Anda di halaman 1dari 40

KONSEP DAN PROSES EVOLUSI BIOLOGIS

(SUDUT PANDANG EKOLOGI)

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evolusi


Dosen Pengampu: Dr. Romy Faisal Mustofa., S.Pd., M.Pd
Mufti Ali., S.Pd., M.Pd
Dita Agustian., S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Arif Hidayat 182154047
Ninda Nurazizah 182154036
Rika Sri Nurjanah 182154043
Zihan Ayu A 182154064

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep dan Proses Evolusi Biologis (Sudut Pandang
Pandang  Ekologi)” ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Evolusi. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, tidak lupa kepada keluarganya, sahabatnya serta umat-umatnya.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini penulis
mendapat banyak bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu  penulis mengucapkan terima kasih kepada kasih kepada:
1. Bapak Dr. Romy Faisal Mustofa., M.Pd, Bapak Mufti Ali., S.Pd., M.Pd dan
Bapak Dita Agustian., S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Evolusi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi;
2. Keluarga yang telah memberikan do’a serta motivasi dan dukungan terhadap
terselesaikannya makalah ini;
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah saling membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari akan adanya kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Tasikmalaya, 29 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Ucapan Terima Kasih.............................................................................................i


Daftar Isi.................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
D. Manfaat Makalah..........................................................................................2
Bab II Pembahasan................................................................................................3
A. Evolusi..........................................................................................................3
B. Ekosistem......................................................................................................4
C. Ko-Evolusi....................................................................................................5
D. Struggle for Existence...................................................................................6
E. Seleksi Alam.................................................................................................9
F. Pembentukan Spesies Baru (Spesiasi)........................................................15
G. Penyebaran Makhluk Hidup Berdasarkan Garis Wallace-Weber...............21
H. Ekologi........................................................................................................29
I. Pengaruh Manusia Terhadap Evolusi Ekologi............................................30
Bab III Penutup....................................................................................................31
A. Simpulan.....................................................................................................31
Daftar Pustaka......................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi merupakan salah satu teori maupun cabang dalam khasanah
ilmu pengetahuan. Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah perubahan
pada makhluk hidup atau spesies secara gradual (perlahan-lahan). Teori
evolusi dengan seleksi alam yang pertama kali dirumuskan dalam  buku
Darwin “The Origin of Species” pada tahun 1859 adalah proses dimana
organisme berubah dari waktu ke waktu sebagai akibat dari perubahan sifat
fisik atau perilaku yang dapat diwariskan. Perubahan yang memungkinkan
organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya lebih baik akan
membantu bertahan untuk hidup dan memiliki lebih banyak keturunan.
Evolusi oleh seleksi alam adalah salah satu teori pembuktian terbaik dalam
sejarah sains, didukung oleh bukti dari beragam disiplin ilmu, termasuk
paleontology, geologi, genetika dan biologi perkembangan.
Teori tersebut tersebut memiliki dua poin utama. Menurut Brian
Richmond “Semua kehidupan di bumi terhubung dan saling terkait satu sama
lain dan keragaman kehidupan ini adalah produk dari modifikasi populasi oleh
seleksi alam, di mana beberapa sifat lebih diutamakan oleh lingkungan
daripada yang lain”. Teori tersebut dapat digambarkan sebagai “keturunan
dengan modifikasi”. Teori ini kadang-kadang digambarkan sebagai “bertahan
hidup dari yang terkuat” tapi itu bisa membingungkan. Di sini “yang terkuat”
mengacu bukan pada kekuatan organisme maupun kemampuan atletik,
melainkan kemampuan bertahan dan bereproduksi. Sebagai contoh, sebuah
penelitian tentang evolusi manusia pada 1.900 siswa, yang diterbitkan secara
online pada jurnal “Personality and Individual Differences” pada bulan
Oktober 2017 menemukan bahwa banyak orang mungkin mengalami kesulitan
untuk menemukan pasangan karena kemajuan teknologi sosial yang berubah
dan berkembang lebih cepat daripada manusianya sendiri. Dalam kebanyakan
kasus, kesulitan ini bukan karena sesuatu yang salah atau rusak, namun karena

1
2

orang-orang yang tinggal pada sebuah lingkungan dimana sangat  berbeda


dengan lingkungan tempat mereka berevolusi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar evolusi dalam sudut pandang ekologi?
2. Bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan evolusi?
3. Bagaimana pengaruh dari evolusi?
4. Bagaimana bukti-bukti evolusi?
5. Bagaimana pengaruh manusia terhadap evolusi dalam sudut pandang
ekologi?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui bagaimana dasar evolusi dalam sudut pandang ekologi.
2. Mengetahui bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan evolusi.
3. Mengetahui bagaimana pengaruh dari evolusi.
4. Mengetahui bagaimana bukti-bukti evolusi.
5. Mengetahui bagaimana pengaruh manusia terhadap evolusi dalam sudut
pandang ekologi.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberi kegunaan yang baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai informasi penting mengenai konsep dan proses informasi penting
mengenai konsep dan proses evolusi biologis (sudut pandang ekologi). Secara
praktis makalah ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan penambah
pengetahuan dalam mempelajari evolusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evolusi
Evolusi atau sering juga evolusi organic atau evolusi biologis adalah
perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat terwariskan yang
dijumpai pada populasi organisme. Ciri-ciri yang terwariskan ini yang
dijumpai pada populasi organisme. Ciri-ciri yang terwariskan ini mencangkup
anatomi, biokimia, atau pun perilaku yang berjalan satu generasi ke generasi
selanjutnya.
Menurut Darwin manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme
seleksi alam. Ia mengira telah menemukan “asal-usul spesies”, suatu spesies
berasal dari spesies lain. Ia memublikasikan pandangannya ini dalam
bukunya yg berjudul The Origin of Spesies By Means of Natural Selection
pada tahun 1859.
Bukti adanya evolusi ini dapat kita lihat dari berbagai peninggalan
seperti fosil, embriologi perbandingan, dan anatomi perbandingan, Fosil
adalah sisa-sisa hewan atau tumbuhan dari zaman purba yang telah membatu
(jejak yang tersimpan dalam batuan). Sedangkan untuk embriologi
perbandingan sendiri, embrio hewan bersel banyak mengalami kesamaan
perkembangan embrio. Berawal dari zigot → blastula→ gastrula, kemudian
mengalami diferensiasi sehingga terbentuk macam–macam alat tubuh. Ernest
Haeckel, mengatakan tentang adanya peristiwa ulangan ontogeni yang serupa
dengan peristiwa filogeninya, disebut teori rekapitulasi. Contoh dari
rekapitulasi sendiri yaitu adanya perkembangan terjadinya pada jantung
mamalia yang dimulai dengan perkembangan yang menyerupai ikan,
selanjutnya menyerupai embrio amfibi, selanjutnya menyerupai
perkembangan embrio reptile. Anatomi perbandingan dapat diketahui bahwa
alat-alat fungsional pada berbagai binatang dapat dibedakan menjadi
homologi dan analogi.
Mekanisme evolosi sendiri terjadi karena adanya seleksi alam atau
aliran/hanyutan genetic (genetic drift). Seleksi alam membuat sifat unggul

3
4

menjadi lebih umum atau lebih banyak diwariskan dalam suatu populasi di
mana individu dengan sifat unggul akan lebih berpeluang untuk bereproduksi.
Sedangkan aliran/hanyutan genetic adalah proses bebas yang menghasilkan
perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetic
dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu
individu bertahan hidup dan bereproduksi. Perubahan kecil tersebut akan
terus menerus diakumulasikan dan kemungkinan akan menjadi spesies baru.
B. Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan komunitas dengan lingkungan
hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik. Menurut UU RI No. 32
Tahun 2009, ekosistem merupakan tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas. Satuan makhluk
hidup dalam satu ekosistem adalah individu, populasi, komunitas, ekosistem,
dan biosfer dengan sumber energi utama dalam ekosistem adalah matahari.
Komponen ekosistem terdiri atas komponen abiotik dan biotic. Komponen
abiotik merupakan komponen fisik dan kimia yang membentuk lingkungan
abiotik. Komponen biotic meliputi semua jenis makhluk hidup. Menurut
peranannya, komponen biotic dibedakan menjadi tiga golongan, produsen,
konsumen dan pengurai.
Dalam ekosistem pasti terjadi interaksi atau hubungan timbal balik
antar komponen yang satu dengan komponen yang lain. Jenis-jenis interaksi
antar komponen biotic dibedakan menjadi predasi, kompetisi, dan simbiosis.
Predasi, merupakan jenis interaksi makan dan dimakan. Misalnya, harimau
memakan rusa. Kompetisi, merupakan jenis interaksi antar organisme yang
saling bersaing untuk bertahan hidup. Misalnya, kompetisi beberapa jenis
burung di hutan yang memakan jenis serangga yang sama. Simbiosis, berarti
hidup bersama anatara dua spesies yang berbeda. Interaksi simbiosis
dibedakan menjadi mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.

4
5

C. Ko-evolusi
Koevolusi adalah perubahan (evolusi) pada objek biologis yang
dicetuskan oleh perubahan (evolusi) pada objek lain yang berkaitan
dengannya. Dalam banyak kasus seringkali tidak jelas, karena suatu spesies
dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak spesies
lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak spesies
lainnya pula atau biasa disebut dengan koevolusi baur. Perlu diingat bahwa
perkembangan ekosistem (suksesi ekologis) adalah perubahan dalam struktur
spesies dan proses komunitas yang berjalan dengan waktu. Dapat diartikan
juga sebagai proses yang terjadi selama perjalanan waktu sampai pada saat
keadaan ekosistem terakhir pada saat ini (pergantian antar satu komunitas
dengan komunitas yang lain).
Berdasarkan keadaan awal tempat berlangsungnya suksesi dapat
dibedakan menjadi primer dan sekunder. Suksesi Primer adalah suksesi yang
berlangsung pada substrat yang sebelumnya tidak dihuni oleh suatu
komunitas, misalnya arus lava. Sedangkan suksesi Sekunder adalah suksesi
yang berlangsung pada tempat yang sebelumnya pernah dihuni oleh suatu
komunitas, misalnya hutan tebangan, perladangan berpindah.
Evolusi ekosistem terjadi dalam kurun waktu yang tidak terbatas
sebelum mencapai klimaks. Selama kurun waktu evolusi berlangsung, semua
komponen ekosistem mengalami perubahan. Perubahan dimulai dari salah satu
komponen, kemudian menginduksi ke komponen lainnya. Dengan demikian,
pada evolusi ekosistem jelas terjadi evolusi pada semua populasi yang eksis.
Koevolusi adalah tipe-tipe adaptasi yang khas karena hubungan antarjenis
(interspesifik) makhluk hidup. Koevolusi digunakan untuk mendeskripsikan
suatu keadaan yang melibatkan serangkaian adaptasi berbalikan (resiprokal);
perubahan pada satu spesies yang berperan sebagai komponen seleksi untuk
spesies lain, dan adaptasi perlawanan dari spesies kedua yang timbul sebagai
respon dari pengaruh seleksi yang ditimbulkan oleh spesies pertama.
Koevolusi secara intensif dipelajari dalam hubungan predator-prey dan

5
6

simbiosis yang merupakan hubungan antarpopulasi makhluk hidup dalam


komunitas.
Prinsip ko-evolusi sendiri adalah mahluk hidup akan semaksimal
mugkin mengeksploitasi lingkungan kehidupannya. Syarat terjadinya
koevolusi adalah adanya pola-pola hubungan antara spesies satu dengan
spesies yang lain dalam komunitas.. Hubungan antara spesies ini akan
memunculkan tipe-tipe adaptasi yang merupakan tanda terjadinya koevolusi.
Suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak
spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak
spesies lainnya pula. Spesies merupakan bagian dari populasi yang peka
terhadap perubahan ekologis, perubahan genetic yang kecil pada populasi
yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapatkan
memberikan kesempatan yang lebih besar agar karakteristik ini diwariskan
kepada generasi selanjutnya.
D. Struggle for Existence
Dalam bukunya yaitu The Origin of Species, Darwin berpendapat
menggunakan istilah Struggle for Existence (Perjuangan untuk Keberadaan)
dalam arti yang luas dan metaforis, termasuk ketergantungan satu makhluk
hidup pada makhluk hidup lainnya dan termasuk (yang lebih penting) tidak
hanya kehidupan individu, tetapi juga keberhasilan dalam meninggalkan
keturunan. Perjuangan untuk eksistensi pasti mengikuti dari tingginya tingkat
dimana semua makhluk hidup cenderung meningkat.
Di alam terdapat perbedaan jumah telur atau biji yang dihasilkan suatu
individu dengan individu lainnya dan organisme yang menghasilkan sangat
sedikit telur atau biji hanyalah organisme yang berkembang biak lambat yang
akan membutuhkan beberapa tahun lebih lama untuk bisa mendiami seluruh
daerah dengan kondisi yang menguntungkan, misalnya seekor lalat
menghasilkan ratusan telur dan jenis lainnya seperti Hippobosca hanya
bertelur satu saja. Namun  perbedaan ini tidak menentukan berapa banyak
individu dari dua spesies didukung di suatu daerah.

6
7

Darwin mengklaim perjuangan untuk keberadaan yang berkelanjutan


di alam, dimana hanya yang terkuatlah yang akan bertahan. Teori ini sebagian
besar dari pembacaannya atas Thomas Malthus’s Essay on the Principle of
Population. Malthus dan para pengikutnya percaya bahwa bumi tidak akan
pernah bisa menampung jumlah manusia dan makhluk lain yang dilahirkan.
Bagi Darwin, perjuangan untuk bertahan hidup yang tak terhindarkan adalah
kunci evolusi melalui seleksi alam. Setiap tumbuhan dan hewan yang
kebetulan berbeda dalam cara yang menguntungkan akan lebih mungkin untuk
menang atas pesaing mereka. Hanya yang selamat akan menghasilkan
keturunan, yang mungkin akan melakukan diversifikasi dan berkembang lebih
jauh, untuk mengisi ceruk ekologi yang tersedia. Spesies baru secara bertahap
muncul, sementara banyak spesies tua punah.
Apa yang disebut Darwin sebagai ‘Perang Alam’ memiliki banyak
bentuk. Predator terus menerus mengawasi mangsa. Tetapi hewan juga harus
bersaing dengan jenisnya sendiri untuk mendapatkan makanan dan wilayah
atau (dalam kasus jantan) untuk memiliki betina. Selain itu, mereka harus
menghadapi kondisi kehidupan itu sendiri, misalnya cuaca yang sangat dingin
atau medan yang suram.
Dalam melihat alam sangatlah penting untuk selalu ingat bahwa setiap
makhluk hidup dikatakan berusaha secara maksimal untuk meningkatkan
jumlahnya, bahwa setiap kehidupan diperoleh melalui perjuangan pada masa
tertentu kehidupannya, bahwa kerusakan besar pasti akan menimpa tidak tahu
di masa muda maupun masa tua, ada setiap generasi dan interval yang terus
berulang. Jumlah makanan untuk setiap spesies tentu saja memberikan batas
ekstrim bagi masing-masing spesies untuk dapat bertambah banyak
(bereproduksi), akan tetapi bukan perolehan makanan namun karena mereka
menjadi mangsa hewan lain yang menentukan jumlah rata-rata spesies.
Iklim juga memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah
rata-rata spesies dan musim dingin atau kekeringan berkala ekstrim. Darwin
menyadari bahwa musim dingin pada tahun 1854 – 1855 telah menghancurkan
empat perlima jumlah burung-burung di tanah Darwin. Sekilas tampaknya

7
8

kerja iklim tidak berpengaruh dalam perjuangan hidup, tapi sejauh ini iklim
berpengaruh dalam mengurangi makanan, maka iklim dapat mengakibatkan
terjadinya pertarungan. Bisa terjadi antar individu, baik dari spesies yang sama
atau spesies yang berbeda. Jika kita melakukan perjalanan dari selatan ke utara
atau dari daerah basah ke daerah kering, kita selalu melihat beberapa spesies
secara bertahap semakin jarang lalu menghilang, dan perubahan iklim yang
sangat mencolok cenderung dikaitkan dengan kenyataan sebagai pengaruh
dari iklim. Namun pandangan ini salah, bahwa setiap spesies meskipun yang
paling banyak jumlahnya akan terus mengalami kerusakan besar pada
beberapa periode kehidupan akibat dari adanya perang alam. Jika pesaing
mendapatkan keuntungan sedikit saja dari perubahan iklim, maka mereka akan
bertambah jumlahnya dan karena setiap daerah sudah dipenuhi oleh
populasinya dan spesies lain akan berkurang.
Perjuangan dalam bertahan hidup harus berlangsung terus dengan
berbagai tingkat keberhasilan, namun dalam jangka waktu panjang kekuatan-
kekuatan itu akan menjadi seimbang dengan baik sehingga wajah alam tetap
selaras untuk jangka waktu yang lama, meskipun pasti ada hal-hal kecil sering
memberikan kemenangan pada salah satu makhluk hidup atas yang lain.
Ketergantungan suatu makhluk hidup dengan makhluk hidup lain, seperti
parasit dan mangsanya, umumnya terletak diantara makhluk-makhluk hidup
yang terpisah dalam keseimbangan alam. Hal ini sama dengan kasus-kasus
hewan yang secara tepat dapat diikatan bertarung satu sama lain untuk
bertahan hidup. Tapi perjuangan hidup paling keras hampir selalu terjadi
diantara individu-individu antar spesies, karena mereka membutuhkan
makanan yang sama dan menghadapi bahaya yang sama. Meskipun tidak
selalu berlaku, beberapa kesamaan dalam kebiasaan dan susunan perjuangan
umumnya lebih keras diantara spesies-spesies dari genus yang sama, ketika
mereka bersaing satu sama lain dibandingkan antara spesies-spesies dari genus
yang berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa struktur setiap makhluk hidup berhubungan
dengan struktur makhluk hidup yang lainnya itu sangat penting dan bahkan

8
9

sangat tersembunyi dengan itu maka muncul persaingan demi makanan atau
tempat tinggal, ada yang harus melarikan diri dan ada pula yang memangsa.
E. Seleksi Alam
Seleksi alam merupakan proses yang menghasilkan adaptasi suatu
organisme terhadap lingkungannya dengan cara mereproduksi perubahan
genotipe secara selektif atau konstitusi genetik. Alam melakukan seleksi untuk
kebaikan makhluk hidup yang diasuhnya. Setiap karakter terseleksi
sepenuhnya dilakukan oleh alam dan makhluk itu ditempatkan di bawah
kehidupan kondisi yang cocok. Bisa dikatakan juga bahwa seleksi alam adalah
meneliti setiap variasi sekecil apapun di seluruh dunia setiap hari dan setiap
jam, menolak apa yang buruk, melestarikan dan menambahkan semua yang
baik, bekerja diam-diam dan tanpa kita sadari kapanpun dan dimanapun
menawarkan kesempatan demi peningkatan setiap makhluk hidup dalam
kondisi kehidupan organik dan anorganik.
Ketika kita melihat warna hijau serangga pemakan daun hijau dan
warna abu-abu bintik-bintik pada serangga pemakan kulit kayu, warna putih
burung ptarmigan di pegunungan Alpen pada musim dingin, hal ini
menunjukkan bahwa bayangan warna ini membantu burung-burung dan
serangga untuk melindungi diri mereka dari bahaya. Burung Grouse, jika tidak
punah dalam beberapa kehidupan mereka, mereka akan terus meningkat.
Seleksi alam akan menyesuaikan struktur setiap individu untuk
kepentingan seluruh kelompoknya, apa yang tidak bisa dilakukan seleksi alam
adalah mengubah struktur dari suatu spesies tanpa memberikannya
keuntungan apapun.
1) Seleksi jenis kelamin
Karena keanehan selalu muncul di bawah domestikasi dalam satu
jenis kelamin dan secara turun temurun melekat pada jenis kelamin
tersebut, fakta yang sama mungkin terjadi di alam dan jika demikian
seleksi alam akan dapat memodifikasi satu jenis kelamin dalam fungsinya.
Hal ini tidak tergantung pada perjuangan untuk hidup tetapi tergantung
pada perjuangan diantara jenis kelamin jantan dalam usaha untuk memiliki

9
10

betina, hasilnya bukan berarti kematian bagi pesaing yang kalah, tetapi
hanya sedikit atau tidak ada keturunan. Oleh karena itu seleksi jenis
kelamin tidak seketat seleksi alam. Umumnya pejantan yang paling kuat
yang paling cocok dengan tempatnya di alam yang akan meninggalkan
sebagian besar keturunan. Seperti contohnya merak jantan yang menarik
perhatian semua merak betina, jika si jantan dalam waktu singkat dapat
memberikan keindahan dan penampilan yang elegan sesuai standar
keindahannya, maka tidak diragukan bahwa selama ribuan generasi,
burung betina memilih burung jantan yang paling merdu atau paling
menarik keindahannya sesuai standar keindahan mereka. Dan akan bisa
menghasilkan efek yang nyata, Darwin menduga bahwa beberapa hukum
yang sudah dikenal sehubungan bulu jantan dan betina, dibandingkan bulu
burung yang masih muda. Dapat dijelaskan terutama pada bulu-bulu yang
telah dimodifikasi oleh seleksi jenis kelamin, yang berlaku ketika burung
telah memasuki usia kawin atau selama musim kawin, jadi modifikasi
yang dihasilkan akan diwariskan di usia atau musim yang sesuai, baik
yang jantan saja, maupun betina. Namun, Darwin belum bisa menjelaskan
hal tersebut lebih jauh.
2) Ilustrasi Kerja Seleksi Alam menurut Pendapat Darwin
Dalam rangka membuat jelas bagaimana cara kerja seleksi alam,
Darwin menjelaskannya dengan memberikan kasus imajiner. Mari kita
mengambil kasus seekor serigala yang memangsa berbagai jenis hewan,
mendapatkan mangsanya sebagian dengan keterampilanya, sebagian
dengan kekuatannya dan sebagian dengan kecepatannya. Dan mari anggap
bahwa mangsa yang paling cepat adalah rusa, yang bertambah banyak
jumlahnya di suatu negara karena  perubahan yang terjadi.  Perubahan
yang terjadi atau mangsa rusa atau mangsa lain yang mengalami ini, akan
mengalami penurunan jumlah selama musim tahun itu. Ketika serigala
kelaparan dan menderita, dalam kondisi seperti itu tidak diragukan lagi
bahwa serigala yang tercepat dan teramping akan memiliki kesempatan
terbaik untuk bertahan hidup, sehingga akan terlindung atau terpilih.

10
11

Asalkan serigala tersebut selalu memertahankan kekuatan untuk


menguasai mangsanya pada kurun waktu ini atau tahun lain. Ketika
mereka mungkin terpaksa mencari atau memangsa hewan jenis lain.
Beberapa serigala muda mungkin akan mewariskan kebiasaan dan struktur
yang sama dan dengan pengulangan proses ini, varietas baru dapat
dibentuk yang akan menggantikan atau hidup berdampingan dengan induk
serigala. Ada serigala yang menghuni daerah pegunungan dan ada yang
mengunjungi dataran rendah akan secara alami dipaksa untuk berburu
mangsa yang  berbeda. Dan dari pelestarian berkelanjutan ini individu
yang paling  beradaptasi untuk dua lokasi, maka dua varietas perlahan-
lahan terbentuk serta lahan-lahan terbentuk. Menurut Pierce ada dua jenis
serigala yang menghuni Castkill Mountains di Amerika Serikat, salah nya
adalah serigala yang menyerupai anjing pemburu yang ramping dan seekor
pemakan rusa. Sedangkan jenis lain adalah serigala yang lebih  besar
dengan kaki lebih pendek dan lebih sering menyerang ternak  pengembala.
Meskipun alam memberikan periode yang lama untuk
berlangsungnya seleksi alam, alam tidak menjamin waktunya tidak
terbatas. Dapat dikatakan, karena semua makhluk hidup berjuang untuk
mendapatkan tempat didalam ekonomi alam. Maka jika salah satu spesies
tidak dimodifikasi dan bertambah  baik dalam tingkat yang sesuai dengan
pesaingnya spesies itu akan punah.
Darwin mengatakan bahwa semakin besar suatu daerah maka
tingkat persaingannya semakin ketat dan spesies yang terdapat didaerah
sudah termodifikasi dengan baik. Berbanding terbalik dengan daerah yang
sempit, menurut Oswald Heer, untuk sebuah di Madaeira menyerupai flora
tersier yang sudah  punah di Eropa. Semua lembah air tawar akan
membentuk daerah yang lebih kecil dibandingkan lautan atau daratan dan
akibatnya persaingan antara  produksi air tawar akan lebih ringan
resikonya daripada di tempat di tempat lain. Bentuk- lain akan dihasilkan
lebih lambat dan bentuk-bentuk lama akan punah perlahan-lahan. Dalam
danau air tawar dapat kita temukan tujuh genus ikan ganoid, sisa satu ordo

11
12

yang pernah sangat banyak jumlahnya dan di air tawar kita menemukan
yang paling ganjil bentuknya dari yang sekarang terkenal di dunia. Seperti
Omithorhynchus dan Lepidosiren yang seperti fosil. Berhubungan dengan
ordo-ordo sampai batas teretentu sekarang telah dipisahkan sesuai ukuran
alam. Mereka hidup di area ini, diarea terbatas serta area yang mengalami
persaingan yang tidak terlalu keras. Dalam berbagai pertimbangan, Darwin
berpendapat pada waktu spesies baru terbentuk dalam perjalanan waktu
melalui seleksi alam, maka spesies-spesies lama akan menjadi langka dan
jarang dan akhirnya punah. Bentuk-bentuk yang paling ketat bersaing dan
paling dekat dengan spesies yang telah menjalani modifikasi dan
perbaikan, secara alami akan paling menderita. Dan kita telah melihat
dalam bab perjuangan hidup bahwa bentuk yang paling dekat atau
serumpun, yaitu varietas-varietas dari spesies yang sama dan spesies dari
genus yang sama atau dari genus-genus yang berikatan. Biasanya akan
mengalami persaingan yang paling berat antara satu sama lain karena
memiliki stuktur, bentuk dan kebiasaan yang hampir sama. Akibatnya
masing-masing vareitas atau sepesies baru selama proses pembentukannya,
umumnya akan melakukan tekanan yang keras pada kerabat terdekatnya,
dan cenderung memusnahkan mereka Kita sudah melihat bagaimana
seleksi alam dapat mengakibatkan sebagian  besar kepunahan yang telah
terjadi dalam sejarah dunia. Dan ilmu geologi juga dengan jelas
mengatakannya. Seleksi alam juga mengakibatkan perbedaan karakter,
karena semakin banyak makhluk hiduplainnya yang dapat didukung di
area yang sama, maka akan semakin mereka menyimpang dalam struktur,
kebiasaan dan susunanya. Oleh karena itu selama modifikasi keturunan
salah satu spesies dan selama perjuangan yang terus-menerus dari semua
spesies untuk memperbanyak jumlahnya, maka semakin beragam dan
semakin membaik keturunanya. Sehingga semakin baik juga kesempatan
mereka untuk berhasil dalam perjuangan untuk hidup.
3) Bukti-Bukti Seleksi Alam
a. Penemuan Mimikri

12
13

Penjelajah daerah tropis Henry Walter Bates (1862) di


Amazonia mengamati bahwa beberapa spesies kupu-kupu yang bisa
dimakan (tidak beracun) punya pola dan pewarnaan yang sama dengan
spesies-spesies  beracun atau tidak enak dimakan yang ada di lokasi
sama dan bahwa bila spesies beracun bervariasi secara geografis, maka
penirunya akan meniru variasi geografis tersebut. Fenomena tersebut
dikenal sebagai Mimikri Batesian. Beberapa tahun kemudian, Fritz
Muller (1864) menemukan bahwa spesies-spesies beracun juga saling
meniru sehingga burung pemakan serangga hanya perlu mengingat
satu model untuk dihindari, sehingga tiga atau empat atau bahkan
selusin spesies beracun terlindung. Keadaan itu amat mengurangi
jumlah kematian akibat pemangsa pada spesies-spesies  beracun yang
saling karena burung-burung muda hanya perlu mempelajari satu pola
untuk seluruh kelompok yang menggunakan pola tersebut yaitu
Mimikri Mullerian. Kekebalan terhadap obat-obatan pada kuman dan
kekebalan terhadap pestisida pada hama pertanian yang akhirnya
memaksa semua orang mengakui pentingnya seleksi alam. Belakangan
ini, berbagai kasus seleksi alam telah ditemukan oleh para pekerja
medis dan kesehatan masyarakat. Contohnya adalah hubungan antara
gen anemia sel sabit dan resistensi terhadap malaria di Afrika. Proses
penghitaman akibat industri (mekanisme industrial) di mana ngengat
dan organisme lain beradaptasi terhadap habitat yang berpolusi dengan
mengubah warna tubuh adalah suatu fenomena dimana terjadinya
seleksi alam terbukti dengan baik secara eksperimental.
b. Seleksi Spesies
Biota Amerika Utara dan Amerika Selatan yang bertemu dan
bersaing setelah terbentuknya tanah genting Panama pada saat Kala
Pilosen, maka terjadi banyak kepunahan, sebagian disebabkan
persaingan antara spesies pendatang dan pribumi. Dan ada pula
kepunahan spesies tumbuhan dan hewan Selandia Baru setelah
masuknya spesies Eropa.

13
14

c. Bukti Seleksi Klade


Peristiwa kepunahan Alvarez pada akhir Zaman Kapur, klade
dinosaurus  punah tapi klade burung dan mamalia tidak. Selama tiap
kepunahan massal, takson tinggi tertentu melewatinya secara lebih
baik daripada yang lain. Dan ada pula kepunahan klade yang terjadi
bukan karena peristiwa kepunahan massal, contohnya adalah
kepunahan Trilobita.
d. Bukti Seleksi Alam
Adanya perkembangan resistensi antibiotik ada
mikroorganisme. Sejak  penemuan penisilin tahun 1928 oleh
Alexander Fleming, antibiotik telah digunakan untuk memerangi
penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Populasi alami bakteri
mengandung, diantara begitu banyak anggota individu, banyak sekali
variasi materi genetik, terutama sebagai hasil mutasi. Ketika terpapar
antibiotik, kebanyakan bakteri cepat mati, namun  beberapa
diantaranya memiliki mutasi yang menyebabkan mereka kurang  peka.
Bila paparan antibiotic hanya sebentar, maka individu bakteri mungkin
akan survive atau berjuang dengan perlakuan seperti ini. Eliminasi
selektif individu yang maladatif dari populasi ini adalah seleksi alam.
Bakteri yang tetap hidup ini lalu akan bereproduksi lagi, menghasilkan
generasi selanjutnya. Karena individu bakteri yang maladatif pada
generasi sebelumnya sudah dieliminasi maka populasi bakteri ini akan
lebih banyak yang resistensi terhadap antibiotik. Pada waktu yang
sama, terjadi mutasi  baru yang memberi variasi gen baru pada variasi
gen yang sudah ada. Mutasi spontan sangat jarang dan mutasi yang
menguntungkan bahkan lebih jarang lagi. Namun populasi bakteri
cukup besar sehingga selalu ada individu yang  bermutasi
menguntungkan. Bila mutasi ini berkurang kepekaannya terhadap
antibiotik maka tentu saja akan lebih banyak individu bakteri yang
lolos dari gempuran atau serangan antibiotik dibandingkan dengan
generasi sebelumnya. Dan cukup waktu dan paparan yang berulang

14
15

terhadap antibiotik, akan muncul populasi bakteri kebal antibiotik. Di


saat yang sama, populasi ini tidak lagi beradaptasi optimal dengan
lingkungan bebas antibiotic yang lama. Hasil akhir seleksi alam adalah
dua populasi yang beradaptasi optimal dengan lingkungan spesifiknya
namun tidak optimal pada lingkungan yang lain. Penggunaan antibiotik
yang meluas menyebabkan  peningkatan resistensi bakteri terhadap
antibiotik dalam penggunaan klinis. Methicillin-resistant
Staphylococcus aurens (MRSA) dianggap sebagai “superbug” karena
mengancam kesehatann dan relatif tidak peka terhadap obat yang ada.
Strategi responsnya adalah penggunakan antibiotic lain yang lebih
kuat, Namun belakangan ini muncul lagi strain baru MRSA yang
resisten terhadap obat ini. Ini adalah kontrol dari apa yang dikenal
sebagai perlombaan senjata evolusi, di mana bakteri terus
mengembangkan strain yang kurang peka terhadap antibiotik,
sementara ilmuwan medis antibiotic terus mengembangkan antibiotik
baru yang dapat membunuhnya. Situasi yang serupa terjadi dengan
resistensi terhadap pestisida pada tanaman dan serangga. Perlombaan
senjata ini tidak harus selalu dilakukan manusia. Contohnya adalah gen
pada kupu-kupu Hypolimnas bolina yang menekan aktivitas
membunuh jantan oleh bakteri parasite Wolbachia di pulau Samoa,
dimana penyebaran gen ini terjadi terjadi hanya dalam waktu lima
tahun.
F. Pembentukan Spesies Baru (Spesiasi)
1) Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang
berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara
natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi,
keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit
demi sedikit, secara gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih
ditekankan pada perubahan yang terjadi pada populasi jenis tertentu.
Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran

15
16

kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung


meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan.
Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih
cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan
suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi.
(Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat
diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan
perubahan genetika (Campbell, 2003). Spesiasi adalah pembentukan
spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya dalam kerangka
evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula berlangsung lama
hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas kumpulan individu
sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama. Karena
suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan
adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang
lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang
menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan
yang menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi)
dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan
perubahan genetika.
2) Syarat Terjadinya Spesiasi
a. Adanya perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi.
Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan
massal di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau
akibat pergesaran benua, dan proses-proses lainnya menyebabkan
perubahan global yang menyebabkan timbulnya kepunahan massal di
muka bumi. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung
kosong yang dalam waktu lama relung-relung tersebut baru terisi.
Apabila tidak ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu
spesies untuk mengalami proses spesiasi.
b. Adanya relung (niche) yang kosong

16
17

Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu organisme. Suatu


spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya
hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan massal
akan menimbulkan relung-relung kosong yang akan menyebabkan
relung-relung baru terisi kembali dalam jangka waktu yang panjang.
Apabila relung tersebut kosong (tidak ada organisme yang
menempatinya), maka akan ada banyak organisme yang berusaha
menempati relung tersebut.
c. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme.
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba mengisi relung
yang kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung ditentukan
oleh seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan
dengan persyaratan relung yang kosong.
3) Mekanisme Spesiasi
a. Proses spesiasi Simpatrik
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru
muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik
berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis.
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.
Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi,
kecuali pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang
terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik
dengan autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose
(Oenothera lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid
dengan 14 kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang
tidak biasanya diantara tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28
kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin
dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian
dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi
adalah alopoliploid yaitu kontribusi dua spesies yang berbeda

17
18

terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina


anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina
maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada
hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah
(distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau
lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu
merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada
serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan
spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi
dengan baik. Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang
mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak
fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B
yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong
serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut
dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan
Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat
mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari
serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat
dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan
makan, mating/kawin.
b. Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang terdapat dalam
area geografi yang berbeda dibandingkan dengan area geografi suatu
spesies yang paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi
tiga, yaitu spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang
berjauhan atau berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya), spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah yang
bersebelahan dengan daerah dari suatu spesies yang paling dekat
hubungan kekerabatannya), spesiasi peripatri (spesiasi yang terjadi di

18
19

daerah pinggir dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya).
1. Spesiasi Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi
variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara geografis
dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara
spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat
terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi
mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka
bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak
terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme
isolasi yang terjadi secara gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar
menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan
yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau
suatu spesies adalah homogen di atas rentang kontinen yang
berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Contoh
spesiasi alopatrik adalah pembentukan spesies burung finch di
Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut
Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch
berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand
Canyon. Di mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris
(Ammospermophillus harris). Beberapa mil dari daerah itu pada
sisi tebing utara hidup tupai antelope berekor putih harris
(Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih
kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di
bawah ekornya.Ternyata di situ semua burung-burung dan

19
20

organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai


ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
2. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena
adanya variasi frekuensi kawin dalam suatu populasi yang
menempati wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk
tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies
baru terbentuk dari populasi yang berdekatan. Suatu populasi
yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha untuk
beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya,
dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain
yang masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area
yang baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan
terakumulasi dan dua populasi akan berubah menjadi
teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian
mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda),
maka perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan
demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara
geografis letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
3. Spesiasi peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir
dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya. Suatu organisme memiliki kisaran toleransi
tertentu, akibatnya jenis tersebut akan menempati daerah tertentu.
Semakin jauh dari pusat penyebarannya, maka lingkungannya pun
makin berbeda. Dengan demikian spesies yang menempati daerah
tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang menempati
pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi tersebut dengan
populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.
Perbedaan model spesiasi allotropik, paratrik, dan simpatrik
Model Spesiasi Model Spesiasi Model Spesiasi

20
21

Allotropik Paratrik Simpatrik


Pembentukan jenis baru yang Pada spesiasi ini isolasi Terbentuknya jenis baru
terjadi melalui pemisahan reproduksi berkembang dalam yang terjadi karena
populasi-populasi yang beberapa gen flow diantara tinggal/terdapat pada daerah
diturunkan dari nenek populasi-populasi. Pada populasi yang sama. Dalam hal ini
moyang bersama dalam tersebut terdapat suatu alela yang perbedaan-perbedaan yang
geografis yang berbeda. berdampak pada terjadinya isolasi dimiliki seringkali
Kebanyakan spesies timbul reproduktif pada populasi ditonjolkan sehingga dapat
dikarenakan spesiasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dibedakan dengan mudah
allopatrik ini. dalam populasi tersebut tidak
dapat melakukan perkawinan
(pertukaran gen)
Model spesiasi alopatrik Model spesiasi parapatrik adanya Model Spesiasi simpatrik
dapat dibuktikan melalui isolasi reproduktif meliputi gradual dan
studi variasi geografi spontan

Contoh dari spesies yang Contoh: munculnya spesies baru Contoh:


mengalami spesiasi tupai tanah terjadi karena 2 burung kicau
allopatrik adalah burung- munculnya pul gen baru akibat (Nuthatches) yang memiliki
burung finche spesiasi alopatrik perbedaan yang sangat kuat
s di kepulauan Galapagos dalam hal morfologi
sehingga mereka dapat
dibedakan dengan mudah

G. Penyebaran Makhluk Hidup Berdasarkan Garis Wallace-Weber


Pada dinding disebuah gang dikota Ternate ada goresan graffiti
bertuliskan “A.R. Wallace – ilmuan Ternate kelahiran Inggris”. Begitu
tingginya rasa memiliki masyarakat setempat terhadap Wallace sehingga
mengakuinya sebagai ilmuan warga Ternate. Namun, sejauh mana keakraban
orang Indonesia kepada Wallace, mengingat buku bacaan dan publikasi
menyangkut kisah perjalanan kehidupan keilmuan Wallace sangat terbatas?.
Alferd Rusel Wallace (1823-1913), naturalis inggris menjelajahi kepulauan
Indonesia – umumnya dengan berjalan kaki dan berperahu selama 8 tahun
(1854 – 1862) berturut-turut dari semenannjung Malaka dan Singapura
(1854); Kalimantan utara (1855 -1856); Bali , Lombok dan Sulawesi (1856);
kepulauan kei dan kepulauan Aru, Sulawesi, Banda (1857); Ternate dan
Jailolo (Halmahera) (1859); Seram, Gorong, Ternate, Matabela, Waigeo
(1860); Makasar, Timor, Seram, Banda, Jawa, Sumatra (1861); Singapura

21
22

sebelum kembali ke London (1862). Salah satu buku bacaan yang memuat
informasi hasil penjelajahan Wallace dikepulauan Indonesia adalah “The
Malay Archipelago” , terbit pada tahun 1869. Inilah satu-satunya buku karya
Wallace yang diterbitkan di Indonesia, yang diterjemahkan menjadi
“Menjelajah Nusantara” (2000) dan “kepulauan Nusantara” (2009) oleh
penerbit yang berbeda. Setidaknya ada dua hal yang paling menonjol yang
mengingatkan Dunia akan kejeniusan Wallace, yaitu gagasan tentang teori
evolusi berdasarkan seleksi alam, dan temuan garis hipotetik yang
memisahkan kumpulan fauna di bagian barat Kepulauan Indonesia dengan
yang dibagian timurnya.
Garis Wallace hingga Garis Weber
Teori evolusi yang diusulkan weber sudah sering kali diperbincangkan
bahkan sampai kepada kronologi cerita dibalik temuan itu. Teori evolusi
berdasarkan seleksi alam memberi pesan : individu yang sehat, kuat dan
cerdik dalam beradaptasi dengan alamlah yang sukses mempertahankan hidup
(the fittest would survive). Ketika ia menetap di Ternate (1858), gagasan
kunci Wallace mengenai teori evolusi ini ditulisnya dan diposkan kepada
Charles Darwin (1809 – 1882) berupa esai yang kemudian dikenal dengan
“surat dari Ternate”.
Ide Wallace ini bersamaan dengan persoalan evolusi yang juga
dipikirkan Darwin. Maka, esai Wallace menjadi ilham bagi Darwin dan pada
tahun 1859 Darwin meuangkan perihal teori evolusi kedalam bukunya “On
the origin of species”(asal-usul spesies). Ketika Darwin mendapat
kehormatan atas karyanya dalam teori evolusi, Wallace masih berada dihutan-
hutan di kepulauan Indonesia, dan sampai beberapa puluh tahun berikutnya
nama Wallace berada dibawah bayang-bayang popularitas Darwin.
Kepulauan Indonesia dan garis Wallace membagi flora dan fauna Indonesia
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dikanan/sebelah timur yang memiliki
hubungan dengan Australia dan kelompok dikiri atau sebelah barat Garis
Wallace yang memiliki hubungan dengan Asia. Weber dan Lydekker
kemudian membagi lagi terutama flora dan fauna diwilayah antara Sulawesi

22
23

dan Papua masing-masing dengan garis Weber dan Garis Lydekker. Sumber :
Museum Geologi.
Pengamatan mata rantai asal-usul spesies dan hewan endemic yang
ditemuinya juga tidak lepas dari gagasannya mengelompokan fauna Indonesia
dengan garis demarkasi yang tegas. Garis hipotetik yang diciptakan Wallace
tahun 1859 memotong kepulauan Indonesia dari utara ke selatan diantara
pulau Kalimantan dan Sulawesi dan diantara pulau bali dan Lombok,
kemudian dikenal dengan garis Wallace. Sub judul buku The Malay
Archipelago yang berbunyi ‘the land of the orang-utan, and the bird of
paradise’ memberi aba-aba kepada pembacanya tentang gambaran
keanekaragaman hayati yang luar biasa mengisi setiap sudut kepulauan
Indonesia. Keunikan dan sebaran keanekaragaman hayati yang diamati
Wallace di kepulauan Indonesia menjadi cirikhas biogeografi Indonesia.
Wallace menemukan orang utan hanya di Indonesia bagian barat, sebaliknya
mendapati burung cendrawasih (the bird of paradise) hanya di Indonesia
bagian timur. Tidak ada di tempat manapun di dunia ini yang
keanekaragaman hayatinya memiliki kekontrasan biogeografi dalam jarak
yang sangat sempit, kecuali di kepulauan Indonesia. Karena Wallace lebih
banyak melakukan pengamatan binatang daripada tumbuhan., biogeografi
Indonesia yang digambarkannya lebih menonjolkan keanekaragaman
binatang atau zoogeografi. Gajah, tapir, kera, beruang madu, benteng,
harimau, badak, bekantan, orangutan adalah contoh binatang yang diketahui
menghuni dipulau Jawa, Pulau Sumatra dan Kalimantan dan dengan
semenanjung Malaka. Seperti dijelaskan Wallace,” setelah kita memeriksa
zoology negeri-negeri ini, kita menemukan bukti bahwa pulau-pulau yang
besar ini pada suatu masa merupakan bagian dari Benua Asia dan mungkin
terpisah pada masa yang belum lama berlalu (at very recent geological
epoch).” Sebaliknya, spesies mamalia dan burung yang hidup dibelahan timur
Indonesia (Papua, kepulauan Aru, Misool, dan Waigeo) memiliki jenis serupa
seperti yang di Australia, misalnya: walabi, kanguru pohon, emu, platypus,
wombat, kasuari, dan cendrawasih. “ adanya perbedaan yang mendasar

23
24

dikepualaun Indonesia sehingga saya berkesimpulan bahwa bila sebuah garis


ditarik diantara pulau-pulau, maka kepulauan itu akan terbagi dua, setengah
bagian termasuk Asia dan setengah lagi termasuk Australia. Bagian pertama
disebut Indo-Melayu dan bagian kedua disebut Austro-Melayu,” tulis Wallace
dalam buku Menjelajah Nusantara. Pulau Bali yang hanya berjarak 35 km
dari Pulau Lombok digolongkan sebagai kawasan zoogeografi Asia (Indo-
Melayu) karena beberapa spesies burung di Bali tidak dijumpai di Lombok
dan sebaliknya.
Sampai disini urusan penggolongan dua kawasan zoogeografi selesai.
Namun, Max Carl Wilhelm Webber (1852 – 1937) ahli zoology Jerman
belum bersepakat atas garis demarkasi yang diusulkan Wallace. Webber,
berdasarkan hasil ekspedisi Siboga (1899 – 1990) berteori bahwa garis
pemisah zoogeografi itu bukan melintasi selat Makassar dan Selat Lombok
melainkan lebih ke timur antara Sulawesi dan Maluku dan antara pulau Timor
dan Australia. Ke arah barat garis itu ia menghitung ada lebih dari 50%
hewan yang mirip dengan hewan Asia, dan disebelah timur garis memiliki
lebih dari 50% hewan Australia. Garis itu dikenal sebagai garis Webber.
Sebelumnya pada tahun 1895 Richhard Lydekker (1849 – 1915)
mengusulkan garis pemisah itu lebih ke timur lagi, antara pulau Halmahera –
pulau seram dengan pulau Misool dan Papua ; antara kepulauan Tanimbar –
kepulauan Kai dengan kepulauan Aru, yang dikenal sebagai garis Lydekker.
Bukti lain dari Sundaland para ahli biogeografi masa kini memikirkan
tentang kawasan diantara garis Wallace dan Garis Webber atau garis
Lydekker sebagai zona peralihan yang meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara dan
Maluku. Padamasanya, dikawasan peralihan itu Wallace menemukan burung
maleo, anoa, babirusa di pulau Sulawesi dan komodo dragon di pulau
Komodo. Kawasan transisi ini dikenal juga sebagai Wallacea. Dibandingkan
dengan bentangan wilayahnya yang seluas 347.000 km2, wallacea menjadi
rumah bagi spesies endemic paling tinggi di dunia, sebanyak 1.500 dari
10.000 jenis tumbuhan dan 525 dari 1142 jenis binatang dikawasan Wallacea

24
25

adalah spesies endemik yaitu jenis mahluk hidup yang berkembang hanya
disuatu kawasan sempit tertentu.
Apa yang Wallace ‘ramalkan’ tentang menyatunya pulau-pulau Jawa,
Sumatra, dan Kalimantan dengan semenanjung Malaka dimasa lampau
berdasarkan temuan sebaran hewan-hewan disana, daratan yang bersatu itu
kini disebut sebagai Sundaland menjadi kebenaran ilmu pengetahuan sampai
di era modern ini. Para ahli kebumian masa kini percaya bahwa zaman es-
sebagian besar muka Bumi ditutupi es – yang terakhir pernah terjadi pada
zaman Pleistosen akhir sampai kira-kira 18.000 tahun yang lalu (voris, 2000).
Ketika itu selain muka air laut diantara pulau-pulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan, dan semenanjung.
Malaka menyusut, lapisan es menutupi seluruh kawasan Sundaland.
Lapisan es menjadi jembatan bagi hewan-hewan saling bermigrasi ke antara
pulau-pulau itu. Hal serupa terjadi antara benua Australia dengan pulau Papua
dan pulau-pulau kecil didekatnya yang disebut dengan paparan sahul. Peta-
peta yang menggambarkan paleogeografi zaman pleistosen memperlihatkan
daratan sunda atau sundaland (menyatunya pulau-pulau jawa, Sumatra, dan
Kalimantan dengan daratan Asia) dan daratan sahul atau sahulland (pulau
Papua dan pulau – pulau disekitarnya menyau dengan benua Australia). Salah
satu bukti modern adalah ditemukannya 6 spesies baru lalat sungai
(Drosophila) yang penyebarannya hanya dijumpai dihutan-hutan di Jawa,
Sumatra, Kalimantan, dan Bali (Suwito and Watabe, 2010). Bagaimana lalat
sungai yang berukuran 3 mm itu bisa menyebrangi laut diantara pulau-pulau
Jawa, Sumatra, dan Kalimantan bila tidak ada ‘jembatan’ dan makanan
diantara pulau-pulau itu. Indonesia memang negara kepulauan yang kaya
raya, gemah ripah loh jinawi. Tetapi ketika diminta menyebutkan dibidang
apa dan dibagian mana Indonesia kaya raya, kita tidak mudah begitu saja
menyebutnya. Keanekaragaman hayati dengan keunikan biogeografi yang
diberi oleh Wallace adalah kekayaan alam Indonesia yang harus diketahui
orang Indonesia. Dalam buku The world of life (1911, tidak terbit di
Indonesia) Wallace menulis, bahkan seperti meramalkan : “pertimbangan-

25
26

pertimbangan ini seharusnya membawa kita untuk melihat pada semua karya
alam, yang hidup atau mati, diinvestasikan dengan kesakralan tertentu, untuk
digunakan oleh kita tetapi tidak disalahgunakan, dan untuk tidak pernah
secara sembrono dihancurkan atau diruksak. Mencemari suatu sumber air
atau sungai, memusnahkan seekor burung atau binatang, seharusnya diangap
sebagai pelanggaran moral dan kejahatan sosial (Munasri).
Cara-cara penyebaran Sir C. Lyell dan penulis-penulis lain telah
membahas masalah ini dengan baik. Perubahan iklim tentu telah berdampak
kuat pada migrasi ketika keaddan iklimnya berbeda, suatu wilayah mungkin
pernah menjadi lintasan yang ramai dalam migrasi, tetapi sekarang tidak
dapat dilalui. Perubahan permukaan tanah juga sangat berpengaruh, suatu
tanah genting yang sempit sekarang memisahkan dua fauna laut,
menenggelamkannya atau pernah menenggelamkannya sebelumnya, dan
kedua fauna itu akan membaur atau pernah membaur sebelumnya dimana laut
sekarang meluas pada periode sebelumnya mungkin berupa tanah yang
menghubungkan pulau-pulau atau mungkin menyambung benua-benua
menjadi satu dengan demikian memungkinkan produksi-produksi darat untuk
melintas dari satu tempat ke tempat lain.
Kedua garis ini merupakan garis khayal atau tidak nyata yang
ditampilkan hanya dalam peta saja. Garis ini membagi dan memisahkan
Indonesia menjadi tiga wilayah bagian. Garis-garis ini bahkan sangat rekat
dengan persebaran flora dan fauna pada wilayah Indonesia. Karena Indonesia
dibagi menjadi tiga bagian, maka garis yang membaginya terdiri dari 2 garis.
Garis tersebut adalah garis Wallace dan garis weber. Garis ini merupakan
sebuah garis khayal yang memisahkan Indonesia pada bagian tengah dan
Indonesia bagian timur. Garis ini dibuat karena kedua daerah di Indonesia ini
memiliki karakteristik flora dan fauna yang sangat berbeda. Penemua garis ini
adalah seorang ilmuan bernama Alferd Russel Wallace.
Wallace mulai menyadari bahwa ada perbedaan flora dan fauna pada
kedua daerah tersebut setelah mengunjungi hindia timur sekitar abad ke-19.
Seperti penemunya, garis ini kemudian diberi nama yang sama yaitu garis

26
27

Wallace. Wallace membuat sebuah penelitian yang menunjukan hasil adanya


perbedaan hewan di Indonesia bagia timur dan Indonesia bagian barat.
Sedangkan garis weber juga membagi Indonesia menjadi dua bagian yaitu
Indonesia bagian timur dan Indonesia bagian tengah maka letaknya juga
dapat membelah Indonesia bagian timur dan Indonesia bagian tengah, secara
lebih tepat garis ini terletak diantara pulau Papua dan pulau Sulawesi.
Kembali kepada garis Wallace, garis ini diletakkan pada dua pulau,
yaitu antara pulau Sulawesi dengan pulau Kalimantan. Selain itu kita juga
bisa menemukan garis ini berada diantara pulau Lombok dan pulau Bali.
Garis ini membagi Sulawesi dan Nusa Tenggara menajdi beberapa wilayah,
yaitu : pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, Sumba, Sumbawa, Lombok dan
juga Timor.

Wilayah-wilayah ini masuk pada tipe Asiatis atau tipe peralihan.


Wilayah-wilayah ini memiliki ciri khas tersendiri pada jenis faunannya. Salah
satu wilayah yang memiliki jenis fauna paling khas adalah pulau Sulawesi.
Contoh binatang atau fauna khas Sulawesi adalah sapi hutan. Membahas lebih
lanjut mengenai jenis flora dan fauna yang dibagi oleh garis-garis Wallace
terdiri dari dua jenis tipe, yaitu tipe peralihan dan tipe asiatis. Tipe yang
paling khas adalah tipe asiatis, flora dan fauna tipe ini tersebar di wilayah
Indonesia khususnya bagian barat yang terdiri dari pulau Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan. Tipe asiatis diberi nama demikian karena memiliki kemiripan

27
28

dengan binatang dan tanaman yang tumbuh di benua Asia. Flora atau
tumbuhan yang dibelah oleh garis Wallace ini terdiri dari beberapa tipe. Tipe
pertama adalah tipe meranti-merantian. Tanaman meranti-merantian memiliki
nama latin Dipterocarpus . tanaman ini banyak tumbuh diwilayah Asia.
Tanaman meranti-merantian merupakan jenis tanaman epifit sebagai tanaman
khas wilayah Asia.
Tanaman meranti termasuk dalam kelompok pepohonan yang berkayu
keras. Berbagai jenis rotan juga menjadi salah satu tumbuhan tipe asiatis yang
berada di Indonesia dibagian barat. Rotan ini banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk memproduksi barang-barang menarik. Berbagai
jenis nangka dan amoldi juga menghiasi tipe ini. Dari jenis bunga, Anggrek
menjadi tumbuhan jenis bunga satu-satunya yang merupakan tipe asiatis atas
hasil pembagian dari garis Wallace. Bunga anggrek banyak ditemukan
dihutan-hutan di Indonesia. Bunga ini tumbuh dengan menempel pada
tumbuhan-tumbuhan yang lain. Namun meskipun bergantung pada tumbuhan
lain namun tidak menjadi parasite bagi tumbuhan tersebut. Angrek mampu
melakukan fotosintesis secara mandiri, selain anggrek adapula lumut,
cendawan, paku-pakuan, dan pohon jati yang mendiami flora tipe asiatis.
Beralih pada jenis-jenis fauna yang menjadi bagian pada tipe asiatis.
Macam-macam fauna ini banyak ditemukan tinggal dan berkembangbiak
dengan baik dibenua Asia. Jenis pertama adalah gajah. Gajah memang
banyak ditemukan di benua Asia. Di Indonesia gajah yang terkenal adalah
gajah Sumatra. Selanjutnya yang juga terkenal sebagai binatang khas Sumatra
adalah harimau Sumatra. Namun sayangnya kedua hewan ini sekarang
banyak diburu untuk diambil bagian tertentu dari tubuhnya kemudian
selanjutnya dijual. Fauna selanjutnya yang dipisahkan berdasarkan garis
Wallace adalah badak bercula satu dan banteng. Beberapa tipe flora dan fauna
ini mungkin bisa juga dilihat sedang mendiami sebuah wilayah tertentu yang
ada di negeri ini.

28
29

H. Ekologi
Pada tahun 1869 diperkenalkan istilah ekologi oleh Ernst Haeckel,
seorang ahli biologi Jerman yang menekankan adanya hubungan timbal-balik
antar semua komponen kehidupan dalam satu sistem.. Ia menciptakan kata itu
denga menggabungkan oikos, kata Yunani yang berarti rumah atau rumah
tangga, dengan logos, sebuah kata lain Yunani yang digunakan untuk
menyebutkan bidang ilmu apa saja. Secara harfiah, ekologi berarti ilmu yang
mempelajari rumah atau rumah tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekologi
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya
Sepintas lalu, sepertinya istilah itu tidak banyak kaitannya dengan
alam. Akan tetapi, konsep oikos Haeckel amatlah terkait dengan
ketertarikannya akan makhluk hidup. Selama pertengahan abad ke-19,
tumbuhan dan hewan kerap kali diteliti secara terpisah, tanpa memperhatikan
keterkaitan mereka dengan lingkungan sekitarnya. Cabang biologi baru
Haeckel sangatlah berbeda. Bukannya memperlakukan spesies berbeda
sebagai unit-unit terpisah, Oecologie mempelajari cara makhluk-makhluk itu
berinteraksi dengan lingkungan fisik atau ‘rumah tangga’, dang dengan
spesies-spesies lain di sekeliling mereka.
Pada paruh kedua abad ke-20, perubahan teknologi dan populasi
manusia yang bertambah cepat telah merusak sistem-sistem alamiah pada
tingkatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Sebagai akibatnua, minat
terhadap ekologi pun merekot. Setelah bertahun-tahun diliputi baying-bayang,
ekologi telah menjadi bagian kunci ilmu hayati.
Ekologi dan environmentalisme adalah dua hal yang berbeda. Ekologi
adalah bidang ilmu yang mempelajari kehidupan pada lingkungan alamiahny;
environmentalisme adalah keyakinan bahwa lingkungan haruslah
dipertahankan dan dilindungi dari kerusakan akibat ulah manusia. Pada
prakteknya, keduany berkaitan erat, sebab ekologi menyediakan informasi
tentang bagaimana kerusakan lingkungan mempengaruhi makhluk hidup, dan
bagaimana cara memperbaikinya.

29
30

I. Pengaruh Manusia Terhadap Evolusi Ekologi


Pada awal kemunculan ekologi, jarang orang memperhatikan
lingkungan. Sebagian besar naturalis termasuk Ernest Haeckel tidak
menganggap menembak hewan untuk mempelajarinya itu salah.
Mengumpulkan specimen nyaris merupakan aktivitas yang obsesif, dengan
ribuan burung, mamalia dan kupu-kupu dibalak, dikuliti atau diawetkan agar
bisa dipamerkan.
Dalam sebuah perjalan ke Himalaya, Sir Joseph Hooker yang
merupakan seorang ahli botani dari Inggris dan pengoleksi tanaman
terkemuka memerintahkan para kuli angkut berkebagsaan Indianya untuk
mengacak-acaksebuah hutan demi memperoleh sebuah spesies anggrek yang
langka. Tidak puas dengan kerusakan yang ditimbulkan, ia ia kemudian
memberi tahu para penggemar anggrek lain bahwa cara seperti itu bagus
sekali untuk mendulang uang.
a. Melestarikan dan Mengawetkan
Di akhir abad ke-19, tradisi memperlakukan hidupan liar sebagai
sumber daya alam yang dapat diperbarui terus berlanjut. Kucing-kucing
besar, bison, dan hewan-hewan lainnya diburu sampai nyaris punah. Akan
tetapi, kemudian diketahui bahwa alam tidak dapat memulikhan beberapa
macam keruskan. Salah satunya adalah kepunahan yang nyaris dialami
bison Amerika: jumlahnya turun drastic dari 10 juta di tahun 1800 menjadi
hanya sekita seribu ekor pada 80 tahun kemudian.
Begitu abad ke-20 dimulai, peristiwa-peristiwa semacam itu
membantu berkembangnya cara pandang baru terhadap alam. Salah satu
padangan ituitu murni pragmatic: untuk mengeksploitasi berbagai sumber
daya alam, sumbersumber itu terkadang harus dilestarikan. Pandangan
kedua disebut preservasionisme yang melibatkan perubahan cara berpikir
yang lebih fundamental: gagasan bahwa alam memiliki nilai intrinsic dan
harus dilindungi demi alam itu sendiri. Kedua pandangan itu merupakan
bagian penting dari environmentalisme saat ini.
b. Penggunaan Pestisida

30
31

Setiap manusia sekarang sudah mengalami kontak dengan bahan


kimia berbahaya, mulai saat pembuahan hingga kematian. Dalam waktu
kurang dari dua decade penggunaannya, pestisida sintetis telah
didistribusikan secara menyeluruh ke seluruh dunia. Mereka telah tersebar
di sebagian besar sungai dan bahkan dari aliran aliran air tanah yang
mengalir tak terlihat melalui bumi.
Salah satu biosida yang paling banyak digunakan adalah DDT
(dichlorodiphenyl-trichloro-ethane) yang pertama kali disintesis oleh
seorang ahli kimia Jerman pada tahun 1874, tetapi sifat-sifatnya sebagai
insektisida tidak ditemukan sampai tahun1939. Telah terbukti amat efektif
melenyapkan hama serangga dan mencegah meledaknya epidemic
penyakit-penyakit berbahaya yang dibawa oleh serangga setelah perang
dunia kedua. Sayangnya, berbagai peristiwa menunjukkan bahwa DDT
membahayakan banyak sekali jenis hewan selain yang menjadi
sasarannya. Pada beberapa kasus, kematian disebabkan oleh peracunan
langsung, tapi pada kasus-kasus lain, DDT menyebabkan kerusakan secara
lebih berbelit-belit. Pelican dan alap-alap, misalnya tidak bisa berkembang
biak karena DDT membuat burung-burung itu tidak mampu membentuk
cangkang telur yang normal. Ketika burung-burung itu hendak mengerami
telur mereka, cangkang yang rapuh itu pecah, membunuh keseluruhan
anakan dalam seketika.
Selain penggunaan pestisida organic yang mengganggu lingkungan
terdapat pula aktivitas-aktivitas manusia yang mempengaruhi lingkungan.
Sampai abad ke-20 polusi umumnya merupakan fenomena regional: apa
pun yang terletak jauh dari kota dan pabrik berarti jauh pula dari polutan.
Akan tetapi, dengan dikembangkannya zat-zat kimia semacam DDT,
putuslah keterkaitan regional itu. DDT terbukti amat sulit terurai dan
mudah berpindah-pindah antara tanah, udara, air dan makhluk hidup.
Dalam beberapa tahun saja, kombinasi sifat-sifat itu memungkinkan DDT
tersebar mulai dari tanah pertanian sampai lautan lepas dan bahkan sampai
ke Antartika.

31
32

DDT merupakan salah satu contoh dari pestisida organic yang


dapat mempengaruhi tanah yang nantinya akan memengaruhi tumbuhan
untuk tumbuh. Lalu mempengaruhi hewan karena sumber makanannya
terganggu yang ujungnya juga akan berakibat pada manusia itu sendiri.
c. Pencemaran (Pollution)
Timbulnya pencemaran tentu saja erat kaitannya dengan berbagai
aktivitas manusia, antara lain berupa:
1) Kegiatan-kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan
berbahaya seperti logam-logam berat, zat radioaktif, air buangan panas
(thermal water waste). Juga dalam bentuk kepulan asap, kebisingan
(polusi suara), dan lain-lain.
2) Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya kerusakan instalasi;
kebocoran; pencemaran buangan-buangan penambangan; pencemaran
udara dan rusaknya lahnan-lahan bekas pertambangan.
3) Kegiatan transportal, berupa kepulan asap; naiknya suhu udara kota;
kebisingan dari kendaraan bermotor; tumpahan-tumpahan bahan bakar
terutama minyak bumi dari kapal-kapal tanker; dan lain-lain
Tingkat pencemaran secara global terlihat melalui data-data
berikut. Pada tahun 2000 emisi meningkat 18,1% di atas tingkat tahun
1990 di Amerika Serikat, 10,7% di Jepang, 12,8% di Kanada dan 28,8% di
Australia. Tingkat konsentrasi CO2 di udara lebih tinggi dewasa ini
dibandingkan dengan pada masa praindustri, meningkat 281 ppm pada
tahun 2002. Keadaan ini mempengaruhi perubahan iklim yang besar.
Tahun 1990-an merupakan decade terpanas. Jika keadaan ini berlanjut
terus, pakar lingkungan memperingatkan bahwa suhu akan naik rata-rat
5,8 derajat Celsius pada tahun 2010.
Dalam kaitannya dengan kepunahan spesies, setiap hari di seluruh
dunia hilang 50 hingga 100 spesies. Jumlah ini 10 ribu kali lebih cepat
disbanding kepunahan secara alamiah. Kondisi tingkat kepunahan ini
belum pernah terjadi dalam 65 juta tahun terakhir. Sejak tahun 1970 terjadi
54% kemerosotan populasi dari 282 spesies di huran. Dicatat dari sebuah

32
33

studi bahwa dewas ini sekitar 27% dari terumbu karang dunia mengalami
kerusakan. Padahal terumbukarang merupakan habitat bagi kurang lebih
seperempat dari seluruh spesies biota laut.
Pencemaran karena bahan radioaktif terjadi di mana-mana. Bahan
bakar radioaktif dari PLTN di negara-negara OECD meningkat 2 kali lipat
dari 4.391 ton pada tahun 1982 menjadi 8.362 ton pada tahun 1955. Lebih
dari 4000 pabrik bom nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir
melepaskan limbah radioaktif setiap waktu ke lingkungan.
d. Pemanfaatan Alam secara Tidak Terkendali
Masalah yang disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam
mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya alam secara tidak
seimbang (over stress). Disadari atau tidak, kenyataan ini dapat dilihat
melalui praktek-praktek masyarakat, seperti penebasan hutan sampai
gundul; pemanfaatan ekosistem pantai (estuaria, mangrove, karang-karang
pantai, pasir, kerikil atau kima) dan masih banyak yang lain.
Gambaran dari masalah ini dapat kita lihat dari angka-angka
berikut ini. Setengah dari hutan asli di dunia telah hancur dimana lebih
dari 60% hutan berdaun lebar telah lenyap. Sekitar 45% hutan tropis dan
70% hutan kering tropis hilang. Setiap tahun terjadi kerusakan hutan, rusak
seluas kurang lebih 160.000 Km2 atau setengah dari wilayah Norwegia.
Sebelas negara kehilangan total dan 28 negara lainnya lahan hutan yang
terancam. Pembakaran hutan berada di urutan kedua terbesar emisi gas
karbon di bawah pembakaran bahan bakar fosil. Sebanyak 418 juta Ha
hutan alam telah lenyap di di seluruh dunia selama 30 tahun terakhir dan
10% sejak tahun 1972.
e. Efek Rumah Kaca
Penyebab efek rumah kaca adalah gas-gas rumah kaca yaitu gas-
gas dalam atmosfer yang menyerap gelombang panas. Gas rumah kaca
yang terpenting adalah karbon dioksida. Sinar Matahari berupa gelombang
elektromagnetik menyimpan energi, saat sinar matahari mengenai bumi,
bumi menjadi panas. Sebagian energi panas ini dipantulkan kembali oleh

33
34

Bumi ke atmosfer. Tetapi sebagian terperangkap di atmosfer sebagai


gelombang panas, berupa sinar inframerah. Gelombang panas tersebut
frekuensinya lebih rendah jika dibandingkan dengan ketika dipancarkan
Matahari mengenai Bumi. Dalam atmosfer, sinar infra merah ini diserap
oleh berbagai molekus gas, sehingga suhu atmosfer naik. Kenaikan suhu
atmosfer ini disebut efek rumah kaca.
Dalam kondisi normal, efek rumah kaca bermanfaat bagi
kehidupan makhluk hidup karena membuat Bumi menjadi tempat tinggal
bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Adanya efek rumah kaca
membuat suhu rata-rata di Bumi menjadi sekitar 33 derajat Celcius. Bila
tidak ada efek rumah kaca, suhu rata-rata di Bumi bisa mencapai -18
derajat Celcius. Suhu ini terlalu rendah untuk kehidupan manusia dan
makhluk hidup lain. Akhir-akhir ini, kandungan gas rumah kaca berupa
karbon dioksida dan gas lain dalam atmosfer mengalami kenaikan.
Naiknya gas rumah kaca berakibat akan menaikkan efek rumah kaca.
Peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca ini disbeut pemanasan
global. Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan meningkatnya konsentrasi gas-
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia dengan efek rumah kaca.
Dampak pemanasan global antara lain:
1. Kebakaran Hutan
2. Mencairnya Es di Kutub
3. Terjadinya Wabah Penyakit
4. Kabut Asap
5. Krisis Air Bersih
6. Naiknya Permukaan Air Laut
7. Meningkatnya Suhu Air Laut
8. Rusaknya Terumbu Karang
9. Perubahan Iklim

34
35

35
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Evolusi adalah suatu perubahan pada makhluk hidup yang terjadi secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama sehingga terbentuk spesies baru.
Evolusi terjadi jika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau
langka dalam suatu populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi
3 proses utama: variasi, reprodukasi, dan seleksi. Evolusi didorong oleh 2
mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan variasi genetik. Seleksi alam merupakan
sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam
suatu populasi dan sebaliknya, sifat merugikan menjadi lebih berkurang.
Sedangkan variasi genetic terjadi karna adanya mutasi, rekombinasi dan
sebagainya. Evolusi juga melibatkan proses spesiasi sebelumnya melalui proses
perkembangbiakkan secara natural dalam kerangka evolusi.

36
DAFTAR PUSTAKA
Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu Ekologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Carson, Rachel. 1962. Silent Spring. Greenwich: FAWCETT PUBLICATIONS
Darwin, Charles. 2002. The Origin Of SpeciesThe Origin Of Species. Yogyakarta:
Ikon Teralitera.
Hassan, Said Munif. 2014. Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mayr, Ernst. 2019. Evolusi Dari Teori Fakta. Jakarta: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia).
Siahaan. 2004. HUKUM LINGKUNGAN dan EKOLOGI PEMBANGUNAN
Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.

iii

Anda mungkin juga menyukai