Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DAN PROSES EVOLUSI BIOLOGIS

(SUDUT PANDANG EKOLOGI)

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Evolusi, Jurusan
pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Disusun oleh :
Kelompok 3

Desty Dini Ardianty 172154001


Tanti Nopi Aryanti 172154080
Nadhya Rahmawati 172154089
Syifa Nafisa Fadilla R . 172154098

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
“Konsep dan Proses Evolusi Biologis (Sudut Pandang Ekologi)” ini sebagai salah
satu tugas mata kuliah Evolusi.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah supaya dapat membantu
dalam melakukan proses pembelajaran. Selama penyusunan makalah ini, penulis
mendapat banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Romy Faisal Mustofa, M.Pd.dan Ibu Dea Diella, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Evolusi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi.
2. Ibu Dr. Purwati Kuswarini, M. Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi.
3. Bapak Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Siliwangi.
4. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa
kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini.
5. Sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan, dan masukan kepada kami
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari banyak sekali kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Sehubungan dengan hal ini, kami memohon kritik dan saran yang
membangun terhadap makalah yang kami susun. Kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca
makalah ini.
Tasikmalaya, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. TujuanMakalah......................................................................................3
D. Manfaat Makalah...................................................................................3

BAB 2 ISI ................................................................................................................4

A. Ekologi dan Ekosistem ..........................................................................4


B. Awal terbentuknya ekosistem ...............................................................8
C. Penyebaran Makhluk Hidup Berdasarkan Garis
Wallace-Weber ......................................................................................9
D. Perbedaan Karakteristik Fisik Antarpenduduk
di Setiap Benua....................................................................................10
E. Pengaruh Manusia terhadap Evolusi Ekologi .....................................11

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................35

A. Simpulan .............................................................................................35
B. Saran ...................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi merupakan salah satu teori maupun cabang dalam khasanah
ilmu pengetahuan. Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah perubahan
pada makhluk hidup atau spesies secara gradual (perlahanlahan). Perubahan
yang dihasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan
spesies atau makhluk hidup yang baru. Teori evolusi menjadi sebuah teori
yang tenar ketika dipopulerkan oleh seorang ilmuan Inggris Chalres Darwin
(1809-1882). Teori evolusi Darwin dihasilkan dari sebuah ekspedisi yang
Darwin lakukan pada saat pelayaran menjelajahi daratan maupun lautan
Amerika Selatan. Teori evolusi Darwin merupakan penyempurna dari teori
evolusi sebelum-sebelumnya. Teori evolusi sudah jauh hari muncul zaman
yunani kuno. Pertama kali teori tersebut dipopulerkan oleh Thales (600 SM),
yang menyatakan air adalah induk asal usul serta sumber adanya sesuatu.
Anaximander (611–547 SM0, menyatakan makhluk hidup berasal dari
lumpur yang dipanasi oleh sinar matahari. Aristoteles (384–322 SM),
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati (Abiogenesis),
Heraklitus, menyatakan bahwa segala sesuatu dirubah menjadi bentuk baru.
Hal tersebut menjadi tonggak sejarah perkembangan teori evolusi. Namun
seiring dengan perjalanan waktu teori evolusi mengalami penyempurnaan atau
modifikasi hingga sampai saat ini. Seperti halnya teori evolusi Darwin
menjadi teori evolusi sintesis modern. Dengan teori 2 tersebut hingga sampai
saat ini menjadi populer dikalangan masyarakat umum. Didalam gagasan teori
evolusinya yang Darwin jelaskan dalam bukunya The On the Origin of
Species terdapat dua pokok gagasan yang Darwin jelaskan dalam bukunya
tersebut. Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan
keturunan dari spesies moyangnya. Diedisi pertama bukunya, Darwin tidak
menggunakan kata evolusi. Darwin menyebutnya modifikasi keturunan
(descent with modifcation). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam
sebagai mekanisme modifikasi keturunan (Luthfi dan Khusnuryani, 2005: 6).
Biologi sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang bersangkutan
dengan keadaan fisik organisme atau mkhluk hidup mengemukakan juga ide
atau gagasan evolusi biologis (biological evolution) yang mana telah
mengalami evolusi pula dalam sejarah perkembangannya. Evolusi biologis
sebagaimana dikenal dewasa ini telah berbeda dengan gagsan evolusi yang
dikemukakan oleh Aristoteles, Chevalier de Lamarck, dan Charles Robert
Darwin. Teori evolusi biologis mengemukakan bahwa hewan, tumbuhan, dan
juga manusia merupakan hasil perkembanagn evolusi dari makhluk-makhluk
hidup yang berbentuk lebih sederhana, bermula dari adanya satu atau
beberapa bentuk makhluk hidup sangat sederhana pda awal kehidupan di
bumi yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi berbagai spesies
organisme. Evolusi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan yang
berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori
evolusi merupakan suatu teori yang dinamis, selain penting dalam biologi
juga dalam perkembangan teknologi.
Teori evolusi biologis mengemukakan bahwa makhluk hidup
merupakan hasil perkembangan evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang
berbentuk lebih sederhana, yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi
berbagai spesies organisme. Namun, saat ini teori evolusi biologi tidak lagi
identik dengan prototype darwinisme dan neo-darwinisme. Terdapat
penjelasan yang berasal dari beberapa cabang biologi seperti genetika,
sistematika, morfologi perbandingan, palaeontologi, embriologi, ekologi, dan
sebagainya.
Berkaitan dengan luasnya bahasan dari evolusi, terlebih sampai
sekarang evolusi masih menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas dan
didiskusikan apalagi keterkaitannya dengan ekologi. Maka kami menyusun
makalah dengan judul “Konsep dan Proses Evolusi Biologis (Sudut
Pandang Ekologi)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ekologi dan Ekosistem?
2. Bagaimana prosesawal terbentuknya ekosistem?
3. Bagaimana proses penyebaran penduduk berdasarkan garis wallace-
weber ?
4. Bagaimana perbedaan karakteristik antarpenduduk disetiap benua?
5. Bagaimana peran manusia terhadap evolusi ekologi?
6. Bagaimana evolusi secara biologis dilihat dari sudut pandang ekologi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ekologi dan ekosistem.
2. Untuk mengetahui awal proses terbentuknya ekosistem.
3. Untuk mengetahui proses penyebaran penduduk berdasarkan garis
wallace-weber
4. Untuk mengetahui karakteristik secara fisik antarpenduduk di setiap
benua.
5. Untuk mengetahui peran manusia terhadap evolusi ekologi
6. Untuk mengetahui evolusi secara biologis dilihat dari sudut pandang
ekologi

D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis.Secara teoritis makalah ini bermanfaat sebagai
pengetahuan awal tentang Konsep dan Proses Evolusibiologis berdasarkan
sudut pandang genetika.Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat
sebagai bahan penambah pengetahuan dalam mempelajari Evolusi.
BAB II
ISI

A. Ekologi dan Ekosistem


Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di daerah perdesaan, tentunya
Anda sering melihat petani sedang mencangkul lahan, membajak, menanam,
mengairi sawah, memupuk, dan kegiatan lainnya. Kegiatan petani ini
sebetulnya telah dilakukan jauh beberapa abad yang lalu. Secara tidak
langsung mereka sudah mengetahui adanya hubungan antara tanaman dengan
tanah, tanaman dengan air, tanaman dengan unsur hara, dan lain sebagainya.
Apa yang dilakukan petani tersebut sebenarnya sudah mengaplikasikan
tentang ekologi. Jadi aplikasi ekologi sebenarnya telah dilakukan oleh
manusia jauh sebelum istilah ekologi itu sendiri diperkenalkan oleh para pakar
ekologi. Pada pertanian masa kini, manusia sudah banyak menerapkan
prinsip-prinsip alami untuk mendukung proses-proses ekologis yang baik.
Pada jaman nenek moyang bertani dengan cara masih sangat sederhana, tetapi
pada saat ini telah menerapkan prinsip-prinsip ekologi. Misalnya penggunaan
pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan pupuk alam lainnya. Pada dasarnya
masyarakat petani sudah mengetahui bahwa dalam kotoran ternak, kompos,
maupun daun-daunan mengandung hara yang diperlukan tanaman, sehingga
dengan apa yang dilakukan oleh petani tersebut membantu proses-proses
ekologis terutama dalam hubungannya dengan pendauran/ siklus hara.
Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus
pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah,
unsur hara, dan lain-lain. Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat
tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi semula ekologi
artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”. Umumnya
yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan
lingkungannya”. Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang
mempelajari struktur dan fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai
ilmu yang mempelajari rumah tangga makhluk hidup. Kata ekologi pertama
kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel seorang ahli biologi Jerman pada
tahun 1866. Beberapa para pakar biologi pada abad ke 18 dan 19 juga telah
mempelajari bidang-bidang yang kemudian termasuk dalam ruang lingkup
ekologi. Misalnya Anthony van Leeuwenhoek, yang terkenal sebagai pioner
penggunaan mikroskop, juga pioner dalam studi mengenai rantai makanan
dan regulasi populasi. Bahkan jauh sebelumnya, Hippocrates, Aristoteles, dan
para filosuf Yunani telah menulis beberapa materi yang sekarang termasuk
dalam bidang ekologi.
Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara
timbal balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk
suatu sistem yang kemudian kita kenal sebagai ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non
makhluk hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu
dijumpai proses interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara
lain dapat berupa adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi,
perkembangan, dan pengendalian.
Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan
yang melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor
fisik (iklim, air, dan tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang saling
berinteraksi satu sama lainnya. Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri
keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf trofi atau makanan, produsen,
konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana taraf trofi), dan
produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika dilihat komponen biotanya, jenis
yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya dengan jenis
lain yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu keberadaannya
ditentukan juga oleh keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik serta kimia yang
menyusun ekosistem tersebut. Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya
sudah mulai dirintis oleh beberapa pakar ekologi. Pada tahun 1877, Karl
Mobius (Jerman) menggunakan istilah biocoenosis.
Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan
istilah mikrokosmos. Di Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan istilah
biocoenosis, ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem mula-mula
diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley, pada
tahun 1935. Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan dan
dapat diterima secara luas sampai sekarang.
B. Awal Terbentuk Ekosistem
1. Evolusi
Merupakan perubahan pada sifat-sifat yang terwariskan (genetis) suatu
populasi organisme dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
2. Ko-evolusi
Adalah perubahan (evolusi) pada objek biologis yang dicetuskan oleh
perubahan (evolusi) pada objek lain yang berkaitan dengannya.
Contoh:
Pada tingkat spesies: evolusi species inang dengan parasitnya, evolusi
mangsa dengan predatornya karena ada interaksi (faktor biologis). Dalam banyak
kasus seringkali tidak jelas, krn suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon
dari tekanan seleksi dari banyak spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya
juga berevolusi merespon banyak spesies lainnya pula disebut koevolusi baur.
a. Suksesi ekologis
Apakah baru mulai atau penuh kehidupan, ekosistem terus berubah.
Proses di mana mereka berubah disebut suksesi. Suksesi datang dalam dua
bentuk: primer dan sekunder. Suksesi primer adalah "rangkaian perubahan
komunitas yang terjadi pada habitat yang sama sekali baru yang belum
pernah dijajah sebelumnya (Eco.Suc. Ringkasan)." Perubahan ini terjadi di
tempat-tempat seperti area lava dingin, daerah berpasir dan permukaan
batu yang dipahat. . Suksesi sekunder adalah "rangkaian perubahan
masyarakat yang terjadi pada habitat yang sebelumnya dijajah, tetapi
terganggu atau rusak (Eco.Suc.Summary)." Tempat-tempat ini melibatkan
area yang rusak karena kebakaran, banjir, atau area di mana pohon-pohon
telah ditebang. Gangguan ini belum menghilangkan semua bentuk
kehidupan dan nutrisi dari daerah tersebut. Jika suksesi dilakukan dengan
cara yang tepat, ekosistem dapat menjadi komunitas klimaks di mana
ekosistem stabil. Proses menjadi komunitas klimaks bisa memakan waktu
singkat atau lama yang berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya. Ada
juga waktu yang diatur kembali beberapa tahap, seperti ketika pohon
ditebang. Ini mengatur kembali beberapa daerah, tetapi masih bisa tumbuh
kembali dan masih menjadi komunitas klimaks. Puncaknya distabilkan
oleh komunitas kecil spesies yang menonjol. Jaring interaksi biotik yang
dibuat oleh komunitas klimaks begitu intim sehingga pengenalan spesies
baru dapat mengganggu stabilisasi. Jika spesies baru akan diperkenalkan,
ini dapat menyebabkan satu spesies menjadi terlalu dominan. Namun,
ekosistem ini akan lebih beragam. Hilangnya stabilisasi ini dapat dengan
mudah disebut gangguan. Gangguan adalah campuran peristiwa besar,
jarang dan kecil sering dan mereka dapat terjadi dari hasil berbagai faktor
yang saling berhubungan. Gangguan dikategorikan berdasarkan jenis,
tingkat keparahan, intensitas, frekuensi, dan waktu. Kata gangguan
membuatnya tampak seperti memiliki efek negatif pada ekosistem, tetapi
yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya, sebagian besar gangguan alam
membantu memperbarui ekosistem dan mendiversifikasi lanskap. Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, mereka sering mengarah pada suksesi
ekologis.

Namun, gangguan antropogenik, yang berkaitan dengan manusia,


seringkali memiliki efek negatif. Misalnya, jika manusia memasukkan spesies
invasif ke lingkungan, mereka dapat berburu dan memangsa spesies asli dan
mengganggu stabilitas ekosistem.
Dalam setiap jenis suksesi adalah sebuah panggung. Tahapan-tahapan ini
termasuk perintis, membangun, mempertahankan, dan memproduksi. Masing-
masing ditemukan dalam jenis suksesi, tetapi tidak harus hanya dalam satu.
Tahap perintis biasanya dalam suksesi primer. Tahap ini membawa kehidupan
baru ke daerah di mana tidak ada. Itu dan makhluk atau tanaman yang mulai
tumbuh atau tinggal di sana. Ini adalah awal dari ekosistem. Tahap
selanjutnya ini sangat mirip dengan tahap perintis. Tahap pembentukan adalah
ketika hewan atau tumbuhan menemukan hal-hal yang menopang kehidupan
mereka dan memungkinkan mereka untuk hidup di daerah tersebut. Tahap
mempertahankan biasanya dalam suksesi klimaks. Itu adalah ketika area
tersebut dapat menopang kehidupan dan memungkinkan kehidupan untuk
terus berlanjut di area tersebut. Hewan-hewan juga tidak harus pergi untuk
mencari makanan. Tahap lainnya adalah tahap produksi. Ini biasanya selama
suksesi sekunder. Itu terjadi ketika populasi hewan tumbuh tetapi banyak
yang hanyut ke tempat lain untuk mencari makanan. Tempat-tempat ini dapat
mempertahankan kehidupan tetapi pada populasi yang terbatas. Jenis-jenis
suksesi, tahapan dan gangguan yang menyebabkan mereka semua
menciptakan dan mengubah ekosistem selama bertahun-tahun.

Proses Suksesi:
a. Perubahan yang teratur dalam komunitas, yakni suatu spesies yang satu
menggantikan spesies yang lain karena tiap tahap spesies memodifikasi
lingkungan sehingga kurang cocok bagi dirinya sendiri tetapi lebih cocok
bagi spesies lain => suksesi berjalan terarah, perkembangan komunitas
bertingkat dari komunitas pioneer sampai pada klimaks.
b. Suksesi secara heterogen karena perkembangan di suatu daerah
bergantung kepada siapa yang sampai di sana pertama kali. Pergantian
spesies tidak perlu teratur karena masing-masing spesies mencoba untuk
menghalau atau menekan spesies baru yang datang maka suksesi menjadi
lebih bersifat individual dan kurang dapat diperkirakan karena komunitas
tidak selalu mencapai klimaks => proses akan terus berlanjut sampai
klimaks
Catatan:
- Jika tidak terjadi gangguan, suatu ekosistem yang belum mencapai
klimaks akan terus berkembang hingga mampu mencapai keadaan
klimaks.
- Jika sudah dalam keadaan klimaks, ekosistem akan berusaha untuk
mempertahankan keadaannya dalam keadaan optimal apalagi tanpa
adanya gangguan. Proses yang ada cenderung berfungsi dalam regulasi
dan homeostasis (untuk mempertahankan keseimbangan yang ada).
Tetapi, keadaan seperti ini tidak akan bertahan lama karena ekosistem
yang cenderung dinamis akan terus berubah-ubah. Jika satu faktor
berubah, maka faktor lain dapat berubah.
Kondisi ekosistem di masa-masa mendatang diduga berada dalam dua
kondisi yang berbeda: bisa membentuk keadaan klimaks apabila ekosistem
tidak mengalami kerusakan karena adanya gangguan-gangguan; atau, dapat
pula ekosistem ini membentuk keadaan yang didalamnya terdapat proses
suksesi atau bahkan hilang (musnah) karena adanya gangguan-gangguan,
seperti bencana alam dan aktivitas manusia yang merusak alam.
a.) Faktor perubahan ekosistem
Ekosistem mengalami perubahan sepanjang waktu. Komponen-komponen
di dalam ekosistem dapat mengalami peningkatan maupun penurunan
jumlah populasi. Misalnya, pada saat musim hujan, sebuah kebun akan
mendapatkan lebih banyak air daripada biasanya. Tanaman tumbuh
dengan baik. Tikus-tikus tanah juga akan mendapatkan lebih banyak
makanan daripada biasanya. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
populasi tikus tanah pada kebun tersebut. Peningkatan jumlah tikus tanah
akan menyebabkan meningkatnya populasi ular tanah. Hal ini disebabkan
ular tanah mendapatkan banyak makanan berupa tikus tanah pada musim
itu. Pada musim kemarau, air yang turun di kebun tersebut tentu
berkurang. Tanaman tumbuh lebih lambat. Makanan yang dihasilkannya
juga lebih sedikit. Keadaan ini akan mengakibatkan menurunnya populasi
tikus tanah yang memakan tanaman di kebun itu. Akibatnya, populasi ular
tanah pun akan berkurang, karena berkurangnya sumber makanan pada
musim itu. Ekosistem mengalami perubahan baik secara alami maupun
karena kegiatan manusia. Perubahan musim, seperti dijelaskan di atas,
merupakan salah satu contoh perubahan alami. Selain musim, yang
termasuk faktor perubahan alami adalah bencana alam berupa gunung
meletus, gempa, tanah longsor, kebakaran hutan, tsunami, angin ribut, dan
banjir. Secara umum, penyebab terganggunya keseimbangan ekosistem
atau lingkungan dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu karena faktor
alam dan faktor manusia.
a. Faktor Alam
Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang terjadi
murni karena musabab alam. Misalnya saja gempa bumi, terjadinya
kebakaran hutan akibat cuaca, bajir, longsor, tsunami dan masih
banyak lagi lainnya. Peristiwa tersebut memicu terjadinya perubahan
ekosistem misalnya saja saat Gunung Merapi di wilahyah Jawa
Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar Merapi tak bisa
dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan tumbuhan bahkan
manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan peristiwa semacam
gempa dan banjir, akan berakibat pada terganggunya kestabilan
ekosistem. Sebagai sebuah kesatuan, maka jika dalam sebuah
ekosistem terdapat satu organisme yang mati maka akan berpengaruh
pada keadaan organisme lainnya.
b. Faktor Manusia
Manusia dapat menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan
ekosistem. Manusia melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka
manusia melakukan sejumlah kegiatan yang justru berperan dalam
kerusakan lingkungan di sekitarnya. Ada beberapa kegiatan manusia
yang menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Antara
lain: Kegiatan penebangan dan pembakaran hutan. Dua kegiatan ini
bisa menimbulkan kerusakan yang sangat serius bagi ekosistem. Tak
hanya menyebabkan banjir juga longsor, berkurangnya pohon yang
merupakan paru-paru dunia ini akan membuat iklim di bumi
terganggu. Penebangan pepohonan akan membuat tanah tidak lagi
terkunci secara benar sehingga mudah longsor dan udara tidak lagi
bisa didaur ulang sehingga kadar oksigen semakin berkurang.
Pembakaran hutan jauh lebih berbahaya lagi sebab bisa membunuh
semua makhluk hidup yang ada di dalam hutan tersebut dan
menyebabkan kelangkaan beberapa tanaman tertentu. Perburuan
hewan yang tak terkendali. Manusia membutuhkan hewan baik itu
sebagai salah satu bahan makanan maupun sebagai rekreasi. Manusia
mengkonsumsi hewan, misalnya ikan, bukan hal yang merusak jika
dilakukan dengan cara yang wajar. Namun, manakala manusia
menangkap ikan dengan bom peledak, racun atau kejut listrik, maka
bisa dipastikan akan berakibat buruk pada keseimbangan lingkungan.
Hewan sebagai rekreasi. Terkadang banyak manusia yang menangkap
hewan hanya untuk dipelihara dan dijual demi tujuan komersil
mislanya bahan garmen dan semacamnya. Hal ini sangat buruk dan
berdampak pada kelangkaan hewan tertentu. Kegiatan pemakaian
pupuk yang berlebihan. Aktivitas pertanian manusia juga terkadang
bisa mengganggu keseimbangan alam. Pupuk digunakan untuk
memaksimalkan hasil pertanian. Ada dua jenis pupuk yang digunakan
yakni pupuk alami dan pupuk buatan. Penggunaan pupuk alami tidak
membahayakan organisme lainnya sementara itu penggunaan pupuk
buatan, jika digunakan secara berlebihan akan berbahaya bagi
organisme lainnya. Kegiatan pembuangan sampah dan limbah.
Ratusan milyar manusia di dunia ini, setiap melakukan kegiatan pasti
menghasilkan sampah juga limbah. Sebut saja limbah dari rumah
tangga, transportasi, pertanian, hingga limbah industri. Apabila tidak
diurai secara cermat makan limbah dan sampah ini akan mengganggu
keseimbangan ekosistem dan mengancam nyawa organisme lainnya.
Kegiatan yang mencemari lingkungan. Pencemaran terhadap tanah,
pencemaran terhadap udara, pencemaran terhadap suara, dan juga
pencemaran terhadap air. Pencemaran tanah terjadi dengan cara
menciptakan limbah yang tak bisa diurai hingga ribuan tahun lamanya,
misalnya saja plastik. Pencemaran suara misalnya oleh suara bising
yang merusak pendengaran organisme. Pemcemaran air misalnya
dengan masuknya bahan padat maupun cair di dalam air yang
membahayakan organisme di dalam air. Sedangkan pencemaran udara
adalah masuknya berbagai polutan ke udara baik itu dari asap
kendaraan, debu juga jelaga. Dalam suatu ekosistem yang masih alami
dan belum terganggu akan didapati adanya keseimbangan antara
komponen-komponen penyusun ekosistem tersebut keadaan ini
disebut homeostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk dapat
menahan berbagai perubahan alam dalam sistem secara menyeluruh.
Ekosistem yang dikatakan seimbang adalah apabila semua komponen
baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik
jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem
terjadi peristiwa makan memakan yang kita sebut dengan istilah rantai
makanan. Idealnya dalam sebuah rantai makanan jumlah masing-
masing anggotanya harus sesuai dengan aturan ekosistem.
Ketidakseimbangan ekosistem terjadi apabila semua komponen biotik
maupun abiotik tidak berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah
maupun perananya dalam lingkungan. Sehingga dapat dikatakan tidak
seimbang jika salah satu komponen pada ekosistem tersebut rusak.
Misalnya populasi tikus di sawah sedikit karena terus diburu oleh para
petani akan mengakibatkan populasi ular menurun karena kehabisan
makanan berupa tikus.
C. Penyebaran makhluk hidup berdasarkan garis Wallace-Weber
Pada dinding di sebuah gang di Kota Ternate ada goresan grafiti
bertuliskan “A.R. Wallace – ilmuwan Ternate kelahiran Inggris.” Begitu
tingginya rasa memiliki masyarakat setempat terhadap Wallace sehingga
mengakuinya sebagai ilmuwan warga Ternate. Namun, sejauh mana
keakraban orang Indonesia kepada Wallace, mengingat buku bacaan dan
publikasi menyangkut kisah perjalanan kehidupan keilmuan Wallace sangat
terbatas? Alfred Russel Wallace (1823 – 1913), naturalis Inggris menjelajahi
Kepulauan Indonesia – umumnya dengan berjalan kaki dan berperahu –
selama 8 tahun (1854 – 1862) berturut-turut dari Semenanjung Malaka dan
Singapura (1854); Kalimantan utara (1855-1856); Bali, Lombok dan Sulawesi
(1856 ); Kepulauan Kei dan Kepulauan Aru, Sulawesi, Banda (1857); Ternate,
Ambon, Papua dan Bacan (1858); Seram, Timor, Ternate dan Jailolo
(Halmahera) (1859); Seram, Gorong, Ternate, Matabela, Waigeo (1860);
Makassar, Timor, Seram, Banda, Buru, Jawa, Sumatra (1861); Singapura
sebelum kembali ke London (1862). Salah satu buku bacaan yang memuat
informasi hasil penjelajahan Wallace di Kepulauan Indonesia adalah The
Malay Archipelago, terbit pada tahun 1869. Inilah satu-satunya buku karya
Wallace yang diterbitkan di Indonesia, diterjemahkan menjadi “Menjelajah
Nusantara” (2000) dan “Kepulauan Nusantara” (2009) oleh penerbit yang
berbeda. Setidaknya ada dua hal paling menonjol yang mengingatkan dunia
akan kejeniusan Wallace, yaitu gagasannya tentang teori evolusi berdasarkan
seleksi alam; dan temuan garis hipotetik yang memisahkan kumpulan fauna di
bagian barat Kepulauan Indonesia dengan yang di bagian timurnya.
1. Garis Wallace hingga Garis Weber
Teori evolusi yang diusulkan Weber sudah seringkali diperbincangkan
bahkan sampai kepada kronologi cerita dibalik temuan teori itu. Teori evolusi
berdasarkan seleksi alam memberi pesan: individu yang sehat, kuat dan cerdik
dalam beradaptasi dengan alamlah yang sukses mempertahankan hidup ( the
fittest would survive). Ketika ia menetap di Ternate (1858), gagasan kunci
Wallace mengenai teori evolusi ini ditulisnya dan diposkan kepada Charles
Darwin (1809 – 1882) berupa esai yang kemudian dikenal dengan “Surat dari
Ternate.”
Ide Wallace ini bersamaan dengan persoalan evolusi yang juga
dipikirkan Darwin. Maka, esai Wallace menjadi ilham bagi Darwin dan pada
tahun 1859 Darwin menuangkan perihal teori evolusi ke dalam bukunya, “On
the Origin of Species” (Asal-usul Species). Ketika Darwin mendapat
kehormatan atas karyanya dalam teori evolusi, Wallace masih berada di
hutan-hutan di Kepulauan Indonesia, dan sampai beberapa puluh tahun
berikutnya nama Wallace berada di bawah bayang-bayang popularitas
Darwin. Kepulauan Indonesia dan Garis Wallace yang membagi flora dan
fauna Indonesia menjadi dua kelompok, yaitu kelompok di kanan/ sebelah
timur yang memiliki hubungan dengan Asutralia dan kelompok di kiri atau
sebelah barat Garis Wallace yang memiliki hubungan dengan Asia. Weber
dan Lydekker kemudian membagi lagi terutama flora dan fauna di wilayah
antara Sulawesi dan Papua masing-masing dengan Garis Weber dan Garis
Lydekker. Sumber: Museum Geologi.
Pengamatan mata rantai asal-usul spesies dan hewan endemik yang
ditemuinya juga tidak lepas dari gagasanya mengelompokkan fauna Indonesia
dengan garis demarkasi yang tegas. Garis hipotetik yang diciptakan Wallace
tahun 1859 memotong Kepulauan Indonesia dari utara ke selatan di antara
pulau Kalimantan dan Sulawesi dan di antara pulau Bali dan Lombok,
kemudian dikenal sebagai Garis Wallace. Sub-judul buku The Malay
Archipelago yang berbunyi ‘The land of the orang-utan, and the bird of
paradise’ memberi aba-aba kepada pembacanya tentang gambaran
keanekaragaman hayati yang luar biasa mengisi setiap sudut Kepulauan
Indonesia. Keunikan dan sebaran keanekaragaman hayati yang diamati
Wallace di Kepulauan Indonesia menjadi ciri khas biogeografi Indonesia.
Wallace menemukan orang-utan hanya di Indonesia bagian barat, sebaliknya
mendapati burung cendrawasih (the bird of paradise) hanya di Indonesia
bagian timur. Tidak ada di tempat manapun di dunia ini yang keanekaragaman
hayatinya memiliki kekontrasan biogeografi dalam jarak yang sangat sempit,
kecuali di Kepulauan Indonesia. Karena Wallace lebih banyak melakukan
pengamatan binatang daripada tumbuhan, biogeografi Indonesia yang
digambarkannya lebih menonjolkan keanekaragaman binatang atau
zoogeografi. Gajah, tapir, kera, beruang madu, banteng, harimau, badak,
bekantan, orangutan adalah contoh binatang yang diketahui menghuni di
Pulau Jawa, Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan. Sebagian besar diantara
jenis binatang itu tersebar di bagian Asia Selatan dan Tenggara. Hewan-
hewan tersebut menunjukkan pernah adanya hubungan darat di antara pulau-
pulau besar Jawa, Sumatra dan Kalimantan dan dengan Semenanjung Malaka.
Seperti dijelaskan Wallace, “setelah kita memeriksa zoologi negeri-negeri ini,
kita menemukan bukti bahwa pulaupulau yang besar ini pada suatu masa
merupakan bagian dari Benua Asia dan mungkin terpisah pada masa yang
belum lama berlalu (at very recent geological epoch). “Sebaliknya, spesies
mamalia dan burung yang hidup dibelahan timur Indonesia (Papua,
Kepulauan Aru, Misool dan Waigeo ) memiliki jenis serupa seperti yang di
Australia, misalnya: walabi, kanguru pohon, emu, platipus, wombat, kasuari
dan cendrawasih. “Adanya perbedaan yang mendasar di Kepulauan Indonesia
sehingga saya berkesimpulan bahwa bila sebuah garis ditarik di antara pulau-
pulau, kepulauan itu akan terbagi dua, setengah bagian termasuk Asia dan
setengah lagi termasuk Australia. Bagian yang pertama disebut Indo-Melayu
dan bagian kedua disebut Austro-Melayu,” tulis Wallace dalam buku
Menjelajah Nusantara. Pulau Bali yang hanya berjarak 35 km dari Pulau
Lombok -digolongkan sebagai kawasan zoogeografi Asia (Indo-Melayu)
karena beberapa spesies burung di Bali tidak dijumpai di Lombok dan
sebaliknya.
Sampai di sini urusan penggolongan dua kawasan zoogeografi selesai.
Namun Max Carl Wilhelm Webber (1852 – 1937) ahli zoologi Jerman belum
bersepakat atas garis demarkasi yang diusulkan Wallace. Weber, berdasarkan
hasil Ekspedisi Siboga (1899-1900) berteori bahwa garis pemisah zoogeografi
itu bukan melintasi Selat Makassar dan Selat Lombok melainkan lebih ke
timur antara Sulawesi dan Maluku dan antara Pulau Timor dan Australia. Ke
arah barat dari garis itu ia menghitung ada lebih dari 50% hewan yang mirip
dengan hewan Asia, dan di sebelah timur garis memiliki lebih dari 50%
hewan Australia. Garis itu dikenal sebagai Garis Weber. Sebelumnya, pada
tahun 1895 Richard Lydekker (1849 – 1915) mengusulkan garis pemisah itu
lebih ke timur lagi, antara Pulau Halmahera – Pulau Seram dengan Pulau
Misool dan Papua; antara Kepulauan Tanimbar -Kepulauan Kai dengan
Kepulauan Aru, yang dikenal sebagai Garis Lydekker.
Bukti Lain Sundaland Para ahli biogeografi masa kini memikirkan
tentang kawasan diantara Garis Wallace dan Garis Weber atau Garis
Lydekker sebagai zona peralihan yang meliputi Sulawesi, Nusa tenggara dan
Maluku. Pada masanya, di kawasan peralihan itu Wallace menemukan burung
maleo, anoa, babirusa di Pulau Sulawesi dan komodo dragon di Pulau
Komodo. Kawasan transisi ini dikenal juga sebagai Wallacea. Dibandingkan
dengan bentangan wilayahnya yang seluas 347.000 km2, Wallacea menjadi
rumah bagi spesies endemik paling tinggi di dunia. Sebanyak 1.500 dari
10.000 jenis tumbuhan dan 525 dari 1142 jenis binatang di kawasan Wallacea
adalah spesies endemik yaitu jenis mahluk hidup yang berkembang hanya di
suatu kawasan sempit tertentu.
Apa yang Wallace ‘ramalkan’ tentang menyatunya pulau-pulau Jawa,
Sumatra dan Kalimantan dengan semenanjung Malaka di masa lampau
berdasarkan temuan sebaran hewan-hewan di sana, daratan yang bersatu itu
kini disebut sebagai Sundaland menjadi kebenaran ilmu pengetahuan sampai
di era modernini. Para ahli kebumian masa kini percaya bahwa zaman es –
sebagian besar muka Bumi ditutupi es – yang terakhir pernah terjadi pada
zaman Pleistosen Akhir sampai kira-kira 18.000 tahun yang lalu (Voris,
2000). Ketika itu selain muka air laut diantara pulaupulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan dan semenanjung
Malaka menyusut, lapisan es menutupi seluruh kawasan Sundaland.
Lapisan es menjadi jembatan bagi hewan-hewan saling bermigrasi ke antara
pulau-pulau itu. Hal serupa terjadi antara benua Australia dengan Pulau Papua
dan pulau-pulau kecil di dekatnya yang disebut sebagai Paparan Sahul. Peta-
peta yang menggambarkan paleogeografi zaman Pleistosen memperlihatkan
daratan Sunda atau Sundaland (menyatunya pulau-pulau Jawa, Sumatra dan
Kalimantan dengan daratan Asia) dan daratan Sahul atau Sahulland ( Pulau
Papua dan pulau-pulau di sekitarnya menyatu dengan benua Australia). Salah
satu bukti modern adalah ditemukannya 6 spesies baru lalat sungai
(Drosophilla) yang penyebarannya hanya dijumpai di hutan-hutan di Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Bali (Suwito and Watabe, 2010). Bagaimana lalat
sungai yang berukuran 3 mm itu bisa menyebrangi laut di antara pulau-pulau
Jawa, Sumatra dan Kalimantan bila tidak ada ‘jembatan’ dan makanan di
antara pulaupulau itu. Indonesia memang negara kepulauan yang kaya raya,
gemah ripah loh jinawi. Tetapi ketika diminta menyebutkan di bidang apa dan
di bagian mana Indonesia kaya raya, kita tidak mudah begitu saja
menyebutnya. Keanekaragaman hayati dengan keunikan biogeografi yang
diperi oleh Wallace adalah kekayaan alam Indonesia yang harus diketahui
orang Indonesia. Dalam buku The World of Life (1911, tidak terbit di
Indonesia) Wallace menulis, bahkan seperti meramalkan : “Pertimbangan
pertimbangan ini seharusnya membawa kita untuk melihat pada semua karya
alam, yang hidup atau mati, diinvestasikan dengan kesakralan tertentu, untuk
digunakan oleh kita tapi tidak disalahgunakan, dan untuk tidak pernah secara
sembrono dihancurkan atau dirusak. Mencemari suatu sumber air atau sungai,
memusnahkan seekor burung atau binatang, seharusnya dianggap sebagai
pelanggaran moral dan kejahatan social (Munasri).
Cara-cara penyebaran Sir C. Lyell dan penulis-penulis lain telah
membahas masalah ini dengan baik. Perubhana iklim tentu telah berdampak
kuat pada migrasi ketika keadaan iklimnya berbeda, suatu wilayah mungkin
pernah menjadi lintasan yang ramai dalam migrasi, tetapi sekarang tidak dapat
dilalui. Perubahan permukaan tanah juga sangat berpengaruh, suatu tanah
genting yang sempit sekarang memisahkan dua fauna laut ,
menenggelamkannya atau pernah menenggelamkannya sebelumnya, dan
kedua fauna itu akan membaur atau mungkin pernah membaur sebelumnya
dimana laut sekarang meluas pada periode sebelumnya mungkin berupa tanah
yang menghubungkan pulau-pulau atau mungkin menyambung benua-benua
menjadi satu dengan demikian memungkinkan produksi-produksi darat untuk
melintas dari satu tempat ke tempat lain.
D. Perbedaan antara orang Indonesia dengan orang luar negri

Penggolongan suku bangsa adalah proses klasifikasi individu berdasarkan ciri


fenotip, asal usul geografis, wujud jasmani, dan tradisi suku. Pengelompokkan
suku bangsa yang kita bahas kali ini adalah pengelompokan biologis, ya!
1. Benua Asia
Ternyata di benua Asia terdapat empat macam induk bangsa. Ada Mongoloid,
Melayu, Dravida, dan Kulit Putih.
Induk Bangsa Mongoloid
Kira-kira, induk bangsa Mongoloid ini ciri-ciri fisiknya seperti apa ya? Ciri-
cirinya adalah berkulit putih atau kuning, rambut berwarna hitam dan lurus,
mata sipit, dan memiliki ukuran tubuh yang cenderung kecil. Bangsa yang
termasuk bangsa Mongoloid adalah Tiongkok, Jepang, Mongolia, Korea,
Tibet, Mancuria, Kirgis, Myanmar, dan Thailand.
Induk Bangsa Melayu
Mayoritas dari kalian pasti sudah cukup familiar dengan ciri-ciri fisik induk
bangsa Melayu, kan? Yes, mereka yang termasuk ke dalam induk bangsa
Melayu memiliki rambut hitam, kulit sawo matang, dan tinggi tubuh yang
bisa dikategorikan sedang. Mirip kamu, ya? Hehehe. Induk bangsa Melayu
menempati daerah-daerah Kepulauan Indonesia, Kepulauan Filipina, dan
Jazirah Malaka.
- Induk Bangsa Dravida
Kalau induk bangsa Dravida itu ciri-ciri fisiknya seperti apa, ya? Induk
bangsa Dravida memiliki ciri-ciri kulit warna hitam, postur tubuh pendek,
bentuk hidung pesek, rambut keriting, dan warna bola mata coklat. Bangsa
Dravida menempati daerah-daerah di Sri Lanka dan India bagian Selatan.
- Induk Bangsa Kulit Putih
Induk bangsa Kulit Putih tinggal di kawasan Asia Kecil, yaitu bangsa-bangsa
Arab, Iran, Yahudi, Armenia, dan Hindu yang sebagian bertempat tinggal di
Pakistan dan India. Mereka yang termasuk ke dalam induk bangsa Kulit Putih
memiliki pigmentasi kulit putih, meskipun beberapa dari mereka tidak
memilikinya secara keseluruhan.
2. Benua Afrika
Tahukah kamu, benua Afrika merupakan benua terbesar kedua, lho!
Benua Afrika juga merupakan tempat asal bangsa negro yang populasinya
juga sudah tersebar di seluruh dunia. Selain itu, di Afrika juga terdapat
kebudayaan dan variasi agama, bahasa, dan suku yang berbeda-beda. Yuk,
sekarang kita simak jenis-jenis suku bangsa di Afrika!
Ada 3 suku bangsa di Afrika. Suku bangsa yang pertama ini namanya bangsa
negro. Bangsa Negro adalah suku bangsa utama di Afrika yang berkulit hitam.
Oleh karena itu, Afrika disebut sebagai benua hitam, Squad! Suku bangsa
yang kedua disebut dengan bangsa Khoisan. Bangsa Khoisan ini adalah
bangsa tertua dari ras manusia, lho! Seperti bangsa Negro, bangsa Khoisan
juga berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa yang ketiga disebut dengan
bangsa Kulit Putih. Bangsa Kulit Putih ini tersebar di Afrika Utara dan Afrika
Selatan. Ada 3 kelompok bangsa Kulit Putih, nih. Ketiga kelompok tersebut
adalah bangsa Hamit, bangsa Semit, dan bangsa Indo-Eropa.
3. Benua Eropa
Benua Eropa terbentuk sebagai akibat dari proses separasi Asia. Jadi
awalnya, Eropa itu bukan sebuah benua sendiri, lho. Menurut ciri-ciri
fisiknya, bangsa eropa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu bangsa Nor, bangsa
Alpen, dan bangsa Mediteran.
Bangsa Nor ini memiliki ciri-ciri rambut pirang, bermata biru,
memiliki tengkorak panjang, dan bentuk muka yang cenderung sempit.
Biasanya bangsa Nor tersebar di Norwegia, Inggris, Denmark, Jerman Utara,
dan Belanda Utara. Bangsa selanjutnya adalah bangsa Alpen. Kalau bangsa
Alpen ini memiliki rambut dan mata yang berwarna hitam. Selain itu, mereka
juga cenderung tidak begitu tinggi dengan tengkorak dan mata yang lebar.
Lalu, bagaimana dengan bangsa Mediteran? Bangsa Mediteran memiliki
bentuk fisik yang kurang lebih sama dengan bangsa Nor, tetapi rambut dan
matanya berwarna hitam. Bangsa Mediteran ada di daerah Portugal, Spanyol,
Italia Selatan, dan Yunani.
4. Benua Amerika
Kamu sudah tau belum, Amerika Serikat, salah satu negara di benua
Amerika, adalah negara yang dijuluki negara Super Power. Amerika Serikat
dikenal seperti itu karena memiliki ekonomi dan kekuataan militer terbaik di
dunia. Keren banget, ya! Penduduk benua Amerika terdiri atas penduduk asli,
penduduk pendatang, dan penduduk campuran. Penduduk aslinya adalah suku
eskimo dan Indian. Sedangkan penduduk pendatangnya berasal dari berbagai
benua yang terdiri atas tiga ras utama, yaitu ras Negroid dan Afrika, Ras
Mongolia dari Asia, dan Ras kaukasoid yang berkulit putih dari Eropa.
5. Benua Australia
Australia pertama ditemukan oleh bangsa Eropa pada abad ke-7 dan
didirikan oleh tahanan-tahanan Inggris. Penduduk asli dari Australia adalah
suku aborigin. Ciri-ciri penduduk aborigin adalah berkulit hitam, rambut
keriting , bibir tebal, dan berkelopak mata lurus. Diperkirakan suku Aborigin
telah menetap di Australia sejak 60.000 tahun lalu. Jumlah penduduk
Aborigin sangat kecil jika dibandingkan dengan para pendatang.
E. Pengaruh manusia terhadap evolusi ekologi
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya selama evolusi berlangsung dari awal
hingga sampai saat ini, evolusi manuisa menjadi salah satu pemeran utama dalam
berlangsungnya kehidupan terutama dengan lingkungan yang dihuninya. Sejarah
mencatat bahwa evolusi manusia dari awal memiliki perubahan yang signifikan
hingga akhirnya terbentuklah sebuah hubungan timbal balik dalam sebuah
ekosistem, baik itu didalamnya terdapat simbiosis, persaingan, ataupun yang
lainnya.
Hakikat manusia sebagai makhluk hidup yang dianugerahi akal dan pikiran
yang dikatakan sempurna setelah mengalami tahap evolusi dari waktu ke waktu,
maka dalam menjalankan kehidupannya tentunya tidak lepas dari hubungan
antara manusia itu sendiri dengan lingkungannya. Sudah sepantasnya manusia
berperan penuh dalam hal kelestarian dan lingkungannya. Dimana sejak awal
evolusi pun manusia yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya maka ialah
yang mampu bertahan sampai mulai munculnya individu-individu baru yang lebih
sempurna baik dari segi morfologi hingga fisiologi.
Dalam pengelolaan lingkungan dibutuhkan ekologi manusia (Soemarwoto,
1997:20) yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Ekologi manusia disatu pihak dapat dilihat sebagai bagian
dari autekologi, yaitu ekologi dari spesies tunggal (homo sapiens). Saat manusia
dilihat sebagai mahluk social maka ekologi manusia dapat menggunakan
sinekologi sehingga ekologi manusia bersifat sebagai social.
Ekologi manusia adalah studi yang mengkaji interaksi manusia dengan
lingkungan. Sebagai bagian dari ekosistem, manusia merupakan mahluk hidup
yang ekologik dominan. Hal ini karena manusia dapat berkompetensi secara lebih
baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Hadi, 2000).
Berbagai kajian tentang interaksi telah berkembang pesat dan menghasilkan
spesialisasi cabang-cabang ilmu, seperti interaksi organel-organel sel dan sel-sel
dipelajari dalam biologi sel;Interaksi jaringan-jaringan dipelajari dalam histologi;
interaksi organ-organ, system organ dan organisme dipelajari dalam anatomi dan
fisiologi; interaksi populasi-populasi, komnuitas dan ekosistem dipelajari dalam
ekologi. Mengkaji ekologi tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan
tentangenergi dan ekosistem.
Pengertian tentang lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan
hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Lingkungan merupakan
penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggungjawab dan
kewajibannya dalam mengelola lingkungan hidup. Sikap dan perilaku ini sangat
diperlukan sehingga memungkinkan kelangsungan perikehidupan secara
keseluruhan serta kesejahteraan manusian dan mankhluk hidup lainnya.
Pengertian lingkungan hidup menurut UU No.23 Tahun 1997, adalah system
kehidupan yang merupakan kesatuan ruang, dengan segenap benda, keadaan,
daya dan makhluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Paradigma ilmu lingkungan (environmental science) adalah metode ilmiah
guna menghadapi kehidupan manusia yang kompleks dibawah tatanan alam
semesta, sehingga merupakan kombinasi hokum manusia dan hokum alam
berdasarkan teori, perangkat dan aplikasinya mengacu pada komponen nilai
kemanusiaan melalui keterampilan professional dan sistematika ilmiah (Armour
dan Lang 1975; Soerjani: 1997). Atas dasar pengertian ini, ilmu lingkungan
merupakan ilmu pengetahuan murni yang monolitik. Selanjutnya dalam
penerapannya ilmu lingkungan yang mengatur sikap atau perilaku manusia dapat
bersifat lintas disiplin menurut persoalan lingkungan yang dihadapi. Ilmu
lingkungan dapat berorientasi lintas disiplin dengan ekonomi, sosisologi,
kesehatan, psikologi, geografi, geologi, dsb.
Ilmu lingkungan, sebagaimana umumnya ilmu pengetahuan yang lahir dari
pemikiran para ilmuwan, pemerhati masalah lingkungan berlangsung sesuai
dengan dinamikanya ilmu pengetahuan. Sumbangan baru bagi perkembangan
ilmu pengetahuan berupa karya akademik (tertulis, terucapkan maupun
terbayangkan) sebagai hasil studi atau penelitian mendalam.
Ilmu lingkungan terkait erat dengan pengelolaan sumber daya termasuk
materi, manusia dan kompetensinya akan teknologi, seni dan budaya. Karena itu
penelitian ilmu lingkungan, mencakup metodologi kuantitatif maupuan kualitatif.
Metodologi kuantitatif bberdasarkan pemikiran positifisme, terhadap fakta
kehidupan dengan realitas objektif, disaping asumsi teoritik lainnya. Sedangkan
metodologi kualitatif berdasarkan paradigma fenomenologi dengan objektifitas
situasi atau keadaan tertentu yang dialami dalam kehidupan. Karena itu penelitian
ilmu lingkungan menggunakan kedua metodologi baik kuantitatif maupun
kualitatif secara seimbang. Pada umumnya kesimpulan penelitiannya lebih
diarahkan pada perumusan kualitatif yang operasional atas dasar perumusan
kuantitatif (Moleong: 2004).
Ilmu lingkungan mengajarkan pada manusia sebagai pengelola lingkungan
hidup dengan sebaik dan searif mungkin agar mendasarkannya pada berbagai ciri
pokok ilmu lingkungan yang perlu mendasari penelitian guna mengungkapkan
penelusuran yang linear (garis lurus) dari masalah yang dihadapi sampai
kebijakan yang perlu dirumuskan dan dipatuhi.
1. Masalah lingkungan harus dirumuskan secara jelas apa yang dipersoalkan
(what), mengapa sesuatu yang dipersoalkan terjadi (why) dan bagaimana
mengatasinya (how).
2. Dalam mengatasi suatu masalah lingkungan perlu dicermati sebab
akibatnya, sehingga pengelolaan lingkungan perlu didasarkan dengan
tindakan preventif sebelum menggapai tindakan represif atau kuratif,
walaupun kegagalan tindakan preventif akhirnya memerlukan tindakan
kuratif. Makna hidup adalah kesehatan, jadi mengupayakan kesehatan
adalah tindakan preventif, kalau terpaksa tidak sehat perlu diatasi secara
represif atau kuratif (pengobatan).
3. Pengelolaan lingkungan ditujukan kepada perilaku dan pembuatan yang
ramah lingkungan dalam semua sector tindakan., jadi istilah lingkungan
tidak boleh diobral sehingga maknanya menjadi kabur atau bahkan hilang
artinya. Teknologi harus ramah lingkungan jadi tidak perlu ada teknologi
lingkungan atau teknik lingkungan, karena teknologi atau teknik itu sudah
harus ramah lingkungan, jadi tidak ada teknologi tidak lingkungan.
Demikian pula dengan kesehatan lingkungan, cukup kesehatan saja tanpa
tambahan lingkungan. Perilaku ekonomi itu juga ramah lingkungan ,
artinya hemat sumber daya (tenaga, pikiran, materi dan waktu dengan
makna atau hasil kegiatan yang optimal) jadi sebenarnya tidak perlu
menggunakan istilah ekonomi lingkungan karena ekonomi sendiri sudah
harus ramah lingkungan. Ekonomi juga berarti hemat menyimpan atau
menabung dan berbagi adil bagi siapapun yang juga memerlukannya.
4. Lingkungan dimana manusia melangsungkan kehidupan itu sudah
diciptakan sangat baik, indah dan bermakna, jadi yang perlu diatur adalah
paham, sikap dan perilaku hidup kita sesuai dengan amanat tuhan yang
menciptakan semuanya di alam semesta ini.
Daftar Pustaka

Arif, Saiful. (2007). Ekologi Manusia dan Kesadaran Individu dalam Lingkungan
Hidup. Malang: Tidak Tersedia.

Darwin, Charles. (2002). On The Origin of Species. Terjemahan oleh F. Susilohardo


& Basuki Hernowo. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Dewi wahyuni, Ramli. (2009). Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo.

Geomagz. (2016). Wallace dan Biogeografi Indonesia. [Online]. Tersedia di :


http://geomagz.geologi.esdm.go.id/wallace-dan-biogeografi-indonesia/

Kevin Romm, Abigail. (2015). How & Why Do Ecosystems Change over Time?.
[Online]. Tersedia di : https://sites.jmu.edu/gbio103/how-why-do-ecosystems-
change-over-time/

Nurjhani K, Mimin. (2009). Modul Ekologi sebagai Ilmu Lingkungan: Tidak tersedia.

Sarinah. (2015). Evolusi dan perubahan ekosistem.[Online] Tersedia di:


https://www.yumpu.com/id/document/view/37414967/ekosistem/7

Anda mungkin juga menyukai