Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
ENERGI BUDGET

OLEH:

NAMA : RISMA HANDAYANI


NIM : 08041381924089
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : MERANDA TASYA AULIA

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Purnomo, 2017

Metabolisme mencakup seluruh aktivitas yang terjadi pada makhluk hidup.


Setiap aktivitas organisme dimulai dari makan, pergerakan, pengeluaran
bergantung pada reaksi kimia yang terdapat dalam tubuh. Sebagian besar reaksi
yang terjadi dikontrol oleh enzim. Hewan menggunakan energi yang bersumber
dari makanan sebagai bahan bakar untuk metabolisme. Energi merupakan
kemampuan untuk melakukan aktivitas dan kegiatan makhluk hidup. Makanan
akan dicerna oleh hidrolisisenzimatik dan nutrient akan diserap oleh sel tubuh.
Jumlah energi yang tersedia bergantung pada konsumsi pakan dan banyaknya
jumlah yang hilang selama pencernaan dan metabolisme (Purnomo, A. 2017).
Konsumsi energi yang lebih rendah dari kebutuhan pokok hewan akan
mengalami penurunan bobot tubuh. Hewan akan mengalami penurunan bobot
tubuh dikarenakan penggunaan jaringan tubuh untuk mempertahankan hidupnya
dan jika hewan mengkonsumsi makanan berlebihan akan memacu produksi lemak
tubuh yang lebih tinggi. Energi yang masuk dan energi yang dilepaskan oleh
organisme dikenal dengan energi budget. Energi budget juga dikatakan sebagai
neraca keseimbangan antara energi yang tersimpan dijumlah dengan energi yang
terbuang, energi kerja serta metabolisme (Andri.P. 2015).
Komposisi dan daya cerna makanan berhubungan dengan senyawa
kimiawi dan serat kasar akan berpengaruh besar dengan proses pencernaan.
Pencernaan dan penyerapan merupakan hasil energi dari metabolisme sumber
energi dalam tubuh. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi, karena
respirasi adalah sebuah proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen. Laju metabolisme umumnya diperkirakan
dengan cara mengukur banyaknya oksigen (Nawir, F. 2015).

1.2. Tujuan Praktikum


Mengetahui pengaruh suhu terhadap efisiensi asimilasi dan laju konsumsi
cacing tanah Pontoscolex sp. dan Pheretima sp.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Energi Budget


Perhitungan energi yang masuk dan energi yang dilepaskan oleh
organisme dikenal dengan energi budget. Energi budget juga dikatakan sebagai
neraca keseimbangan antara energi yang tersimpan dijumlah dengan energi yang
terbuang, energi kerja serta metabolisme yang dijumlahkan dan dapat ditentukan
dengan rumus penjumlahan energi tersebut. Jumlah energi yang tersedia
bergantung pada konsumsi pakan dan banyaknya jumlah yang hilang selama
pencernaan dan metabolisme. Jika konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan
pokok hewan akan mengalami penurunan bobot tubuh, jika hewan mengkonsumsi
makanan berlebihan akan memacu produksi lemak tubuh yang lebih tinggi
(Firmansyah. 2017).
2.2. Laju Konsumsi Cacing Tanah
Pakan merupakan semua yang bisa dimakan baik berupa bahan organik
maupun anorganik dapat dicerna dan tidak mengganggu kesehatan. Laju konsumsi
pada cacing tanah dapat dipengaruhi dari berbagai faktor kuantitas dan kualitas
dari pakan yang digunakan. Kualitas pakan makanan yang diberikan pada cacing
menentukan laju konsumsinya karena jika pakan yang diberikan tidak sesuai akan
menyebabkan cacing tidak makan. Cacing tanah merupakan invertebrata yang
tergolong poikiloterm yang berarti suhu tubuh yang dipengaruhi oleh suhu dan
lingkungan (Anwar, K. 2019).
2.3. Peranan Cacing Tanah
Peranan cacing tanah sangat penting dalam proses dekomposisi bahan
organik tanah, mikroba tanah lainnya terutama bakteri, cacing tanah ikut berperan
dalam siklus biogeokimia. Cacing tanah juga berperan dalam menurunkan bahan
organik, dan mengubah nitrogen setelah dikeluarkan berupa kotoran. Selama
proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba maupun cacing tanah
memerlukan dan menggunakan energi untuk metabolisme tubuhnya. Sumber
energi berasaldari bahan organik yang didekomposisi berupa nutrisiyang tergambar
dalam kandungan unsur hara (Ramdani, D. 2018).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 6 September 2021,
pukul 08.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Bertempat di laboratorium
Biosistematika Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas saring, piring
plastik/mangkok kecil, kasa gulung, karet gelang, balok kayu, nampan/baki,
timbangan analitik, skapel dan pinset. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah Cacing tanah Phontoscholex sp. dan Pheretima sp dan feses sapi, kambing,
dan ayam yang telah keringkan dan dihaluskan

3.3. Cara Kerja


Pertama keringkan feses sapi, kambing, dan ayam, selanjutnya tumbuk dan
saringlah hingga halus. Ukuran kertas saring dibuat sesuai keliling cawan petri.
Kemudian, timbanglah masing masing feses tersebut. Timbanglah pakan cacing
sebanyak 0,1 – 0,2 gram pada setiap piring atau mangkuk dan pada masing
masing piring/mangkuk dimasukkan seekor cacing. Lalu, masukkan kedalam oven
pemanas yang telah diatur suhunya (20 – 30˚C) selama 1 hari. Serta dibiarkan
pada suhu ruang. Amati perubahan yang terjadi, timbanglah berat feses, berat
pakan, dan berat cacing tanah. Terakhir, hitunglah laju konsumsi dan efisiensi
asimilasi dengan rumus
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Tabel Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
No. Kelompok Jenis Cacing Daya Cerna Laju Konsumsi (g/g jam)
(%)
1. 8 Pontoscolex sp 42 % 0,35 g Pheretima sp 50 % 0.08 g

4.1.2. Perhitungan
1) Diketahui :
C = Berat pakan yang diberikan 50 mg – sisa pakan yang diberikan pada
cacing tanah Pontoscolex sp. 15 mg = 35 mg 🡪 0,035 g
T = 24 jam 🡪 1 hari
F = 20 mg 🡪 0,02 g
A = 100 mg 🡪 0,1 g
Ditanya = CI dan EA … ?
Jawab =
- Laju konsumsi - Efesiesi Asimilasi

CI = EA = x 100%

= = x 100% = = x 100%
= 0,35 g/hari = 42 %

Universitas Sriwijaya
2) Dik =
C = Berat pakan yang diberikan 50 mg – sisa pakan yang diberikan pada
cacing tanah Pheretima sp. 10 mg = 40 mg 🡪 0,04 g
F = 0,02 g
T = 24 jam 🡪 1 hari
A = 0,5 g
Ditanya = CI dan EA …?
Jawab =
- Laju konsumsi - Efesiesi Asimilasi

CI = EA = x 100%

= = x 100% = = x 100%
= 0,08 g/hari = 50 %
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan cacing tanah jenis


Pontoscolex sp. memiliki daya cerna sebesar 50% dan laju konsumsi sebanyak
0,08 g/hari, sedangkan pada cacing tanah yang berjenis Pheretima sp. memiliki
daya cerna sebanyak 42% dan laju konsumsinya sebanyak 0,35 g/hari. Efisiensi
asimilasi cacing tanah dipengaruhi oleh suhu. Pada percobaan ini, pakan yang
diberikan sebanyak 0,05 gram pada masing-masing spesies cacing tanah dan feses
yang dihasilkan pada setiap spesies cacing sama dengan berat 0,02 gram. Suhu
yang dipakai pada percobaan kali ini sebesar 20⁰C sampai 30⁰C.
Pakan yang diberikan pada perlakuan kali ini berupa feses sapi, kambing,
dan ayam yang telah dilakukan pengeringan dan penghalusan. Feses hewan
digunakan sebagai sumber mineral dan protein yang baik dalam proses
pertumbuhan cacing tanah. Daya cerna cacing tanah dapat dipengaruhi oleh cepat
atau lambatnya pergantian pakan dalam saluran pencernaan. Cacing tanah dapat
digunakan sebagai bahan organik yang menguntungkan karena bisa dijadikan
sebagai dekomposer atau pengurai. Cacing tanah akan menggunakan energi yang
bersumber dari makanan sebagai bahan bakar untuk metabolisme.
Jumlah energi yang tersedia bergantung pada konsumsi pakan dan
banyaknya jumlah yang hilang selama pencernaan dan metabolisme. Cacing tanah
digunakan dalam praktikum ini dikarenakan daya serap cacing tanah lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan invertebrata lainnya. Penentuan nilai efisiensi
asimilasi cacing tanah ialah berupa selisih antara berat pakan yang dimakan dan
dikeluarkan berupa feses sangat menetukan besar kecilnya nilai efisiensi asimilasi
pada cacing tanah.
Laju konsumsi dari cacing tanah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti kondisi lingkungan, jenis pakan yang dimakan, serta jenis spesies cacing.
Kondisi lingkungan yang kaya akan makanan dapat menyebabkan cacing tumbuh
dengan baik. Jenis pakan yang dimakan oleh cacing menentukan panjang dan
berat cacing, pakan cacing tanah yang berasal dari feses biasanya berupa feses
ternak. Jika konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan pokok, hewan akan
mengalami penurunan bobot tubuh dan jika mengkonsumsi makanan secara
berlebihan akan memacu produksi lemak tubuh yang lebih tinggi.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Energi budget dikatakan sebagai neraca keseimbangan antara energi yang
tersimpan dijumlah dengan energi yang terbuang, energi kerja serta
metabolisme.
2. Hewan akan menggunakan energi yang bersumber dari makanan sebagai
bahan bakar untuk metabolisme.
3. Jumlah energi yang tersedia bergantung pada konsumsi pakan dan
banyaknya jumlah yang hilang selama pencernaan dan metabolisme. 4. Jika
konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan pokok, hewan akan mengalami
penurunan bobot tubuh.
5. Jika hewan mengkonsumsi makanan secara berlebihan akan memacu
produksi lemak tubuh yang lebih tinggi.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Andri.P. 2015. Energi Metabolisme Semu dan Efisiensi Metabolik pada Serindit
Sumatera (Loriculus galgulus L., 1758). Jurnal Biologi Indonesia. 10(1) :
11-16.

Anwar, K. 2019. Efektivitas Cacing Tanah Pheretima hupiensis, Edrellus sp. dan
Lumbricus sp. dalam Proses Dekomposisi Bahan Organik. Jurnal Tanah
Trop. 14(2) : 149- 158.

Firmansyah. 2017. Struktur Komunitas Cacing (Kelas Oligochaeta) Di Kawasan


Hutan Desa Mega Timur Kecamatan Sungai Ambawang. Jurnal
Protobiont. 6(3): 108-117.

Nawir, F. 2015. Pertumbuhan Ikan Sidat yang Diberi Kadar Protein dan Rasio
Energi Protein Pakan Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia. 14(2) : 128-
134.

Purnomo, A. 2017. Pengaruh Variasi Rasio Terhadap Produksi Kompos dan


Kandungan Kalium, Pospat, dari Batang Pisang dengan Kombinasi
Kotoran Sapi dalam Sistem Vermicomposting. Jurnal Teknik Lingkungan.
6(6) : 1-15.

Ramdani, D. 2018. Perbedaan Jumlah Konsumsi Oksigen (O2) Pada Respirasi


Berbagai Hewan Invertebrata Kelas Insekta. Jurnal Ilmu Ilmu
Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi. Vol 18 (2) : 212-220.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai