Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BRYOPHYTA
Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Rendah

Dosen : Veronika Prajasinta M Wae, S.Si ,. M.Pd

Disusun oleh :

1. Nur Tursinai R.H (2019280641)


2. Lidya Sarong (2019280945)

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Flores
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah, dengan judul:
“Bryophyta”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ende, 14 Maret 2020

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................ i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................... 2

2.1Pengertian Tumbuhan Lumut (Bryophyta)..................................................................... 2

2.2 Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut (Bryophyta).......................................................................... 3

2.3 Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut (Bryophyta).......................................................... 4

2.4 Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta).................................................................... 6

a. Lumut Hati ...................................................................................................................... 6

b. Lumut Tanduk............................................................................................................... 7

c. Lumut sejati..................................................................................................................... 8

2.5 Daur Hidup Tumbuhan Lumut (Bryophyta)................................................................ 9

2.6 Reproduksi Tumbuhan Lumut (Bryophta).................................................................. 10

2.7 Manfaat Tumbuhan Lumut (Bryophyta) ..................................................................... 12

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................ 13

3.2 Saran............................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di pepohonan, bebatuan
atau di atas tanah. Umumnya lumut berwarna hijau dengan bulu-bulu halus yang terdapat
disetiap bagian tumbuhnya. Sebagian orang mungkin menganggap tumbuhan lumut sebagai
tumbuhan penggangu yang tidak berguna mengingat tumbuhnya sering di tempat-tempat
yang tidak layak. Padahal sadar atau tidak ternyata manfaat tumbuhan lumut cukup banyak
baik bagi tumbuhan lain, lingkungan di sekitarnya, bahkan untuk manusia khususnya untuk
pengobatan.
Biasanya tumbuhan lumut ini tumbuh lebih dulu di suatu tempat sebelum tumbuhan lain
mampu tumbuh di area tersebut, itu sebabnya lumut disebut tumbuhan pelopor. Lumut
yang berukuran kecil ini hidup dengan membentuk koloni dan dapat menjangkau area yang
cukup luas. Manfaat tumbuhan lumut yang sudah mati adalah sebagai unsur hara dan
pupuk bagi tumbuhan lain disekitarnya termasuk untuk lumut yang masih hidup.
Banyak sekali jenis tumbuhan lumut di dunia, terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan
lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Dalam ekosistem
tumbuhan lumut berperan sebagai penyimpan air, dan sebagai penyerap polutan.
Disamping itu tumbuhan lumut dapat hidup di wilayah-wilayah dimana tumbuhan lain
tidak tumbuh.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Tumbuhan Lumut (Bryophyta)?
2. Apa ciri-ciri dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta)?
3. Apa Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)?
4.  Bagaimana Daur hidup Tumbuhan Lumut (Bryophyta)?
5. Apa manfaat dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta)?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta).
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta).
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta).
4. Untuk mengetahui daur hidup dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta).
5.  Untuk mengetahui manfaat dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut “ Bryophytes yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Bryon yang
berarti “ lumut ” sedangkan “ Phyton ” yang berarti tumbuhan. Dimana setiap jenis-jenis
tumbuhan lumut mempunyai ciri-ciri yang berbeda, namun ada juga yang hampir sama.
Tumbuhan lumut ini biasanya berwarna hijau karena tumbuhan lumut memiliki sel-sel dengan
plastid yang menghasilkan klorofil a dan b. Jadi lumut bersifat autotrof.

Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki perbedaan yang sangat jelas dan
tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan tumbuhan lain. Sebagian besar tumbuhan lumut
relatif berukuran kecil, dari ukuran terkecil lumut berukuran mikroskopis, dan ukuran terbesar
berukuran sekitar 50 cm panjang atau tingginya banyak ditemukan pada genus Dausonia.
Lumut bisa tumbuh menempel dipohon, kayu, batu dan dipermukaan tanah pada semua habitat
kecuali dilaut. Tumbuhan lumut banyak ditemukan tumbuh pada habitat yang lembab dan
mudah dijumpai, khususnya hutan tropis dan dilantai hutan yang memiliki kondisi lingkungan
lembab. Selain banyak tumbuh dihabitat lembab, lumut adalah tumbuhan darat, sedangkan
tumbuhan lumut yang ditemukan diperairan air tawar hanya merupakan sekunder terhadap
kehidupan air.

Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi
(gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari banyak sel (multiselluler) dan dilindungi
oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam
gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya
merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Tjitrosoepomo,
1989).

2.2 Ciri-Ciri Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

1. Dapat berfotosintesis, merupakan tumbuhan yang eukariotik dan multiseluler


2. Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati (talu)
3. Struktur tubuhnya masih sederhana sehingga tidak memiliki berkas pembuluh
angkut (xylem dan floem)
4. Lumut umumnya merupakan tumbuhan kecil, biasanya hanya beberapa mm
sampai beberapa cm saja.
5. Ukuran tinggi tubuh ± 20 cm.
6. Mengalami pergiliran keturunan dari gametofit ke sporofit yang disebut
metagenesis
7. Reproduksi secara seksual dan aseksual (spora)
8. Habitatnya di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit
(organism yang hidup menempel pada tumbuhan lain). jika pada hutan banyak
pohon epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.
9. Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai plastida yang menghasilkan
klorofil a dan b sehingga lumut bersifat autotrof. Tumbuhan lumut merupakan
bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (talofita) dengan tumbuhan berkormus
(kormofita). Karena tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati.
10. Lumut melekat dengan perantaraan rhizoid (akar semu). Rizoid berbentuk seperti
benang /rambut untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air dan
garam-garam mineral.
11. Dinding sel lumut terdiri dari selulosa
12. Spora lumut tumbuh dan berkembang menjadi protonema (filament yang
berwarna hijau)
13. Kromosom tumbuhan lumut bersifat haploid.
14. Batang dan daun tegak pada lumut memiliki susunan yang berbeda.
15. Lapisan lumut yang tebal dipermukaan batang dapat membantu menangkap dan
menyimpan air serta menjaga kelembaban hutan.

2.3 Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Bryophyta memiliki struktur tubuh sebagai berikut:

1) Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
2) Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan
gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan
arkegoniumnya, mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada
tumbuhan paku (pteridophyta).
3) Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda-
beda, jika batangnya dilihat secara melintang tampak bagian-bagian sebagai berikut:
a) Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid – rizoid
epidermis. b) Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan
korteks. c) Silinder pusat terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan
berguna untuk mengangkut air dan garam-garam mineral (makanan). Jadi pada
tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem.
4) Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu
lapis sel. Sel–sel daun kecil , sempit panjang dan mengandung kloroplas yang
tersusun seperti jala.
5) Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar.
6) Rizoid tampak seperti rambut / benang-benang , berfungsi sebagai akar untuk melekat
pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam-garam mineral (makanan).
7) Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:
a. Vaginula: Kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium
b. Seta atau Tangki: Tangkai pada tumbuhan paku
c. Apofisis: Ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta
dan kotak spora
d. Kaliptra atau Tudung: Berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi
tudung kotak spora
e. Kolumela: Jaringan yang ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora.

2.4 Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Byophyta)

Tumbuhan lumut dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Lumut sejati (Bryopsida), lumut hati
(Hepaticopsida), dan Lumut tanduk (Anthocerotopsida) (Tjitrosoepomo, 1984):

a. Lumut Hati (Hepaticopsida)


Lumut hati atau Hepaticae dapat bereproduksi secara seksual dengan peleburan
gamet jantan dan betina, secara aseksual dengan pembentukan gemmae. Lumut hati
tubunya terbagi menjadi dua lobus, sehingga tampak seperti lobus pada hati. lumut hati
mencakup sekitar 6.500 spesies. Bentuk gametofit pada lumut tersusun dari struktur
yang membentuk hati pipih yang disebut dengan talus yang tidak terdiferensiasi
menjadi akar, batang dan daun. Dalam sporangium tumbuhan lumut hati terdapat
elatera (sel yang berbentuk gulungan) yang akan terlepas saat kapsul terbuka dan
membantu memancarkan spora.

