme tumbuh pada daerah yang banyak cahaya
sehingga aktifitas hormon auksin dapat ditekan. Tetapi warna nya lebih hijau karena
dapat langsung berfotosintesis.
Pada pecobaan pot harus dimiringkan sebesar lebih dari 45 derajat. Namun karena
adanya kesalahan maka percobaan pada geotropisme ini gagal. Seharusnya saat
dimiringkan sebanyak 45 derajat maka struktur tubuh kacang hijau akan bengkok ke
arah datangnnya cahaya dan akar akan mengarah kearah pusat bumi. Hal ini
membuktikan bahwa gerakanya disebut geotropisme, yaitu rangsangan berupa grafitasi.
Fungsi gelas yang di miringkan pada gerak geotropisme adalah untuk mengamati
arah gerak tumbuhan (akar dan batang) yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan
mengamati gerak geotropisme positif atau gerak akar tumbuhan menuju ke pusat bumi
dan geotropisme negatif atau gerak batang tumbuhan menjauhi pusat bumi. Sesuai
dengan literatur geotropisme merupakan respon terhadap rangsangan terarah oleh
gravitasi bumi yang melibatkan pertumbuhan perpanjangan diferensial sehingga
menyebabkan pelengkungan.
Metode yang ketiga yaitu hydrotropisme, pada percobaan ini kami mengamati
pertambahan panjang akar batan dan daun kacang hijau. Berdasarkan data hasil yang
didapattkan panjang batang yaitu 4,8 cm akar sepanjang 15 cm, dan daun berwarna
hijau. Untuk akar lebih tinggi dibanding ynag lain karena adanya air didasar pot
sehingga akar selalu menuju kesana sehingga banyak akar yang menuju kesana baik
akar utama maupun rambut akarnya.
Dari percobaan yang dilakukan terdapat perbedaan tinggi tanaman antar ke 3 pot
hal ini mungkin disebab kan karena penyerapan unsur air untuk pertumbuhan kecambah
berbeda. Berdasarkan litertur akara akan menjalar kedaerah yang mempunyai kadar air
tinggi maka akan bergeser kesamping.
Fungsi perendaman gelas pada hidrotropisme adalah untuk mengamati
pertumbuhan tumbuhan yang dipengaruhi oleh air karena yang dapat kita ketahui
hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan air. Jika gerakan itu
mendekati air maka disebut hidrotropisme positif, jika tumbuhan bergerak menjauhi air
disebut dengan hidrotropisme negatif. Sesuai dengan literatur salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada kacang hijau adalah pemenuhan
air. Selain kebutuhan air, tanaman juga memerlukan kebutuhan dari sumber lain.
Dengan dinduksi perendaman kedalam air, biji kacang hijau sudah diinduksi untuk
melakukan pemecahan dormansi dan memulai germinasinya ( Rahayu,2018 : 220).
Dari percobaan ynag telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu pergerakan
makhluk hidup berbeda beda sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Namun satu hal
yang jelas diketahui yaitu pergerakan hewan lebih aktif dan menonjol serta nampak
mata dibandingkan pergerakan tumbuhan.
Dari percoban timbulnya rambut akar lebih cepat dan lebih panjang di bagian
hidrotropisme, hal ini dikarenakan oleh kandungan air memancing akar untuk
mendapatkan nutrisi yang lebih banyak.hal ini menyebabkan rambut akar pada akar
lebih cepat tumbuh dibagian hidrotropisme dibandingkan dengan fototropisme dan
geotropisme.
Dalam percobaan mengenai pengamatan terhadap pertumbuhan kecambah
terdapat kesalahan yang meliputi kurang telitinya praktikan saat menanam kecambah
kedalam gelas, tanah yang kurang subur, serta air yang disiramkan ke pada tanaman
terlalu banyak.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau
volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Sedangkan perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaanm
tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh
(metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Sehingga dari percobaan yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa pergerakan
makhluk hidup berbeda beda sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Namun satu hal
yang jelas diketahui yaitu pergerakan hewan lebih aktif dan menonjol serta nampak
mata dibandingkan pergerakan tumbuhan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tumbuhan yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan.
Faktor eksternal tersebut antara lain zat hara, cahaya, air, suhu, oksigen dan
kelembapan. Zat hara adalah unsur makronutrien dan mikronutrien, misalnya
karbondioksida. Selain zat hara, cahaya dan air juga memiliki fungsinya sendiri sebagai
faktor eksternal dalam perkembangan sebuah tumbuhan. Cahaya membantu proses
fotosintesis, sedangkan air berfungsi untuk membantu biji berkecambah dan sebagai
sumber zat fotosintesis. Selain itu, oksigen berfungsi untuk proses respirasi , sedangkan
kelembapan berguna untuk mengatur proses perkecambahan. Fungsi suhu untuk
mempengaruhi aktivitas enzim dalam tumbuhan.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri.
Yang termasuk ke dalam faktor internal antara lain gen dan fitohormon. Gen merupakan
substansi yang menurunkan sifat dari induk kepada keturunannya. Dalam tumbuhan,
gen bisa mengatur keadaan fisik dan non fisik tumbuhan, misalnya warna bunga atau
rasa buahnya. Pernyataan ini sesuai dengan (Nursi, 2009) yaitu Faktor- faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
1. Faktor Dalam (internal)
Faktor dalam yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Faktor dalam dibedakan menjadi 2, yaitu faktor intrasel dan
intersel. Yang termasuk faktor intrasel adalah sifat menurun atau hereditas, sedangkan
faktor intersel adalah hormon.
a. Sifat menurun atau hereditas diatur oleh gen
b. Hormon yang mempengaruhipertumbuhan disebut zat tumbuh (fitohormon). Hormon
tumbuh pada tumbuhan banyak jenisnya, antara lain:
1. Auksin, merupakan hormone tumbuh yang terdapat pada titik tumbuh pada batang
(koleoptil) dan akar (koleoriza). Fungsinya: pembentukan akar adventif, buah
pertenokarpi (buah tanpa biji), mengambat pertumbuhan kucup samping, dan mencegah
terjadinya pengguguran daun, bunga, dan buah.
2. Giberelin, ditemukan trutama pada biji, berfungsi merangsang pembelahan sel,
merangsang aktivitas enzim amylase dan prototeinase yang berperan dalam
perkecambahan, merangsang pembentukkan tunas, menghilangkan dormansi biji, dan
merangsang pertumbuhan buah pertenokarpi.
3. Sitokinin, ditemukan pada jaringan yang aktif membelah. Berfungsi merangsan
pertumbuhan akar, mempercepat pelebaran daun, perangsang pertumbuhan kuncup
samping, merangsang aktivitas pembelahan sel.
4. Gasetilen, merupakan hormone yang dihasilkan oleh buah yang sudah tua, berfungsi
menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan kukuh, memacu perbungaan dan
pengguguran daun dan pematangan buah.
2. Faktor Luar (eksternal)
Faktor luar meliputi makanan, suhu, cahaya dan kelembapan.
a. Makanan, zat- zat makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan dibedakan menjadi
dua, yaitu makronutrien (oksigen, karbon, hydrogen, nitrogen, kalium, kalsium,
magnesium, fosfor, sulfur) dan mikronutrien (klorin, besi, boron, mangan, seng,
tembaga, molibdenium, nikel)
b. Suhu, berkaitan erat dengan kerja enzim, karena pada umumnya enzim bekerja
optimal pada suhu tertentu.
c. Cahaya, pertumbuhan batang mengarah kea rah datangnya cahaya.
d. Kelembapan, udara yang lembab diperlukan oleh tumbuhan karena air berfungsi
untuk mengaktifkan enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia,
menghidrolisis bahan makanan cadangan, translokasi hasil-hasil hidrolisis ke
sisi pertumbuham embrio.
VIII. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada 3 macam gerak tropis pada tumbuhan yaitu Geotropisme, jika disebabkan
oleh pengaruh gaya tarik bumi (gravitasi). Misalnya adalah gerak akan menuju ke
pusat bumi dan gerak Bungan kacang tanah masuk ke dalam tanah. Fotoripisme,
jika disebabkan oleh pengaruh datangnya cahaya matahari. Misalnya adalah gerak
pertumbuhan ujung tanaman menuju arah datangnya cahaya. Hidrotropisme, jika
disebabkan oleh pengaruh ransang air. Misalnya adalah gerak pertumbuhan akan
menuju sumber air.
2. Ada 3 macam bentuk perilaku hewan terhadap berbagai ransangan yaitu kinesis
yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh stimulus, tetapi tidak diarahkan dalam
tujuan tertentu. Meskipun demikian, perilaku ini masih terkontrol. Tropisme yaitu
orientasi dalam suatu arah yang ditentukan oleh arah datangnya rangsangan yang
mengenai organisme, pada umumnya terjadi pada tumbuhan. Meskipun tropisme
menunjukan suatu perilaku yang agak tetap, tetapi tidak mutlak. Tetapi tanggapan
yang terjadi dapat berbeda terhadap intensitas rangsang yang tidak sama.
Misalnya : pada cahaya lemah terjadi fototropisme (+), tetapi pada cahaya kuat
yang terjadi fototropisme (-).Taksis yaitu gerak pindah secara otomatis oleh suatu
organisme motil (mempunyai kemampuan untuk bergerak), akibat adanya suatu
rangsangan. Perbedaan antara tropisme dengan taksis adalah pada taksis seluruh
organisme bergerak menuju atau menjauhi suatu sumber rangsang, tetapi pada
tropisme hanya bagian organisme yang bergerak.
3. Perilaku hewan yang besifat fototaksis positif adalah mendekati cahaya dan
fototaksis negative adalah menjauhi cahaya yang datang.
b. Saran
Sebelum melakukan praktikum hendaknya dipelajari terlebih dahulu langkah
kerja, kemudian pada saat pengamatan harus teliti dan benar dalam mengamati
tingkah laku hewan dan tumbuhan, pada percobaan geotropisme meletakan objek
percobaan harus 45 derajat jangan sampai lebih agar dapat mengamati tingkah laku
pada tumbuhan. Begitu pula pada pengamatan tingkah laku pada cacing berhati-
hatilah memasukkan cacing kedalam cawan petri agar cacingnya tidak merasa
terancam.
DAFTAR PUSTAKA
Alyasfi, dkk. 2016. Pengaruh Intensitas Cahaya Akibat Gerhana Matahari Sebagian Terhadap
Gerak Daun. Jurnal Nasional Fisika, Vol V : 1-6. http://journal.unj.ac.id. (Diakses pada
tanggal 29 November 2021)
Jupriadi, dkk. 2020. Tipe Respon Hewan. https://id.scribd.com. (Diakses pada tanggal 29
November 2021)
Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: FMIPA UM.Pearce, E. (1989), Anatomi
Cacing Tanah. Gramedia, Jakarta.
Rahayu, A. A. P., Aini, F. F. N., Sulistyanto, H., & Jannah, M. (2018). Eksistensi kacang hijau
sebagai organisme model dalam mempelajari pertumbuhan tanaman. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi, IV : 219-224. http://researchreport.umm.ac.id .
(Diakses pada tangga;l 29 November 2021)
Sumarno dan Widiati, 1985. Produksi dan Teknologi Benih Kedelai. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Susilowati, Rahayu Sofia Ery. 2007. Petunjuk Kegiatan Praktikum Tingkah Laku Hewan.
Malang:FMIPA UM.
Tim Pengasuh Pratikum Biologi Umum,2007, Penuntun Pratikum Biologi Umum, FMIPA
UNIB, Bengkulu.
Wirakusumah, Sambas (2003), Gerak Pada Tumbuhan, UI Press, Jakarta
Widiarti, Anik. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Materi Mengidentifikasi Kelangsungan Hidup
Makhluk Hidup Melalui Adaptasi, Seleksi Alam Dan Perekmbangbiakan Menggunakan
Model Pembelajaran Mind Map. Journal Education Research and Development, 3 (2) :
81-96. https://jurnal.ikipjember.ac.id. (Diakses pada tanggal 29 November 2021)