Anda di halaman 1dari 27

KAPITA SELEKTA II

JAMUR

Disusun Oleh:

Kelompok : 3 (Tiga)
Nama Anggota : 1. Melati Dzuliyani (A1D018011)
2. Mutiara Indah Lestari (A1D018015)
3. Nurhalimah (A1D018016)
4. Hafiza Imam H (A1D018023)
Dosen Pengampu : Dra. Sri Irawati, M.Pd

PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya sehingga
kita masih diberikan nikmat dan kesehatan dan ketenangan belajar hingga saat ini, terutama
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Jamur”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta 2 dengan dosen
pembimbing Dra.Sri Irawati, M.Pd, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada para
pembaca.Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.

Bengkulu, 10 Oktober 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.2 Pengertian Jamur......................................................................................2

2.3 Ciri-Ciri Jamur .........................................................................................3

2.4 Struktur Jamur..........................................................................................3

2.5 Reproduksi Jamur .....................................................................................6

a. Reproduksi secara vegetative ……………………………… ….……6


b. Reproduksi secara generative ………………………………………..7
2.6. Cara Hidup dan Habitat Jamur…………………………………..……...8

2.7 Klasifikasi Fungi ……………………………………………………....9


1. Divisi Zygomycota ……………………………………………. ...10
2. Divisi Ascomycota ………………………………………………..13
3. Divisi Basidiomycota …………………………………………......16
4. Divisi Deuteromycota (Jamur Imperfeksi) ………………….........17
2.8 Peranan Jamur Dalam Kehidupan …………………………………….18
BAB III PENUTUP..............................................................................……….21

3.1 Kesimpulan..............................................................................................21

3.2 Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu,
pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh,
jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan
jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan
jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof,
tipe sel sel eukarotik.
Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil, namun
memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit
atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup pada
sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau
kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain
dan biasanya merugikan media yang ditempelinya.
Jamur tanpa disadari ada di sekitar kita. Jamur dapat ditemukan di halaman rumput, di
lapangan, di sekitar hutan dan lain-lain. Begitu banyaknya jamur di sekitar alam sampai
angka spesies jamur yang sudah diidentifikasi mencapai angka 75.000 spesies dan
diperkirakan masih ada ribuan lainnya yang belum di temukan. Oleh karena itu dibuatnya
makalah ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apa saja ciri-ciri dari jamur,bagaimana
struktur tubuhnya,cara hidupnya dan peranan jamur pada kehidupan sehari-hari kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan jamur?
2. Apa saja ciri-ciri virus dan struktur jamur?
3. Bagaimana sturktur tubuh pada jamur?
4. Bagaimana cara hidup dan habitat jamur?
5. Apa perananjamur dalam kehidupan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan virus
2. Mengetahui ciri-ciri virus dan struktur virus
3. Memahami bagaimana daur litik dan daur lisogenik pada virus
4. Memahami bagaimana cara hidup dan habitat jamur?
5. Mengetahui peranan jamur dalam kehidupan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jamur

Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang
berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang
memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan
(Tjitrosoepomo, 1991). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan mushroom,
mush artinya tanaman (tumbuhan) dan room artinya rumah. Oleh karena itu, jamur
merupakan tumbuhan rumah atau tumbuhan yang membutuhkan rumah sebagai
tempat berlindung. Jamur bersifat saprofit, yaitu hidup pada bahan-bahan organik
yang telah mati. Fungi atau jamur adalah nama umum, sedangkan nama lainnya
adalah kapang atau cendawan. Istilah kapang (mold) digunakan untuk menyebut
jamur pada tahap reproduksi secara vegetatif (vegetatif).

Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil,
namun memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai
saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur
hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik,
tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel
pada organisme lain dan biasanya merugikan media yang ditempelinya.

Pada dasarnya jamur bisa tumbuh di berbagai tempat, namun sebagian besar
jamur akan tumbuh subur bila berada di daerah yang lembab dan bersuhu dingin.
Reproduksi jamur dilakukan dengan dua cara, yaitu secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan vegetatif biasanya dilakukan dengan membentuk spora, membelah
diri, serta pembentukan kuncup. Sementara perkembangbiakan generatif dilakukan
melalui pembentukan spora askus, konjugasi, dan menggunakan hifa yang akan
menghasilkan zigospora.
Jamur adalah eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota multiseluler.
Meskipun Jamur pernah dikelompakkan ke dalam kingdom tumbuhan, Jamur adalah
organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara
memperoleh makanan, organisasi stuktural, serta pertumbuhan dan reproduksi
Campbell (2003). Jamur atau cendawan terdiri dari kapan dan khamir. Kapang
bersifat filamentus, sedangkan khamir biasanya bersifat uniseluler (Pelczar, 1986).

2.2 Ciri-Ciri Jamur


Berikut secara umum ciri-ciri jamur antara lain sebagai berikut:
a. Bentuk tubuh jamur ada yang berbentuk seperti benang maupun membentuk
tubuh buah, biasanya jamur multiseluler serta ada berbentuk bulat maupun oval
pada jamur uniseluler.
b. Bersifat eukariotik yang memiliki dinding sel.
c. Dinding selnya tersusun dari zat kitin yaitu polisakarida structural yang
digunakan untuk menyusun eksoskleton dari artropod
d. Jamur banyak dijumpai di tempat lembab, agak asam, pada bahan makanan, pada
bahan organik, serta hidup sebagai saprofit & parasit pada tumbuhan, hewan, &
manusia.
e. Tubuhnya berbentuk benang hifa, ada juga yang membentuk anyaman benang
yang disebut miselium.
f. Tidak memiliki klorofil
g. Tidak bias berfotosintesis
h. Memperoleh nutrient melalui penyerapan (absorpsi), untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organic dari lingkungan melalaui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen.
i. Bersel satu ( uniseluler ) atau banyak ( multiseluler )
j. Memiliki tiga sifat yaitu saproft, parasit, atau bersimbiosis dengan organism lain.

2.3 Struktur Tubuh Jamur


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang
ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Kita mengenal ada 2 macam miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai
alat penyerap makanan) dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi).
Berdasarkan fungsinya, miselium dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
o Stolon, miselium yang membentuk jaringan pada permukaan substrat tempat
tumbuh jamur
o Rhizoid, miselium yang menembus substrat dan berfungsi seperti akar untuk
menyerap zat – zat makanan
o Sporngiofor, /miselium yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki
sporangium globuler ( kotak spora berbentuk bulat ) diujungnya

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Kebanyakan
hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang
cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir
dari sel ke sel. Sel jamur mengandung organel eukariotik, antara lain mitokondria,
ribosom, dan inti sel (nukleus). Pada beberapa jenis jamur lainnya, hifa tidak memiliki
sekat sehingga disebut asepta. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.

Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat
menembus jaringan substrat. Pada jenis jamur tertentu hifanya terpisah oleh
sekat/ruang antarsel yang disebut septum.

Berikut beberapa tipe struktur hifa pada jamur yaitu sebagai berikut:

 Hifa bersekat berinti banyak (hifa septat multinukleus), yaitu hifa dengan sel
berinti banyak. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang dengan sel berinti
banyak.
 Hifa bersekat inti tunggal (hifa septat uninukleus), yaitu hifa dengan sel yang
berinti tunggal. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang dengan setiap ruang
memiliki satu inti.
 Hifa yang tidak bersekat (hifa aseptat), yaitu hifa yang tidak memiliki sekat
sehingga antara inti satu & yang lain tidak dilapisi sekat maupun membran. Hifa
sejenis itu disebut soenositik.

Jamur ada yang berukuran mikroskopis dan ada pula yang makroskopis.
Tubuh jamur mikroskopis (ragi dan khamir) hanya terdiri atas satu sel (uniseluler),
sedangkan tubuh jamur makroskopis (kapang atau cendawan) terdiri atas banyak sel
(multiseluler). Jamur makroskopis dapat dilihat dengan mata secara langsung,
misalnya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kuping (Auricularia polytricha),
dan jamur tempe (Rhizopus oryzae). Jamur makroskopis dapat membentuk tubuh
buah, dengan ukuran yang bervariasi, bahkan ada yang lebih dan satu meter, misalnya
Calvatia gigantea. Namun demikian, untuk dapat melihat sel-sel jamur dengan jelas
harus menggunakan bantuan mikroskop cahaya. Jamur mikroskopis, misalnya
Saccharomyces sp., Rhodotorula, dan Candida sp.
Jamur memiliki bentuk tubuh yang sangat bervariasi, antara lain berbentuk
oval, bulat, pipih, bercak-bercak, embun tepung (mildew), untaian benang seperti
kapas, kancing baju, payung, dan mangkok. Jamur berbentuk oval terdapat pada
jamur bersel satu, misalnya Saccharomyces cerevisiae. Jamur berbentuk untaian
benang seperti kapas, misalnya jamur tempe (Rhizopus oryzae). Jamur berbentuk
seperti payung, misalnya jamur merang (Volvariella volvacea). Jamur berbentuk
seperti mangkok, misalnya Sarcoscypha coccinea. Jamur berbentuk bulat, misalnya
“puffball” (Lycoperdon gemmatum). Jamur berbentuk pipih, misalnya jamur kuping
(Auricularia polytricha). Jamur berbentuk bercak-bercak, misafnya jamur penyebab
panu. Jamur yang berbentuk embun tepung (mildew), misalnya kapang roti (Mucor
sp). Jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak ada yang berwarna hijau. Lichen
(lumut kerak) berwarna hijau karena jamur hidup bersimbiosis dengan ganggang
hijau.

2.4 Reproduksi Jamur


Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara
seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler , tetapi
ada juga spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang
terspesalisasi. Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat,
fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora
secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika
berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003).
Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan
dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
1) Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang
dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.
2) Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3) Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa
cendawan melebur.
4) Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut
ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam
anteredium mengasilkan oospora.
Reproduksi jamur dapat terjadi secara vegetatif (vegetatif) maupun generatif
(generatif). Pada umumnya, reproduksi secara generatif merupakan reproduksi darurat
yang hanya terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan. Reproduksi secara
generatif dapat menghasilkan keturunan dengan variasi genetik yang lebih tinggi
dibanding dengan reproduksi secara vegetatif. Adanya variasi genetik ini
memungkinkan dihasilkannya keturunan yang lebih adaptif bila terjadi perubahan
kondisi lingkungan.
a. Reproduksi secara vegetative
Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan
cara pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru.
Sementara reproduksi secara vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

 Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan


tumbuh menjadi jamur baru.
 Pembentukan spora vegetatif. Spora vegetatif dapat berupa
sporangiospora atau konidiospora.

Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor


(tangkai kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak
spora). Di dalam kotak spora terjadi pembelahan sel secara mitosis dan
menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n).
Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat menghasilkan konidiofor
(tangkai konidium). Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak
konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis dan
menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n).
Baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh di tempat yang cocok,
akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

b. Reproduksi secara generative


Reproduksi pada jamur secara generatif dilakukan dengan
pembentukan spora generatif melalui peleburan antara hifa yang berbeda
jenis. Mekanismenya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n),
berdekatan membentuk gametangium. Gametangium merupakan
perluasan hifa.
2) Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma)
membentuk zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan
pasangan nukleus haploid yang belum bersatu. Zigosporangium
memiliki lapisan dinding sel yang tebal dan kasar untuk bertahan pada
kondisi buruk atau kering.
3) Bila kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan
inti) sehingga zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).
4) Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara
meiosis menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.
5) Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium
bertangkai pendek dengan kromosom haploid (n).
6) Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang haploid
(n). Spora-spora ini memiliki keanekaragaman genetik.
7) Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka akan
berkecambah (germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa
akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid (n).

2.5 Cara Hidup dan Habitat Jamur


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme
lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat,
parasit fakultatif, atau saprofit.
a. Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di
luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti
kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan
enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa.
Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam
bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.
Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain
juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis
mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur
yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur
berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang
hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air
biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
2.6 Klasifikasi Fungi
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke
dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri.
Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun
spora tidak berfl agela.. jenis - jenis jamur yang memiliki spora tidak berfl agela
dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi
Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi
ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang
reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang
diberi nama Divisi Deuteromycotina.
1. Divisi Zygomycota

Nama Zygomycota berasal dari jenis perbanyakan diri seksual,


terutama pada pembentukan zigospora. Zigospora terjadi karena peleburan dua
gametangium yang menghubungkan kedua hifa induk seperti jembatan
penghubung. Tubuh Zygomycota terdiri dari benang hifa yang bersekat
melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-cabang
banyak dan dinding selnya mengandung kitin. Contoh jamur ini adalah jamur
yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang hidup secara saprofit pada
roti, nasi, dan bahan makanan lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit,
misalnya penyebab penyakit busuk pada ular jalar.
Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora.
Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk
spoangium. Sporangium yang masuk berwarna hitam. Spoangium kemudian
pecah dan spora tersebar, spora jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh
membentuk benang baru.
Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut : dua hifa yakni
hifa betina (hifa) dan hifa jantan (hifa+) betemu, kemudian inti jantan dan inti
betina melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota
spora yang disebut zigosporangium dan sporanya disebut zygospora.
Zygospora mengalamai dormansi (istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu
zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan betina hanya
istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel, disebut betina
kalau menerima isi sel.

Ciri-ciri zygomycota :
 Tubuh terdiri atas hifa tidak bersekat dan banyak inti sel
 Menghasilkan zigospora sebagai hasil reproduksi seksual
 Septa hanya terdapat pada sel untuk reproduksi
 Dinding sel mengandung zat kitin
 Tidak memiliki tubuh buah
 Bersifat multiseluler
 Reproduksi vegetative atau aseksual dengan cara membentuk spora
vegetative atau spora aseksual yaitu sporangiospora terjadi bila kondisi
lingkungan baik dan mendukung serta ada juga secara seksual dapat terjadi
bila kondisi lingkungan kering dan tidak menguntungkan.
Jika roti lembab disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa
hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah
pada permukaan roti akan membentuk massa yang bercabang, berwarna perak
dengan hifa tidak bersekat. Dalam beberapa hari, miselium akan menutupi
permukaan roti dari rhizoidnya menembus kedalam roti. Rhizoid
menyekresikan enzim pencernaan yang bekerja menguraikan gula dan tepung
yang berada dalam roti. Gula dan tepung tersebut kemudian diserap oleh
rhizoid kedalam hifa. Pada roti akan terjadi perubahan warna, bau, dan rasa
yang ditimbulkan oleh jamur yang disebabkan terjadinya perubahan senyawa
kimia hasil aktivitas enzim.
Pada roti akan tumbuh bulatan hitam yang disebut sporangium yang
dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora. Sporangium dibentuk pada ujung
sporangiofor. Jika sporangium matang, dinding pelindung yang tipis pecah
dan spora tersebar. Spoa tersebut disebut spora aseksual dan reproduksi yang
terjadi adalah secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi juga didalam jamur
roti dengan cara konjugasi.
a. Cara Hidup Zygomycota
Sebagian besar dari Zygomycota hidup dalam saproba (pengurai) di
tanah, pada sisa-sisa organisme yang sudah mati atau sudah membusuk, dan
makanan seperti tempe, nasi dan roti. Beberapa dari jenis Zygomycota hidup
dengan bersimbiosis mutualisme pada akar tumbuhan dengan membentuk
mikoriza. Hubungan simbiosis mutualisme Zygomycota dengan tumbuhan
adalah Zygomycota akan memperoleh nutrisi yang berupa zat organik yang
berasal dari inang tumbuhan, sedangkan akar tumbuhan inang dapat
meningkatkan penyerapan air dan mineral yang berasal dari dalam tanah.
b. Daur Hidup Zygomycota
Zygomycota mengalami dua macam cara bereproduksi. Reproduksi
yang dilakukan secara aseksual terjadi bila kondisi lingkungan baik dan
mendukung, sedangkan pada reproduksi yang dilakukan secara seksual terjadi
pada kondisi lingkungan yang kering dan tidak menguntungkan.
c. Contoh lain dan perannya
 Jamur Roti (Rhizopus stolonifer) Jika roti yang lembab disimpan
ditempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak
jamur tumbuh diatasnya. Pada roti akan tumbuh bulatan hitam, yang
disebut Sporangium yang dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora.
 Jamur Tempe (Rhizopus oryzae) Jamur tempe digunakan dalam
pembuatan tempe. 
 Pilobolus Adalah salah satu jamur yang biasa hidup pada kotoran hewan
yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa
adanya bantuan cahaya. Jamur ini menunjukkan respon positif terhadap
cahaya
 Mucor mucedo Hidup pada kotoran ternak
 Rhizopus nigricans Menghasilkan asam fumarat, pemasak buah
 Rhizopus nodusus Menghasilkan asam laktat
Anggota jamur pada devisi Zygomycota disebut dengan fungi zigot.
Sejumlah ahli mikologi telah mendeksripsikan sekitar 600 fungi zigot. Contoh
Jamur Zygomycota adalah Rhizopus sp, Mucor sp, dan Pilobolus. Beauveria
bassiana, Metarrhisium anisopliae.
2. Divisi Ascomycota

Jika jamur Zygomycota memiliki hifa yang tidak bersekat sepertipipa,


jamur sejati (Eumycota yang terdiri dari Ascomycota, Basidiomycota, dan
Deuteromycota) mempunyai hifa yang bersekatsekat. Dinding sel terdiri atas
kitin dan dapat hidup sebagai saprofit, parasit, atau bersimbiosis. Ascomycota
adalah kelompok jamur yang berkembang biak dengan membentuk spora di
dalam selnya (kantung kecil) yang disebut askus. Pembentukan askus inilah
yang menjadi ciri Ascomycota.
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan spora
askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang
tersimpan di dalam kotak spora. Kotak spora ini menyerupai kantong sehingga
disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktur askus dibutuhkan
pengamatan yang teliti.
a. Cara Hidup Ascomycota
Ascomycota hidup sebagai pengurai bahan organik yang khususnya
dari tumbuhan atau juga sisa-sisa dari organisme yang terdapat di dalam tanah
serta juga dilaut. Ascomycota bersel satu atau juga ragi hidup pada bahan
yang mengandung gula atau juga karbohidrat, seperti contohnya sari anggur
yang digunakan untuk dapat membuat minuman anggur merah (wine).
b. Daur Hidup Ascomycota atau Reproduksinya
Didalam daur hidupnya, Ascomycota uniseluler ataupun multiseluler yang
dapat bereproduksi dengan secara aseksual (vegetatif) serta juga reproduksi
demham secara seksual (generatif). Berikut ini adalah uraian reproduksi
secara aseksual serta juga seksual.
 Reproduksi Aseksual Ascomycota 
- Ascomycota Uniseluler 
Reproduksi dengan secara aseksual tersebut berdasarkan
uniseluler yang dilakukan dengan melakukan pembelahan sel atau
juga pelepasan tunas dari sel induk. Tunas yang terlepas tersebut
akan menjadi suatu sel jamur yang baru. tetapi, jika tidak terlepas
maka sel tunas tersebut akan membentuk suatu rantai pseudohifa
(hifa semu).
- Ascomycota Multiseluler 
Bereproduksi aseksual dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu
fragmentasi hifa serta pembentukan spora aseksual konidiospora.
Hifa dewasa yang terputus menjadi hifa jamur baru. Hifa haploid
(n) yang sudah dewasa akan menghasilkan konidiofor (tangkai
konidia). Pada ujung konidiofor terbentuk spora yang
diterbangkan oleh angin yang disebut konidia. Konidia
mempunyai jumlah kromosom yang haploid (n). Hifa akan
bercabang-cabang membentuk miselium yang haploid (n).

 Reproduksi secara sesksual


Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas
sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang berdifensiasi
membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya menjadi lebh besar,
yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari ujung hifa lain terbentuk
alat repoduksi jantan yang disebut anteridium berinti haploid(n
kromosom). Dari askogonium tumbuh saluran yang menghubungkan
antara askogonium dan anteridum. Saluran itu disebut trikogin.
Melalui saluran trikogin inilah inti sel dari anteidium pindah dan
masuk ke dalam askogonium. Selanjutnya, inti anteridium dan inti
askogonium berpasanga. Setelah terbentuk pasangan inti, dari
askogonium tumbuh beberapa hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa
askogonium . Nah inin yang berpasangan itu masuk ke dalam
askogonium ,kemudian membelah secara mitosis, namun tetap saja
berpasangan. Setelah memasuki inti hifa askogonium teus tumbuh,
membentuk sekat melintang, dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-
ujung hifa askogonium ini terdapat dua int. Ujung hifainilah yang
kelak akan membentuk askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh
miselium, bentuknya kompak,yang mudah menjadi tubuh buah atau
askokarp.
Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu
membelah secara meiosis membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut
terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut  spora askus. Spora
askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di tempat
yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa baru.

3. Divisi Basidiomycota

Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik, dapat


dilihat dengan mata karena ukurannya yang besar. Pada musim penghujan
dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur pohon, atau di
tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya jamur barat. Bentuk
tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang yang
kalian amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan misalnya jamur merang,
jamur tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan
makan yang bergizi tinggi.
Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu
(monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat. Dari
hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau bentuk lain
yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang enak dimakan.
Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap
basidium menghasilkan 4 spora basidum.
Ciri jamur Basidiomycota adalah memiliki basidium. Kelompok jamur
ini dikenal karena tubuh buahnya tampak jelas di permukaan tanah atau
substrat lainnya. Tubuh buah bentuknya bermacam-macam, ada yang seperti
payung, bola atau papan. Misalnya, jamur merang (Volvariella volvacea)
dengan tubuh buah berbentuk payung. Secara umum, tubuh buah mempunyai
4 bagian, yaitu tangkai tubuh buah (stipe), tudung (pileus), volva, dan bila
(lamella). Stipe merupakan suatu massa miselium yang tumbuh tegak. Pileus
merupakan bagian yang ditopang oleh stipe.
Sewaktu muda, pileus dibungkus oleh selaput yang disebut velum
universale yang akan pecah menjelang dewasa. Volva adalah sisa pembungkus
yang terdapat di dasar tangkai. Lamella merupakan bagian bawah dari tudung,
berbentuk helaian, dan tersusun atas lembaran. Tubuh buahnya disebut
basidiokarp, terdiri atas jalinan hifa bersekat dan dikariotik (setiap sel intinya
berpasangan). Pada saat pembentukan basidiospora, ujung-ujung hifa
menggembung membentuk basidium yang di dalamnya terjadi peleburan dua
inti haploid menjadi satu inti diploid, disusul dengan pembelahan meiosis
yang menghasilkan 4 inti haploid. Selanjutnya, basidium membentuk empat
tonjolan (sterigmata) yang berisi protoplasma dan keempat inti haploid tadi
masing-masing akan mengisi tiap tonjolan dan terbentuk empat buah
basidiospora haploid.

4. Divisi Deuteromycota (Jamur Imperfeksi)


Jamur Deuteromycetes adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia
dan belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun
basidium sehingga tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau
Basidiumycota. Oleh karena itu, jamur ini merupakan jamur yang tidak
sempurna (jamur imperfeksi). Jamur yang tergolong pada jamur imperfeksi
banyak yang menimbulkan penyakit, misalnya, jamur Helminthosporium
oryzae, dapat merusak kecambah, terutama menyerang buah dan menimbulkan
nodanoda hitam pada daun inang; Sclerotium rolfsii merupakan penyakit
busuk pada berbagai tanaman. Jenis jamur dalam kelompok ini yang
menguntungkan adalah jamur oncom (Monilia sitophila atau sekarang
bernama Neurospora sitophila).
Berdasarkan morfologinya, jamur dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Khamir ( Yeast ) yang bersel satu
Contohnya : Saccharomyces
b. Kapang ( molds ) yang berbentuk benang
Contohnya : Neorospora ( Jamur Oncom )
c. Cendawan ( Mushroom) yang berbentuk seperti paying
Contohnya : Auricularia ( Jamur Kuping )

2.7 Peranan Jamur Dalam Kehidupan


Peranan jamur atau fungi dalam kehidupan sangat luas. Jamur berperan dalam
keseimbangan lingkungan yaitu sebagai dekomposer. Sebagai dekomposer, jamur
menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati sehingga bisa dimanfaatkan oleh
organisme lain. Hal ini sangat penting dalam keberlanjutan ekosistem di bumi, karena
yang menjadi kunci keberlangsungan ekosistem adalah adanya keseimbangan antara
produksi biomasa oleh organisme fotosintetik dan perombakan-perombakan atau daur
ulang nutrien yang dikandungnya. Dalam proses daur ulang senyawa organik ini,
fungi memiliki peran yang menonjol di semua ekosistem utama.
Jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan
tertentu jamur bersimbiosis membentuk mikoriza. Mikro riza merupakan struktur
yang berperan penting dalam suplai unsur hara. Kalian bisa membaca kembali bagian
awal dari bab ini yang membicarakan cara jamur memperoleh makanan. Berdasarkan
posisi jamur terhadap akar tumbuhan, dikenal adanya endomikoriza (bila hifa
menembus korteks akar) dan ektomikoriza (bila hifa hanya menem bus epidermis
akar). Kelompok jamur yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan umumnya
termasuk anggota Divisi Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina.
Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-
obatan. Sebagai contoh, pada Divisi Zygomycotina, sedikitnya ada 2 jenis Rhizopus
yang digunakan secara komersial dalam industri pil kontrasepsi dan anestesi, yaitu R.
arrhizus dan R. nigricans. Beberapa jenis lain juga dimanfaatkan dalam industri
alkohol dan untuk mengempukkan daging. Ada pula jenis lain yang mampu
memproduksi pigmen kuning yang digunakan untuk memberi warna pada margarin.
Keuntungan yang diperoleh dari kehadiran jamur ialah perannya sebagai
dekomposer. Berbagai material organik akan diuraikan menjadi nutrien-nutrien
sederhana yang dibutuhkan kelopok produsen. Dengan demikian, bumi terhindar dari
tumpukan sampah materi organik.
Kemampuan jamur dalam mengurai berbagai jenis substrat disebabkan jamur
memiliki berbagai enzim ekstraseluler. Masing-masing jenis jamur dapat
menghasilkan enzim yang sama atau yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jamur
melakukan kerja sama dengan jamur dari jenis lain sehingga proses penguraian dapat
berlangsung secara efektif.
Selain sifat yang menguntungkan, Jamur juga memiliki sifat yang merugikan,
Jamur dapat membusukkan kayu, tekstil, makanan dan lain-lain. Disamping itu Jamur
juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan, salah satu
contoh cendawan patogen adalah Histoplasma capsulacum yang menyebabkan
histoplomosis (infeksi mikosis pada sistem retikuloendotelium yang meliputi banyak
organ) (Pelczar, 1986).
Peranan jamur bagi kehidupan ada yang menguntungkan & ada pula yang
merugikan. Berikut beberapa jamur yang berperan bagi kehidupan adalah:
1. Jamur yang Menguntungkan :
 Rhizopus stolonifera : untuk membuat tempe
 Rhizophus nigricans: menghasilkan asam fumarat
 Saccharomyces cerevisiae : untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan bir
 Aspergillus oryzae : mengempukkan adonan roti
 Aspergillus wentii : untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam
oksalat, dan asam formiat
 Aspergillus niger : untuk menghilangkan O2 dari sari buah, dan menjernihkan
sari buah
 Penicillium notatum dan P. chrysogenum : menghasilkan penicillin
(antibiotik)
 Ganoderma lucidum : bahan obat
 Penicillium roquefortii dan P. camemberti : meningkatkan kualitas (aroma)
keju
 Trichoderma sp. : menghasilkan enzim selulose
 Neurospora crassa (jamur oncom) : untuk membuat oncom
2. Jamur yang Merugikan
 Candi albicans dapat menyebabkan sariawan & penyakit pada tenggorokan.
 Aspergillus fumigatus, parasit yang ada pada paru-paru burung.
 Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah
semai.
 Phythophthora infestan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
 Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air. Albugo merupakan
parasit pada tanaman pertanian.
 Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia.
 Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
 Tinea versicolor, yang menyebabkan panu pada kulit manusia.
 Rhizotonia solani, dapat menyebabkan penyakit busuk pada tanaman polong-
polongan.
 Ustilago maydes, parasit yang terdapat pada tanaman jagung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.1.1 Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil, namun
memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit
atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup
pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik,
tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel
pada organisme lain dan biasanya merugikan media yang ditempelinya.

3.1.2 Berikut secara umum ciri-ciri jamur antara lain sebagai berikut:

a. Bersifat eukariotik yang memiliki dinding sel.


b. Dinding selnya tersusun dari zat kitin yaitu polisakarida structural yang
digunakan untuk menyusun eksoskleton dari arthropod
c. Jamur banyak dijumpai di tempat lembab, agak asam, pada bahan
makanan, pada bahan organik, serta hidup sebagai saprofit & parasit pada
tumbuhan, hewan, & manusia.
d. Tubuhnya berbentuk benang hifa, ada juga yang membentuk anyaman
benang yang disebut miselium.
e. Tidak memiliki klorofil
f. Tidak bias berfotosintesis
g. Memperoleh nutrient melalui penyerapan (absorpsi), untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organic dari lingkungan melalaui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen.
h. Bersel satu ( uniseluler ) atau banyak ( multiseluler )
i. Memiliki tiga sifat yaitu saproft, parasit, atau bersimbiosis dengan
organism lain.
3.1.3 Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya
khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang
ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Kita mengenal ada 2 macam miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai
alat penyerap makanan) dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi).
3.1.4 Cara hidup jamur terdiri dari tiga jenis, yaitu adalah jamur yang bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif, dan saprofit
3.1.5 Peranan jamur atau fungi dalam kehidupan sangat luas. Jamur berperan dalam
keseimbangan lingkungan yaitu sebagai dekomposer. Sebagai dekomposer, jamur
menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati sehingga bisa dimanfaatkan oleh
organisme lain. Hal ini sangat penting dalam keberlanjutan ekosistem di bumi, karena
yang menjadi kunci keberlangsungan ekosistem adalah adanya keseimbangan antara
produksi biomasa oleh organisme fotosintetik dan perombakan-perombakan atau daur
ulang nutrien yang dikandungnya. Dalam proses daur ulang senyawa organik ini,
fungi memiliki peran yang menonjol di semua ekosistem utama.
3.2 Saran
1. Sebaiknya pembaca dapat mempelajari dan memahami dengan baik mengenai isi
makalah agar ilmunya dapat bermanfaat dikemudian hari
2. Penulis menyadari banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca makalah ini demi
penyempurnaan makalah kami selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Akin, H.M. (2005). Virologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga


Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi. Bandung : PT.Citra Aditya bakti
Kimball, John W. 1999. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press
Tjitrosoepomo, C.1991. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press

Anda mungkin juga menyukai