Contohnya adalah Marchantia polymorpha.

Morfologi bervariasi. Ada 2 tipe lumut hati yaitu lumut hati bertalus (thallose liverwort)
dan lumut hati berdaun (leafy liverwort). Lumut hati melekat pada substrat dengan
rhizoid uniselluler (Hasan dan Ariyanti, 2004).  Pada kebanyakan lumut thalloid selain
rhizoid juga dijumpai sisik-sisik. Sporofit pada kelompok lumut ini hidupnya hanya
sebentar, lunak dan tidak berklorofil. Spora yang telah masak dikeluarkan dari kapsul
dengan cara kapsul pecah menjadi 4 bagian memanjang atau lebih .

Ciri-ciri lumut hati adalah sebagai berikut:


a) Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid.
b) Gametofit berbentuk anteredium dan arkegonium yang berbentuk seperti payung.
c) Tidak memiliki jaringan meristematic sehingga sporofitnya terbatas.
d) Berkembang secara generative dengan oogami, dan secara vegetative dengan
fragmentasi,tunas dan kuncup eram (gemma atau struktur seperti mangkok dipermukaan
gametofit).
e) Lumut hati sering ditemui ditanah yang lembab, seperti hutan hujan tropis.

b. Lumut Tanduk
Morfologi lumut tanduk hampir sama seperti lumut hati yaitu beurpa talus,
namun sporofitnya berupa kapsul. Proses perkembangbiakan lumut tanduk hampir
sama seperti perkembangbiakan lumut hati. Pada lumut tanduk hanya memiliki satu
krloroplas. Perbedaan perkembangbiakan lumut hati dan lumut tanduk adalah pada
sporofit lumut tanduk memiliki kapsul yang memanjang dan tumbuh menyerupai
tanduk dari gametofit, lumut tanduk memiliki kloroplas tunggal yang berukuran besar,
besar sporofit lumut tanduk melebihi kloroplas tumbuhan lumut lainnya. Lumut tanduk
sering dijumpai hidup ditepi perairan air tawar. Contoh dari luumut tanduk yaitu
Anthoceros laevis (Tjitrosoepomo, 1989).
Perkembangan secara generatif lumut tanduk yaitu dengan membentuk anteridium dan
arkhegonium. Anteridium dan arkhegonium yang telah terbentuk akan terkumpul
disatu lekukan bagian atas talus. Proses perkembangbiakan secara generatif diawali
dengan pembelahan zigot menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel
dibagian atas akan terus menerus membelah yang merupakan sporogenium, dan diikuti
bagian bawah sel yang terus membelah dan membentuk akar yang berfungsi sebagai
alat pengisap, sporogenium yang telah dewasa akan pecah yang menghasilkan deretan
sel-sel mandul yang membentuk jaringan dan biasa disebut kolumila yang diselubungi
arkespora, arkespora adalah sel jaringan yang akan menghasilkan spora (Polunin,
1990).

c. Lumut Sejati

Lumut sejati banyak tumbuh pada tempat yang agak terbuka dan memiliki
bentuk lebih menarik. Ciri khas lumut sejati yaitu adanya simetri radial, yaitu pada
semua sisi bagian utama ditumbuhi oleh daun. Daun yang terdapat pada lumut hati,
namun kebanyakan memiliki rusuk daun tengah dan tersusun spiral pada sumbu seperti
batang, panjang susunan dapat bervariasi mengikuti panjang dari batang. Rusuk tengah
mengandung sel yang berbentuk memanjang hingga ke batang, sel tersebut diduga
memiliki fungsi untuk mengangkut air dan garam mineral. (Tjitrosoepomo, 1986 ;
Polunin, 1990).
Tumbuhan ini tidak memiliki akar sejati, namun pada kebanyakan tumbuhan
lumut daun batangnya memiliki lumut-lumut daun untuk menempel. Pada suatu
golongan lumut yang banyak dikenal dengan rumput rawa atau lumut gambut memiliki
daun yang khas dan tidak terdapat rusuk tengah, dan berlubang-lubang yang dapat
memisahkan sel-sel yang mati, selain itu juga dapat menyimpan dan menahan air
dengan baik, sehingga rawa-rawa dapat menahan air sebagian besar dikarenakan oleh
tumbuh lumut tersebut (polunin, 1990).
Pada fase gametofit terbentuk alat reproduksi jantan dan betina yang berukuran
kecil, pada kelompok yang terdiri dari adanya modifikasi daun disekelilingnya, dan
kedua alat reproduksi terdapat pada tumbuhan yang sama, namun juga ada yang
terpisah pada individu berbeda (jantan dan betina). Pembuahan oleh spermatozoid
berlangsung aktif karena adanya bantuan air. Berenang menuju sel telur. Badan yang
terbentuk melalui pembuahan akan berkembang menjadi sporofit, apalagi telah masak
terdapat kaki penghisap, satu tangkai yang panjang, dan juga terdapat kapsul yang
memiliki susunan rumit dan khas (Polunin, 1990).

2.5 Daur Hidup Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik.


Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan sporofit yang secara
morfologi berbeda. Generasi yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara
permanen melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya
mendapat makanan dari gametofit.

Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit. Generasi gametofit
mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang
disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang
menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya
dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya. Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada,
sedangkan gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian
lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat
dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous).
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom (diploid).
Zigot merupakan awal generasi sporofit.

Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki
sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya.
Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan
dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap.

2.6 Reproduksi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya. Reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang di bentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi
seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan maupun betina yang
dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:

1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian
lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher. Keduanya mempunyai
dinding yang tersusun atas selapis sel. Diatas perut terdapat saluran leher dan satu sel
induk yang besar, sel ini akan megalami pembelahan dan menghasilkan sel telur.
2. Anteredium  adalah  gametangium  jantan  yang  berbentuk  bulat  seperti  gada. 
Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya terdapat
sejumlah sel induk spermatozoid. Sel induk ini membelah secara miosis dan
menghasilkan spermatozoid  yang bentuknya seperti spiral pendek, sebagian besar
terdiri dari inti dan bagian depannya terdapat dua bulu cambuk.

Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran
keturunan yang disebut metagenesis. Jika anteredium dan arkegium terdapat dalam satu
individu mata tumbuhan lumut tersebut berumah satu (monoesis). Sedangkan jika dalam
individu hanya terdapat anteredium atau arkrgonium saja maka tumbuhan tersebut berumah
dua (diesis).
Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sprofit menghasilkan spora yang akan berkecambah
menjadi protomena. Selanjutnya dari protomena akan muncul gametofit. Generasi gametofit
mempunyai satu set kromosom (haploid) yang menghasilkan organ sex (gametangium) yang
disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang
menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid). Gametangium biasanya
dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya. Gametangium jantan (antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada,
sedangkan gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian
lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat
dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous). 
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom (diploid).
Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit
dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul
(sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui
meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah
lengkap.

2.7 Manfaat Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Tumbuhan lumut jenis tertentu dapat dimanfaatkan untuk dekorasi ruangan (ornamen
tata ruang). jenis lumut lainnya dapat dijadikan bahan obat, sedangkan manfaat tumbuhan
lumut yang hidup di hutan dapat menyerap air di musim kemarau dan membantu
menahan erosi sehingga dapat mencegah banjir. Selain manfaat tadi, tumbuhan lumut
juga dapat dijadikan indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan di
sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di negera China, terbukti lebih
dari 40 jenis lumut telah digunakan masyarakat China sebagai bahan obat-obatan seperti
untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

  Berikut adalah beberapa manfaat tumbuhan lumut bagi manusia:

1) Dapat dijadikan tanaman pengganti ijuk.


2) Dapat mencegah terjadinya erosi dan banjir.
3) Menyediakan cadangan air karena dapat meyerap air di musim kemarau.
4) Lumut jenis tertentu dapat dijadikan sebagai obat seperti obat hati, penyakit mata, dan
kulit.
5) Dapat dijadikan antibakteri, antikanker, dan antiseptik.
6) Dapat membantu menghilangkan racun akibat gigitan ular.
7) Dapat dijadikan sebagai obat luka bakar.
8) Sebagai obat untuk merangsang pertumbuhan rambut.

Sebagai tumbuhan tingkat rendah, lumut memiliki fungsi yang tidak kalah penting
dibanding tumbuhan lain. Beberapa jenis Bryophyta selain berfungsi sebagai tumbuhan
perintis, juga bermanfaat untuk pengobatan dan bernilai estetis sebagai tanaman
hias. Beberapa jenis lumut memiliki manfaat dalam dunia kesehatan.  Untuk mengenal
manfaat tumbuhan lumut lebih jauh dapat dilihat dari potensi yang dikandungnya,
diantaranya ekstrak lumut dapat digunakan sebagai antikanker, antibakteri, antifungi,
antifidan(tidak dimakan oleh serangga), mengobati darah tinggi, epilepsi, sebagai antiseptik,
penyakit kulit, mengobati luka bakar, luka sayatan, mengobati penyakit jantung,
menumbuhkan rambut, menghilangkan racun akibat gigitan ular, sebagai pendegradasi
logam berat yang banyak terkandung dalam tanah pertanian. 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tumbuhan lumut “ Bryophytes yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Bryon yang berarti “
lumut ” sedangkan “ Phyton ” yang berarti tumbuhan. Dimana setiap jenis-jenis tumbuhan
lumut mempunyai ciri-ciri yang berbeda, namun ada juga yang hampir sama. Tumbuhan lumut
ini biasanya berwarna hijau karena tumbuhan lumut memiliki sel-sel dengan plastid yang
menghasilkan klorofil a dan b. Jadi lumut bersifat autotrof.

Tumbuhan lumut dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Lumut sejati (Bryopsida), lumut hati
(Hepaticopsida), dan Lumut tanduk (Anthocerotopsida).

Beberapa manfaat tumbuhan lumut bagi manusia yaitu: dapat dijadikan tanaman pengganti
ijuk, dapat mencegah terjadinya erosi dan banjir, menyediakan cadangan air karena dapat
meyerap air di musim kemarau, lumut jenis tertentu dapat dijadikan sebagai obat seperti obat
hati, penyakit mata, dan kulit, dapat dijadikan antibakteri, antikanker, dan antiseptik, dapat
membantu menghilangkan racun akibat gigitan ular, dapat dijadikan sebagai obat luka bakar,
dan sebagai obat untuk merangsang pertumbuhan rambut.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa sangat penting untuk mempelajari lumut mengingat


keanekaragaman tumbuhan lumut yang terdapat di Indonesia memiliki potensi sebagai obat-
obatan karena kandungan zat aktifnya. Hal tersebut juga dapat membuka peluang ekonomi
yang besar bagi industri obat-obatan yang membutuhkan bahan baku alami sebagai bahan
dasar untuk pembuatan obat-obatan dan keanekaragaman tumbuhan lumut itu sendiri dapat
dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M., & Ariyanti, N. S. 2004. Mengenal Bryophyta (lumut) Tama Nasional Gunung
Gede Pangrango Volum 1. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Cibodas.

Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, G. 1981. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Bhratara Karya


Aksara.

Tjitrosoepomo, Gembung. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,


Bryophyta, Ptherydopyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Siti Sutarmi. 1986. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai