Anda di halaman 1dari 16

MASALAH KESEHATAN REMAJA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

KESEHATAN MASYARAKAT

(BIOS119508)

OLEH:

KELOMPOK 4

SITI AROFATUL AMRINA 1913071019

RAULINA SINAGA 1913071020

STEVANY REGINA BR SEBAYANG 1913071021

I GUSTI AYU AGUNG INTAN WIDYANTI PUTRI 1913071022

ANASTASIA NAOMI FINA STEVIN GULTOM 1913071023

NI PUTU NITA ARI SUDEWI 1913071024

MADE SATRIA KRISNANDA PUJAWAN 1913071025

ELFRIDA LEONITA NTELOK 1913071026

I NYOMAN WAHYU SUPARTAMA 1913071027

KADEK AYU PUTRININGRUM 1913071028

ANGGI CHOINUN NISA 2110410598

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat
dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Masalah
kesehatan Remaja dan Upaya Penanggulangannya” ini disusun untuk memenuhi
tugas dan menunjang pembelajaran mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ini Luh Putu Manik Widiyanti, S.Si., M.Kes. selaku dosen pengampu
mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis.
2. Ibu Dr. Desak Made Citrawathi, M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
3. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan untuk kelangsungan
studi kami.
4. Rekan-rekan yang relah memberikan dukungan dan semangat, serta semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf
dan penulis berharap ketersediaan para pembaca memberikan kritik dan saran yang
mendukung agar makalah ini dapat kami perbaiki di kemudian hari. Penulis harap,
makalah ini dapat mengedukasi pembaca.

Singaraja, 28 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Upaya Sekolah untuk Membantu Siswa Terhindar dari Masalah Kesehatan…3
2.1.1 Peranan Sekolah untuk Membantu Remaja menjadi Remaja Sehat………3
2.1.2 Peranan UKS dalam Membantu Kesehatan Siswa…………………………4
2.1.3 Hambatan dan Kendala yang Dialami Sekolah dalam Memberikan Promosi
Kesehatan di Sekolah…………………………………………………………5
2.2 Upaya Pemerintah untuk Membantu Remaja menjadi Tegar Remaja…………6

2.2.1 Program Generasi Berencana (GenRe)………………………………………6

2.2.2 Program Bina Keluarga Remaja (BKR)………………………………………7

2.2.3 Peranan GenRe dan BKR dalam Mewujudkan Tegar Remaja………………8

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan……………………………………………………………………………10
3.2 Saran………………………………………………………………………………11

3.2.1 Bagi Pembaca…………………………………………………………………11

3.2.2 Bagi Pemerintah………………………………………………………………11

3.2.3 Bagi Masyarakat………………………………………………………………11

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan suatu aset bangsa yang sangat berharga untuk
keberlangsungan pembangunan di masa yang akan datang. Menurut Depkes RI
2008 status kesehatan remaja adalah hal yang sangat penting untuk dipelihara
dan ditingkatkan sehingga dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang
sehat, tangguh, dan produktif serta mampu bersaing. Masa remaja sering
dikatakan masa transisi bagi setiap orang. Pada masa ini terjadi perubahan yang
sangat mencolok dengan adanya perubahan seksual sekunder serta kemampuan
bereproduksi. Perubahan tersebut di tandai dengan perubahan hormonal,
perubahan fisik maupun psikologi dan sosial (BKKBN, 2018).
Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan, yang merupakan suatu keadaan
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya (Poltekes Depkes Jakarta
1, 2010). Hasil survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia)
memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan
permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Menurut data Kesehatan
Reproduksi yang dihimpun Jaringan Epidemigologi Nasional (JEN, 2003),
informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara benar dan
bertanggungjawab masih sangat kurang. Selain itu latar belakang sekolah sendiri
juga mempengaruhi pengetahuan remaja tentang permasalahan kesehatan
reproduksi pada remaja.
Berdasarkan hal tersebut untuk melalui proses perkembangan remaja harus
diberikan pengetahuan yang cukup baik mengenai kesehatan reproduksi
sehingga remaja dapat menjaga dan mempertahankan kehidupan secara optimal.
Untuk merespond masalah kesehatan reproduksi yang begitu kompleks,
pemerintah menyediakan berbagai macam layanan kesehatan reproduksi.
Layanan kesehatan reproduksi merupakan suatu upaya pemerintah dalam
menanggulangi masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada masyarakat
Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah diatas, beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Upaya Sekolah untuk Membantu Siswa Terhindar dari Masalah
Kesehatan?
2. Bagaimana Upaya Pemerintah untuk Membantu Remaja menjadi Tegar
Remaja?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Upaya Sekolah untuk Membantu Siswa Terhindar dari
Masalah Kesehatan
2. Untuk Mengetahui Upaya Pemerintah untuk Membantu Remaja menjadi
Tegar Remaja
1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai latihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
penulis dalam membuat makalah. Selain itu, sebagai bekal wawasan untuk
menjadi guru atau calon pendidik yang berkompetensi khususnya dalam
materi masalah Kesehatan dan upaya penanggulangannya.
2. Bagi Pembaca
Sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
berkaitan dalam materi masalah Kesehatan dan upaya penanggulangannya
sehingga tidak terjadi kekeliruan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Upaya Sekolah untuk Membantu Siswa Terhindar dari Masalah Kesehatan
2.2.1 Peranan Sekolah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Sedangkan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas yang antara lain diwujudkan dengan menciptakan lingkungan
pendidikan yang sehat bagi para peserta didik baik yang tertampung dalam
sistem pendidikan formal maupun yang mengikuti jalur pendidikan non formal.
Sekolah memiliki peran dalam mempengaruhi perkembangan remaja.
Sekolah menjadi salah satu tempat bagi seorang remaja berinteraksi dengan
teman dan gurunya. Selama ada proses interaksi berarti ada proses sosialisasi
juga di dalamnya termasuk sosialisasi nilai dan norma yang ada di sekolah. Di
sekolah juga seorang remaja dituntut perannya sebagai seorang siswa yang
harus mengikuti segala aturan dan ketentuan yang berlaku. Menurut Ali dan
Asrori (2014), sekolah berperan dalam proses perkembangan hubungan sosial
remaja. Sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mempunyai disiplin yang
baik, memberikan pembelajaran emosional, mengadakan kegiatan
ekstrakulikuler dan adanya hubungan guru siswa yang baik pula. Terkait dengan
perkembangan remaja itu sendiri keberadaan guru bimbingan dan konseling
(BK) akan sangat membantu siswanya dalam penyelesaian masalah yang
dialami oleh siswa. Dalam hal ini seorang guru harus bisa memberikan
pemahaman terkait perilaku mana yang boleh dan yang tidak dalam konteks
berhubungan dengan lawan jenis di usianya. Peran Guru menjadi ujung tombak

3
peran sekolah dalam mendorong perkembangan para siswanya. Seperti yang di
jelaskan Sesilia dkk (2017) jika peran sekolah tidak baik mengakibatkan siswa/i
dapat berprilaku tidak baik di sekolah, struktur sekolah yang tidak baik
menyebabkan sekolah kurang berperan sehingga siswa mudah terjerumus
dalam perilaku pacaran dan seksual pranikah.
Disamping semua itu sekolah juga penting untuk menciptakan lingkungan
fisik yang ramah untuk perkembangan seorang remaja. Lingkungan fisik ini juga
akan berpengaruh terhadap perilaku dari siswanya. Tempat-tempat di sekolah
yang jauh dari pengawasan guru bisa menjadi tempat potensial yang
dimanfaatkan oleh para siswa untuk berpacaran atau melakukan tindakan-
tindakan lainnya.
2.2.2 Peranan UKS
Adanya UKS di sekolah tentu memiliki peranan penting, menurut
Kemendagri Nomor 6/X/PB/2014: Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah
kegiatan yang di lakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada
setiap jalur jenis dan jenjang pendidikan. Agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan dan prestasi peserta didik disekolah dengan meningkatkan derajat
kesehatan anak sekolah diantaranya dengan pemenuhan gizi sehingga mereka
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Usaha membina dan
mengembangkan kemampuan hidup sehat dilaksanakan melaui program
pendidikan disekolah. Komunitas sekolah yang sehat bertujuan untuk
mengoptimalkan kesehatan siswa dan pencapaian Pendidikan. Dalam hal ini
UKS sangat penting untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, sehingga
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis
dan optimal, agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Adapun sasaran dari usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah para pelajar,
masyarakat sekolah serta lingkungan sekolah tempat mereka belajar.
Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai langkah untuk
meningkatkan mutu kesehatan peserta didik yang optimal. Dapat disimpulkan
bahwa, Program Usaha Kesehatan Sekolah dapat meningkatkan derajat
kesehatan serta membentuk prilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah
yang berada di sekolah meliputi: pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan
dan pembinaan lingkungan sehat sebagai langkah untuk meningkatkan mutu
kesehatan peserta didik yang optimal. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

4
disekolah dalam pelaksanaan UKS adalah (1) Penyuluhan Kesehatan. (2)
Imunisasi. (3) Dokter kecil. (4) P3K dan P3P. (5) Penjaringan kesehatan (6)
Pemeriksaan berkala. (7) Pengawasan warung sekolah. (8) Dana sehat. (9)
Memantau kesegaran Jasmani. (10) UKGS.
Upaya-upaya pelaksanaan UKS bertujuan mencapai kemampuan hidup
sehat agar peserta didik dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun mental secara wajar. Menurut teori Green dalam Sarwono dalam
Limbu,dkk (2012) yang menyatakan bahwa keluarga dan orang tua berperan
terhadap pelaksanaan UKS dan praktek PHBS anak sekolah”. Orang tua dalam
hal ini guru sebagai referensi dan memberikan pemahaman kepada peserta didik
tentang pentingnya berperilaku hidup sehat dan bersih.
2.2.3 Hambatan dan Kendala yang Dialami Sekolah
Hambatan ataupun kendala yang kerap dialami sekolah salah satunya
adalah pandangan siswa terhadap guru BK yang seringkali dianggap sebagai
guru yang selalu memberi hukuman, sedangkan fungsi konseling sering
dilupakan oleh siswa. Hambatan lainnya adalah siswa merasa permasalahan
percintaannya merupakan hal yang pribadi dan tidak ingin/memiliki kedekatan
yang cukup untuk dapat melakukan konseling dengan guru. Karena tidak
menutup kemungkinan ada masalah potensial lainnya di lingkungan sekolah itu
sendiri seperti halnya dalam menangani masalah perilaku pacaran di sekolah.
Permasalahan mendasar dalam pembinaan dan pengembangan UKS
adalah: 1) Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang
diharapkan; 2) Adanya berbagai masalah kesehatan anak usia sekolah; 3)
Masalah sumber daya manusia; 4) Terbatasnya sarana dan prasarana UKS; 5)
Pencatatan dan pelaporan yang masih/kurang terpenuhi; 6) Masih belum
optimalnya koordinasi antar instansi terkait dalam menangani UKS.
Adapun hambatan utama yang saling terkait dalam upaya peningkatan
program UKS, yaitu: a) Pemahaman dan penerimaan program UKS yang belum
memadai; b) Kolaborasi antar pihak-pihak yang terkait belum optimal; c) Belum
adanya VISI yang jelas tentang apa yang dapat dicapai dengan Program UKS
dan tidak adanya kemampuan untuk membuat perencanaan yang strategis
untuk VISI tersebut.

5
2.2 Upaya Pemerintah untuk Membantu Remaja menjadi Tegar Remaja
2.2.1 Program Generasi Berencana
Merupakan salah satu program pembangunan berkelanjutan yang dibuat
oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya
remaja. Program ini dicanangkan sejak tahun 2009. Remaja sebagai generasi
penerus bangsa harus mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus demi
terciptanya bangsa yang makmur dan sejahtera. Program Generasi Berencana
(GenRe) merupakan program untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja
dan permasalahan kependudukan di Indonesia. Program ini dikembangkan dan
dilaksanakan untuk mempersiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja/
mahasiswa agar tercapai tegar remaja/mahasiswa sehingga ke depan dapat
mewujudkan tegar keluarga demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Tegar Remaja yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad
KRR, menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan
berkeluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera serta menjadi
contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. Perencanaan
pada remaja diperlukan untuk persiapan kehidupan di masa depan termasuk
persiapan berkeluarga. Dasar Hukum terbentuknya Program GenRe adalah
Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Pasal 8, Ayat 1b yang menyebutkan bahwa
“Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan,
konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga”.
Substansi dalam pelaksanaan Program GenRe terdiri dari:
1) Substansi dasar meliputi Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dan
keluarga bertanggungjawab (8 fungsi keluarga: fungsi agama, sosial
budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, sosialisasi pendidikan,
kesehatan reproduksi, ekonomi dan fungsi lingkungan).
2) Substansi Inti meliputi Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang
merupakan ancaman dasar pada keberlangsungan hidup dan masa depan
remaja yaitu NAPZA (Say No to Drugs), Seksualitas (Say No to Free Sex)
dan Kejadian HIV/AIDS (Say Goodbye to HIV/AIDS).

6
3) Substansi penunjang meliputi pendidikan keterampilan hidup (Life skills
education), gender dan keterampilan advokasi dan KIE (komunikasi,
informasi dan edukasi).
Strategi pelaksanaan Program GenRe dilakukan dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu:
a) Pendekatan kepada diri remaja
Pendekatan kepada diri remaja dilakukan secara langsung melalui Pusat
Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIKR/M). PIKR/M merupakan
wadah dalam keberlangsungan program GenRe yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja/mahasiswa. PIKR/M memfasilitasi remaja dan mahasiswa
dalam mmemberikan dan mendapatkan pelayanan berupa informasi dan
konseling mengenai kesehatan reproduksi dan kegiatan penunjang lainnya.
b) Pendekatan kepada orangtua yang memiliki remaja
Pendekatan kepada orangtua yang memiliki anak remaja dilakukan melalui
kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). BKR merupakan wadah atau
kelompok dalam keberlangsungan program GenRe yang terdiri dari keluarga
yang memiliki anak rema usia 10-24 tahun.
2.2.2 Program Bina Keluarga Remaja
Merupakan salah satu kegiatan yang sangat strategis dalam mengupayakan
terwujudnya Sumber Daya Manusia potensial melalui upaya dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam mengasuh dan
membina tumbuh kembang remaja melalui peran orang tua dalam keluraga.
Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) juga merupakan suatu wadah yang
tepat untuk melaksanakan bimbingan, pembinaan, dan memberikan
pengetahuan kepada keluarga yang mempunyai remaja berusia 10-24 tahun.
Selain itu BKR juga sebagai wadah komunikasi, interaksi, dan tukar pengalaman
serta pemikiran antara keluarga yang sedang atau akan menghadapi masalah
remaja sehingga bisa memberikan pandangan untuk memecahkan masalah
secara bersama. Pelaksanaan BKR dapat membantu orangtua dalam
memahami remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi dengan
remaja. Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga (orang tua) khususnya untuk
meningkatkan bimbingan/ pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja secara
baik dan terarah dalam rangka pembangunan SDM yang bermutu, tangguh,
maju dan mandiri. BKR dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari orang

7
tua dan anak/remaja yang dibimbing dan dibantu oleh fasilitator/motivator/kader
dari tenaga masyarakat secara sukarela dengan pembinaan oleh pemerintah.
Program Bina Keluarga Remaja (BKR) diharapkan dapat terlaksana dengan
efektif. Oleh karena itu, diperlukan kecakapan dari para pelaksana dan pengelola
program dengan meningkatkan kompetensi petugas penyuluh sehingga dapat
memberikan penyuluhan materi tentang remaja kepada orang tua terutama pada
anggota BKR. Hal ini dilakukan agar programBKR dapat terlaksana secara tepat
sasaran berdasarkan pada kebijakan dan strategi program BKR dengan
memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pendukung kelompok BKR,
mengintegrasikan kegiatan PIK Remaja dengan kegiatan kelompok BKR, dan
menyediakan dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR yang
bertujuan untuk membangun keluarga berwawasan kependudukan dan
pembinaan moral serta sikap remaja melalui peran orang tua dalam keluarga.
Salah satu topik isu yang sering di alami remaja yaitu adanya pernikahan
dini, sehingga untuk usia yang masih cukup muda tersebut, dianggap mereka
belum sepenuhnya siap dalam membangun rumah tangga. Untuk itu dengan
adanya BKR, diharapkan memberikan pengetahuan agar remaja Indonesia bisa
mempersiapkan dalam membangun keluarga yang terencana. BKR juga mampu
memberikan edukasi agar para orangtua bisa mengetahui seluk beluk
permasalahan remaja dan bagaimana cara mengasainya untuk bisa
menciptakan keluarga yang harmonis. Program BKR mengupayakan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap & ketrampilan orangtua dan anggota
keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja baik fisik,
intelektual, kesehatan reproduksi,mental emosional, sosial dan moral spiritual
secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orangtua dan anak remaja.
Menurut BKKBN (2015:22) melalui kelompok Bina Keluarga Remaja setiap
keluarga yang memiliki remaja dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi
bersama tentang hal-hal yang berkaitan dengan remaja dalam konteks
fenomena pernikahan dini yaitu meliputi: 1) Pendewasaan Usia Perkawinan; 2)
Komunikasi Efektif Orangtua terhadap Remaja; 3) Peran Orangtua Dalam
Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja.
2.2.3 Peranan GenRe dan BKR dalam Mewujudkan Tegar Remaja
Program GenRe merupakan wadah untuk mengembangkan karakter
bangsa karena mengajarkan remaja untuk menjauhi pernikahan dini, seks

8
pranikah dan napza guna menjadi remaja yang tangguh dan dapat berkontribusi
dalam pembangunan. Peranan GenRe dalam mewujudkan tegar remaja yaitu
sebagai pusat informasi dan konseling remaja/mahasiswa. Suatu wadah dalam
program GenRe yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja/mahasiswa guna
memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi
serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Selain itu program GenRe ini adalah
mengajak para remaja sehat dan berakhlak, mengatakan tidak pada seks bebas,
narkoba, dan tidak menjadi korban penyakit HIV dan AIDS, dan sekaligus
mengajak remaja untuk merencanakan kehidupan berkeluarga atau
Pendewasaan Usia Perkawinan.
Sedangkan peranan BKR dalam mewujudkan tegar remaja ada pada tugas
BKR ini sendiri. Adapun tugas BKR adalah sebagai berikut:
1. BKR melaksanakan beberapa tugas yang diamanatkan oleh pemimpin
nasional, seperti: BKR Malang yang melakukan upaya penangkapan orang-
orang utusan Sekutu yang menyamar sebagai anggota Palang Merah
Internasional. BKR Madiun dan Malang yang berhasil melucuti persenjataan
tentara Jepang. BKR yang mengadakan perundingan dengan pihak Jepang
untuk menyerahkan semua persenjataan yang dimiliki.
2. Suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu remaja
yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad KRR, menunda usia
pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model,
idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
3. Memfasilitasi remaja belajar memahami dan mempraktikan perilaku hidup
sehat dan berakhlak (healthy and ethical life behaviors) untuk mencapai
ketahanan remaja (adolescent resilience) sebagai dasar mewujudkan
Generasi Berencana.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Sekolah memiliki peran dalam mempengaruhi perkembangan remaja.
Sekolah menjadi salah satu tempat bagi seorang remaja berinteraksi dengan
teman dan gurunya. Disamping semua itu sekolah juga penting untuk
menciptakan lingkungan fisik yang ramah untuk perkembangan seorang
remaja.
2. Adanya UKS di sekolah tentu memiliki peranan penting, salah satunya agar
dapat meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi peserta didik disekolah
dengan meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah diantaranya dengan
pemenuhan gizi sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal.
3. Permasalahan mendasar dalam pembinaan dan pengembangan UKS adalah:
1) Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai tingkat yang diharapkan;
2) Adanya berbagai masalah kesehatan anak usia sekolah; 3) Masalah
sumber daya manusia; 4) Terbatasnya sarana dan prasarana UKS; 5)
Pencatatan dan pelaporan yang masih/kurang terpenuhi; 6) Masih belum
optimalnya koordinasi antar instansi terkait dalam menangani UKS.
4. Program Generasi Berencana (GenRe) merupakan program untuk mengatasi
berbagai permasalahan remaja dan permasalahan kependudukan di
Indonesia. Program ini dikembangkan dan dilaksanakan untuk
mempersiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja/ mahasiswa agar
tercapai tegar remaja/mahasiswa sehingga ke depan dapat mewujudkan
tegar keluarga demi terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
5. Upaya pemerintah untuk membantu remaja menjadi tegar remaja adalah
dengan melaksanakan program generasi berencana dan program bina
keluarga remaja. program ini merupakan wadah untuk mengupayakan dan
mempersiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa agar tercapai
tegar remaja serta upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang
remaja melalui peran orang tua dalam keluraga.

10
3.2 Saran/Solusi
3.2.1 Bagi Pembaca
Penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat menyimak makalah ini
dengan baik dan seksama sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
3.2.2 Bagi Pemerintah
Saran penulis untuk pemerintah adalah agar lebih aktif dalam membantu
mewujudkan program-program kesehatan untuk remaja dalam rangka menjaga
dan menyadarkan masyarakat untuk lebih terbuka dan prihatin terhadap isu-isu
kesehatan yang ada di lingkungan remaja.
3.2.3 Bagi Masyarakat
a. Penulis menyarankan kepada masyarakat, terutama para orang tua agar
tetap selalu memantau perkembangan anak remajanya, orang tua harus
bisa menjadi sahabat bagi anaknya sehingga anak bisa lebih terbuka
dan tidak segan untuk bercerita mengenai apa yang terjadi dalam
hidupnya. Dengan mengetahui informasi terkait, orang tua jadi memiliki
pengetahuan untuk memberikan masukan-masukan apa yang perlu
dilakukan dan apa yang perlu dihindarkan oleh anak agar tidak
terjerumus ke pergaulan yang tidak sehat.
b. Bagi para guru sebagai orang tua anak di sekolah, diharapkan dapat
membimbing dan memberikan wejangan kepada siswa/i remaja untuk
bisa membatasi pertemanannya dan memilih lingkungan pergaulan
yang baik melalui seminar atau kegiatan mingguan yang bisa diadakan
di aula sekolah agar siswa/i bisa lebih berhati-hati dalam berkawan
ataupun berpacaran.

11
Daftar Pustaka

Anuar, Nurlesna. 2019. “EFEKTIVITAS PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA


DALAM UPAYA PENDEWASAAN USIA PERNIKAHAN (Studi Kasus di Desa
Baregbeg Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis)”. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara. Vol. 6, No. 3.

Arcamanik. 2016. “BAB V: MASALAH DAN HAMBATAN SERTA UPAYA


PENANGANAN”. Dalam http://arcamanik.bandung.go.id/wp-
content/uploads/2016/11/6.-BAB-V-revisi-16.pdf. Diakses pada 27 Oktober
2021.

Hidayat, Kurnia & Argantos. 2020. PERAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
SEBAGAI PROSES PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PESERTA DIDIK.
Jurnal Patriot. Vol. 2, No. 2. Universitas Negeri Padang.

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, dan PPPA. 2017. “GenRe


(Generasi Remaja)”. Dalam https://jombangkab.go.id/opd/ppkb-dan-
pppa/berita/genre-generasi-remaja-. Diakses pada 26 Oktober 2021.

Purnama, F. H., & ST, R. (2018). Peran sekolah dan perilaku remaja. Pros Penelit
Pengabdi Kpd Masy, 5(3), 205-13.

Ruhyat, Asep. 2013. “Pengelolaan BKR”. Dalam


https://www.slideshare.net/falfiyah/pengelolaan-bkr. Diakses pada 27 Oktober
2021.

Sando, Welly, dkk. 2021. “IDENTIFIKASI HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN


PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI DMPN 1 PANGKALAN
KURAS KABUPATEN PELALAWAN”. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI. Volume 10, No. 1 Maret 2021.

Selmi, Muhammad Lutfi Agung, dkk. 2021. “EFEKTIVITAS PROGRAM BINA


KELUARGA REMAJA (BKR) PADA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN
KELUARGA BERENCANA DI KOTA PAREPARE”. Jurnal Ilmiah Manusia dan
Kesehatan. Vol. 4, No. 1 Januari 2021.
Wahhab. 2020. Apa Itu Bina Keluarga Remaja (BKR)? Diakses dari
https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/apa-itu-bina-keluarga-remaja-bkr/. Diakses
pada 26 Oktober 2021.

Yulianti, D. 2017. “PROGRAM GENERASI BERENCANA (GenRe) DALAM RANGKA


PEMBANGUNAN MANUSIA MENUJU PEMBANGUNAN NASIONAL
BERKUALITAS”. Jurnal Analisis Sosial Politik. Volume 1, No. 2 Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai