Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

Disusun Oleh :
Fitriya Nabila (1304617054)
Retno ewh (0)

Dosen Pengampu :
Dr. Ratna Dewi, M.Si

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum dari metode
embedding parafin ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dengan selesainya laporan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah banyak berperan khususnya kepada Ibu Dr. Ratna Dewi, M.Si selaku dosen mata kuliah
Mikroteknik Tumbuhan yang telah membimbing serta memberikan ilmu pengetahuan
mengenai segala hal yang berkaitan dengan mikroteknik tumbuhan sehingga pada akhirnya
laporan ini dapat menjadi salah satu bahan pengetahuan baru bagi kami. Oleh karna itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karna itu kepada semuanya untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 25 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................. ii
Daftar Gambar ..................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................


1.1 Latar belakang ..............................................................................
1.2 Rumusan masalah .........................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................
1.4 Manfaat .........................................................................................

BAB II : Tinjauan Pustaka ...................................................................


2.1 Lidah Buaya (Aloe Vera) ..............................................................
2.1 Metode Parafin ..............................................................................

BAB III : Metodologi Penelitian .........................................................


3.1 Metode Parafin ..............................................................................

BAB IV : Hasil Pengamatan dan Pembahasan ....................................


4.1 Hasil Pengamatan .........................................................................
4.2 Pembahasan ..................................................................................

BAB V : Kesimpulan dan Saran ..........................................................


5.1 Kesimpulan ...................................................................................
5.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Potongan Melintang Daun Mengkudu dengan Metode Parafin........


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meneliti suatu organisme, baik dari tingkatan sel, jaringan, organ dan sebagainya

memerlukan cara tertentu untuk mempermudah penelitian tersebut. Hewan dan tumbuhan

dapat diteliti dengan terlebih dahulu membuat preparat dengan berbagai metode yang telah

ditemukan, metode tersebut yang paling umum adalah mikroteknik.

Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak metode yang digunakan untuk

pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan

digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan seringkali

pula dengan metode whole mount. Sedangkan sel tumbuhan kebanyakandibuat dengan

menggunakan metode yang lebih ringan daripada sel hewan karenastruktur sel hewan dan sel

tumbuhan yang berbeda. Metode yang paling umumdigunakan untuk melihat jaringan dan sel

tumbuhan adalah metode parafin denganbahan utamanya adalah blok parafin (Sedjo, 2004).

Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat tumbuhan adalah

metode parafin. Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan

menggunakan para fin sebagai media embedding. dengan tebal irisan kurang lebih mencapai

6 µm-8 µm. Alat yang digunakan untuk dapat mencapai hasil irisan 6 µm-8 µm adalah

mikrotom. Untuk mengamati dan melihat preparat secara melintang dari daun lidah buaya

(Aloe vera) dengan menggunakan metode parafin, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa bahan yang digunakan dalam praktikum ini ?
2. Apa metode yang digunakan dalam praktikum ini ?
3. Bagaimana langkah-langkah pembuatan preparat menggunakan metode tersebut?
4. Bagaimana hasil dari praktikum ini ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui organ dan struktur daun dari bahan yang kami gunakan.
2. Untuk memahami dan dapat melakukan percobaan ini dengan metode yang
dijelaskan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menambah wawasan bagi para pembaca laporan praktikum ini.
2. Menambah pengetahuan untuk melakukan metode ini.
BAB II
TINJAUAN PENELITIAN

2.1 Lidah Buaya (Aloe Vera)


Aloe vera atau tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang mempunyai banyak
manfaat, seperti dalam bidang kesehatan baik sebagai kosmetik, farmasi, maupun sebagai
pangan (Atherton,1996). Aloe vera termasuk famili Liliaceae, nama botaninya adalah Aloe
Barbandesis dengan nama lain lily of desert dan Barbaodes Aloe, merupakan tanaman
sekulen (Atherton,1996) berair dengan rasa pahit, berbentuk pedang, dengan panjang daun
sampai 50 cm dan tepian daun berduri (Abdulkhalim,1987; Tjitrosoepomo,1994). Tanaman
ini berasal dari Afrika dan sekarang terdapat lebih dari 240 jenis tanaman di seluruh dunia.
Habitatnya berada secara liar pada Afrika selatan dan timur dan semenanjung laut merah,
yang dikembangbiakan di India bagian barat pada abad 16, Itali, Malta. Aloe vera adalah
tanaman semi tropis yang menyerupai kaktus meskipun sifatnya berbeda.

Aloe vera merupakan salah satu spesies dari genus Aloe yang terdiri lebih kurang 240
spesies, spesies yang lain antara lain adalaha Aloe arborescen dan Aloe ferox. Habitat mereka
adalah daerah kering, sehingga daunnya banyak mengandung air sebagai hasil adaptasi
terhadap lingkungan. Namun tanaman lidah buaya juga dapat tumbuh di pegunungan. Ukuran
tanaman beragam mulai dari beberapa centimeter diatas permukaan tanah sampai setinggi 20
meter. Daunnya tebal, berdaging, serta tersusun dalam bentuk roset. Setiap roset terdiri atas
12 – 16 daun dengan panjang daun mencapai 35 cm, lebar 7,5 cm. Tandan bunga muncul di
tengah-tengah roset dan berwarna merah atau kuning.

Tanaman ini termasuk famili Liliaceae dan penggolongan klasifikasi tanaman sebagai
berikut:

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)


Subdivisi : Angiospermae (Tumbuhan berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae (liliales)
Suku : Liliaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera
Morfologi Aloe vera dibagi sebagai berikut :
a. Batang
Aloe vera berbatang pendek, dan batangnya sendiri tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-
daun yang rapat dan sebagian terbenam di dalam tanah. Melalui batang ini akan muncul
tunas-tunas yang selanjutnya menjadi anakan.
b. Daun
Daun Aloe vera berbentuk pita dengan helaian memenjang, berdaging tebal, berwarna hijau
keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak mengandung air), dan banyak mengandung getah atau
lendir yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku obat. Bentuk daun menyerupai pedang
dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas di pinggirnya.
Panjang daun dapat mencapai 50 cm – 75 cm dengan berat 0,5 kg – 1 kg, daun melingkar
rapat disekeliling batang bersaf-saf.
c. Bunga
Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan, keluar dari ketiak daun. Bunga
berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan dan panjangnya bisa mencapai 1
meter.
d. Akar
Akar tanaman lidah buaya berupa akar serabut pendek dan berada di sekitar permukaan
tanah. Panjang akar berkisar antara 50 cm – 100 cm.

Tanaman lidah buaya tidak memiliki cabang batang, sedangkan batang pohon akan
terlihat setelah pelepah daun lidah buaya gugur atau dipanen berkali-kali, karena daun
pelepah menempel pada batang utama. Mempunyai perakaran yang dangkal (sampai
kedalaman ± 25 cm) dan berserabut, sehingga cocok ditanam pada lahan gembur seperti jenis
organosol/gambut. Daun tanaman berupa pelepah tidak mempunyai tangkai daun dengan
panjang mencapai kisaran 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah antara 8-13 cm dan
tebal antara 2-3 cm .

Aloe vera dapat tumbuh pada kisaran kondisi iklim yang relatif luas dengan sistem
perakaran yang dangkal dan tahan terhadap kondisi kekeringan. Untuk memperoleh produksi
yang baik tanaman lidah buaya harus ditanam pada ketinggian kurang dari 1.000 meter dari
permukaan laut, dengan suhu udara harian berkisar 270-310 C dan curah hujan perbulan
berkisar 50-300 mm.
2.2 Metode Parafin
Metode parafin, pengirisan jaringan dengan menggunakan suatu alat yang disebut
mikrotom. Kelebihan dari adanya alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat diatur menurut
tujuan dan kehendak peneliti. Pada mikrotom terdapat antara lain yaitu skala yang dapat
diatur sesuai dengan kehendak beik tebal sayatannya. Pisau, ada jenis mikrotom dimana
pisaunya yang bergerak sedangkan jaringan tetap berada pada tempatnya. Tetapi ada pula
jenis mikrotom yang pisaunya tetap berada pada tempatnya, sedang jaringannya yang
bergerak, pegangan/tempat jaringan, pengatur jarak antara tempat jaringan dengan pisau
mikrotom (Sumarni, 2010).

Ada berbagai jenis mikrotom, pada praktikum ini kami menggunakan Mikrotom putar
(rotary microtome). Mikrotom ini mempunyai pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya
yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk
pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin. Mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan
daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih
tipis dibandingkan dengan metode lainnya. Pengamatan secara seksama dan teliti terhadap sel
atau jaringan akan diperoleh jika irisan sangat tipis. Selain itu, hampir semua jaringan dapat
diiris dengan mikrotom ini. Berbeda dengan 2 jenis mikrotom yang telah diuraikan di atas, di
mana irisan yang diperoleh saling terpisah satu sama lain, maka pada irisan yang diperoleh
dengan mikrotom jenis ini ialah jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan,
sehingga terbentuk pita yang panjang (Santoso, 2002).

Preparat jaringan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila sudah


terlihat warna yang kontras baik maka diberi canada balsam lalu ditutup dengan kaca
penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut. Dikarenakan keterbatasan
waktu dan tidak adanya mikrotom yang baik di laboratorium maka pekerjaan tidak bisa
sampai selesai. Hasil akhir dari pekerjaan hanya sampai pada balok parafin keras. Hasil kerja
hanya sampai pada terbentuknya balok parafin. Untuk mendapatkan hal tersebut maka harus
menjalani beberapa prosedur dengan alat dan bahan tertentu.

Kelebihan dari metode parafin ini adalah:

a) Irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan
metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron.

b) Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah.


c) Prosesnya lebih cepat dari metode lain.

Kelemahan dari metode ini adalah:

a. Jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.

b. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini.

c. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.

Pada praktikm ini, sampel jaringan yang akan dibuat menjadi preparat dimasukkan ke
dalam paraffin panas yang menginfiltrasi jaringan. Proses tersebut berlangsung selama 12-16
jam. Jaringan yang awalnya lembek akan menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong
dengan menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom akan menghasilkan lapisan
dengan ketebalan yang diinginkan.

Metode parafin meliputi beberapa proses yaitu fiksasi dengan menggunakan larutan
fiksatif, embedding dengan menggunakan parafin cair, dan pewarnaan safranin dan fast green
pada tumbuhan. Kebanyakan jaringan tidak berwarna sehingga sulit dilakukan pengamatan
dibawah mikroskop, oleh karena itu dibutuhkan pewarnan. Pewarnaan dengan safranin dan
fast green adalah jenis pewarnaan yang paling umum dipakai pada tumbuhan. Fastgreen akan
mewarnai sitoplasma sehingga bewarna kehijauan sedangkan safranin akan mewarnai
sitoplasma menjadi merah muda.

Tubuh tumbuhan vaskular pada dasarnya tersusun dari bagian utama yang terdiri dari
sumbu dan tonjolan lateral. Sumbu tubuh tumbuhan terdiri atas akar dan batang. Dan tonjolan
lateral terdiri dari emergensia , daun dan trikoma. Sistem jaringan penyusun tubuh tumbuhan
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu jaringan epidermal, jaringan dasar dan jaringan vaskular.

Biasanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal spesimen difiksasi dalam larutan
FAA. Daun yang lunak dan tulang daun yang kecil saat proses dehidrasi digunakan acetone
atau etil alcohol, sedangkan daun yang tebal atau seperti kulit dengan tulang daun yang kuat
diproses dalam butyl alcohol atau dioxan. Ciri khas daun harus diperhitungkan dalam
pembuatan preparat irisan, misalnya untuk daun yang lunak parenkimanya biasanya mudah
retak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Parafin

1. Alat dan Bahan

a. Alat

 Mikroskop Cahaya

 Silet tajam

 Gelas objek

 Gelas penutup

 Pipet tetes

 Botol pewarna

 Kertas kalender

 Aspirator

b. Bahan

 Daun tanaman Mengkudu

 Aquades

 Alcohol 95%, 70 %, 80%, 96%, 85%, 100%

 Glacial acetic acid

 Formaldehyde 37 – 40%

 Safranin

 Xilol
 Parafin

2. Cara Kerja

a. Ambil sayatan organ tumbuhan berukuran 0,5 x 0,5 cm yang telah dibersihkan,
masukan ke dalam FAA
b. Gunakan aspirator untuk memudahkan bahan masuk ke dalam potongan organ
tumbuhan dan biarkan selama satu minggu
c. Ganti FAA dengan alkohol 70% ditambah 5 tetes safranin dalam alkohol dan
biarkan selama satu minggu
d. Ganti pelarut di atas dengan alkohol 85%, alkohol 95%, alkohol 100%, alkohol :
xilol = 1:1, xilol 1, xilol 2, xilol : minyak parafin = 1:1, minyak parafin selama 1
jam
e. Masukkan bahan ke dalam parafin keras yang telah dicairkan dengan 3 kali
penggantian, tanam dalam blok parafin dalam kalender dapat disimpan lama.
BAB : IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Metode Parafin

1. Potongan melintang daun Mengkudu

(kasih tunjuk2an no)

4.2 Pembahasan
BAB : V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada daun Lidah Buaya (Aloe vera) ....

5.2 Saran

1. Mengenakan jas laboratorium dan alat pengaman lain pada saat praktikum
berlangsung

2. Berdoa sebelum memulai praktikum

3. Mengerjakan setiap langkah – langkah praktikum dengan benar dan teliti

4. Serius dalam mengerjakan praktikum dan tidak bermain - main

5. Menggunakan silet atau pisau secara hati hati saat memotong bahan praktikum

6. Membuat beberapa potongan bahan praktikum agar terdapat cadangan jika sewaktu –
waktu preparat yang satu gagal dibuat

7. Mencuci alat – alat praktikum dengan hati – hati dan hingga bersih
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkhalim, Z.A., 1987. Menyingkap keistimewaan khasiat tanaman lidah buaya. Warta
Konsumen, 163, 10-11.

Atherton, James.1996.Languages, Ideologies, and Practices. New York : Palgrave


MacMillen

Berlyn, G.P. and J.P. Miksche.  1976. Botanical Microtechnique and Cytochemistry. The
Iowa State University Press. Ames. Iowa.

Gembong Tjitrosoepomo. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan.Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Kurniawan, W. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Tumbuhan Dengan Metode Parafin.
Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat

Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Universitas Negeri Malang. Malang.

Steven E, Ruzin. 2000. Microtechnique Plant microtechnique and microscopy. New Phytol.


148:57–58
Sugiharto. 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi
Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Sutikno. 2016. Buku Panduan Mikroteknik Tumbuhan (BIO 30603). Laboratorium Struktur
dan Perkembangan Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
hal. 8, 13-17.

Anda mungkin juga menyukai