Anda di halaman 1dari 15

PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Dosen Pengampu :
ERIEN LUTHFIA.S.ST.S.Pd.M Keb
Di Susun Oleh :
SULISTYOWATI (201502005)
SITI SHOLIKHAH (201502016)
VINDA RISTA (201502006)

AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO


Prodi DIII Kebidanan
2016 – 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMBINAAN PERAN
SERTA MASYARAKAT” dengan lancar.
Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Hal ini karena untuk mengetahui
bagaimana perkembangan pengetahuan kesehatan reproduksi wanita dimasyarakat kita.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena
kurangnya pengetahuan dan terbatasnya referensi yang saya dapatkan, sehingga saya
memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Saya mengharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi
pembaca tentang Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.

Bojonegoro, 08 september 2017

penyusun

2
DAFTAR ISI

HalamanJudul
Kata pengantar ................................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang ........................................................................................................ 4
1.2. Rumusan masalah ................................................................................................ 5
1.3. Tujuan .................................................................................................................. 5
1.3.1 tujuan umum
1.3.2 tujuan khusus
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Pembinaan Peran Serta Masyarakat…………………………………..6
2.1.1 Tujuan…………………………………………………………………………...6
2.1.2 Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat……………………………….…..7
2.2. Pengertian Pengorganisasian Donor darah berjalan…………………………….…8
2.3 Pengertian Pertemuan Rutin GSI dalam Promosi Suami Siaga,Bidan Siaga
Dan Desa Siaga……………………………………………………………….…...8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengorganisasian Donor Darah Berjalan……………………………………………...10
3.2 Pelaksanaan pertemuan rutin Pertemuan Rutin GSI dalam Promosi Suami Siaga,
3.3 Bidan Siaga dan Desa Siaga………………………………………………………….12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. ..14
4.2 Saran ........................................................................................................................... ..14
DaftarPustaka……………………………………………………………………………….15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat
persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan
masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan
dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat.
Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan
masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian
masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya jumlah anggota masyarakat
yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir
ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta
Tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya. Bidan bersama sektor yang
bersangkutan menggerakkan masyarakat dalam bentuk pengorganisasian masyarakat yaitu proses
pembentukkan organisasi di masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari
kebutuhan tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber –
sumber yang ada di masyarakat.
Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, keberhasilan kebidanan
komunitas dalam rangka upaya peningkatan kesehatan ibu, anak dan keluarga bergantung kepada
dukungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu
upaya kesehatantermasuk upaya kesehatan ibu dan anak. Upaya kesehatan bukan oleh
pemerintah saja, peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam kegiatan upaya

4
kesehatan kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan
menjalin upaya pemecahannya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. GBHN
mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin
mendorong peningkatan peran serta masyarakat ( Melani N, 2009 )

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pembinaan peran serta masyarakat dalam pengorganisasian donor darah
berjalan?
2. Bagaimana pembinaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pertemuan rutin GSI
dalam promosi suami, bidan dan desa siaga?

1.3 TUJUAN
1.3.1. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang pembinaan peran serta masyarakat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui bagaimana pembinaan peran serta masyarakat dalam pengorganisasian
donor darah berjalan?
2. Untuk mengetahui bagaimana pembinaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
pertemuan rutin GSI dalam promosi suami, bidan dan desa siaga?

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, lembaga, lembaga swadaya
masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya:
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri, keluarga
dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan
mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah
kesehatan yang di hadapinya
3. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam perkembangan kegiatan
masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan semangat gotong royong ( Depkes
RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan
gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal,
memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan
maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya
yang sehat dalam rangka meningkatkanmutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
2.1.1 Tujuan
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah terwujudnya
upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu,
anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut
berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti :
1. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan masyarakat
dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
2. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan dan
peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
3. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).

6
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran serta masyarakat
yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama dengan lembaga – lembaga non
pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuntitas dan kualitas kelembagaan
dan organisasi non pemerintah dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap
tahap dalam proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraandengan masyarakat
( Laluna A, 2008 )
Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat:
1. Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi
masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
2. Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan
serta dan masyarakat melihat memangg ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang
akan dilakukan.
3. Memiliki keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang
mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk
berperan serta.
4. Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah
diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuhkembangkan dengan baik maka peran
serta akan dapat di lestarikan.
5. Faktor tokoh masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh –
tokoh masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).

2.1.2 Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat


Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi manusia. Manusia
didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan
keluarga di masyarakat.

7
Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah :
a. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk
mendapatkan dukungan.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan
keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
c. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader yang telah
terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

2.2. Pengertian Pengorganisasian Donor darah berjalan


Pengorganisasian donor darah adalah sekelompok warga yang siap untuk menjadi donor
darah bagi ibu melahirkan yang membutuhkan darah. Para warga dikelompokkan berdasarkan
golongan darahnya. Dengan pendataan dan pengelompokkan ini akan memudahkan warga dalam
mendapatkan darah yang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam proses pendonoran, kelompok ini
dibantu atau bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia ( PMI ) terdekat dengan mekanisme
yang disepakati bersama antara PMI dengan masyarakat.

2.3 Pengertian Pertemuan Rutin GSI dalam Promosi Suami Siaga,Bidan Siaga dan Desa Siaga
Desa Siaga yaitu desa dimana warga, bidan dan pihak-pihak terkait di dalamnya siap-
siaga dan bergotong-royong melakukan upaya-upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir,
terutama pada masa kritis 1- 7 hari pasca kelahiran, sehingga mendukung upaya-upaya
penyiapan manusia sehat sejak dini.
Tujuan pembentukan desa siaga adalah untuk membentuk atau mengembangkan sistem
pencatatan kehamilan, kelahiran dan kematian ibu dan bayi. Menumbuhkan dukungan promosi
mayarakat dalam perawatan bayi baru lahir, dan meningkatkan perubahan perilaku masyarakat
dalam pemberian ASI segera dan ASI saja selama 6 bulan sejak kelahiran.
Suami siaga adalah suami yang telah menyadari dan waspada untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan istrinya yang sedang hamil sampai dengan persalinannya. Suami siaga
senantiasa siap untuk memberikan yang terbaik untuk istri dan calon anaknya. Sebagai suami
siaga ia siap dan ikhlas untuk memeriksakan kehamilan istrinya dan ikut mempersiapkan
persalinan dengan batuan tenaga medis.

8
Bidan siaga adalah bidan desa yang siap untuk memberikan pertolongan terhadap
persalinan sesuai dengan standar penanganan ibu hamil dan melahirkan. Apabila ada masalah
dengan kehamilan, maka bidan akan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai dan bila dipandang perlu ikut mengantar pasien ke tempat dimaksud. Karena
keberadaannya yang sangat diperlukan warga, maka para bidan ini harus berada di tempat yang
mudah dijangkau.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengorganisasian Donor Darah Berjalan


Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah berjalan ini
adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah di PMI karena PMI sering mengalami
kekurangan pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor darah sangat banyak.
Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan
perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta
kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta
kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih
minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan
penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).
Manfaat donor darah dari segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa
kita perlu mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis dari donor darah
secara teratur. Donor darah terutama baik bagi mereka yang memiliki kandungan besi dalam
darah berlebihan karena besi yang berlebih cenderung akan menumpuk pada berbagai organ vital
seperti jantung, liver, ginjal dan mengganggu fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa
penelitian medis, walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis, mengemukakan bahwa
donor darah rutin akan membantu kelancaran aliran darah (sistem kardiovaskular). Pengurangan
kekentalan darah sehingga menjamin kelancaran suplai darah bagi tubuh tersebut ditengarai
menyebabkan efek positif bagi jantung, sehingga pernah ada penelitian yang menyatakan bahwa
donor darah rutin mampu membantu mengurangi angka kejadian serangan jantung pada pria.
Mungkin kekhawatiran efek samping dari donor darah seperti yang dijadikan alasan bagi
kebanyakan dari kita adalah benar, namun angka kejadiannya jarang. Dengan berbagai tahapan
persiapan dan skrining sebelum mendonor maka semua efek samping tersebut nyaris tidak akan
terjadi. Kekhawatiran akan terjadinya kekurangan darah (anemia) misalnya. Dengan
pemeriksaan kadar Hb sebelumnya maka hal tersebut dapat dicegah. Selama Hb orang dewasa
diatas 12, donor darah relatif aman untuk dilakukan, malah dianjurkan. Memar dapat terjadi pada

10
bekas tusukan jarum, namun jarang luas dan hilang sempurna tidak lebih dari setengah minggu.
Salah satu yang lumayan sering dijumpai adalah terjadinya reaksi hipovolemia yang berupa
tekanan darah turun mendadak pasca donor sehingga membuat si pendonor merasa pusing, lemas
dan mual.
Hal ini dapat dicegah misalnya dengan menanyakan sebelumnya adakah riwayat kejadian
tersebut pada donor sebelumnya, atau apakah ada riwayat penyakit tertentu, memeriksa tekanan
darah sebelumnya, sesudah donor maka berbaring sekitar 10 menit lebih dulu sebelum berdiri
dan berjalan, serta dengan diberikannya makanan dan minuman manis segera setelah donor.
Kekhawatiran untuk terinfeksi penyakit serius seperti HIV misalnya, adalah berlebihan. Selama
peralatan seperti jarum yang dipakai adalah steril dan masih baru, hal tersebut pastinya dapat
dicegah. Justru resiko terinfeksi lebih besar terjadi pada mereka yang menerima transfusi darah
ketimbang si pendonor karena beberapa ketidaksempurnaan dalam skrining darah.
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan baik bagi kesehatan
pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara teratur secara tidak langsung pendonor
telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena sebelum mendonorkan darah
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Sel-sel darah
merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam 5 hari, dan plasma dapat
dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, donor darah akan membantu
menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian
menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau
masih perlu penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan
menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat (LDL)
membentuk ateros/derosis (plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali, diharapkan
kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Sistem produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi sel-
sel darah baru yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sirkulasi darah yang baik
akan meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi tubuh.

11
3.2. Pelaksanaan Pertemuan Rutin GSI dalam Promosi Suami Siaga,Bidan Siaga dan Desa
Siaga
Dalam upaya mencapai tujuan Negara untuk mensejahterakan masyarakat telah dilakukan
berbagai upaya pembangunan di daerah sampai tingkat desa/kelurahan. Salah satu upaya
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui penurunan Angka
Kematian Ibu ( AKI ) saat hamil, melahirkan dan masa nifas dan Angka Kematian Bayi (
AKB ). Sejak tahun 1996 telah diluncurkan suatu Gerakan Sayang Ibu ( GSI ) yang
pencanangannya dilakukan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Desember 1996 di Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Gerakan Sayang Ibu ( GSI ) adalah gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat
untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan utamanya dalam percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Penurunan AKI dan AKB berkontribusi dalam meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) daerah dan Negara yang salah satu indikatornya
adalah derajat kesehatan. Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB juga merupakan
komitmen internasional dalam rangka target mencapai target Millineum Development Goal’s
( MDG’s ). Adapun target penurunan AKB adalah sebesar dua per tigadan AKI sebesar tiga
perempatnya dari 1990-2015.
Dalam pelaksanaan GSI, kecamatan merupakan lini terdepan untuk mensinergikan antara
pendekatan lintas sector dan masyarakat dengan pendekatan social budaya secara
komprehensif utamanya dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB.Selain itu juga GSI
mempromosikan program kesehatan di komunitas lainnya seperti desa siaga dan suami siaga.
Wujud aksi siaga adalah pembantukan desa siaga, yaitu desa dimana warga, bidan dan pihak-
pihak terkait di dalamnya siap-siaga dan bergotong royong melakukan upaya-upaya
penyelamatan ibu dan bayi baru lahir, terutama pada masa kritis 1-7 hari pasca kelahiran,
sehingga mendukung upaya-upaya penyiapan manusia sehat sejak dini.dalam upaya
pelaksanan GSI terdapat Kegiatan- kegiatan yang meliputi:
1. Pembentukan kelompok kerja GSI dengan pembentukan satuan tugas kecamatan
saying ibu dan satuan tugas kelurahan saying ibu
2. Penyusunan rencana kerja terpadu,terutama:
a. Meningkatkkan cakupan ibu hamil ( ANC)

12
b. Deteksi resiko tinggi ibu hamil
c. Mengembangkan tabungan ibu bersalin
3. Pemantauan dan bimbingan terpadu pelaksanaan GSI secara berjenjang
4. Laporan umpan balik secara berkala tentang hasil pelaksanaan GSI kepada semua
instansi terkait.
Tujuan yang akan dicapai dari aksi siaga dengan pembentukan suami siaga, bidan
siaga,desa siaga adalah untuk membentuk atau mengembangkan sistem pencatatan
kehamilan, kelahiran dan kematian ibu dan bayi, menumbuhkan dukungan promosi
masyarakat dalam gerakan saying ibu ( GSI ).Suami siaga adalah suami yang telah
menyadari dan waspada untuk menjaga kesehatan dan keselamatan istri nya yang sedang
hamil sampai dengan persalinan nya. Suami siaga senantiasa siap untuk memberikan yang
terbaik untuk istri dan calon anaknya dan siap untuk memeriksakan kehamilan istrinya dan
ikut mempersiapkan persalinan dengan bantuan tenaga medis.Dengan adanya program
tersebut didesa siaga bisa melakukan pelaksanan pertmuan rutin setiap 1 bulan sekali untuk
suami siaga,dan bidan siaga dalam membentuk Gerakan Syang Ibu yang bertujuan
menumbuhkan dan meningkatkan peran serta suami dalam kelancaran proses persalinan ibu.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri,
mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang
kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Pembinaan peran serta masyarakat dalam pengorganisasian donor drah berjalan dan pelaksanaan
pertemuan rutin GSI dalam promosi suami siaga,bidan siaga serta desa siaga adalah bentuk
upaya dalam menurunkan AKI dan AKB.

4.2 Saran
Diharapkan dengan mempelajari makalah ini kita sebagai mahasiswa kebidanan akan
lebih memahami dan berperan aktif berpartisipasi dalam Program Pembinaan Peran Serta
Masyarakat, sehingga tujuan yang di inginkan bisa teraplikasikan dengan sukses dan dengan
adanya program ini diharapkan akan memperbaiki kuantitas dan kualitas dari mutu kesehatan di
Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin.Hamidah.2009.kebidanan komunitas.jakarta:EGC

Runjati.2002.Asuhan Kebidanan Komunitas.jakarta:EGC

Bidan Menyongsong Masa Depan PP IBI.Jakarta.Depkes.2007.

Kurikulum Dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes Dan Pengembangan Desa


Siaga.Dpkes.Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai