MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Evolusi Molekuler
yang dibina oleh Prof. Dr. agr. Mohamad Amin, S.Pd., M.Si
Disusun Oleh:
A. Evolusi Fisika
Pembentukan alam semesta diawali dari peristiwa Big Bang yang terjadi 20
milyar tahun yang lalu. Sekitar 15 milyar tahun sesudah peristiwa tersebut,
terbentuk gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran
gumpalan kabut tersebut memungkinkan bagian kecil dan ringan terlempar ke
luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu
saat, gumpalan kabut raksasa meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang
kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih
kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu
galaksi yang disebut Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya.
Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar dari gumpalan kabut
mengalami kondensasi, sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang
mendingin dan memadat. Lebih lanjut, gumpalan-gumpalan tersebut membentuk
planet-planet, termasuk planet bumi. Pada saat itu, hidrogen dan helium
merupakan unsur penyusun utama planet bumi.
Selama ratusan juta tahun pertama, bumi masih terlalu panas untuk air
berwujud cair, sehingga H2O hanya tersedia dalam bentuk uap. Pada tahap
selanjutnya, saat temperatur bumi mulai menurun, molekul air dapat
berkondensasi hingga terbentuk danau dan lautan. Kehidupan di bumi
diperkirakan berasal dari berbagai reaksi kimia di atmosfer yang diikuti dengan
terjadinya berbagai reaksi di perairan purba tersebut.
B. Evolusi Kimia
Evolusi kimia menjelaskan tentang peristiwa perkembangan dan pembentukan
atmosfer bumi, sintesis mikromolekul, makromolekul, serta penyebab dan efek
perubahan pada molekul. Atmosfer yang pertama kali terbentuk disebut dengan
atmosfer primer. Atmosfer primer hanya tersusun atas hidrogen dan helium.
Hidrogen dan helium memiliki massa yang ringan, sehingga mudah hanyut ke luar
angkasa. Pada tahap selanjutnya, terbentuk atmosfer sekunder yang terbentuk dari
semburan gunung berapi. Semburan gunung berapi mengandung 95% uap air dan
sisanya adalah berbagai senyawa, seperti CO2, SO2, H2S, HCl, belerang, H2, CH4,
SO3, dan NH3. Pada masa itu, oksigen belum terbentuk. Uap air yang tersebar di
atmosfer dapat bereaksi dengan beragam mineral purba, sehingga terbentuk
amonia, karbid membentuk metan, dan sulfida membentuk H2S.
Atmosfer selanjutnya yang terbentuk ada-lah atmosfer tersier yang merupakan
atmosfer yang ada sampai saat ini, dan menjadi asal mula kehidupan di bumi.
Pada atmosfer tersier telah muncul organisme fotosintetik pertama, yaitu
Cyanobacteria yang menghasilkan oksigen melalui fotosintesis. Lama kelamaan,
dengan semakin banyaknya jumlah organisme fotosintesis yang ter-bentuk, maka
kadar oksigen yang ada di atmosfer meningkat. Oksigen yang ada di atmosfer 800
juta tahun yang lalu hanya mencapai 1%, kemudian meningkat menjadi 10% ±400
juta tahun yang lalu, dan saat ini telah tersedia ±20% oksigen di atmosfer (Clark,
2005).
1. Teori Oparin (Asal Mula Kehidupan)
Oparin adalah seorang ilmuwan Rusia yang menyatakan bahwa:“Pada suatu
ketika, atmosfer bumi banyak mengandung senyawa H2O, CO2, CH4, NH3, dan
hidrogen. Adanya energi radiasi dari benda-benda angkasa yang sangat kuat,
seperti sinar ultraviolet; memungkinkan senyawa sederhana tersebut membentuk
senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks di lautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan berupa senyawa
alkohol (C2H5OH) dan asam amino yang sederhana. Selama berjuta-juta ta-hun,
senyawa sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks,
seperti: gliserin, asam organik, purin dan pirimidin. Senyawa kompleks tersebut
merupakan bahan pembentuk sel.
Kemudian kita pahami teori Big Bang (Dentuman Besar ) “ Seluruh materi
dan energi dalam alam semesta pernah bersatu membentuk sebuah bola raksasa.
Kemudian bola raksasa ini meledak sehingga seluruh materi mengembang karena
pengaruh energi ledakan yang sangat besar. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang,
alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha
dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta
dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Teori Big Bang didukung oleh
beberapa penemuan mutakhir.
Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika
Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924 ketika Hubble
mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati
spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut. Menurut teori fisika
yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi
tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut
memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan
sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang
berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstein yang menyimpulkan bahwa alam
semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun
pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan
formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar
statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis. Ketiga, pada
tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat ini akan
ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut
dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson
pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut
Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah
ledakan dahsyat.
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang
sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari
ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di
alam semesta telah habis berubah menjadi helium. Gagasan teori Big Bang itu
didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih
seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan
tentang efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau
kita meniup sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan
terlihat saling menjauh. Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai
dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah
menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik
untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa
alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang
lalu.
Keterangan Gambar:
Asam amino juga dapat membentuk ikatan ketika asam amino tersebut berikatan
pada beberapa tipe tanah liat. Tanah liat tersebut memiliki sisi perlekatan dengan
asam amino (bagian pada tanda panah).
Penggabungan asam amino tunggal menjadi polipeptida dapat juga terjadi
dalam larutan, sebagai-mana dijelaskan pada Gambar 5.
Keterangan Gambar:
Kondensasi asam amino tunggal menjadi rantai polipeptida dapat terjadi pada
larutan; dengan syarat terdapat agen kondensasi pada area tersebut untuk menarik
air. Salah satu agen kondensasi yang memungkinkan adalah poli-fosfat. Polifosfat
akan bereaksi dengan gugus amino atau gugus karboksil pada asam amino
tunggal. Dua jenis produk yang mungkin dihasilkan adalah fosfaramida dan asil
fosfat yang dapat membentuk rantai polipeptida ketika dipanaskan.
1) RNA
Ahli Evolusi memperkirakan bahwa RNA adalah molekul kehidupan pertama
yang muncul di bumi. Molekul RNA diperkirakan merupakan molekul enzim
primordial (purba) pada sistem kehidupan primitif, karena gula ribosa lebih
mudah disintesis pada simulasi kondisi primordial dibandingkan gula
deoksiribosa. Selain itu, molekul RNA memiliki kemampuan merakit dan
menduplikasi dirinya sendiri dalam kondisi bumi di masa lampau. Walter Gilbert
mengemukakan gagasan tentang RNA World yang menjelaskan bahwa RNA
memiliki kemampuan ganda; sebagai asam nukleat dan enzim. Gagasan tersebut
dikemukakan berdasarkan fakta pada RNA sebagai berikut.
a) Ribozim
Ribozim merupakan molekul RNA yang dapat berperan sebagai enzim;dapat
mengkatalis sejumlah besar molekul lain tanpa mengubah keadaan dirinya selama
reaksi. Ribozim saat ini telah banyak yang dapat diidentifikasi,salah satunya
adalah RNA ribo-nuklease P, yaitu rRNA yang berperan dalam sintesis protein.
Enzim ribonuklease P mempunyai komponen RNA dan protein yang mengatur
transfer molekul RNA; bagian RNA ribonuklease P berperan untuk memulai
reaksi; dan bagian protein melekatkan ribozim dan tRNA.
b) Self-splicing intron
Intron merupakan non-coding regionyang menyisipi gen pada sel
eukariot.Intron harus dilepaskan dari mRNA sebelum ditranslasi menjadi protein
dengan bantuan spliceosome atau molekul RNA kecil lainnya. Namun, intron juga
memiliki kemampuan untuk melepaskan dirinya dari mRNA tanpa bantuan mole-
kul apapun yang dikenal dengan self-splicing intron, sebagaimana dijumpai pada
kelompok protozoa, mitokondria sel fungi, dan kloroplas sel tumbuhan.
c) Viroid
Viroid adalah molekul RNA yang dapat menginfeksi tanaman. RNA viroid
mampu mereplikasi dirinya sendiri.
d) RNA polimerase
RNA polimerase dibutuhkan sebagai primer untuk inisiasi dan pemanjangan
untai DNA baru.Oleh sebab itu, RNA polimerase diperkirakan telah ada sebelum
DNA polimerase terbentuk.
e) Molekul RNA kecil
Molekul RNA kecil biasanya berperan pada berbagai fungsi, seperti:
melepaskan untaian intron dari ekson pada gen, modifikasi asam nukleat, dan
editing mRNA.
f) Riboswitch
Riboswitch merupakan senyawa yang berperan dalam pengendalian ekspresi
gen; jika tidak terdapat protein regulator.
Perakitan dan duplikasi RNA dapat dilihat pada gambar berikut.
D. Molecular Filogeny
Suatu sekuen dikatakan homolog jika sekuen tersebut tersebar pada sekuen
moyang secara umum;meskipun terdapat kemungkinan bahwa sekuen gen tertentu
terduplikasi, sehingga ada yang sama dalam satu organisme. Orthologous
merupakan gen yang homolog yang ditemukan pada saat pemisahan spesies dan
dibedakan saat terbentuk organisme baru, sedang-kan genparalogusadalah gen
yang dilokasikan pada organisme yang sama,karena duplikasi gen. Gen-gen
ortolog harus dibandingkan dalam proses penyusunan pohon filogenetik yang
akurat. Sekuen paralog dan ortolog diilustrasikan pada Gambar 10.
Gambar 11. Pembentukan gen baru dari gen yan telah ada sebelumnya. (a)
Evolusi Modular dari gen baru mungkin melibatkan fusi modul gen yang terpisah,
atau unit fungsional. Misalnya, modul oranye dari gen 1 dapat memberikan fungsi
yang melengkapi modul ungu gen 2. Jika dua domain ini memadukan mereka
kemudian bisa membentuk sebuah novel tapi gen fungsional. (b) LDL reseptor
memiliki domain ditemukan di beberapa protein lain. Bagian pertama dari gen
reseptor LDL memiliki tujuh modul berulang atau unit fungsional juga ditemukan
dalam faktor C9 pelengkap dari sistem kekebalan tubuh. Modul berikutnya
memungkinkan protein untuk mengikat membran sel. Modul ini sangat mirip
dengan sebagian dari faktor pertumbuhan epidermal reseptor. Akhirnya, reseptor
LDL memiliki modul yang unik (Sumber: Clark, 2005).
Gambar 13. Sekuens non coding pada DNA berevolusi lebih cepat. (a) Mutasi
pada posisi basa ketiga dari triplet kodon jarang mengubah asam amino yang
terbentuk, (b) Daerah non coding seringkali idak memiliki fungsi yang jelas
sehingga banyak mutasi yang terakumulasi pada daerah tersebut. Mutasi pada
bagian bukan pengkode tersebut tidak akan mempengaruhi urutan asam amino
yang terbentuk (Sumber: Clark, 2005).
Gambar 18. Tiga domain dalam kehidupan berdasarkan hasil sequencing rRNA.
Semua organisme hari ini termasuk salah satu dari tiga divisi utama berdasarkan
pada hubungan antara RNA ribosom: yang Eubacteria, yang archaebacteria (atau
archaea) dan eukariota. Mitokondria dan kloroplas memiliki rRNA yang paling
menyerupai Eubacteria (Sumber: Clark, 2005).
Gambar 19. Lipid yang tidak biasa pada archaea. Archaebacteria memiliki rantai
lipid yang tersusun dari lima karbonisoprenoid daripada dua unit karbon seperti
pada eubacteria. Rantai isoprenoid terkait dengan gliserol melalui ikatan eter
bukan ikatan ester.Dalam beberapa kasus rantai lipid isoprenoid mungkin berisi
40 karbon (misalnya pada bacterioruberin).Lipid tersebut menjangkau seluruh
membran archea (Sumber: Clark, 2005)
Archaea ditemukan pada lingkungan yang aneh dan mampu beradaptasi
pada kondisi ekstrim.Archaeaditemukan pada sumber air panas yang mengandung
belerang, celah panas di dasar laut (lempeng benua), pada kadar garam yang
tinggi misalnya pada laut mati yang sangat asin dan pada danau yang berkadar
garam tinggi serta pada usus-usus hewan, dan archaea juga dapat membuat
metana. Adapun jenis-jenis archaebacteri :
1. Halobacteria: memiliki toleransi terhadap garam dan hidup pada NaCl di atas
5 M, tidak dapat tumbuh pada NaCl di bawah 2,5 M. Halobacteriamenangkap
energi cahaya matahari dengan bantuan rodopsin bakteri, molekul ini sama
seperti pigmen rodopsin sebagai pendeteksi cahaya dibagian mata hewan.
2. Methanogens: mampu menghasilkan metan. Methanogens bersifat anaerob
oblige dan sangat sensitif terhadap oksigen. Methanogens mengubah H2
ditambah CO2 menjadi metana. Metabolisme methanogens sangat unik,
methanogensmengandung koenzim yang tidak dimiliki oleh organisme lain
tetapi tidak memiliki flavin dan quinon.
3. Sulfolobus: hidup pada perairan geothermal dan tumbuh dengan baik pada pH
optimum 2-3 dan suhu 70-80oC. Archaea ini mengoksidasi sulfur menjadi asam
sulfur.
Gambar 21. Evolusi Instan pada RNA Ribosom. Plasmid pRNA 122 membawa
sekuen untuk mengubah 16S rRNA dan gen reporter (misalnya CAT).
Pemisahan kromosom dan plasmid dalam sintesis protein terjadi secara primer
karena perubahan dalam urutan Shine-Dalgarno (SD).16S rRNA dikodekan
oleh plasmid yang tidak dapat mengenali sekuen SD pada mRNA sel normal,
tetapi mengenali urutan SD bagian upstream dari gen reporter (CAT).Jika
mutasi pada 16S rRNA mencegah dari berfungsinya, gen reporter tidak
ditranslasikan menjadi protein CAT, dan bakteri tidak resisten pada
kloramfenikol.Translasi dari protein sel normal terjadi tanpa gangguan karena
salinan kromosom dari 16S rRNA yang digunakan.Salinan kromosom dari 16S
rRNA tidak dapat mengenali sekuen SD dari mRNA CAT, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya sintesis protein CAT (Chloramphinicol Acetyl
Transferase) (Sumber: Clark, 2005).
Awalnya urutan RNA ribosomal digunakan untuk klasifikasi. Namun
sekuen data yang diperoleh termasuk didalamnya seluruh genom, memungkinkan
untuk menambahkan sejumlah gen lain ke dalam laporan. Program komputer
digunakan untuk mengkalkulasi perbedaan relatif sekuen dan dapat menghasilkan
“pohon” seperti yang pada Gambar 22. Pada pohon tersebut terdapat empat
bakteri, semua dalam genera yang berbeda tetapi dalam keluarga yang sama,
enterobacteria. Untuk akar pohon diperlukan sekuen dari organisme "kelompok
luar," misalnya menggunakan bakteri pseudomonas, yang terkait jauhdengan
bakteri enterik.Titik atau simpul pada Gambar 22. mewakili nenek moyang yang
sama. Panjang cabang sering diskalakan untuk mewakili jumlah mutasi yang
diperlukan dan angka yang menunjukkan berapa banyak perubahan dasar
diperlukan untuk mengubah sekuen pada setiap titik cabang menuju titik
berikutnya (panjang total rRNA 16s bakteri enterik adalah 1.542 basa).
Nenek moyang orang Eropa saat ini memisahkan diri dari Euro-Asia leluhur
mereka dan berjalan ke Eropa melalui Timur Tengah sekitar 40.000 sampai
50.000 tahun yang lalu (Gambar 25). Indian Amerika tampaknya berasal dari dua
migrasi besar yang berasal dari populasi daratanAsia. Yang sebelumnya Palco-
India (sekitar 30.000 tahun yang lalu) menghuni benua Amerika secara
keseluruhan, sedangkan migrasi yang lebih baru (kurang dari 10.000 tahun yang
lalu) menghasilkan masyarakat Na-Dene yang sebagian besar Indian Amerika
Utara.
Selain menggunakan DNA mitokondria, urutan daerah mikrosatelit dari
kromosom telah dibandingkan antara ras yang berbeda.Hasil filogenetik sangat
mirip.Mereka juga memberikan Afrika primermemisahkan menjadi non-Afrika,
mereka menunjukkan tanggal bahkan lebih baru untuk nenek moyang, dekat
100.000 tahun yang lalu.
Tapi bagaimana dengan Adam, atau "Y-guy" karena ia kadang-kadang
disebut oleh biologi molekuler? Kromosom Y manusia lebih pendek tidak
bergabung kembali dengan pasangan yang lebih panjang, sedangkan kromosom X
sebagian besar panjang.Hal ini memungkinkan untuk mengikuti garis keturunan
laki-laki tanpa komplikasi akibat rekombinasi.Misalnya, gen ZFY pada kromosom
Y yang diturunkan dari ayah ke anak dan terlibat dalam pematangan sperma.Data
urutan untuk ZFY menunjukkan pemisahan antara manusia dan simpanse sekitar 5
juta tahun yang lalu dan secara umum nenek moyang laki-laki untuk manusia
modern sekitar 250.000 tahun yang lalu.Namun, data terakhir jumlah yang jauh
lebih besar dari penanda genetik pada kromosom Y pada Y-guy kurang dari
100.000 tahun yang lalu.Baru-baru ini analisis dari cluster mutasi pada kromosom
Y tidak sesuai dengan model multi-regional dan baru-baru ini menegaskan bahwa
asal orang Afrika dari manusia modern.
Gambar 25. Hipotesis II-Migrasi Eve Afrika. Divergensi dari nenek moyang
Afrika menjadi ras Afrika modern, Eropa dan Asia termasuk migrasi menjadi
bagian-bagian yang berbeda di dunia.Para ilmuwan percaya bahwa Homo
sapiens modern berevolusi di Afrika Timur, sekitar Olduvai Gorge.Keturunan
dari nenek moyang awal bermigrasi ke Eropa dan Asia serta daerah-daerah
lainnya di Afrika.Keturunan dari beberapa kelompok di Asia menyeberangi
Selat Bering menghuni benua Amerika.Setelah terisolasi, berbagai kelompok
ini berevolusi secara mandiri atau independen (Sumber: Clark, 2005)
Widodo, Lestari, U., dan Amin, M. 2012. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi