Anda di halaman 1dari 46

SEJARAH IPA

(IPA 19405)

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

OLEH:

ANASTASIA NAOMI FINA STEVI GULTOM (1913071023)

NI PUTU NITA ARI SUDEWI (1913071024)

NATANIA MARGARETA HUTABARAT (1913071033)

KELOMPOK 6

JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah kami dapat menyususn makalah “Perkembangan Teori Evolusi”
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk menunjang pembelajaran mata
kuliah Sejartah IPA. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan
Terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Ni Made Pujani, M.Si dan Ibu Luh Mitha Priyanka, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah IPA.
2. Orangtua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada kami.
3. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, serta semua pihak yang tidak
bias penulis sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah inijauh dari katasempurna, oleh karena itu sangat
diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga makalah ini dapat lebih baik dan sempurna lagi, dan dapat menjadi
pembelajaran untuk penulisan serta penyusunan makalah berikutnya.

Denpasar, 26 Mei 2012

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................
PRAKATA.......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1. 1................................................................................................................... Latar
Belakang....................................................................................................
1. 2................................................................................................................... Rumusa
n Masalah...................................................................................................
1. 3................................................................................................................... Tujuan
...................................................................................................................
1. 4................................................................................................................... Manfaat
...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

2. 1................................................................................................................... Teori
Evolusi.......................................................................................................
2. 2................................................................................................................... Sejarah
Perkembangan Sel.....................................................................................
2. 3................................................................................................................... Asal
Mula Kehidupan........................................................................................
2. 4................................................................................................................... Genetik
a Mendelin.................................................................................................
2. 5................................................................................................................... Teori
Sel Mol......................................................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Gambar 2

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Teori Evolusi mempelajari perubahan yang berangsur angsur menuju arah yang
sesuai dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup. Selain itu juga, teori evolusi juga
mengalami evolusi atau perubahan sesuai dengan perubahan jaman
dan perkembangan teknologi.
Evolusi sebagai cabang Biologi dalam rumpun Sains adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur menuju
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai imu pengetahuan, kajian evolusi
didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam
tingkat komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh
data-data penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan dengan
lengkap apa yang pernah terjadi pada masa lampau.Secara garis besar teori ini
menyatakan bahwa makhluk hidup yang ada di dunia sampai dengan saat ini
merupakan hasil perkembangan dari makhluk yang telah ada sebelumnya, baik yang
menyangkut struktur maupun fungsi, secara turuntemurun dari generasi ke generasi.
Dengan demikian, perubahan yang merupakan hasil perkembangan itu berlangsung
dalam waktu yang amat panjang, yaitu jutaan tahun seiring dengan evolusi alam
semesta.
Evolusi dapat dipelajari dengan metode pendekatan tertentu, misalnya
mempelajari struktur organisme yang masih berkerabat, mengaitkan perubahan ciri-
ciri yang masih bisa dilacak, kemudian mempelajari proses evolusi dari suatu
kelompok secara utuh, dari bentuk yang primitif sampai bentuk yang terlihat
sekarang. Sel merupakan massa protoplasma berbatas membran dengan sistem
organisasi yang sangat kompleks. Sel bukan merupakan suatu bangunan statis,
melainkan sebuah struktur yang sangat dinamis. Berbagai jenis aktivitas hidup yang

1
berlangsung di dalam tubuh organisme pada dasarnya berlangsung di dalam sel
dengan mekanisme sistem yang sangat harmonis. Aktivitas satu sel menunjang
aktivitas sel yang lain membentuk suatu sistem yang sangat harmonis untuk
menunjang sebuah kehidupan yang fungsional. Berdasarkan pemikiran para
ilmuwan tersebut, munculah berbagai teori asal mula kehidupan, seperti teori
abiogenesis (generatio spontanea), biogenesis, panspermia, neoabiogenesis, dan
teori penciptaan.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan teori evolusi?
2. Bagaimana perkembangan teori sel?
3. Bagaimana perkembangan asal mula kehidupan di bumi?
4. Bagaimana perkembangan genetika?
5.
1. 3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Dapat memahami perkembangan teori evolusi.


2. Dapat memahami perkembangan teori sel.
3. Dapat memahami perkembangan asal mula kehidupan di bumi.
4. Dapat memahami perkembangan genetika.
5. Dapat
1. 4 Manfaat

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.

1. Bagi penulis

Pembuatan makalah ini memberikan pengalaman bagi penulis untuk mengumpulkan


berbagai referensi dan membuat karya yang sesuai dengan sistematika penulisan.

2
Disamping itu, penulis mendapat pula ilmu untuk memahami materi yang berkaitan
dengan teori evolusi.

2. Bagi pembaca

Pembaca makalah dapat menelaah dan memahami kajian perkembangan teori


evolusi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Teori Evolusi

Evolusi, sebagai cabang Biologi dalam rumpun Sains adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur menuju
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai imu pengetahuan, kajian evolusi
didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam tingkat
komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh data-data
penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang
pernah terjadi pada masa lampau.

Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara


bertahap dan perlahan-lahan. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin
kompleksnya struktur dan fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam jenis
yang ada. Definisi lain tentang evolusi adalah proses perubahan yang berlangsung
sedikit demi sedikit, memakan waktu lama, dan menghasilkan perkembangan spesies
baru. Evolusi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan secara bertahap dalam
waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen dalam suatu individu
hingga menghasilkan perkembangan spesies baru.Spesies baru yang terbentuk
mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks (Sudarno, 1994).

2.1.1 Teori-teori Evolusi


Kajian tentang evolusi berdasarkan beberapa ilmuwan sangat beragam.
Beberapa ilmuwan mengklasifikasikan teori evolusi berdasarkan objek
kajiannya.  Menurut Amin (2009), berdasarkan obyek yang mengalami evolusi,
evolusi dibedakan menjadi dua, yaitu : evolusi anorganik dan evolusi organik.
a. Evolusi anorganik (evolusi universe)adalah yang terjadi pada lingkungan
abiotic Contohnya : terjadinya bumi

4
b. Evolusi organik adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan biotik dari
generasi ke generasi. Contohnya  : asal-usul kehidupan

Saat ini para ilmuwan telah memahami bahwa sifat suatu organisme
ditentukan atau diatur oleh subtansi kimia yang dikenal dengan DNA. Subtansi
tersebut tersimpan di dalam sel. Perubahan susunan kimia pada DNA akan
menyebabkan perubahan sifat organisme. Evolusi organisme dibedakan menjadi
dua macam, yaitu evolusi progresif dan evolusi regresif.

a. Evolusi progresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang


memungkinkan berlanjutnya kehidupan berikutnya.
b. Evolusi regresif, yaitu evolusi yang menghasilkan spesies yang tidak  
memungkinkan dapat berlanjutnya kehidupan berikutnya.

Bila setiap spesies hasil perubahan secara turun menurun terus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, suatu ketika akan dihasilkan turunan
yang bervariasi dan mengarah terbentuknya spesies baru. Terbentuknya variasi
dan spesies baru akan meningkatkan keanekaragaman hayati di planet bumi.

Berdasarkan skala perubahannya, evolusi debedakan menjadi atas makroevolusi


dan mikroevolusi.

a. Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan


perubahan dalam skalayang besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah
kepada terbentuknya species baru. Sebagai contoh makroevolusi adalah
kemunculan bulu selama evolusi burung dari dinosaurus teropoda.
b. Mikroevolusi adalah proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan
dalam skala kecil, yaitu mengarah pada perubahan frekuensi gen atau
kromosom. Ia juga disebut sebagai”perubahan di bawah tingkat
spesies”.Perubahan ini disebabkan oleh empat proses yang berbeda: mutasi,
seleksi (baik yang alami maupun buatan), aliran gen, dan hanyutan genetik.

Evolusi berdasarkan hasil akhirnya terbagi menjadi evolusi divergen dan


konvergen.

5
1. Evolusi divergen adalah proses evolusi yang perubahannya berasal dari satu
species menjadi banyak dua species yang berbeda. Contoh jumlah jari nenek
moyang vertebrata dan tupai antelop di Grand Canyon. Mereka berasal dari
nenek moyang yang sama. Akan tetapi keduanya menjadi spesies yang
berbeda karena isolasi geografis.
2. Evolusi konfergen adalah proses evolusi yang perubahannya menghasilkan 2
spesies memiliki perbedaan perkembangan organ-organnya mirip yang
menepati satu lingkungan.  Contoh Lumba-lumba, duyung, dan ikan Hiu.

Gambar 1. Evolusi konfergen


Sumber: id.pinterest.com

Evolusi dapat dipelajari dengan metode pendekatan tertentu, misalnya


mempelajari struktur organisme yang masih berkerabat, mengaitkan perubahan
ciri-ciri yang masih bias dilacak, kemudian mempelajari proses evolusi dari
suatu kelompok secara utuh, dari bentuk yang primitif sampai bentuk yang
terlihat sekarang. Berdasarkan hal ini, maka setiap organisme, yang ada sekarang
dan pernah ada, mempunyai nenek moyang (ansestor) yang berlainan dalam
hubungan kekerabatan pada suatu masa tertentu, meskipun jika dilacak ke
belakang sampai pada masa awal kehidupan, semua memang berawal dari satu
moyang asal. Sebagai ilmu pengetahuan, entah disebut sebagai teori ataupun
hipotesis, evolusi meliputi konsep-konsep esensial (pokok, penting), yaitu
sebagai berikut:

1. Perubahan evolusi adalah prubahan komposisi genetika suatu populasi


pada muatan waktu tertentu.

6
2. Alam berfungsi sebagai “pengarah” dalam proses evolusi populasi
makhluk hidup.
3. Faktor (atau juga sering disebut sebagai agen) terpenting dalam proses
evolusi adalah Seleksi Alam.
4. Bentuk-bentuk (manifestasi) respons makhluk hidup terhadap seleksi alam
diantaranya: adaptasi organisme, perubahan komposisi genetik suatu
populasi sesuai dengan kondisi lingkungan yang cocok dengan alel yang
tersedia, adanya beberapa mekanisme dalam perubahan evolutif, yang
dikenal sebagai isolasi (keterpisahan) dalam populasi jenis makhluk hidup,
antara lain dikenal dengan konsep isolasi: geografik, reproduksi, dan
perilaku, serta akibat-akibat yang menyertainya, terbentuk spesies baru.
5. Kehidupan di muka bumi berubah dari waktu ke waktu, ada yg muncul
dan ada yang punah.
6. Organisme sekarang mempunyai sejarah dan hubungan dengan organisme
yang hidup di masa lampau

Selama perjalanan teori evolusi, sejak pertama kali digagas sampai sekarang,
telah mengalami beberapa tahapan-tahapan penting. Pada hakekatnya apa yang
telah digagas dan dikembangkan oleh para pakar evolusi selalu menampilkan
pemikiran yang bersifat:

a. Sebagai upaya untuk menjelaskan fakta-fakta dan memadukannya dengan


konsep esensial dalam teori evolusi, sehingga teori evolusi terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu demikian juga dengan
konsep-konsepnya.
b. Teori evolusi tidak bertentangan dengan agama manapun di dunia.
c. Teori evolusi modern dapat menjelaskan proses-proses yang terjadi/
mungkin terjadi pada masa lampau, meskipun sebagian masih bersifat
hipotetik, namun selalu didasarkan pada fakta (fenomena) dan asumsi-
asumsi yang kuat.

7
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun
sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Darwin
adalah ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori evolusi, karena telah
banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, konsep
utama teori Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam yang dianggap
oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan
peristiwa evolusi. Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga
besar yaitu sebagai berikut:

A. Masa Pra-Darwin
Pemikiran-pemikiran evolusi tentang nenek moyang bersama dan
transmutasi spesies telah ada paling tidak sejak abad ke-6 SM ketika hal
ini dijelaskan secara rinci oleh seorang filsuf Yunani, Anaximander.
Beberapa orang dengan pemikiran yang sama meliputi Empedocles,
Lucretius, biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf Persia Ibnu Miskawaih,
Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi. Pada masa pra Darwin, teori
evolusi organik memperkirakan bahwa sejak kehidupan muncul di bumi,
telah terjadi suatu proses berkesinambungan. Organisme yang hidup
berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi yang besar adalah
sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan.
Respons ini berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu
hidup yang kemudian dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui
suatu proses pewarisan sifat yang telah mengalami perubahan itu. Masa
pra-Darwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Masa Fiksisme (Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus,
Buffon, Hooke, dll), yang pemikirannya memiliki kedekatan dengan
mitos, sehingga pendapatnya juga lebih bercorak sebagai fiksi ilmiah.
Konsep-konsep utama yang berkembang pada masa itu:
a. Sampai abad ke-18, paham yang berkembang adalah bahwa
organisme adalah sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam bahasan

8
Biologi tentang “Asal-usul Kehidupan” disebut sebagai Teori
Ciptaan Khusus (The Special Creation). Leewenhoek, meskipun
dengan eksperimen yang menemukan Paraemecium dari potongan
jerami yang direndam air selama 7 hari (sesuai dengan kitab
Kejadian, saat Tuhan menciptakan dunia dan seisinya),
menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup, yang
disebutnya dengan konsep generatio spontanea.
b. Adanya kelainan atau cacat tubuh adalah sebagai kutukan, jadi
bukanlah sebagai perubahan makhluk hidup yang dilatarbelakangi
oleh seleksi alam maupun perubahan genetik (mutasi) makhluk
hidup Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan Khusus
kemudian mulai digagas oleh beberapa orang ahli, seperti:
a) Carolus Linnaeus (1707 - 1778), seorang ahli botani Swedia,
mencari keteraturan di dalam keanekaragaman kehidupan
"untuk kemuliaan dan keagungan Tuhan". Linnaeus
mengelompokkan organisme berdasarkan kesamaan alat
reproduksinya, dan manusia dimasukkan ke dalam kelompok
kera (kera = Primata tidak berekor, monyet = Primata berekor)
Bagi Linnaeus pengelompokan spesies yang mirip tidak
mengimplikasikan adanya pertalian keluarga menurut garis
evolusi, tetapi seabad kemudian sistem taksonominya ternyata
menjadi titik fokus pendapat Darwin mengenai evolusi.
b) Buffon menyatakan bahwa hewan-hewan bersifat plastis.
Variasi-variasi kecil yang dihasilkan lingkungan akan
berakumulasi membentuk perbedaan perbedaan yang lebih
besar. Setiap hewan pada jalur tipe-tipe hewan, berubah dari
moyangnya yang keadaanya lebih sederhana.
c) Cuvier, Cuvier berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di
bumi ini berasal dari proses penciptaan, spesies itu tetap dan
tidak pernah berubah. menyatakan bahwa tipe-tipe baru spesies

9
terbentuk setelah ada bencana. Setiap spesies tercipta secara
terpisah. Georges Cuvier percaya bahwa bencana dan
malapetaka yang terjadi di muka bumi akan mengikis
kehidupan yang ada. Dalam setiap peristiwa bencana, selalu
ada satu wilayah yang terhindar dari bencana. Kehidupan yang
tersisa akan menyebar ke wilayah-wilayah lainnya. Cuvier
meyakini bahwa ada kehidupan yang telah mengalami
kepunahan.
2. Masa Adaptasi & Transformasi (Hutton, Malthus, Lamarck, Lyell dll.)
Semua ahli yang menyatakan teori evolusi masa ini didasarkan atas
adanya perbedaan antara makhluk satu dengan lainnya. Erasmus
Darwin, yang tiada lain kakek Charles Robert Darwin, dalam bukunya
“Zoonomia” menyatakan bahwa kehidupan itu berasal dari asal mula
yang sama. Respons fungsional yang dimiliki oleh individu makhluk
hidup akan diwariskan kepada keturunannya.
a. Jean Baptiste Lamarck (1744-1829)

Gambar 2. Jean Baptiste Lamarck


Sumber: en.wikipedia.id
Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu bentuk teori evolusi
kehidupan, yang kemudian dikenal sebagai Lamarckisme. Ia
percaya akan adanya perubahan linear pada makhluk hidup dari
bentuk tersederhana menuju bentuk yang lebih canggih. Walaupun
demikian, ia mendasarkan pada pendapat yang telah berlaku sejak

10
masa kuno yang menyatakan bahwa setiap spesies sudah ada sejak
penciptaan kehidupan. Pemikiran ini bertentangan dengan banyak
pendapat sarjana Perancis sezamannya, yang lebih condong pada
perkembangan spesies. Ketika itu dinyatakan bahwa spesies-
spesies terbentuk dalam perkembangan proses kehidupan, tidak
"langsung jadi" begitu saja. Perubahan yang terjadi pada spesies
adalah sebagai akibat respons makhluk hidup terhadap lingkungan
(adaptasi). Anggota tubuh yang terlatih akan menguat, sementara
yang tidak terpakai akan melemah dan tereduksi. Contoh yang
dikemukakan adalah leher jerapah. Hewan ini memiliki leher yang
panjang karena mulut di kepala selalu digunakan untuk meraih
daun-daun pakannya yang semakin tinggi. Hasil adaptasi (sedikit
demi sedikit) ini lalu diwariskan secara turun-temurun kepada
anaknya dan berlanjut sepanjang masa. Diantara para pendahulu
Darwin yang mampu mengembangkan suatu model komprehensif
untuk mencoba menjelaskan bagaimana kehidupan berevolusi.
Lamarck, adalah biologiwan Perancis yang dikenal karena
pendapatnya dalam teori tentang evolusi kehidupan. Dia
menyatakan bahwa perbedaan antar individu terjadi karena
kebiasaan atau latihan-latihan yang dilakukan individu tersebut.
Hal yang diperoleh melalui latihan dapat diturunkan kepada
anaknya.

Gambar 3. Perubahan Panjang Pada Leher Jerapah

11
Sumber: Pandubio.com
Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace mengemukakan
teori mereka, teori Lamarck sering kali disitir untuk menyanggah
pendapat Darwinisme tentang seleksi alam. Pertentangan
pemikiran ini baru tuntas setelah cabang ilmu Genetika semakin
dikenal orang pada abad ke-20. Konsep-konsep genetika banyak
memberi dukungan pada Darwinisme.
Para pendukung materialisme dialektika, pemikiran yang
berkembang pesat di akhir abad ke-19, menganggap
Lamarckisme sesuai dengan ideologi mereka, dan melahirkan
Neo-Lamarckisme. Kaum ini menolak teori evolusi Darwin,
mengadopsi Lamarckisme, dan bahkan mempraktekkannya dalam
bidang pertanian di negara- negara komunis. Vernalisasi
(perlakuan suhu rendah) terhadap benih gandum dianggap dapat
"melatih" tanaman sehingga tahan menghadapi musim dingin.
Pendapat ini dipercaya karena hasil penelitian Ivan Mitschurin,
seorang pemulia tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.
Charles Lyell mengemukakan adanya evolusi geologi. Teori ini
berbicara mengenai perubahan ketinggian tanah, sedimen yang
dibawa oleh air, perubahan partikel dan perubahan iklim. Dalam
teori ini, organisme-organisme yang ada dianggap sebagai
turunan hasil modifikasi spesies-spesies lain yang hidup di masa
geologi sebelumnya.
Malthus menyatakan bahwa kenaikan produksi bahan makanan
seperti fungsi deret hitung, sedangkan kenaikan jumlah penduduk
(populasi) menurut fungsi deret ukur. Karena pertumbuhan
makanan tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi, maka
setiap individu makhluk hidup harus berjuang untuk mendapatkan
makan sebagai prasyarat untuk mempertahankan hidup.
B. Masa Darwin

12
1. Masa Seleksi Alam (Darwin, Wallace)
Organisme di bumi yang beraneka ragam itu merupakan hasil dari
seleksi alam. Kondisi alam yang selalu berubah (dinamik), baik yang
berupa factor nirhayat (abiotik) maupun hayat (biotik), adalah sebagai
penyeleksi. Individu yang mampu menyesuaikan diri (karena kuat,
tahan penyakit, dsb) terhadap perubahan alam akan dapat bertahan
hidup, sedangkan yang tidak mampu akan terseleksi (tereliminasi,
mati). Struktur dan fungsi tubuh makhluk yang telah lolos dari seleksi
merupakan sifat yang akan diwariskan kepada generasi penerusnya.
Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi
(kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
berproduksi). Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara
lingkungan dan keanekaragaman yang melekat di antara individu-
individu organisme yang menyusun suatu populasi. Produk seleksi
alam adalah adaptasi populasi organisme dengan lingkungannya.
a. Charles Robert Darwin (1809 - 1882)

Gambar 4. Charles Robert Darwin


Sumber: id.pinterest.com
Charles Darwin lahir di Shrewsbury Inggris. Semenjak kecil ia
sudah memiliki minat terhadap alam. Kalau tidak memancing,
berburu dan mengumpulkan serangga, ia membaca buku-buku
tentang alam. Ayahnya seorang dokter terhormat yang terkenal.
Karena beliau melihat tidak ada prospek yang bagus bagi

13
seorang ahli alam, ia mengirim Darwin ke University of
Edinbur untuk belajar ilmu kedokteran. Saat itu Darwin berusia
16 tahun. Walaupun mendapatkan nilai dengan angka yang
baik, Darwin menganggap sekolah itu memuakkan dan
membosankan, akhirnya ia meninggalkan Edinburgh tanpa
suatu gelar apa pun. Selanjutnya, ia mendaftarkan diri di Christ
College Cambridge University, dengan harapan menjadi
seorang imam.
Darwin mempelajari variasi yang terdapat pada berbagai
burung jenis merpati yang dipelihara (domestikasi) oleh para
penggemar burung di Inggris. Darwin menemukan berbagai
variasi, seperti: merpati gundul, merpati jambul, merpati pos,
merpati ekor merak, pouter, dan sebagainya. Darwin
menganggap bahwa variasi itu adalah spesies (ini tidak betul
sete-lah ditemukan definisi spesies). Semua variasi itu
dinyatakan sebagai peristiwa spesiasi (pembentukan spesies
baru) yang berasal dari moyang merpati, yaitu merpati liar (rock
pigeon) yang masih banyak hidup di Inggris. Darwin melakukan
observasi tentang asal-usul burung di kepulauan Galapagos.
Sasaran pengamatannya adalah burung finch (emprit
branjangan). Darwin menemukan fakta bahwa berbagai spesies
finch, berdasarkan pada tempat hidup (habitat khusus) dan jenis
makanannya, terdapat variasi pada struktur paruh mereka.
Melihat adanya keanekaragaman makhluk hidup, tetapi tidak
tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Konsep Darwin tentang spesiasi
ini ditulisnya sebagai buku yang berjudul: The Origin of Species
by Means Natural Selection and Preservation of The Fits in
Struggle for Life, pada tahun 1844. Menurut Darwin evolusi
terjadi karena adanya seleksi alam (faktor alam yg mampu
menyeleksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab

14
terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam). Ia juga
mengoreksi pendapat Lamarck tentang jerapah. Jerapah yang
berleher panjang berasal dari yang berleher panjang pula,
sedangkan yang berleher pendek musnah. Faktor yang
menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi adalah seleksi alam).
Dari teori yang ada, Darwin menyusun bukti-bukti dan
mengemukakan suatu teori untuk menjelaskan bagaimana
evolusi tersebut berlangsung. Ia menjelaskan data, yang
dikatakannya sebagai bukti, sebagai berikut:
1. Kecepatan reproduksi semua spesies (jenis) melebihi
kecepatan penambahan persediaan makanan.
2. Semua organisme menunjukkan variasi, tidak ada dua
individu dlm satu jenis yg persis sama.
3. Semakin banyak individu memiliki peluang untuk hidup,
tetapi karena keterbatasan makanan, tiap individu harus
berjuang mempertahankan hidup, yang didukung oleh:
ukuran tubuh, kekuatan, kemampuan lari, atau ciri apapun
untuk bertahan yang menyebabkan individu punya
kelebihan tehradap yang lain.
4. Ciri yang mendukung kemampuan bertahan hidup akan
diwariskan kepada generasi berikutnya
5. Sepanjang masa geologik, variasi-variasi yang mampu
bertahan akan menghasilkan perbedaan yang kian nyata, dan
terbentuklah jenis baru.
Selanjutnya Darwin menyatakan inti (konsep pokok) teori
evolusi dapat dibagi menjadi beberapa pokok berikut ini:
1. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi
karateristik yang muncul dalam penampakan fenotip
organisasi tersebut.

15
2. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah
setiap spesies relatif tetap. Hal ini terjadi karena banyak
individu yang tersingkir oleh predator, perubahan iklim dan
proses persaingan.
3. Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan)
merupakan suatu usaha individu organisme untuk bertahan
hidup. Individu dengan variasi yang tidak sesuai untuk
kondisi-kondisi yang umum di alam, akan tersingkir. Adapun
individu-individu dengan variasi yang menguntungkan dapat
melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak diri dengan
berproduksi.
4. The survival of fittest, ketahanan didapat dari organisme
yang memiliki
kualitas paling sesuai dengan lingkungan. Individu-individu
yang dapat
hidup akan mewariskan variasi-variasi tersebut kepada
generasi berikutnya. Seiring dengan berkembangnya
pengetahuan biologi pada abad ke-18, pemikiran evolusi
Darwin mulai menelusuri kembali pemikiran beberapa filsuf
seperti Pierre Maupertuis (1745) dan Erasmus Darwin
(1796). Pemikiran biologiawan Jean-Baptiste Lamarck
tentang transmutasi spesies juga memiliki pengaruh yang
kuat. Charles Darwin merumuskan pemikiran seleksi
alamnya pada tahun 1838 dan masih mengembangkan
teorinya pada tahun 1858 ketika Alfred Russel Wallace
mengirimkannya teori yang mirip, melalui suratnya "Surat
dari Ternate". Keduanya diajukan ke Linnean Society of
London sebagai dua karya yang terpisah. Pada akhir tahun
1859, publikasi Darwin, On the Origin of Species,
menjelaskan seleksi alam secara detail dan memberikan

16
bukti yang mendorong penerimaan luas evolusi dalam
komunitas ilmiah.
b. Sir Alfred Russel Wallace

Gambar 5. Sir Alfred Russel Wallace


Sumber: id.Pinterest.com
Dari hasil perjalanannya ke Malaysia, Borneo, Sulawesi dan
Maluku, dia melihat perbedaan fauna di Indonesia bagian Barat
dan Timur, yang dibatasi dengan garis imajiner membentang
dari utara laut antara pulau Kalimantan dengan pulau Sulawesi,
membentang ke selatan membelah selat Lombok. Laut yang
disebut sebagai pembatas ini merupakan laut yang dalam. Fauna
Kalimantan dan Bali ke barat bersubtipe Malesia yang
merupakan tipe flora Asia, sedangkan fauna Sulawesi dan
Lombok ke timur bersubtipe Australasia, mirip fauna Australia.
Ia juga menyatakan persetujuannya pada konsep Survival of the
fittest (siapa yang kuat dia yang menang) seperti yang
dikemukakan oleh Darwin).
2. Masa Teori Genetika (Mendel, De Vries, Tschernov, Bateson, dan
Weismann)
a. Gregor Johan Mendel

17
Gambar 6. Gregor Johan Mendel
Sumber: idntimes.com
Hukum Pewarisan Sifat Pengkajian kembali kembali karya Gregor
Johan Mendel mengenai genetika, Gregor Johann Mendel adalah
ahli botani dan biarawan berkebangsaan Austria yang menyusun
konsep-konsep dasar genetika. Penyelidikan sifat pewarisan dalam
genetika dilakukan oleh Mendel dengan memanfaatkan kacang
ercis yang tidak diketahui oleh Darwin dan Wallace, dikemukakan
oleh Hugo de Vries untuk menjelaskan tentang pewarisan sifat
makhluk hidup kepada keturunannya.
b. De Vries dan Tschernov menguatkan kembali hukum Mendel
melalui penelitian-penelitian yang dilakukan. Pada masa Darwin
teori Genetika dan teori Evolusi merupakan dua disiplin ilmu yang
berkembang bersama dan terpisah satu dengan lainnya tanpa ada
sangkut pautnya. Mereka berdualah yang menghubungkan antara
dua teori tersebut, sehingga teori Evolusi mampu memberikan
penjelasan tentang bagaimana perubahan sifat yang terjadi itu
dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen, dan kemudian diwariskan
kepada keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi dapat
berlangsung berulang kali, sehingga perbedaan (penyimpangan)

18
sifat (yang dibawa oleh gen hasil mutasi) semakin jauh. Hasilnya
adalah makhluk hidup yang makin beragam hingga kini.
c. Bateson menyatakan bahwa kesesuaian antara warna tubuh
makhluk hidup dengan lingkungannya, atau disebut mimikri,
merupakan adaptasi dalam bentuk warna penyamaran, sehingga
tidak tampak mencolok. Contoh yang diambil olehnya adalah
warna sayap berbagai kupu-kupu. Penyamaran warna ini sebagai
perlindungan makhluk, baik terhadap hewan lain sebagai
pemangsa (predator) alaminya maupun bagi predator ketika
mencari korban (prey).
d. Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup
pada tahun 1834-1912, menyatakan bahwa evolusi terjadi karena
adanya seleksi alam terhadap faktor genetis. Variasi yang
diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari
lingkungannya tetapi perubahan yang diatur oleh faktor genetik
atau gen. Dalam percobaannya Weismann memotong ekor tikus
sampai 20 generasi, tetapi anaknya tetap saja berekor. Percobaan
ini menyanggah teori evolusi Lamarck.

Berdasarkan pendapat para ahli seperti yang telah disebut di atas,


perdebatan mengenai mekanisme evolusi terus berlanjut. Ketika
Darwin mencetuskan teori evolusinya, ia tidak dapat menjelaskan
sumber variasi terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam.
Seperti Lamarck, ia beranggapan bahwa orangtua (parental)
mewariskan adaptasi yang diperolehnya selama hidupnya, teori
yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme. Pada tahun 1880an,
August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak
diwariskan, dan Lamarckisme berangsur-angsur ditinggalkan.
Selain itu, Darwin tidak dapat menjelaskan bagaimana sifat-sifat
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pada tahun

19
1865, Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat
dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan kembali pada
tahun 1900-an, ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi
oleh genetikawan dan biometrikawan meretakkan hubungan
model evolusi Mendel dan Darwin.

C. Masa Pasca-Darwin
Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan
pada masa sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara
ilmu satu dengan lainnya. Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada
awal 1900-an memberikan dorongan terhadap pemahaman bagaimana
variasi terjadi pada sifat tumbuhan dan hewan. Seleksi alam menggunakan
variasi tersebut untuk membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi
yang terpantau pada organisme hidup. Walaupun Hugo de Vries dan
genetikawan pada awalnya sangat kritis terhadap teori evolusi, penemuan
kembali genetika dan riset selanjutnya pada akhirnya memberikan dasar
yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan daripada ketika
teori ini pertama kali diajukan. Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi
dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evolusioner.
Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang
menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman
hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada
pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu.
Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas
sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of
Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi
alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi
dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin
digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi

20
modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme
evolusi (seleksi alam).
Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang
secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah
menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara
lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi. Kontradiksi
antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya Mendel
disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi
seperti J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang
menyusun dasardasar genetika populasi. Hasilnya adalah kombinasi
evolusi melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi sintesis
evolusi modern. Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling
menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat menjelaskan
fenomena evolusi. Pernyataan ini didukung oleh sebagian besar ahli
biologi pada waktu itu. Theodozius Dobzhansky, ahli genetika, berjasa
merangkum begitu banyak fenomena evolusi dari berbaga macam disiplin
biologi. Ahli-ahli lain yang terlibat dalam pengembangan teori evolusi
pasca Darwin antara lain : Morgan, yang melakukan pengamatan terhadap
fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila melanogaster); Mayr &
Darlington, seorang ahli taksonomi sistematik & zoogeografi burung,
menemukan fenomena evolusi yang baru; Simpson, ahli Paleontologi.
2. 2 Sejarah Perkembangan Sel
2.2.1 Asal Mula Terbentuknya Sel
Terbentuknya molekul organik dalam dunia purba adalah tahap pertama
pembentukan sel primitif. Protein dan lipida terkumpul di sekitar RNA atau DNA
primitif sehingga menghasilkan bentukan serupa kantung. Sel primitif ini mulai
mengembangkan kemampuan untuk menggunakan RNA sebagai materi
genetiknya. Lipid berperan membangun membran yang melindungi berbagai
komponen sel. Walau protein dan RNA memiliki kemampuan enzimatik, tetapi

21
bila protein lebih dominan dalam perannya, maka RNA akan mengurangi peran
kataliknya. DNA baru ditemukan pada tahap evolusi berikutnya.

DNA lebih stabil daripada RNA, sehingga DNA dapat menyimpan dan
mentransfer informasi genetik dengan tingkat kesalahan yang rendah. Sel primitif ini
sangat mirip dengan bakteri, sel ini hidup dalam media senyawa organik yang disebut
primitive soup. Sayangnya media ini menyediakan suplai energi yang terbatas. Secara
perlahan sel primitif ini mulai mencari sumber energi baru, yaitu sinar matahari.

Bentuk awal fotosintesis di muka bumi ini berupa proses yang mengolah
energi sinar matahari dan belerang. Bentuk fotosintesis pada tahap selanjutnya tidak
lagi memakai belerang, tetapi memakai H2O dan melepaskan O2 ke atmosfer.
Keberadaan oksigen di atmosfer mulai mengubah bumi. Karena adanya oksigen,
maka kemampuan respirasi mulai terbentuk. Sel pada tahap selanjutnya mampu
menghasilkan energi dengan cara mengoksidasi zat makanannya. Fotosintesis
melepas oksigen dan mengambil karbondioksida, sementara respirasi melakukan
sebaliknya. Proses ini membuka jalan terbentuknya ekosistem dimana flora dan fauna
berinteraksi saling melengkapi.

2.2.2 Penemuan Sel


Beberapa ahli yang berjasa dalam penemuan dan pengembangan tentang konsep
serta teori sel adalah sebagai berikut.

22
1. Robert Hooke

Gambar 7. Robert Hooke


Sumber: Google Image
Seorang polymath Inggris yang lahir pada 18 Juli 1635. Pada 1665, Hooke
mengamati sayatan gabus dari batang Quercus suber menggunakan
mikroskop. Ia menemukan adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding
tebal dalam pengamatannya. Hooke menyebut ruang-ruang kosong tersebut
dengan istilah cellulae yang artinya sel. Sel yang ditemukan Hooke
merupakan sel-sel gabus yang telah mati. Melalui penemuannya tersebut,
Hooke mulai menarik perhatian pada ahli terhadap struktur kecil penyusun
tubuh makhluk hidup ini.
2. Scheilden & Schwann

Gambar 8. Scheilden & Schwann

23
Sumber: SteveGalik.org
“Sel merupakan kesatuan atau unit struktural”. Teori ini dikemukakan oleh
Jacob Scheilden (1804–1881) yang merupakan ahli botani berkebangsaan
Jerman dan Theodor Schwan (1810–1882). Pada tahun 1839, Scheilden
mengadakan pengamatan mikroskopis terhadap sel tumbuhan (memiliki
dinding sel dan membrane sel, umumnya memiliki plastida, tidak memiliki
lisosom, tidak memiliki sentrosom, timbunan zat berupa pati, bentuk, dan
memiliki vakuola dengan ukuran besar dan banyak). Pada waktu yang
bersamaan Schwan melakukan pengamatan terhadap sel hewan (tidak
memiliki dinding sel, tidak memiliki plastida, memiliki lisosom, memiliki
sentrosom, timbunan zat berupa lemak dan glikogen, bentuk tidak tetap, pada
hewan tertentu memiliki vakuola dengan ukuran kecil dan sedikit).
Dari hasil pengamatannya, mereka menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Tiap makhluk hidup terdiri dari sel.
2. Sel merupakan unit struktural terkecil pada makhluk hidup.
3. Organisme bersel tunggal terdiri dari sebuah sel, organisme lain
yang tersusun lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak.
3. Robert Brown

Gambar 9. Robert Brown


Sumber: en.wikipedia.org

24
“Pada sel terdapat inti sel (nukleus)”. Pada tahun 1831, Brown
mengemukakan hasil penelitiannya pada tanaman anggrek bahwa
protoplasma mempunyai bagian yang disebutnya sebagai nukleus atau inti
sel. Robert Brown adalah seorang botanis Skotlandia yang memberikan
sumbangan penting terhadap terhadap botani melalui penemuan inti sel dan
aliran sitoplasma, pengamatan pertama dari Gerakan Brown, penelitian awal
terhadap penyerbukan dan pembuahan tumbuhan. Brown juga salah satu
yang pertama mengenali perbedaan mendasar antara tumbuhan gimnosperma
dan angiosperma dan melakukan studi awal palinologi.
4. Felix Dujardin

Gambar 10. Felix Dujardin


Sumber: en. Wikipedia.org
“Di dalam setiap sel makhluk hidup terhadap sitoplasma”. Pada tahun 1835
menegaskan bahwa bagian terpenting dalam sel adalah protoplasma, yang
merupakan cairan yang terdapat di dalam lumen (ruang) sel.
5. Johannes Purkinje (1787–1869)
Menyatakan bahwa protoplasma merupakan bahan-bahan embrional
sebagaimana yang terdapat di dalam sel telur. Sampai demikian, akhirnya
teori sel berkembang lebih jauh dengan menyatakan bahwa sel merupakan
unit struktural dari kehidupan dan merupakan unit fungsional bagi kehidupan.
6. Rudolf Virchow
“Sel sebagai unit pertumbuhan makhluk hidup”. Pada tahun 1858, Virchow
menyatakan lebih lanjut bahwaa, semua sel berasal dari sel (omnis cellula-

25
cellula). Ini berarti bahwa sel merupakan unit pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Ini adalah penolakan terhadap konsep
generasi spontan (spontaneous generation), yang menyatakan organisme
berasal dari benda mati.
7. Max Schultze
“Sel sebagai unit fungsional makhluk hidup”. Pada tahun 1861, Schultze
meyakinkan kebenaran teori-teori tentang sel dengan menyatakan bahwa
protoplasma merupakan dasar fisik kehidupan. Protoplasma bukan hanya
bagian struktural sel, tetapi juga merupakan bagian penting sel sebagai
tempat berlangsung reaksi-reaksi kimia kehidupan. Berdasarkan hal ini
muncullah teorisel yang menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan
fungsional kehidupan.
8. Thomas Huxley
Sel merupakan kesatuan fisik kimia.
9. Watson and Crick
Sel merupakan kesatuan hereditas, dimana materi genetic diturunkan oleh sel
kepada keturunannya.
2. 3 Asal Mula Kehidupan

Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang kosong dan lama-kelamaan
dunia ini penuh dengan makhluk-makhluk yang menempati bumi dan mulailah
terjadi kehidupan di dunia ini. Sejarah kehidupan di bumi dapat diungkap melalui
fosil. Fosil telah menjadi bukti yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian
makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala besar di atas
tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama.
Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sedimen. Melalui proses alami
yang panjang, sedimen-sedimen dapat tersusun secara berlapis-lapis membentuk
strata (tingkatan). Setiap lapisan strata catatan fosil berguna bagi ilmuwan untuk
menjelaskan sejarah kehidupan di bumi. Studi kasus yang mempelajari catatan fosil
disebut paleontologi.

26
2.3.1 Teori-teori Tentang Asal Mula Kehidupan di Bumi

Di bawah ini adalah beberapa teori atas hgipotesis asal mula kehidupan di bumi.

1. Teori Transendental
Teori ini merupakan jawaban secara religi bahwa benda hidup itu diciptakan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa atau Super Nature di luar jangkauan sains.
2. Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea)
Sebelum abad 17, teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
benda mati. Orang menganggap bahwa makhluk hidup terbentuk secara
spontan atau terbentuk dengan sendirinya, sehingga anggapan ini disebut teori
generatio spontanea. Contohnya ada pada kejadian:
1. Belatung dan ulat muncul dengan sendirinya dari bangkai tikus
2. Dari gudang padi muncul tikus.
Paham ini disebut abiogenesis artinya makhluk hidup terbentuk dari bukan
makhluk hidup, misalnya dari lumpur akan timbul cacing. Seperti yang
terlihat dan isi teorinya, penganut dari abiogenesis adalah ilmuwan-ilmuwan
di masa lampau, seperti Aristoteles (384 – 322 SM) yang kemudian, Antony
an Leuwenhoek (seorang Belanda) ikut mendukungnya di tahun 1677. Antony
memperlihatkan melalui mikroskopnya bahwa makhluk renik berasal dari
jerami yang direndam. Lalu pada abad ke-19, teori ini disanggah.
3. Teori Biogenesis
Teori biogenesis adalah teori asal usul kehidupan yang menyatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lain. Berikut ini merupakan para
ilmuwan yang mengambil andil dalam mengemukakan teori ini.
a. Francesco Redi
Merupakan orang pertama yang melakukan percobaan untuk menyanggah
teori abiogenesis. Redi membuat percobaan dengan memasukkan daging ke
dalam dua buah toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples dengan
penutup. Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging dalam
toples yang terbuka. Sementara daging di toples yang tertutup bersih. Redi

27
mengambil kesimpulan bahwa belatung tersebut berasal dari lalat-lalat
yang masuk ke dalam toples dan bertelur disana. Tidak berhenti sampai di
situ, Redi kembali membuat percobaan untuk meyakinkan kesimpulannya.
Redi memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat tutup yang
terbuat dari kain kassa. Hal tersebut dilakukannya agar udara dari luar bisa
masuk dan terjadi pembusukan daging tetapi lalat tidak dapat masuk
sehingga mencegah munculnya telur lalat. Hasilnya daging tersebut
membusuk dan tidak ada larva yang lahir.

Gambar 11. Percobaan Francesco Redi


Sumber: pustaka.ut.ac.id
b. Lazzaro Spallanzani
Hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani
berusaha membuktikan bahwa munculnya organisme berasal dari
organisme lain yang hidup. Spallazani melakukan pengujian dengan
memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua tempat yang berbeda.
Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi yang
berbeda: wadah yang pertama diberi penutup, sementara wadah satunya
dibiarkan terbuka. Setelah didiamkan beberapa hari, terlihat bahwa di
wadah yang terbuka, kondisi air kaldu menjadi keruh dan aromanya
busuk. Di sisi lain, kondisi air kaldu pada wadah yang tertutup tetap
jernih. Hal ini terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang
berasal dari udara bebas.

28
Gambar 12. Percobaan Lazzaro Spallanzani
Sumber: pustaka.ut.ac.id
c. Louis Pasteur
Seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis yang berhasil
menyempurnakan percobaan Spallanzani. Sekaligus mematahkan teori
abiogenesis. Pasteur memodifikasi salah satu wadah yang digunakan
Spallanzani dengan wadah labu berleher panjang. Leher panjang ini
berguna sebagai indikator yang memberitahukan bahwa masih ada
hubungan antara labu dan udara di luar (masih ada oksigen untuk
mikroorganisme hidup). Setelah dipanaskan dan didiamkan beberapa hari,
ternyata air kaldu yang ditempatkan di labu berleher panjang tetap jernih.
Tetapi, di bagian ujung lehernya muncul banyak debu dan kotoran.
Sementara pada wadah yang terbuka, mengandung mikroorganisme.
Eksperimen ini pun mematahkan teori abiogenesis dan menghasilkan teori
baru dengan 3 isi sebagai berikut:
a) Omne vivum ex ovo: semua makhluk hidup berasal dari telur
b) Omne ovum ex vivo: semua telur berasal dari makhluk hidup
c) Omne vivum ex vivo: semua makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup

29
Gambar 13. Percobaan Louis Pasteur
Sumber: pustaka.ut.ac.id
4. Teori Uray
Ahli kimia Amerika yang mengemukakan bahwa atmosfer pada mulanya kaya
akan gas-gas metan (CH4), amoniak (NH3), hidrogen (H), dan H2O. Zat-zat ini
merupakan unsur penting dalam tubuh makhluk hidup. Diduga karena adanya
energi dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmos, unsur-unsur itu
mengadakan reaksi kimia membentuk zat-zat hidup. Zat hidup yang mulanya
terbentuk kira-kira sama dengan virus yang kita kenal sekarang. Zat ini
setelah berjuta-juta tahun berkembang menjadi organisme.
5. Teori Oparin – Haldene
Oparin merupakan ahli biologi Rusia dan Haldene merupakan ahli biologi
Inggris. Secara terpisah mengemukakan pendapat yang sama mengenai asal
mula kehidupan. Secara singkat, pendapatnya adalah sebagai berikut: “Jasad
hidup terbentuk dari senyawa kimia dalam laut pada saat atmosfer bumi
belum mengandung oksigen bebas”. Jasad hidup pertama disebut protobiont,
diperkirakan hidup di dalam laut kira-kira 10 meter di bawah permukaan laut.
Pada tahun 1953, Stanley L. Miller, seorang murid Uray membuat percobaan
yang sangat berhasil. Percobaannya dilakukan untuk menguji anggapan bahwa
pada kondisi awal dari atmosfer bumi yang kaya akan metan, amoniak,
hidrogen, dan air. Dengan bantuan kilatan listrik dan suhu yang cukup, dapat

30
terbentuk senyawa-senyawa organik, termasuk asam amino, purin, primidin,
gula ribosa, maupun 2-dioksiribosa, asam nukleat, dan nukleosida seperti
ATP. Semua senyawa tersebut adalah senyawa dasar dari jasad.
Weisz, melanjutkan hipotesis Oparin, disertai bekal teori Uray yang telah diuji
kebenarannya oleh Miller (1961). Menurut Weisz, penggabungan senyawa
kimia itu berlangsung menjadi molekul-molekul yang lebih besar dan
kompleks. Salah satu ikatan yang banyak itu berbentuk asam nuklein yang
terdiri dari gula-fosfat-purin-primidin-asam amino. Rantai ini cenderung
untuk mengikat rantai-rantai dari sekitarnya, sehingga terjadilah rantai ganda
yang setangkup. Kemudian rantai yang satu melepaskan diri dari yang
pertama dalam bentuk duplikat. Mulai dari sinilah, mungkin terjadi loncatan
tingkah laku kimiawi dari sifat tak hidup ke sifat hidup. Pada saat rantai yang
tadi mengikat rantai yang sama, boleh kta sebut sebagai reproduksi yang
pertama.
Perubahan secara bertahap dari semua makhluk hidup itu, terjadi perlahan dan
terus-menerus dan disebut dengan evolusi. Evolusi yang terjadi di bumi ini
tidak berlangsung secara cepat tapi bertahun-tahun dan sampai sekarang
kehidupan di bumi berlangsung.
2. 4 Genetika Mendelian
2.4.1 Sejarah Perkembangan Genetika
Pengetahuan tentang genetika sudah ada sebelum abad ke-19, disebut dengan
Pre-Mendel bangsa babilonia 6000 tahun lampau telah menyususn silsilah kuda
untuk memperbaiki keturunannya, beberapa abad sebelum masehi bangsa Cina
sudah mengenal seleksi terhadap benih-benih padi yntuu mencari sifat-sifat
unggul pada tanaman tersebut. Orang-orang di Amerika dan Eropa telah
melakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap jagung dan gandum ribuan
tahun lampau. Namun semua itu belum diuraikan secara ilmiah, belum dapat
dicirikan sifat-sifat menurun tertentu pada suatu mahluk.
2.4.2 Genetika Mendelian

31
Gregor Johann Mendel adalah seorang biarawan berkebangsaan Austria yang
lahir pada tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria.
Mendel memiliki jasa yang besar dalam memperkenalkan ilmu pengetahuan
tentang pewarisan sifat atau genetika. Ayah Mendel adalah seorang petani buah
dan hal ini lah yang memperngaruhinya sejak kecil. Setelah ia belajar filsafat 2
tahun di universitas, ia masuk biara dekat Burnn, Austria, ia dapat
mengembangkan pengamatannya dalam tanaman disamping mendalami
kehidupan keagamaan. Kemudian ia pun diijinkan memakai pekarangan biara
untuk dipakai sebagai kebun percobaan.
Mendel berhasil mengamati suatu macam sifat keturunan (karakter) dari
generasi ke generasi, dan berhasil membuat perhitungan matematika tentang sifat
genetis karakter itu. Faktor generisnya disebut dengan determinan. Inilah
keunggulannya dibandingkan dengan percobaan persilangan yang sering
dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu Mendel disebut sebagai bapak genetika
yang memberikan dasar pengetahuan tentang genetika modern. Penemuan
Mendel ini telah ia ceramahkan di perhimpunan ilmu pengetahuan alam di
negaranya, lalu setelah stu tahun (1866) diterbitkan pula dalam majalah
perhimpunan tersebut, namun tetap saja tidak mendapatkan perhatian. Hal
initerjadi mungkin karena Mandel masih tetap terpengaruh oleh buku Carles
Darwin “On The Origin Of Species” (tentang evolusi) yeng tersohor sampai
sekarang. Sehingga penemuan mendel tertutupi begitu saja oleh Darwin, pun dua
tahun sejak diterbitkannya buku Mendel itu, menerbitkan buku yang berjudul
“Variation Of Animals and Plants Under Demostication” yang menyebutkan
bahwa adanya perubahan yang berangsur dan berurutan terus (kontinu) terdapat
pada mahluk hidup. Sedangkan Mendel membuat klasifikasi yang tegas Antara
variasi dalam persilangannya dan dari situ ia membuat perhitungan matematika
berupa perbandingan antara berbagai variasi yang timbul. Hal ini berlawanan
dengan apa yang ditulis oleh Darwin, namun pada tahun 1900 (24 tahun
kemudian), karangan Mendel dibaca kembali dan menjadi referensi para ahli.
Sarjana-sarjana yang dianggap penemu kembali karya Mendel ialah Hugo dan

32
Vries, Carl Correns dan Erich Von Tshermark-Seysenegg. Mereka menulis
karangan dengan mengutip karya dari Mendel. Sejak saat itu pengetahuan
tentamg genetika pun berkembang dengan pesat.
2.4.3 Hukum Mendel
Selama delapan tahun yakni sejak 1856-1864 Mendel melakukan penelitian
persilangan pada tanaman ercis atau pisum sativum (kacang kapri), Mendel
memilik tanaman tersebut karena ercis memiliki masa hidup yang tidak lama,
mudah tumbuh, memiliki bunga yang sempurna sehingga terjadi penyerbukan
sendiri yang akan menghasilkan galur murni (keturunan yang selalu memiliki
sifat yang sama dengan induknya), dan mempu menghasilkan banyak keturunan.
Dari hasil percobaan tersebut diumumkan pada tahun 1865 dan sejak itu ilmu
tentang kerurunan tumbuh dengan teori-teori yang lebih ilmuah. Tanaman ercis
memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu: batang tinggi atau
kerdil (pendek), buah polongan berwarna kuning atau hijau, bunga berwarna
unguatau putih, letak bunga aksial (sepanjang batang) atau terminal (pada ujung
batang), biji masak berwarna kuning atau hijau, permukaan biji bulat atau
berkerut, dan kulit biji abu-abu atau putih. Hukum I Mendel yang juga dikenal
dengan Hukum Pemisahan (segregation) berlaku untuk monohybrid.
Pada percobaan berikutnya, Mendel menggunakan persilangan dua sifat beda
atau disebut dengan persilangan dihibrid, pada persilangan ini Mendel
mengawinkan dua kacang kapri yang memiliki dua sifat beda. Salah satu kacang
kapri berbiji bilat dan berwarna kuning. Sedangkan kacang kapri laninnya berbiji
kisut dan berwarna hijau. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan
sebelumnya, Mendel menetapkan genotip untuk kacang kapri berbiji bulat dan
berwarna kuning dengan genotip BBKK (dominan) dan untuk kacang kapri yang
berbiji kisut dan berwarna hijau dengan genotip bbkk (resesif). Hukum Mendel II
menyatakan bahwa “bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara, bebas, tidak begantung pada pasangan
sifat yang lain”. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat berbeda tidak saling

33
mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan seperti tinggi
tanaman dengan warna bunga suatu tumbuhan, tidak saling mempengaruhi.
2.4.4 Perkembangan Genetika
a. W. Bateson (1861-1926) bersama R.C Punnet membuat percobaan terhadap
ayam untuk membuktikan apakah penemuan Mendel berlaku juga pada
hewan. Mereka menemukan bahwa adanya sifat-sifat yang menyimpang dari
perhitungan matematika Mendel. Mereka juga menemukan adanya interaksi
antara gen dalam menumbuhkan suatu variasi. Menurut bateson variasi yang
terdapat dalam spesies bias juga timbul oleh variasi dalam interaksi antara
gen-gen.
b. Setelah ditemukannya dua buah kromosom dalam inti ovum dan sperma, dan
empat buah dalam zigot parascaris oleh E. Van Benedin (1883), T. Boveri
(1891) mengemukakan sebuah teori, bahwa kromososm yang terkandung
dalam inti sel inlah yang membawa bahan genetis. Tingkah laku materi
genetis itu dikenal lebih mendalam setelah W, Flemming (1882) dan W. Roux
(1883) mengamati proses pembelahan sel somatic, yang \kemudian diberi
nama mitosis. A. Weismann (1887) melihat bagaimana kromosom itu
membagi menjadi dua saat pembelahan sel dalam pembentukan gamet, yang
kemudian dikenal dengan meiosis. Demikianlah W.S Sutton (1902) bahw ada
kesenjangan tingkah laku kromosom ketika sel sedang membelah dengan
segregasi bahan genetis yang ditemukan Mendel.
c. J. Belling (1930) berjasa dalam mengembanhkan sitogenetika, karena ia
menemukan cara yang mudah dan sederhana untuk mengamati tingkah laku
kromosom dibawah mikroskop.
d. T. H. Morgan (1914) menemukan bahwa gen menjadi unit terkecil bahan
genetik, yang istilahnya diperkenalkan oleh W. Johannes (1903). Terdapat
banyak dalam satu kromosom. Dalam proses pewarisannya kepada keturunan
menyimpang dari penemuan Mendel. Sebelumnya dianggap bahwa gen
berada pada kromosom sendiri-sendiri. Sehingga setiap gengalami pemisahan

34
yang seimbangketika gametogenesis. Morgan menyebutkan gen-gen tersebuit
berangkai.
e. Hogo de Vries (1901) menyebutkan bahwa perubahan genetis yang bukan
karena perubahan hybrid itu merupakan mutasi. Kemudian pada tahun 1909
A. Garrod menemukan banyak penyakit bawaan yang disebabkan oleh
keabnormalan kegiatan enzim, sedangkan enzim-enzim itu dirpoduksi oleh
gen. V. M Ingram 1956 juga melihat beda Hb normal dan abnormal terdapat
pada perbedaan urutan asam-asam amino dalam molekul globinnya dan hal itu
terjadi karena mutasi.
f. H. J Muller (1927) memperdalam tentang tingkah laku mutasi. Ia dapat
melakukan mutasi bautan atau induksi dengan dengan meradiasi seekor hewan
dengan sinar X, kemudian C. Auerbach (1962)memperkenalkan berbagai zat
kimia yang juga dapat menimbulkan mutasi buatan.
g. Pengetahuan tenyang genetika lebih maju lagi dengan diketahuinya susunan
molekul gen, yang terdiri dari AND (Asam Deoksiribosa Nukleat).
Bangunannya dapat dibuat model oleh J. D. Watson dan F. H. C. Crick (1953)
dan disempurnakan oleh M. H. F. Wilkins (1961).
h. Sejak M. W Nirenberg (1961) menyusun kode genetis yang menentukan
urutan asam-asam amino dalam sintesa protein, diketahui bahwa gen bekerja
menumbuhkan suatu karakter lewat sintesa protein dalam sel-sel tubuh.
i. S. Korrberg (1958) dapat mengisolasi AND dan membuat tiruannya.
Sedangkan H. G Khorana (1971) dalam membuat sintesis gen in vitro berhasil
meneruskan sifat asli gen, karena mampu melakukan trankriosi untuk sintesa
protein dalam sel.
j. Perkembangan genetika mutakhir ialah transformasi gen. dasar transformasi
ini ditemukan oleh F. Griffith (1928) pada bakteri pneumococcus. Kemudian
dikembangkan oleh banyak sarjana seperti O.T. Avery, C.Macleod dan
M.McCarty (1944), dan belakangan A.Hershey dan M. Chace (1952). Mereka
mendapatkan hadiah Nobel berkat jasa-jasa mereka yang besar dalam genetika
biokimia mikroba.

35
k. Peristiwa heterosis, yakni munculnya sifat unggul oleh hibrid, sehingga dapat
melipatgandakan produksi tanaman pangan (revolusi hijau) dan ternak berkat
jasa para ahli breeding W. Johanssen, G. H Sholl, S. Wright, E. M. Eats dan
D. F. Jones (1900-1917).
2. 5 Teori Sel Mol

Kemajuan dalam bidang biologi sel sejalan dengan kemajuan bidang ilmu fiska
dan ilmu kimia. Dengan menggunakan mikroskop electron struktur sel dapat
dikenalkan dampai pada ukuran milimikro. Sedangkan kemajuan dalam bidang
kimia dapat digunakan untuk membantu menganalisisi struktur molekul sel. Hasil-
hasil penemuan dalam tentang sel memberikan konsekuensi logic untuk generalisasi
atau konsepsualisasinya. Usaha-usaha konsepsualisasi hasil-hasil penemuan sel itu
sampai pada puncaknya saat lahirnya teori sel yang dirumuskan secara terpisah oleh
dua orang pada waktu berbeda. Pertama, Scileiden (1838), seorang ahli botani
Jerman. Dan yang kedua Schwann pada (1939) seorang ahli zoology Jerman.
Menurut Schwann, all organized bodies are composed of essentially similar parts,
namely, of cell. Teori sel menyatalan bahwa semua mahluk hidup tersusun atas sel.
Kelahiran teori sel dipandang mempunyai nilai sejarah perkembangan biokogi sel
yang sangat penting, kafena adanya rumusan tentang sel yang cukup difinitip mampu
mengurangi usaha-usaha generalisasi atau konsepsualisasi baru dalam bidang biologi
dengan mampu menggunakan dasar prinsip sel.

Konsep lainnya yang kelahirannya paling dekat dengan teori sel adalah konsep
yang menyatakan bahwa sel dibentuk dan tumbuh menurut hukum esensial yang
sama. Lebih lanjut dirumuskan bahwa ada kesamaan fundamental dalam hal
komposisi kimiawi dan aktivitas netanolik dari sel. Keseluruhan fungsi organisme
merupakan kesatuan aktivitas dan interaksi antar sel. Virchow menggunakan teori sel
sebagai koreksi terhadap teori asal mula kehidupan abiogenesis ia menyatakan
bahwa semua sel hidup berasal dari sel yang telah ada dan tidak terjadi secara
spontan dari benda yang tidak hidup. Kolliker menrapkan teori sel ini dalam

36
konseptualisasi bidang mikrobiologi, yang menyatakan bahwa organisme
berkembang dari hasil fusi dua sel ialah spermatozoa dan ovum.

Konsep protoplasma merupakan massa sel yang dibatasi oleh membrane sel dan
didalamnya terdapat inti sel yang dibatasi oleh membrane sel, konsep ini dajukan
oleh bebrapa ahli antara lain Durjadin, schultze, purkinye dan Von Mohl.
Protoplasma yang terdapat diluar inti dinamakan sitoplasma dan proto plasma yang
terdapat di dalam inti dinamakan karioplasma. Fertilisasi yang merupakan fusi dari
dua pronuklein yang ditemukan oleh Hertwig didasari oleh lahirnya teori sel.
Biologisel juga sering dikenal dengan sitology, merupakan salah satu cabang biologi
yang memusatkan perhatiannya kepada gejala kehidupan yang terjadi pada tingkat
sel. Sel tidak saja sebagai satuan fungsional terkecil dari kehidupan, tetapi sel jug
adapt menjadi satuan struktual suatu organisme tersebut. Semua aktivitas kehidupan
dapat dilakukan oleh sel. Sel adalah unit terkecil yang terdapat pada mahluk hidup,
kumpulan sel membentuk suatu jaringan. Sel terdiri dari dua macam yaitu sel
prokariotik dan eukariotik. Perbedaan dari kedua sel tersenut adalah adanya
membrane yang membungkus inti sel, sehingga membentyk kompartemen.

Sel merupakan suatu kesatuan structural, fungsional dan herediter terkecil yang
menyusun mahluk hidup. Semua organisme baik tumbuhan, hewan, maupun mikroba
tersusun atas sejumlah sel dengan segala proses biologi yang terjadi di dalam
tubuhnya. Sel pada organisme multiseluler yang satu berhubungan dengan sel yang
lain untuk melakukan fungsinya secara fisiologis yang akan menjadi ciri dari
kumpulan sel atau jaringan tersebut. Ukuran dan bentuk dari sel sangat bervariasi,
mulai dari yang berukuran mikroskopis sampai yang berukuran sangat besar.

Biologi molekul merupakan salah satu cabang biologi yang merujuk kepada
pengkajian mengenai kehidupan pada skala molekul. Biologi molekul ini termasuk
penyelidikan tentang interaksi molekul dalam benda hidup dan kesannya terutama
tentang interaksi berbagai system dalam sel. Termasuk interaksi DNA, RNA, dan
sistesis protein, serta bagaimana interaksi tersebut diatur. Bidang ini bertumpang
tindih dengan biologi molekular pada saat merupakan ilmu yang mempelajari

37
tentang fungsi dan organisasi jasad hidup di tinjau dari sgtruktur dan regulasi
molecular unsur atau komponen penyusunnya. Perkembangan ilmu biologi
molecular tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam disiplin ilmu lainnya, seperti
biologi sel, genetika, biokimia, kimia organic, dan biofisika. Pada dasarnya ilmu-
ilmu tersebut mempelajari satu subjek yang smaa yaitu mahluk hidup, namun dengan
pendekatan dan sudut pandang yang berbeda. Dalam mempelajari biologi molecular
terdapat banyak metode yang dapat digunakan. Berikut ini merupakan beberapa
metode yang dapat digunakan dalam mempelajari biologi molecular.

1. Radioisotop
Isotope adalah elemen kimia yang mempunyai jumlah proton yang sama di
dalam inti atomnya, tetapu massa atomnya berbeda. Beberapa isotope bersifat
labil dan mengalami peluruhan secara spontan yang kadang-kadang diikuti
oleh penyebaran radiasi elektromagnetik. Atom-atom tersebut dinamakan
radioisotope. Penggunaan radioisotope untuk mendeteksi hasil suatu reaksi
kimia terdiri dari autoradiografi dan penggunaan alat seperti Geiger-Muller
counter atau scintillation conter.
2. Sentrifugasi
Sentrifugasi digunakan untuk fraksionasi sel atau pemisahan bagian-bagian sel
atau organel sertra pemisahan molekuler. Prinsip sentrifugasi berdasarkan atas
fenomena bahwa partikel yang tersuspensi di dalam suatu wadah (tabung)
akan mengendap ke dasar wadah karena pengaruh gravitasi. Laju pengenda[an
akan dipercepat dengan alat sentrifuge dengan cara diputar dengan kecepatan
tinggi.
3. Elektroforesisi
Elektroforesis merupakan suatu metode pemisahan molecular selular
berdasarkan ukurannya dengan menggunakan medan listrik yang dialirkan
pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik
ini dapat digunakan untuk menganalisis DNA, RNA, maupun protein.

38
39
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Tahap perkembangan teori evolusi dibedakan menjadi tiga besar yaitu masa Pra-
Darwin, masa Darwin, dan masa Pasca Darwin.
2. Terbentuknya molekul organik dalam dunia purba adalah tahap pertama
pembentukan sel primitif yang kemudian mulai mengambangkan kemampuannya
menggunakan RNA sebagai materi genetik. DNA baru ditemukan pada tahap
evolusi berikutnya. Ada pula berberapa ahli yang berjasa dalam penemuan dan
pengembangan tentang konsep sel, diantaranya Robert Hooke, Scheilden &
Schwann, Robert Brown, Felix Dujardin, Johannes Purkinje, Rudolf Virchow,
Max Schultze, Thomas Huxley, serta Waton and Crick.
3. Sejarah mengenai asal mula kehidupan dapat diungkap melalui fosil yang
menjelaskan kejadian tentang makroevolusi. Ada beberapa teori mengenai asal
mula kehidupan di bumi, diantaranya Teori Transendetal, Teori Abiogenesis
(Generation Spontanea), Teori Biogenesis, Teori Uray, Dan Teori Oparin-
Haldene.
4. Pengetahuan tentang genetika sudah ada sebelum abad ke-19. Gregor Johann
Mendel adalaseorang biarawan yang memiliki jasa yang besar dalam
memperkenalkan ilmu pengetahuan tentang pewarisan sifat atau genetika.
Mendel mengemukakan dua hukum tentang genetika. Hukum pertama atau lebih
dikenal dengan Hukum I Mendel, yang juga dikenal dengan Hukum Pemisahan
(segregation) berlaku untuk monohybrid dan Hukum II Mendel yang berlaku
untuk dihibrid.
5.
3.2 Saran

40
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak kekurangan. Oleh karena
itu, besar harapan penulis agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat disempurnakan pada kesempatan selanjutnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Priyanka, Luh Mitha dan Made Pujani. 2020. Sejarah IPA Perkembangan
Pengetahuan dari Masa ke Masa. Singaraja: UndikshaPress.
Victoria Henuhili, MSi, dkk, 2012,”Evolusi”, Diktat Kuliah Universitas Negeri
Yogyakarta, Jurusan Biologi. www.stafuny.ac.id diakses 24 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai