Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“KONSEP DASAR PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS


DAN TUGAS SERTA TANGGUNG JAWAB BIDAN DI
KOMUNITAS”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (KELAS IIA) :

1. ADE SINTIYA
2. ALTA MILTRI
3. ANDESTA JAYA
4. DINA FITRIANI
5. WAFIQ ROSAHHILLANA IPSA
6. WIDYA AYU FEBRIANTI
7. ZULFA TANIA FEBRIANI

DOSEN PENGAJAR:

LELA HARTINI SST, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEBIDANAN

2019/2020
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “konsep dasar
pelayanan kebidanan komunitas dan tugas serta tanggung jawab bidan di komunitas”
sebagai salah satu tugas mata kuliah kebidanan komunitas pada semester IV Prodi DIII
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
          Penyelesaian Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bunda Lela Hartini, SST,M.Kes selaku Dosen Pengajar mata kuliah kebidanan
komunitas.
2. Rekan - rekan mahasiswa yang turut membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah berikutnya.
Semoga Makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada kita semua serta
memberikan manfaat dan berguna di masa yang akan datang .

Bengkulu  ,  05 Februari 2020

                                               Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHALUAN...................................................................................4

A. Latar belakang.......................................................................................4
B. Rumusan masalah………………………………..…………………..…..…5
C. Tujuan ………………………………………………………………….…5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..…6

A. Konsep kebidanan komunitas ……………………………………………6


a. Pengertian/definisi…………………………………………………….6
b. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain..7
c. Tujuan………………………………………………………………….11
d. Bekerja di komunitas………………………………………………..12
e. Strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai landasan
pikir pelayanan kebidanan…………………………………………..14
B. Tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas………………………….18
a. Tugas utama bidan di komunitas…………………………………….18
b. Tugas tambahan bidan di komunitas……………………………..….19
c. Bidan praktik swasta dan bidan delima……………………………….19
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..25

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….25
B. Saran………………………………………………………………….……26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………27

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang
berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan
oleh batas – batas wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta
adanya saling mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga
dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang
melayani keluarga dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep tersebut
tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana
pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu
dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti lingkungan,
masing-masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan
pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian
menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini
mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi semua kegiatan yang
berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, swasta atau yanh berbasis
pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa, petugas penyalur
kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan
tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan
komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan
kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga
kesehatan atau tenaga lainnya yang kuallifikasi pendidikannay lebih rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan.
Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama
4
pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak menunggu
pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu
dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit kerjanya. Untuk itu bidan harus
mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu. Pemantauan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?


2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara
lain?
3. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?
4. Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?
5. Apa Strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai landasan
pikir pelayanan kebidanan ?
6. Apa tugas utama bidan di komunitas ?
7. Apa tugas tambahan bidan di komunitas ?
8. Apa itu bidan praktik swasta dan bidan delima?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.


2. Untuk mengetahui Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan
beberapa Negara lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana bekerja di kebidanan komunitas.
5. Untuk mengetahui strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020
sebagai landasan pikir pelayanan kebidanan.
6. Untuk mengetahui tugas utama bidan di komunitas .
7. Untuk mengetahui tugas tambahan bidan di komunitas .
8. Untuk mengetahui apa itu bidan praktik swasta dan bidan delima.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kebidanan Komunitas


a. Pengertian/definisi
Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian
tertentu. Kebidanan  berasal dari kata “bidan“. Menurut kesepakatan
antara ICM; IFGO dan WHO tahun 1993, mengatakan bahwa bidan
(midwife) adalah “seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang
diakui oleh Pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut
dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktek kebidanan”
(Syahlan, 1996 : 11). Definisi Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
adalah “ seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan formal dan
lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta
kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri” (50 Tahun IBI).
Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan
kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 :
12). Sedangkan Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas”
yang berarti kesamaan, dan juga “communis” yang berarti sama, publik
ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada
di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut
Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem
sosial.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan
Komunitas adalah upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
6
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan
Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)

b. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain


1. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana
bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan
yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut
bidan komunitas (community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia
istilah “bidan komunitas”  tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi
bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang
bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan
komunitas.
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga
bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan
untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa. Pendidikan tersebut
adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan
Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari
lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun,
siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3
tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU,
SPK maupun PPB-A  mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan
tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan
mampu memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat
terutama di desa. Disamping itu Departemen Kesehatan melatih para bidan
yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi dan masalah
kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam
berbagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti pertemuan
ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi seperti
7
IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat
dari tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)

2. Riwayat kebidanan komunitas di beberapa Negara lain.


 SELANDIA BARU
Selandia Baru telah mempunyai peraturan wacana cara kerja
kebidanan semenjak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu,
lingkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai hasil dari
meningkatnya sistem perumah sakitan dan pengobatan atau pertolongan
dalam kelahiran. Karena danya otonomi bagi pekerja yang bergerak
dalam porakteknya dengan lingkup praktek yang penuh di awal tahun
1900, secara perlahan bidan menjadi ‘asisten’ dokter. Bidan bekerja di
masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu,
ibarat klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas, kehamilan dan
persalinan menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara
keseluruhan. Dalam proses ini, bidan kehilangan pandangan bahwa
persalinan yaitu suatu insiden yang normal dan dengan kiprah mereka
sendiripun sebagai pendamping pada insiden normal tersebut. Di
samping itu bidan menjadi berpengalaman memperlihatkan intervensi
dan asuhan maternitas yang penuh dengan imbas medis, dimana
seharusnya para dokter dan rumah sakit secara eksklusif yang lebih
sempurna untuk memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memperlihatkan pelayanan pada
maternal dan untuk mengurangi angka maut dan kesakitan ibu dan janin
hal ini berlangsung pada tahun 1920 hingga dengan tahun 1980 dimana
yang memberlakukan model tersebut yaitu negara-negara barat ibarat
Selandia Baru, Australia, Inggris dan Amerika. Tetapi taktik ibarat itu
tidak mencapai kesuksesan.
Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh
persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’
yaitu seseorang yang berpengalaman dari mulainya kehamilan hingga
dengan enam ahad setelah persalinan. Mereka menginginkan bidan yang
8
berkerja dipercaya kemampuannya untuk menolong persalinan tanpa
intervensi dan memperlihatkan sumbangan bahwa persalinan yaitu
insiden yang normal .
 Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas telah berubah
secara dramatis. Saat ini, 86% perempuan mendapatkan pelayanan dari
bidan selama kehamilan hingga nifas, dan asuhan berkelanjutan pada
persalinan sanggup dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter,
63% perempuan menentukan bidan sebagai satu-satunya perawat
maternitas, dalam hal ini terus meningkat. Ada suatu keinginan dari para
perempuan biar dirinya menjadi sentra pelayanan maternitas. Di rumah
sakit pun memperlihatkan pelayanan bagi yang menginginkan tenaga
kesehatan professionalyaitusentrapelayananmaternitas.
 Belanda
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda tetapkan bahwa
melahirkan di rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di
Amsterdam 43% kelahiran (Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di
rumah. Di Holland diakui bahwa rumah adlaah tempat yang kondusif
untuk melahirkan selama semuanya normal.
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil hingga
satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan episiotomi tapi tidak diijinkan memakai
alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi,
untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan
Ergometrin diberikan jikalau ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan
sesuai fisiologinya. Analgesik tidak dipakai dalam persalinan.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong
oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan
pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang
jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan
mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses
alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari

9
teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting. Pendidikan bidan
dipakai sistem Direct Entry dengan usang pendidikan 3 tahun.
 Kanada

 Tahun 1691 --Pemerintah dalam apa yang kini quebec, didirikan tiga
cabang otonom kedokteran: dokter, dokter bedah, bidan.

 Tahun 1755-- Pemerintah Inggris membayar upah bidan dari Inggris


yang menetap di Nova Scotia.

 Tahun 1843--Bidan yang bekerja di Universitas Lying-in-Rumah


Sakit di Montreal. Bidan yang diberikan izin oleh pemerintah
kawasan di Montreal, Quebec City, dan gereja-gereja lokal di
kawasan pedesaan.

 Tahun 1912 --Dewan Kedokteran Kanada terbentuk dan praktek


kebidanan dihilangkan di sebagian besar lokasi.

 Tahun 1939--Selama tahun-tahun perang Perawat Kesehatan


Masyarakat diberikan perawatan kebidanan di pedesaan Alberta di
bawah undang-undang yang terkandung dalam Profesi Kedokteran
Undang-Undang.

 Tahun 1944 --Kebidanan akta dicabut di Quebec.

 Tahun 1946 --Canadian Nurses Association (CNA) yang disetujui


praktek perawat terdaftar sebagai bidan di daerah-daerah terpencil di
mana tidak ada dokter

 Juni 1974 - Kanada Komite Nasional Perawat-Bidan yang


diorganisir di Canadian Nurses Association (CNA) konvensi di
Winnipeg, tapi segera dibubarkan sebagai bidan yang terlibat dengan
Asosiasi Bidan lain. The CNA mengeluarkan pernyataan pada

perawat-bidan merekomendasikan pengakuan perawat-bidan .

10
 Tahun 1987, Konfederasi Kanada Bidan (CCM) yang dibuat untuk
memfasilitasi komunikasi antara aneka macam provinsi asosiasi
bidan. Sebuah konfederasi dari asosiasi bidan, bukan individu.

 Tahun 1988, Saskatchewan Ikatan Bidan terbentuk. Asosiasi yang


Saskatchewan Aman Alternatif dalam Melahirkan dibubarkan dan
konsumen membentuk Friends of the Bidan kelompok.

 Tahun 1991,Maret - the CCM mengadopsi definisi MKI kebidanan,


dan "perawat-bidan" tidak sanggup diterima.

 Tahun 2001, The CCM menjadi Asosiasi Kanada Bidan (CAM).


Kemajuan kebidanan perundang-undangan di negara ini
menimbulkan lebih banyak pekerjaan, dan kebutuhan untuk Asosiasi
nasional.

 Tahun 2001, The Kebidanan Mutual Recognition Agreement di


Mobilitas Buruh di Kanada yang sudah diisi ditandatangani dan
diterima berdasarkan Perjanjian Perdagangan Internal. Beberapa Old
Kanada Sejarah

c. Tujuan
Pemberian Asuhan kebidanan di komunitas harus terarah atau
mempunyai tujuan yang jelas. Adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan di
komunitas adalah sebagai berikut.
1) Tujuan umum
Asuhan kebidanan komunitas harus mampu meningkatkan
kesejahteran masyarakat, khususnya kesehatan perempuan (women
well being) di wilayah kerja bidan.
2) Tujuan khusus
 Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.

11
 Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu.
 Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan degan resiko
kehamilan , persalinan, nifas dan perinatal.
 Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
 Membangun jejaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

d. Bekerja di komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan


merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan
rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3
hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan
kebidanan komunitas. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas,
kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan
keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Sebagai bidan yang
bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas,
yaitu :
1) Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat.
Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di
wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat
dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik
masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang
kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,
bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara
tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan
penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let,
spanduk dan sebagainya.
2) Sebagai Pelaksana (Provider)
12
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan
kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai
pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai
berikut :
 Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan
masa interval dalam keluarga.
 Pertolongan persalinan di rumah.
 Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan
resiko tinggi di keluarga.
 Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
 Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.7)      Pemeliharaan kesehatan anak balita.
3) Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan
kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan
yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola
kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek
bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan
lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
4) Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang
dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana
bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil
analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat
mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang
dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
5)  Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam
memecahkan permasalahan yang terjadi.  Bidan perlu menggerakkan
13
individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat.
6) Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan
memberi informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu
membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
7) Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun
sektoral.
8) Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu
dan keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di
masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya
dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan
sewaktu – waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas
Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.

e. Strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai landasan


pikir pelayanan kebidanan

Setiap petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat perlu memahami


masyarakat yang dilayanainya, baik keadaan, budaya, maupun tradisi
setempat sehingga dapat menentukan cara atau strategi yang harus ditempuh
dalam menyelesaikan masalah kebidanan. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh bidan dalam pelayanan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut:
1.       Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
Secara umum Pendekatan edukatif suatu rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan pertisipasi
aktif dari individu, kelompok maupun masyarakat umum untuk

14
memecahkan masalah masyarakat dengan mempertimbangkan  faktor
sosial ekonomi dan budaya.
Secara khusus pendekatan edukatif merupakan satu bentuk atau
model pelaksanaan organisasi sosial masyarakat dalam memecahkan
masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan pokok penekanan pada :
pemecahan masalah dan proses pemecahannya serta pengembangan
provider merupakan bagian dari proses pengembangan masyarakat secara
keseluruhan (Syafrudin, 2009)
 Tujuan Pendekatan Edukatif            
1)     Memecahkan masalah yang dihadapi masyrakat
2)     Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk bisa
memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas
kemampuannya.
 Langkah-langkah pendekatan edukatif
1)     Pendekatan pada tokoh masyrakat
a. non formal : untuk penjajagan kebutuhan
b. formal: dengan surat resmi
c. tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat
d. kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan
pengumpulan data
e. pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan
suatu kebijakan alternatif pemecahan masalah dalam rangka :
perenecanaan, pelaksanaan dan evaluasi
f. menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri
upacara-uapacara agama, perkawinaa, kematian dst
2)     pedekatan kepada provider
pendekatan kepda provider diadakan pada waktu pertemuan
tingkat kecamatan, desa atau kelurahan dan tingkat dusun atau
lingkungan.
3)     pengumpulan data primer dan sekunder
a. data umum
b. data teknis sesuai kepentingan masing-masing sektor
15
c. data perilaku sesuai dengan masalah yang ada
d. data khusus hasil pengamatan
e. data orang lain

2.       Pelayanan berorientasi pada kebutuhan masyarakat


Pelayanan seorang bidan yang bekerja di masyarakat berarti
melayani masyarakat dengan memberi pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan. Masyarakat juga diajak bekerjasama agar mampu berperilaku
hidup sehat dan mempromosikan kepada orang lain di lingkungan
sekitarnya. Masyarakat juga dapat memberikan masukan tentang bentuk
bagaimana bentuk pelayanan yang diharapkan. Dengan demikian,
keberhasilan bidan dalam bekerja di masyarakat sangat ditentukan oleh
kemampuannya untuk mendengarkan, dan memenuhi harapan masyarakat
serta melibatkan masyarakat dalam upaya memperbaiki tingkat kesehatan
masyarakat.

3.       Penggunaan atau pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di


masyarakat
                Kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang berlandaskan
pada pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri, bukan kegiatan yang segala sesuatunya diatur dan disediakan
oleh pemerintah maupun pihak lain.
Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa :
a. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh
di masyarakat setempat baik yang bersifat formal ( ketua RT, RW,
Kades dll) maupun tokoh non formal (tokoh agama, tokoh adat, tokoh
pemuda, kepala suku).
Tokoh masyarakat merupakan kekuatan yang sangat besar yang
mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya
pembangunan.
16
b. Dana masyarakat
pada golongan masyarakat tertentu penggalangan dana masyrakat
merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya, tapi pada golongan
masyarakat yang tingkat ekonominya pra sejahtera penggalangan dana
masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka marasa ikut
memiliki dan bertanggungjawab terhadap upaya pemelaiharaan dan
peningkatan derajat kesehatnnya. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan model tabungan atau sistem asuransi yang bersifat
subsidi silang.
c. Organisasi kemasyarakatan
Organisasi yang ada di masyarakat seperti lembaga persatuan
pemuda, pengajian dan sebagainya merupakanwadah berkumpulnya
para anggota dari organisasi tersebut sehingga upaya pemberdayaan
masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintah/ tenaga
kesehatan memanfaatkanya dalam upaya pembangunan kesehatan
d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat
Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki masyarakat
seperti batu kali, bambu, dan lain sebagainya untuk pembangunan
kesehatan akan menimbulkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki
dari masyarakat.
e. Pengetahuan masyarakat
Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi
pembangunan kesehatan seperti pengetahuan tentang obat tradisional,
pengetahuan tentang penerapan teknologi tepat guna untuk
pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misalnya penyaluran
air menggunakan bambu dan lain-lain.
f. Teknologi yang dimiliki masyarakat
Masyarakat memiliki tehnologi sendiri dalam memecahkan
masalahnya, biasanya bersifat sederhana tetapi tepat guna. Untuk itu
sebaiknya pemerintah memanfaatkan tehnologi tersebut dan apabila
memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan
hasil gunanya.
17
g. Pengambilan keputusan oleh masyarakat
Apabila penemuan masalah dan perencanaan pemecahan masalah
kesehatan Telah dapat dilakukan oleh masyarakat maka pengambilan
keputusan terhadap upaya pemecahan masalah akan lebih baik
dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian, kegiatan
pemecahan masalah kesehatan akan berkesinambungan karena
masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.(Depkes RI, 2007)

B. Tugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas


a. Tugas utama bidan di komunitas

1.         Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan


a) Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
b) Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan
komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
c) Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
e) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan
melibatkan klien/keluarga.
f) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan klien/keluarga.
g) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan
gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
h) Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan
klien/keluarga.
18
i) Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan
klien/keluarga.
j) Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan
kebidananan
2.      Pengelola pelayanan KIA/KB.
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga
dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan
dan program sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan
kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan
lain yang berada diwilayah kerjanya.
3.      Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.
Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien,
masyarakat dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader,
dan dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB.
4.      Penelitian dalam asuhan kebidanan.
Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara
kolaboratif dalam tim penelitian tentang askeb.

b. Tugas tambahan bidan di komunitas


1) Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
2) Mengelola dan memberikan obat - obatan sederhana sesuai dengan
kewenangannya.
3) Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
4) Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

c. Bidan praktik swasta dan bidan delima


1) Bidan Praktik Swasta
Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia
layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam
19
memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa
layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari
pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan
secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan
praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan
kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.

Kompetensi minimal bidan praktek swasta meliputi :


1.      Ruang lingkup profesi
a. Diagnostik (klinik, laboratorik)
b. Terapy (promotif, preventif)
c. Merujuk
d. Kemampuan komunikasi interpersonal
2.      Mutu pelayanan
a. Pemeriksaan seefisien mungkin
b. Internal review
c. Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi
d. Humanis (tidak diskriminatif)
3.      Kemitraan
a. Sejawat/kolaborasi
b. Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog
c. Pasien, komunitas
4.      Manajemen
a. Waktu
b. Alat
c. Informasi/MR
d. Obat
e. Jasa
f. Administrasi/regulasi/Undang-Undang
5.      Pengembangan diri
a. CME (Continue Midwifery Education)
b. Information Search
20
2) Bidan Delima

Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang


mencakup : 
a.       Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
b.      Merk Dagang/Brand. 
c.       Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah,
lengkap, dan memiliki hak paten.
d.      Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan
proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan.
e.       Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan
semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien
beserta keluarganya.
f.       Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam
pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

 Tujuan:
a.       Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. 
b.      Meningkatkan profesionalitas Bidan.
c.       Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat.
d.      Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana.
e.       Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian Ibu, Bayi
dan Anak. 

21
 Logo Bidan Delima

a.       Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah: 


Bidan :
Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas,
ramah-tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan
reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan umum dasar selama 24
jam.
Delima :
Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan
cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
Merah :
Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan
pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu
masyarakat.
Hitam :
Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani
kaum perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
Hati :
Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang
(sayang Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi
pelayanan. 

b.      Bidan Delima melambangkan: 

22
Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-
tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan
kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi. 
Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS
tersebut telah memberikan pelayanan yang berkualitas yang telah
diuji/diakreditasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan pelanggannya (Service Excellence). 

 Jenis pelayanan
a.       Pelayanan rawat jalan dan inap
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap adalah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud rawat jalan
adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien yang
tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization)
Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat
jalan ini memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981)
mencatat bahwa peningkatan angka mutilasi pelayanan rawat jalan
di RS. Misalnya adalah dua sampai tiga kali lebih tinggi dari
peningkatan angka mutilasi pelayanannya.
b.      Pelayanan rawat jalan oleh klinik mandiri
Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang
diselenggarakan oleh klinik yang mandiri yakni yang tidak ada
hubungan organisasi dengan rumah sakit (free standing ambulatory
center). Bentuk klinik mandiri ini banyak macamnya yang secara
umum dapat dibedakan atas dua macam:
1)      Klinik mandiri sederhana
Bentuk mandiri sederhana (simple free standing ambulatory
center) yang popular adalah praktik dokter umum atau praktik
dokter spesialis secara perseorangan (solo practitioner). Untuk
Indonesia ditambah lagi dengan praktik bidan.
23
2)      Klinik mandiri institusi
Bentuk mandiri institusi (institutional free standing
ambulatory center) banyak macamnya mulai dari praktik
berkelompok (group practitioner) poliklinik (klinik) BKIA (MCH
center), puskesmas (community health center).

 Tanggung Jawab Bidan di Komunitas


1.      Melaksanakan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan
prioritas masalah sesuai dengan kewenangan bidan
2.      Menggerakan dan membina masyarakat desa berperilaku
sehat

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.

Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja.
Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk
keluarga berencana (KB).

Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan membangun dan


mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti
keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan bidan di masyarakat.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani keluarga dan
masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas sebagai
sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.

Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang


tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system
kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit.

Masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal


di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana factor
utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayah. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan
social yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social tertentu.
25
B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi
lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”ASUHAN
KEBIDANAN KOMUNITAS”

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Rita Yulifah, Tri Johan Agus Yuswanto.2011.Asuhan Kebidanan Komunitas.


Jakarta : Salemba Medika
2. Depkes RI. 2007. Modul 2 Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui
Kemitraan. Jakarta: Depkes RI
3. Depkes RI, 1999. Bidan di Masyarakat, Jakarta: Depkes RI
4. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
5. Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan.
6. Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
7. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
8. http://isukebidanan.blogspot.com/2016/05/materi-asuhan-kebidanan-
komunitas.html
9. http://bidanendahmustika.blogspot.com/2014/09/makalah-konsep-kebidanan-
pada-komunitas.html
10. http://madewidiari14024.blogspot.com/
11. https://jurnalkebidananku.blogspot.com/2018/06/sejarah-dan-riwayat-
kebidanan-komunitas.html
12. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/tugas-dan-tanggung-jawab-bidan-
di.html?m=1

27

Anda mungkin juga menyukai