MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Disusun Oleh :
Fitriya Nabila (1304617054)
Retno ewh (0)
Dosen Pengampu :
Dr. Ratna Dewi, M.Si
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum dari metode
embedding parafin ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dengan selesainya laporan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah banyak berperan khususnya kepada Ibu Dr. Ratna Dewi, M.Si selaku dosen mata kuliah
Mikroteknik Tumbuhan yang telah membimbing serta memberikan ilmu pengetahuan
mengenai segala hal yang berkaitan dengan mikroteknik tumbuhan sehingga pada akhirnya
laporan ini dapat menjadi salah satu bahan pengetahuan baru bagi kami. Oleh karna itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karna itu kepada semuanya untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian tersebut. Hewan dan tumbuhan
dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat dengan berbagai metode yang telah
Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak metode yang digunakan untuk
pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan
digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan seringkali
pula dengan metode whole mount. Sedangkan sel tumbuhan kebanyakandibuat dengan
menggunakan metode yang lebih ringan daripada sel hewan karenastruktur sel hewan dan sel
tumbuhan yang berbeda. Metode yang paling umumdigunakan untuk melihat jaringan dan sel
tumbuhan adalah metode parafin denganbahan utamanya adalah blok parafin (Sedjo, 2004).
Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat tumbuhan adalah
metode parafin. Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan
menggunakan para fin sebagai media embedding. dengan tebal irisan kurang lebih mencapai
6 µm-8 µm. Alat yang digunakan untuk dapat mencapai hasil irisan 6 µm-8 µm adalah
mikrotom. Untuk mengamati dan melihat preparat secara melintang dari daun lidah buaya
(Aloe vera) dengan menggunakan metode parafin, maka dilakukanlah percobaan ini.
Aloe vera merupakan salah satu spesies dari genus Aloe yang terdiri lebih kurang 240
spesies, spesies yang lain antara lain adalaha Aloe arborescen dan Aloe ferox. Habitat mereka
adalah daerah kering, sehingga daunnya banyak mengandung air sebagai hasil adaptasi
terhadap lingkungan. Namun tanaman lidah buaya juga dapat tumbuh di pegunungan. Ukuran
tanaman beragam mulai dari beberapa centimeter diatas permukaan tanah sampai setinggi 20
meter. Daunnya tebal, berdaging, serta tersusun dalam bentuk roset. Setiap roset terdiri atas
12 – 16 daun dengan panjang daun mencapai 35 cm, lebar 7,5 cm. Tandan bunga muncul di
tengah-tengah roset dan berwarna merah atau kuning.
Tanaman ini termasuk famili Liliaceae dan penggolongan klasifikasi tanaman sebagai
berikut:
Tanaman lidah buaya tidak memiliki cabang batang, sedangkan batang pohon akan
terlihat setelah pelepah daun lidah buaya gugur atau dipanen berkali-kali, karena daun
pelepah menempel pada batang utama. Mempunyai perakaran yang dangkal (sampai
kedalaman ± 25 cm) dan berserabut, sehingga cocok ditanam pada lahan gembur seperti jenis
organosol/gambut. Daun tanaman berupa pelepah tidak mempunyai tangkai daun dengan
panjang mencapai kisaran 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah antara 8-13 cm dan
tebal antara 2-3 cm .
Aloe vera dapat tumbuh pada kisaran kondisi iklim yang relatif luas dengan sistem
perakaran yang dangkal dan tahan terhadap kondisi kekeringan. Untuk memperoleh produksi
yang baik tanaman lidah buaya harus ditanam pada ketinggian kurang dari 1.000 meter dari
permukaan laut, dengan suhu udara harian berkisar 270-310 C dan curah hujan perbulan
berkisar 50-300 mm.
2.2 Metode Parafin
Metode parafin, pengirisan jaringan dengan menggunakan suatu alat yang disebut
mikrotom. Kelebihan dari adanya alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat diatur menurut
tujuan dan kehendak peneliti. Pada mikrotom terdapat antara lain yaitu skala yang dapat
diatur sesuai dengan kehendak beik tebal sayatannya. Pisau, ada jenis mikrotom dimana
pisaunya yang bergerak sedangkan jaringan tetap berada pada tempatnya. Tetapi ada pula
jenis mikrotom yang pisaunya tetap berada pada tempatnya, sedang jaringannya yang
bergerak, pegangan/tempat jaringan, pengatur jarak antara tempat jaringan dengan pisau
mikrotom (Sumarni, 2010).
Ada berbagai jenis mikrotom, pada praktikum ini kami menggunakan Mikrotom putar
(rotary microtome). Mikrotom ini mempunyai pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya
yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk
pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin. Mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan
daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih
tipis dibandingkan dengan metode lainnya. Pengamatan secara seksama dan teliti terhadap sel
atau jaringan akan diperoleh jika irisan sangat tipis. Selain itu, hampir semua jaringan dapat
diiris dengan mikrotom ini. Berbeda dengan 2 jenis mikrotom yang telah diuraikan di atas, di
mana irisan yang diperoleh saling terpisah satu sama lain, maka pada irisan yang diperoleh
dengan mikrotom jenis ini ialah jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan,
sehingga terbentuk pita yang panjang (Santoso, 2002).
a) Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan
metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.
b. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini.
Pada praktikm ini, sampel jaringan yang akan dibuat menjadi preparat dimasukkan ke
dalam paraffin panas yang menginfiltrasi jaringan. Proses tersebut berlangsung selama 12-16
jam. Jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong
dengan menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom akan menghasilkan lapisan
dengan ketebalan yang diinginkan.
Metode parafin meliputi beberapa proses yaitu fiksasi dengan menggunakan larutan
fiksatif, embedding dengan menggunakan parafin cair, dan pewarnaan safranin dan fast green
pada tumbuhan. Kebanyakan jaringan tidak berwarna sehingga sulit dilakukan pengamatan
dibawah mikroskop, oleh karena itu dibutuhkan pewarnan. Pewarnaan dengan safranin dan
fast green adalah jenis pewarnaan yang paling umum dipakai pada tumbuhan. Fastgreen akan
mewarnai sitoplasma sehingga bewarna kehijauan sedangkan safranin akan mewarnai
sitoplasma menjadi merah muda.
Tubuh tumbuhan vaskular pada dasarnya tersusun dari bagian utama yang terdiri dari
sumbu dan tonjolan lateral. Sumbu tubuh tumbuhan terdiri atas akar dan batang. Dan tonjolan
lateral terdiri dari emergensia , daun dan trikoma. Sistem jaringan penyusun tubuh tumbuhan
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jaringan epidermal, jaringan dasar dan jaringan vaskular.
Biasanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal spesimen difiksasi dalam larutan
FAA. Daun yang lunak dan tulang daun yang kecil saat proses dehidrasi digunakan acetone
atau etil alcohol, sedangkan daun yang tebal atau seperti kulit dengan tulang daun yang kuat
diproses dalam butyl alcohol atau dioxan. Ciri khas daun harus diperhitungkan dalam
pembuatan preparat irisan, misalnya untuk daun yang lunak parenkimanya biasanya mudah
retak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat
Mikroskop Cahaya
Silet tajam
Gelas objek
Gelas penutup
Pipet tetes
Botol pewarna
Kertas kalender
Aspirator
b. Bahan
Aquades
Formaldehyde 37 – 40%
Safranin
Xilol
Parafin
2. Cara Kerja
a. Ambil sayatan organ tumbuhan berukuran 0,5 x 0,5 cm yang telah dibersihkan,
masukan ke dalam FAA
b. Gunakan aspirator untuk memudahkan bahan masuk ke dalam potongan organ
tumbuhan dan biarkan selama satu minggu
c. Ganti FAA dengan alkohol 70% ditambah 5 tetes safranin dalam alkohol dan
biarkan selama satu minggu
d. Ganti pelarut di atas dengan alkohol 85%, alkohol 95%, alkohol 100%, alkohol :
xilol = 1:1, xilol 1, xilol 2, xilol : minyak parafin = 1:1, minyak parafin selama 1
jam
e. Masukkan bahan ke dalam parafin keras yang telah dicairkan dengan 3 kali
penggantian, tanam dalam blok parafin dalam kalender dapat disimpan lama.
BAB : IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Metode Parafin
4.2 Pembahasan
BAB : V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Mengenakan jas laboratorium dan alat pengaman lain pada saat praktikum
berlangsung
5. Menggunakan silet atau pisau secara hati hati saat memotong bahan praktikum
6. Membuat beberapa potongan bahan praktikum agar terdapat cadangan jika sewaktu –
waktu preparat yang satu gagal dibuat
7. Mencuci alat – alat praktikum dengan hati – hati dan hingga bersih
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkhalim, Z.A., 1987. Menyingkap keistimewaan khasiat tanaman lidah buaya. Warta
Konsumen, 163, 10-11.
Berlyn, G.P. and J.P. Miksche. 1976. Botanical Microtechnique and Cytochemistry. The
Iowa State University Press. Ames. Iowa.
Kurniawan, W. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Tumbuhan Dengan Metode Parafin.
Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat
Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi
Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Sutikno. 2016. Buku Panduan Mikroteknik Tumbuhan (BIO 30603). Laboratorium Struktur
dan Perkembangan Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
hal. 8, 13-17.