Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem adalah suatu sistem di alam yang di dalamnya terjadi


hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya, serta
kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran,
tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem
lengkap terdiri atas komponen abiotik dan biotik (Joko Waluyo, 2013: 23).
Semua organisme yang hidup di alam tidak dapat hidup sendiri
melainkan harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan).
Organisme hidup dalam sebuah sistem ditopang oleh berbagai komponen
yang saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering
mempengaruhi, cara berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut
ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara
makhluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik) (Firmansyah, 2009).
Dalam ekosistem terdapat dua kompenen yaitu komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik berupa organisme-organisme yang
hidup pada ekosistem tersebut misalnya tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Komponen abiotik merupakan alam tak hidup berupa suhu, angin, cahaya
matahari, air, batu dan tanah. Komponen-kompenen ekosistem ini saling
berinteraksi untuk kelangsungan ekosistem tersebut. Ekosistem beragam
dalam produktivitasnya, artinya dalam jumlah energi yang disimpan dalam
benda hidup. Heterotrof menjamin energi yang diperolehnya dari autotrof
atau, bahkan lebih jauh lagi, dan heterotrof lainnya. Lalu energy dan bahan
dari organism ke organism lain memasukkan suatu rantai makanan dan setiap
mata rantainya merupakan tingkatan trofik (Kimball,1983).

B. Tujuan

1
1. Mengenali komponen penyusun ekosistem baik biotik maupun biotik.
2. Mengklasifikasi komponen ekosistem yang teridentifikasi ke dalam
kelompok:
a. Edafik dan klimatik, organik dan anorganik untuk komponen abiotik.
b. Nama jenis dan tingkatan trofik, untuk komponen biotik.
3. Mencari hubungan antar komponen penyusun ekosistem.
4. Mengevaluasi ekosistem yang dipelajarinya, berdasarkan kelengkapan
komponen penyusunnya.

BAB II
TINJAUAN PUSATKA

Satu unit atau satuan fungsional dari makhluk hidup dan lingkungan disebut
ekosistem. Makhluk hidup dan lingkungan melakukan interaksi satu sama lain di
dalam ekosistem tersebut. Faktor-faktor atau komponen dalam satu ekosistem
yang berfungsi di dalam interaksi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A. Komponen abiotik

2
Bahan tak hidup (abiotik) yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri
dari air, tanah, udara, sinar matahari dan sebagainya, merupakan medium atau
substrat untuk berlangsungnya kehidupan. Menurut Odum (1996),
memisahkan komponen ini menjadi :
 Senyawa anorganik (C, N, CO2, H2O, dan sebagainya)
 Senyawa organik (protein, karbohidrat, dan sebagainya)
 Iklim (temperatur dan faktor-faktor fisik lainnya)
Komponen abiotik adalah semua faktor penyusun ekosistem yang terdiri
dari benda-benda mati, antara lain oksigen, kelembaban dan suhu, air dan
garam mineral, cahaya matahari, dan tingkat keasaman tanah atau pH tanah.
a. Oksigen
Makhluk hidup dalam ekosistem membutuhkan oksigen untuk respirasi
atau pernapasan. Zat organik yang ada dalam tubuh akan dioksidasi untuk
menghasilkan energi agar tetap bisa bertahan hidup.
b. Kelembaban dan suhu
Kelembaban dan suhu juga sangat memengaruhi keberadaan suatu
organisme dalam suatu ekosistem. Kelembaban dan suhu berpengaruh
terhadap hilangnya air yang terjadi melalui penguapan. Setiap organisme
memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu dan kelembaban.
Jamur dan lumut hanya mampu bertahan pada habitat yang memiliki
kelembaban tinggi dan tak mampu hidup pada daerah yang panas. Suhu
terendah yang masih memungkinkan organisme hidup disebut sebagai
suhu minimum. Suhu yang paling sesuai dan mendukung kehidupan untuk
organisme disebut sebagai suhu optimum, sedangkan suhu tertinggi yang
masih dapat ditoleransi atau memungkinkan organisme hidup disebut
sebagai suhu maksimum.
c. Air dan garam mineral
Air merupakan penyusun tubuh setiap makhluk hidup. Sebagian besar
tubuh tersusun oleh air, sehingga begitu pentingnya air bagi metabolisme
kehidupan makhluk hidup. Hewan maupun tumbuhan juga memerlukan
garam-garam mineral. Meskipun jumlah yang dibutuhkan sedikit, namun

3
harus ada karena tak bisa diganti oleh zat yang lain. Contohnya tumbuhan
memerlukan zat besi (Fe) untuk pembentukan klorofil.
d. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi dari semua organisme yang
ada.
e. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Tanah juga menyediakan
unsur-unsur penting bagi kehidupan organisme, terutama tumbuhan.
Alat yang digunakan untuk mengukur komponen abiotik ada beberapa
macam diantaranya higrotermometer (mengukur kelembaban dan suhu
udara), anemometer (mengukur kecepatan angin), soil tester (mengukur pH
tanah), luxmeter (mengukur intensitas cahaya), termometer (mengukur suhu
udara), pH stick (mengukur pH air) dan masih banyak alat pengukur faktor
abiotik yang lainnya (Waluyo dkk, 2013: 23).
B. Komponen biotik
Meliputi produsen, konsumen, kelompok pengurai (Zainuddin,1982:125).
a. Produsen adalah semua organisme yang berklorofil. Produsen meliputi
organisme bersel satu seperti ganggang, tumbuhan lumut, tumbuhan paku
dan tumbuhan biji. Karena memiliki klorofil produsen mampu mengubah
zat anorganik dengan pertolongan cahaya,sehingga disebut sebagai
makhluk hidup autotrof. Dengan demikian produsen dapat menyediakan
bahan makanan bagi makhluk hidup lain.
b. Konsumen seperti manusia, hewan dan tumbuhan lain yang tidak
berklorofil tidak mampu memproduksi zat organik dari zat anorganik. Zat
organik yang diperlakukannya berasal dari produsen atau hewan lain.
Makhluk hidup yang tidak mampu menyusun zat organik sendiri disebut
sebagai heterotrof. Oleh karena hewan dan tumbuhan yang tidak
berklorofil mendapatkan zat organik dari organisme lain maka di dalam
ekosistem organisme tersebut berfungsi sebagai pemakan/konsumen.
c. Pengurai (decomposer) adalah organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati. Organisme pengurai

4
menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan
yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk
pengurai ini adalah bakteri dan jamur (Syamsuri, 2004:100).
Berdasarkan sistem energinya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan habitatnya, ekosistem
dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan, padang rumput, semak belukar,
ekositem tegalan) dan ekositem perairan (tawar, payau, asin).
Semua makhluk hidup selalu bergantung dan berinteraksi kepada makhluk
hidup yang lain. Hubungan tersebut disebut sebagai asosiasi. Dimana asosiasi
dapat terjadi antara individu satu dengan yang lain atau populasi, kemudian
populasi dengan populasi dan komunitas lain atau sebagainya. Bentuk asosiasi ini
banyak kita temukan di sekitar kita dalam berbagai bentuk. Berikut adalah
penggolongan beberapa bentuk asosiasi mekhluk hidup:
a Netralisme
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang
sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah
pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. Kupu-kupu yang
membantu penyerbukan bunga.
c Parasitisme
Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
dimana salah satu organisme merugikan organisme lain yang disebut
inangnya. Hubungan ini di jelaskan bahwa yang satu untung sedang yang
lain rugi karena mengambil makanan dari inang tersebut. sehingga
organisme parasit tidak akan bisa hidup tanpa inangnya, namun lama-
kelamaan akan mematikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan
manusia, Taenia saginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
d Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda
spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan;

5
salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan maupun
tidak diuntungkan. Contohnya anggrek dengan pohon yang
ditumpanginya.
e Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu
dengan tikus.
f Kompetisi
Kompetisi adalah bentuk asosiasi dimana organisme satu spesies maupun
beda spesies saling bersaing untuk mendapatkan makanan, maupun tempat
tinggal yang akan membatasi pertumbuhan mereka (Campbell dkk,
2008:380).
g Alelopati
Yaitu bentuk interaksi yang mengarah pada bentuk kompetisi dalam
memperebutkan sumber makanan atau zat hara dimana sebuah tumbuhan
mengeluarkan suatu zat kimia untuk menghambat pertumbuhan makhluk
hidup lain khususnya tumbuhan. Senyawa-senyawa kimia tersebut dapat
ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga,
buah, dan biji) dan dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai
cara yaitu melalui penguapan, pembusukan bagian-bagian organ yang mati
dan lain sebagainaya.
Menurut Odum (1993), rantai makanan merupakan energi pangan sumber
daya di dalam tumbuh-tumbuhan melalui suatu seri organisme dengan diulang-
ulang dimakan dan memakan. Rantai makanan menggambarkan perpindahan
energi biomassa secara garis lurus. Terjadi perpindahan energi di alam yang lebih
rumit karena berliku-liku yang di sebut sebagai jaring-jaring makanan. Jaring-
jaring makanan dapat pula diartikan sebagai rantai makanan yang bercabang-
cabang (Dwidjoseputro, 1991).
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem merupakan
sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya. Suatu kenyataan bahwa
setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup saja.

6
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai makanan akan
saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi
jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut jaring-jaring makanan.
Pada ekosistem terjadi proses yang disebut siklus materi dan aliran energi.
Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melanjutkan kerja. Energi yang
dimiliki oleh setiap organisme adalah energi kimia yang diperoleh dari
makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak dan sebagainya. Energi
tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen (tumbuhan hijau)
dengan mengubah energi matahari ke dalam bentuk energi potensial. Aliran energi
dalam ekosistem akan selalu seirama dengan siklus materi. Kedua proses tersebut
berjalan melalui rantai makanan dan jaring makanan. Terjadi siklus biogeokimia
di alam, yaitu peredaran bahan abiotik dari lingkungan melalui komponen biotik
dan kembali lagi ke lingkungan. Siklus biogeokimia dikelompokkan ke dalam tipe
siklus gas (gas karbon, nitrogen, belarang), siklus padatan / siklus sedimen
(fosfor), dan tipe siklus air (hidrologi) (Indriyanto, 2006).
Fungsi ekosistem adalah proses-proses fisika, kimia, dan biologi atau atribut
yang berperan untuk self-maintenance dari suatu ekosistem (King dan Mazzota,
2004). Sedangkan menurut de Groot (2007), fungsi ekosistem adalah kapasitas
proses-proses alami dan komponen-komponennya untuk menyediakan barang
dan jasa yang memuaskan kebutuhan manusia, secara langsung atau tidak
langsung. Salah satu fungsi ekosistem adalah fungsi regulasi. Fungsi ini
berhubungan dengan kapasitas ekosistem alami dan semi alami untuk mengatur
proses ekologis penting yang mendukung sistem kehidupan melalui siklus
biogeokimia dan proses-proses biosfir lainnya (De Groot, 2007b). Selain untuk
pemeliharaan kesehatan ekosistem itu sendiri, fungsi regulasi menyediakan
banyak jasa yang secara langsung dan tidak langsung bermanfaat untuk manusia
seperti jasa pembersihan udara, air, tanah, dan jasa pengendalian hama.

7
BAB III
MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

- Termometer - pH stick
- Soil tester - Rafia
- Anemometer - Meteran
- Higrometer - Buku dan alat tulis
- Luxmeter - Kamera

B. Metode / Prosedur Kerja

8
1. Tempat dan waktu
a. Tempat : Depan Laboratorium Biologi
b. Waktu : Rabu, 16 September 2015
2. Prosedur:

Menentukan lokasi pengamatan dan membuat plot

Mengukur pH tanah dan air, temperatur udara, kelembaban tanah dan


udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya untuk komponen abiotik

Mencatat dan mendata jenis tumbuhan dan hewan yang ditemukan


untuk komponen biotik

Mengamati hubungan antar komponen yang ditemukan

Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Biotik Abiotik
Tumbuhan Hewan Tanah Edafik Udara Klimatologi
Beringin Kupu-kupu pH: 6,2 Suhu: 28,7 oC
Namnam Semut Kelembaban: Kelembaban: 35%
Belimbing wuluh Lebah 35% Kecepatan angin: 0,1
Mundu Belalang m/s
Bunga sepatu Burung Intensitas cahaya:
Glodokan Ulat - Tertutup kanopi: 400
Ketapang Kumbang lux
Nangka Lalat - Tidak tertutup

Cemara kanopi: 68.800 lux

Jarak
Pepaya
Sawo bludru
Sawo kecik
Putri malu
Chromolaena odorata
Getih-getihan
Euphorbia hirta
Ageratum conyzoides L
Acalypha indica

B. Pembahasan
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbetuk oleh adanya
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem berdasarkan cara terjadinya dapat secara alami dan buatan.
Ekosistem alami merupakan ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa
adanya campur tangan manusia sedangkan ekosistem buatan adalah
ekosistem yang terbentuk karena ada campur tangan manusia.
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan di lingkungan
bagian depan laboratorium biologi FMIPA UNY sayap barat, mengenai
ekosistem yang bertujuan antara lain untuk mengenali komponen penyususn
ekosistem baik biotik maupun abiotik; mengklasifikasi komponen ekosistem
yang teridentifikasi ke dalam kelompok edafik dan klimatik, organik dan
anorganik untuk komponen abiotik; nama jenis dan tingkatan trofik, untuk
komponen biotik; mencari hubungan anra komponen penyusun ekosistem;
mengevaluasi ekosistem yang dipelajari, berdasarkan kelengkapan
komponen penyusunnya.
Data pengamatan yang diperoleh dari pengamatan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Komponen Abiotik
Menurut Kimball (1983), komponen abiotik merupakan alam tak
hidup yang berupa suhu, angin, cahaya matahari, air, batu, dan tanah.
Faktor abiotik dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu
edafik, klimatik, anorganik, dan organik. Kelompok edafik merupakan
faktor abiotik yang berhubungan dengan tanah, seperti pH tanah dan
kelembaban tanah. Kelompok klimatik adalah faktor abiotik yang
berhubungan dengan iklim, berupa suhu udara, kecepatan angin,
kelembaban udara, dan cahaya matahari. Kelompok anorganik
merupakan faktor abiotik yang berupa unsur-unsur seperti oksigen (O2),
karbon dioksida (CO2), dan air (H2O). Kelompok organik adalah faktor
abiotik yang berupa makromolekul seperti protein, karbohidrat, dan
lemak.
Dari pengukuran yang telah dilakukan di plot dengan ukuran
sekitar 20 m x 24 m di taman depan laboratorium biologi FMIPA UNY,
didapatkan data pH tanah sebesar 6,2 di bagian tanah yang basah, hal
ini karena saat pengamatan dilakukan terdapat bagian-bagian tanah
yang basah akibat penyiraman oleh tukang kebun, hal ini menunjukan
suatu proses pengolahan tanah sebagai wujud dari suatu kegiatan
konservasi atau pemeliharaan lahan agar dapat mendukung organisme
biotik seperti tanaman agar dapat bertahan hidup pada kondisi lahan
tersebut. Sedangkan pada bagian tanah yang kering memiliki pH
sebesar 7. Kelembaban tanah yang tercatat adalah 35%. Sedangkan
suhu udara yang terukur rata-rata adalah sebesar 28,70 C dari
pengukuran di lima titik lokasi pengamatan, hal ini kami lakukan
karena kondisi plot yang bervariasi akibat kanopi dari tumbuhan yang
menyebabkan suhu udara dibawahnya lebih rendah dari suhu udara di
bagian yang tidak tertutup kanopi.
Kecepatan angin yang terukur adalah 0,1 m/s. Intensitas cahaya
matahari pada tempat teduh atau di bawah kanopi yang rimbun akibat
adanya tumbuhan beringin (Ficus benjamina) yang ukurannya besar
hampir menutupi setengah luasan plot yang kami amati adalah 400 lux,
sedangkan intensitas cahaya matahari di tempat yang terpapar sinar
matahari tanpa tertutup kanopi sebesar 68.800 lux dan kelembaban
udara yang tercatat sebesar 35%.
Komponen abiotik yang termasuk dalam komponen organik
berdasarkan pengamatan adalah daun-daun yang gugur. Sedangkan
komponen abiotik yang berupa anorganik terdiri atas cahaya, suhu,
kecepatan angin, kelembaban udara dan lain sebagainya.
2. Komponen Biotik
Pada pengamatan interaksi organisme dengan lingkungannya
salah satu komponen yang utama adalah komponen biotik. Komponen
biotik terdiri dari organisme yang mampu menjadi salah satu peranan di
bawah ini yaitu produsen, konsumen dan dekomposer. Pada
pengamatan di depan laboratorium Biologi kami menemukan beberapa
tumbuhan seperti :
1. Beringin (Ficus benjamina)
2. Namnam (Cynometra cauliflora)
3. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
4. Mundu (Garcinia dulcis)
5. Bunga sepatu (Hibiscus rossa-sinensis)
6. Glodokan (Polyalthia longifolia)
7. Ketapang (Terminalia catappa)
8. Nangka (Autocarpus heterophyllus)
9. Cemara (Casuarina excelsa)
10. Pepaya (Carica papaya)
11. Jarak (Richinus comunis)
12. Sawo bludru (Chrysopyllum cainito)
13. Sawo kecik (Manilkara kauki)
14. Putri malu (Mimosa pudica)
15. Chromolaena odorata, dan
16. Getih-getihan (Rivina humilis)
17. Euphorbia hirta
18. Ageratum conyzoides L
19. Acalypha indica
Beberapa komponen biotik tersebut termasuk kedalam kelompok
produsen. Dimana kelompok produsen ini menyediakan makanan
sendiri atau seringkali kita sebut autotrof. Kelompok produsen akan
berada pada tingkat trofik yang paling rendah yakni trofik I. Setelah
kelompok produsen tentu saja juga ada kelompok konsumen, dimana
pada kelompok ini akan ada beberapa tingkat konsumen yakni
konsumen tingkat I yakni hewan herbivora yang memakan tumbuhan,
konsumen tingkat II yakni hewan pemakan daging atau karnivora dan
yang terakhir konsumen tingkat III yakni omnivora atau pemakan
segala. Pada lokasi pengamatan kami hanya ditemukan konsumen
berupa belalang, semut, lebah dan kupu-kupu. Sedangkan kami tidak
menemukan dekomposer karena pengamatan hanya dilakukan pada
permukaan tanah, dan kondisi permukaan tanah yang kami amati
termasuk tandus dan kering karena tidak ada sampah-sampah organik
yang terlihat menumpuk dan membusuk.
2. Komponen – komponen biotik dan tingkat trofiknya
a. Produsen = beringin, namnam, belimbing wuluh, mundu, bunga
sepatu, gelodok, ketapang, nangka, cemara, pepaya, jarak, sawo
bludru, sawo kecik, putri malu, Chromolaena odorata, getih-
getihan, Euphorbia hirta, Ageratum conyzoides L, dan Acalypha
indica.
b. Konsumen = kupu-kupu, semut, lebah, belalang, burung, ulat,
kumbang, dan lalat.
c. Dekomposer.
Berikut adalah skema susunan tingkatan trofik dari komponen-
komponen biotik diatas.
3. Hubungan antarkomponen penyusun ekosistem.
Dalam suatu ekosistem tidak dapat dihindari bahwa setiap
komponen satu dengan yang lainnya memiliki hubungan maupun
interaksi dalam rangka keberlangsungan suatu ekosistem. Berdasarkan
pengamatan terdapat beberapa interaksi yang dijumpai diantaranya yaitu:
Organisme Simbiosis Keterangan
Semut hitam dan Komensalisme Semut bersembunyi di
pohon sawo bludru batang pohon untuk
perlindungan koloninya
Belalang dan Ulat Kompetisi Sama-sama memakan daun
Ulat dan Burung Predasi Burung memakan ulat
Burung dan Beringin Mutualisme Burung mendapatkan
tempat untuk sarangnya dan
makanan, sedangkan pohon
beringin dibantu
penyerbukan dan
penyebaran bijinya
Kupu-kupu dengan Mutualisme Kupu-kupu membantu
pohon berbunga dalam penyerbukan dan
mendapatkan nektar
sebagai makanannya

Selain itu hubungan antara komponen-komponen dalam ekosistem


juga dapat dikelompokan secara sederhana menjadi hubungan antara
komponen biotik-biotik maupun biotik-abiotik.
a. Interaksi biotik-biotik
Interaksi yang terjadi antara komponen hidup. Seperti pada rumput
yang dimakan belalang. Hal tersebut merupakan suatu peristiwa
yang disebut grassing, karena rumput yang dimakan belalang dapat
tumbuh kembali.
b. Interaksi biotik-abiotik
Interaksi yang terjadi antara komponen tak hidup dengan
komponen hidup. Seperti cahaya matahari dengan tumbuhan hijau.
Dimana tumbuhan hujau dapat melakukan fotosintesis karena ada
bantuan dari cahaya matahari, dimana cahaya matahari merupakan
salah satu faktor untuk terjadinya proses fotosintesis.

Hubungan antar komponen dalam ekosistem juga dapat


digambarkan melalui jaring-jaring makanan maupun melalui aliran
materi yang terjadi. Namun untuk mengetahui secara pasti jaring-jaring
makanan atau peristiwa saling makan dan dimakan membutuhkan
waktu yang tidak singkat, oleh karena itu kami menganalisis jaring-
jaring yang mungkin terjadi dengan melihat komponen-komponen yang
ada. Begitu juga dengan aliran energi dan materi yang kami temukan
dengan cara analisis komponen yang ada atau mungkin ada.
1. Jaring-jaring makanan

2. Aliran energi dan aliran materi

Pada plot pengamatan yang digunakan terdapat dua bagian yang


berbeda yakni pada bagian yang rimbun dan bagian yang tidak rimbun. Pada
bagian yang rimbun merupakan bagian yang tertutup kanopi, pada bagian
ini kami tidak menjumpai adanya rumput yang tumbuh liar akibat cahaya
matahari tidak dapat menembus sampai ke tanah sehingga tumbuhan kecil
di bawahnya tidak mampu untuk bertahan hidup. Sedangkan pada bagian
yang tidak tertutup kanopi rumput liar dapat tumbuh dengan subur akibat
adanya sumber energi matahari yang melimpah dapat sampai ke permukaan
dimana tumbuhan kecil mampu bertahan hidup karena kebutuhan cahaya
untuk fotosintesis terpenuhi.
Plot untuk pengamatan tersebut dapat dikatakan sebagai ekosistem
buatan karena banyak campur tangan manusia. Hal itu terlihat dari
tumbuhan yang ditanam beraturan, selain itu juga sebagian rerumputan yang
sengaja ditanam agar tanah tidak kering dan berdebu. Walaupun ekosistem
buatan, dilihat dari kondisi edafik dan klimatik plot pengamatan dapat
diketahui bahwa ekosistem yang terbentuk adalah ekosistem padang rumput
karena jumlah yang mendominasi adalah rerumputan sebagai produsen
selain itu karena cahaya matahari yang diterima area plot pengamatan
terpenuhi sehingga mampu mendukung organisme sebagai faktor biotik
untuk hidup di area tersebut.
Hubungan antara faktor biotik dan faktor abiotik sangatlah erat karena
faktor biotik tanpa faktor abiotik tidak dapat berdiri sendiri, begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, dalam suatu ekosistem baik alami maupun
buatan faktor biotik dan abiotik akan senantiasa berhubungan untuk
mendukung keberlangsungan kehidupannya.
Berdasakan pada pembahasan mengenai identifikasi dan klasifikasi
dari objek pengamatan dapat kita simpulkan apabila komposisi komponen
biotik (komunitas biotik) ekosistem di depan laboratorium biologi yang
diamati berdasarkan kelengkapan komponen penyusunnya tidak lengkap.
Hal ini dikarenakan unsur dekomposer dalam ekosistem ini tidak dapat
teramati sehingga komponen ini hilang. Padahal komponen ini termasuk
komponen penting yang berperan dalam penguraian zat organik menjadi
anorganik. Hal tersebut juga didukung oleh keadaan tanah yang kering
karena rata-rata sampah yang berasal dari guguran daun tidak dijumpai
membusuk pada tempat tersebut akibat campur tangan manusia, sehingga
kelengkapan komponen penyusunnya ada yang hilang atau tidak dapat
teramati.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Komponen-komponen abiotik :
a) Komponen yang termasuk dalam kelompok edafik yaitu pH tanah
6,2 di tanah yang basah dan pH 7 di tanah yang kering, kelembaban
tanah 35%.
b) Komponen yang termasuk kelompok klimatik yaitu suhu udara
28,70C, kecepatan angin 0,1 m/s, intensitas cahaya matahari pada
tempat teduh 400 lux, sedangkan intensitas cahaya matahari di
tempat yang terpapar sinar matahari 68.800 lux dan kelembaban
udara 35%.
2. Komponen- komponen biotik dan tingkat trofiknya:
a) Produsen = beringin, namnam, belimbing wuluh, mundu, bunga
sepatu, gelodok, ketapang, nangka, cemara, pepaya, jarak, sawo
bludru, sawo kecik, putri malu, Chromolaena odorata, getih-getihan,
Euphorbia hirta, Ageratum conyzoides L, dan Acalypha indica.
b) Konsumen = belalang, semut, lebah dan kupu-kupu.
c) Dekomposer
3. Hubungan antar komponen dapat terjadi melalui suatu hubungan simbiosis
atau hubungan antara komponen biotik-biotik maupun biotik-abiotik dan
melalui jaring-jaring makanan serta aliran energi dan materi antar
komponen.
4. Kelengkapan komponen pada ekosistem yang diamati tidak lengkap
karena tidak dijumpai komponen biotik yang termasuk dekomposer.

B. Saran
Dalam pengamatan yang telah kami lakukan, kami sadar akan adanya
kekurangan. Oleh karena itu, agar praktikan dapat memperoleh hasil
pengamatan yang lebih baik, ada beberapa saran yang kami anjurkan, antara
lain sebagai berikut.
1. Praktikan lebih teliti selama proses pengamatan komponen penyusun
ekosistem baik biotik maupun abiotik.
2. Praktikan lebih teliti dalam membaca alat ukur untuk mencari data edafik
dan klimatik.
3. Praktikan lebih cermat dalam mengidentifikasi komponen biotik dan
abiotik yang ditemukan serta hubungan antar komponennya.
4. Praktikan lebih rajin dalam mencari kajian pustaka mengenai ekosistem
dan komponennya.

Anda mungkin juga menyukai