Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal,
adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna,
termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000
kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom
VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat
kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan
feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan
bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan
perineum. Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena
putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya
gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Atresia Ani?
2. Bagaimana klasifikasi jenis Atresia Ani?
3. Bagaimana etiologi dari Atresia Ani?
4. Apa factor predisposisi Atresia Ani?
5. Apakah patofisiologi dari Atresia Ani?
6. Bagaimana tanda dan gejala dari Atresia Ani?
7. Apa komplikasi dari Atresia Ani?
8. Bagaimana penatalaksanaan Atresia Ani?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui gambaran umum asuhan pada bayi dengan Atresia
Ani di ruang NICU RSUD Kota Mataram melalui pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif asuhan kebidanan
pada By. Ny. “A” dengan Atresia Ani di ruang NICU RSUD Kota
Mataram
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif asuhan kebidanan
pada By. Ny. “A” dengan Atresia Ani di ruang NICU RSUD Kota
Mataram
c. Mahasiswa mampu menganalisa masalah asuhan kebidanan pada By.
Ny. “A” dengan Atresia Ani di ruang NICU RSUD Kota Mataram
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada By. Ny. “A” dengan Atresia Ani di ruang NICU RSUD Kota
Mataram

2
D. MANFAAT
a. Bagi pendidikan
Meningkatkan bimbingan pada mahasiswa dalam memberikan asuhan
kebidanan pada By. Ny. “A” dengan Atresia Ani di ruang NICU
RSUD Kota Mataram
b. Bagi rumah sakit ( RSUD kota mataram )
Dapat memberikan pelayanan yang komperehensif bagi pasien dan
menerapkan semboyan lebih baik mencegah dari pada mengobati
c. Bagi mahasiswa
 Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny.
“A” dengan Atresia Ani di ruang NICU RSUD Kota Mataram
 Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada By. Ny. “A” dengan
Atresia Ani di ruang NICU RSUD Kota Mataram
d. Bagi pasien
 Dapat menambah pengetahuan ibu dan keluarga dalam
meningkatkan derajat keselmatan dan kesehatan
 Menurunkan angka kematian dan kesakitan pada bayi akibat
komplikasi yang terjadi

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Atresia Ani
Istilah atresia ani memiliki beberapa defenisi dari para ahli, Yaitu :
a) Istilah Atresia Ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang
artinya tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam
istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang yang normal.
b) Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforata meliputi
anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2012).
c) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran
anus (Donna, 2013).
d) Atresia Ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada
distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2010).
e) Atresia Ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang
f) memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus
yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam
atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan
rektum (Purwanto, 2010).
Jadi Atresia Ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

4
B. Klasifikasi Jenis
Klasifikasi atresia ani, yaitu :
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses
tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
e. Anus imperforata dan ujung rektum buntu terletak pada berbagai jarak
dari peritoneum.
f. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi,
yaitu :
a. Anomali rendah / infralevator
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,
terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan
fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung
anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak
ada.Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius –
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan).Jarak antara ujung rectum
buntu sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.

5
C. Klasifikasi Menurut Letaknya :
a. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) denganjarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel
ke saluran kencing atau saluran genital.
b. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
c. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
D. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun
ada sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguanpertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anus.
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
d. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal
mungkin tidak memadai.Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang
terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani.
e. Genetik dan abnormalitas kromosom
f. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

6
E. Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir,
seperti :
a. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali
pada gastrointestinal.
b. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
F. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi
kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.Terjadi atresia
anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-
10 minggu dalam perkembangan fetal.Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan
vagina.Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga
menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami
obstruksi.Putusnya saluran pencernaan dari atas hingga daerah dubur, sehingga
bayi baru lahir tanpa lubang anus.
G. Tanda Gejala (Ngastiyah, 2010)
Tanda dan gejala yang sering timbul, yaitu :
a. Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih
tinggi.
b. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila
bayi buang airbesar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal,
tidak pernah rektourinarius.

7
c. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir
di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
d. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
(Suriadi,2010).
e. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
f. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
g. Perut kembung 4-8 jam setelah lahir.
h. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
i. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
j. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
k. Bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan
terlihat menonjol (Adele,1996)
H. Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
b. Obstruksi intestinal
c. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.(Betz,
2012)

8
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan dalam tindakan Atresia Ani menurut Hellen (2007)
yaitu :
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon
iliaka.Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah
lahir. Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through"
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12
bulan.Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah
baik status nutrisinya.
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah
operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering
tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak
padat.
d. Dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau
speculum
e. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
f. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonates.
g. Melakukan pembedahan rekonstruktif ;
1. Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
2. Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)

9
3. Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
h. Penanganan pasca operasi :
1. Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
2. Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari
2. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
c. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh
karena massa tumor.
d. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
e. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bias digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BAYI NY. “A”
DENGAN ATRESIA ANI DI RUANG NICU
RSUD KOTA MATARAM

1. PENGKAJIAN DATA DASAR

Hari/ Tanggal : Senin, 21 Januari 2019


Waktu : 10.00 WITA
Tempat : di Ruang NICU RSUD Kota Mataram
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama : By. Ny. “A”
Usia : 3 hari
Tanggal Lahir : 19-01-2019
Jam Lahir : 09.10 Wita
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Proses Persalinan : Normal
Anak ke : Dua
2. Identitas orang tua
Istri Suami
Nama : Ny “A” :Tn. “R”
Usia : 30 thn : 34 thn
Suku :Sasak : Sasak
Agama : Islam : Islam
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Swasta

11
Alamat : Masbagek Lotim:
No. Rekam Medik : 31.81.90
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayi tidak mempunyai lubang anus
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi lahir pada tanggal 19-01-2019 pukul 19.10 wita di Rumah Rakit
SELONG dan tidak memiliki lubang anus sejak lahir.
3. Riwayat Kehamilan
• Hamil ke : Kedua
• HPHT : 10-4-2018
• HTP : 17-1-2019
• Usia Kehamilan : 39 minggu 6 hari
• Masalah / penyulit : tidak ada
• Riwayat ANC : 5 kali / USG: 2 kali
• Imunisasi TT : lengkap (2 kali)
TT1: pada tanggal 22-4-2018
TT2 :pada tanggal 20-5-2018
4. Riwayat Persalinan
Bayi lahir Normal di RSUD Selong, langsung menangis, warna kulit
kemerahan, gerakan sedikit, bayi sudah mendapatkan vit K dan salep mata
sudah dilakukan IMD. Berat badan lahir 2500 gr, panjang badan 48 cm,
Lingkar Kepala 31 cm, Lingkar Dada 28 cm, Lila 9 cmdengan Afgar Score
7-9.

12
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital
a. Laju Nafas : 48 x/menit, teratur
b. Laju jantung : 145 x/menit, teratur
c. Suhu : 36,5oC
3. Antropometri
a. BB : 2500 gram
b. PB : 48cm
c. LK : 31cm
d. LD : 28cm
e. Lila : 9 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bentuk simetris, fontanela membuka, permukaanmendatar, konsistensi
lunak, kulit kepala bersih, rambut hitam.
b. Telinga
Simetris, sejajar dengan sudut mata, dauntelinga lunak, elastisitas baik,
lubang telinga ada, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.
c. Mata
Terpasang penutup mata.
d. Hidung
Bentuk simetris,septum nasal ditengah, tidak ada pernapasan
cupinghidung.
e. Mulut
Bibir dan gusi merah muda, lidah bersih, tidak ada labioskizis maupun
labiopalatoskizis.

13
f. Leher
Tidak ada pembengkakan dan benjolan.
g. Dada
Bentuk simetris, puting susu menonjol, areola berwarnagelap, tidak ada
tarikan dinding dada, tidak ada bunyi nafasdan bunyi jantung tambahan.
h. Perut
Konstitensi lembut,tidak ada perdarahan tali pusat, tidak ada penonjolan
sekitar tali pusat saat menangis, terdapat bisingusus.
i. Anus
Tidak terdapat lubang anus.
j. Punggung
Tidak ada pembengkakan, tidak ada spina bifida.
k. Kulit
Bersih,warna kemeraha dari kepala hingga pusat
l. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah bentuk simetris,jumlah jari lengkap.
m. Sistem Syaraf (refleks)
Refleks Rooting : ada, bayi dapat mencari puting susu, saat
ujungbibir bayi disentuh.
Refleks Sucking : ada, bayi dapat menghisap puting susu,
terlihat saat bayi menyusu.
Refleks Swallowing : ada, bayi dapat menelan saat menyusu.
Refleks Grasping : ada, ketika jari pemeriksa diselipkan di
jari bayi, bayi akan menggenggam.
Refleks Babinski : ada, ketika jari kaki bayi mengembang
atau dorsofleksi saat diberi sentuhan di
telapak kaki.
Refleks Plantar : ada, jari kaki bayi menggenggam saatsatu
jari diletakkan di ujung jari kaki bayi.

14
Refleks Tonick neck : ada, bayi menoleh saat diberi rangsangan.
C. ANALISA
 Diagnosa
Bayi Baru Lahir Cukup Bulan usia 3 hari K/U bayi baik HR :145 x/m,
RR: 48 x/m, S : 36,5 °C dengan Atresia Ani.
Subjektif :
a. Ibu mengatakan bayinya lahir di rumah sakit SELONG pada
tanggal 19-01-2019 pukul 09-10 wita
b. Ibu mengatakan ini anak ke dua
c. Ibu mengatakan bayinya tidak memiliki lubang anus
Objektif :
a. Keadaan umum bayi baik, kesadaran komposmentis, emosi
stabil.
b. Denyut jantung : 145 x/m, respirasi : 48x/m dan suhu : 36,5 °C
c. Bayi dengan atresia ani
 Masalah
Ketidaknyamanan bayi terhadap buang air besar (BAB)
 Kebutuhan
a. Pemberian Asi Esklusif
b. Menjaga kebersihan bayi dengan mengganti popok setiap kali
buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK).
c. Merawat luka bekas operasi

15
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan.Ibu sudah mengetahui
keadaan baiyinya
2. Meminta persetujuan untuk dilakukanBedah anoplasty pada tanggal 21-01-
2019 pukul 10.00 wita. Ibu sudah menyetujui tindakan yang akan dilakukan
yaitu bedah anoplasty.
3. pemberian terapi sesuai advis dokter SpA, :
 pemasangan infus injeksi D10 % 270 cc/ 24 jam, pemberian Cefofaxim
2x 135 mg, Ranitidine 3 x 2 mg, dan Pct 3 x 27 mg.
4. post op anoplasty melanjutkan terapi sesuai advice dokter SpA,:
 pemasangan infus injeksi D10 % 270 cc/ 24 jam, injeksi Cefofaxim 2x
135 mg, inj.Ranitidine 3 x 2 mg, inj. Paracetamol 3 x 27 mg
 Rawat Neo Anus
5. memberitahukan ibu cara Menjaga kebersihan bayi dan merawat luka bekas
operasi. Ibu memahami penjelasan dari petugas kesehatan.
6. Konseling tentang ASI ekslusif.
7. Memantau keadaan umum, dan tanda-tanda vital.

16
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal S O A P
/jam
senin, By ny “A” K/u baik, Bayi Cukup Mengobservasi
21/1/19, mengatakan HR:138x/menit Bulan usia keadaan umum,
08.00 bahwa RR: 4x/menit 3 hari menyeka bayi,
bayinya tidak S: 36,70C dengan mengganti popok,
punya lubang menangis (+), Atresia Ani memberikan ASI,
pantat (anus) gerakan (+), menjaga
muntah (-) kehangatan
09.00 Mengobservasi
TTV
Mengganti popok

K/U : sedang Bayi Cukup Mengobservasi


11.00 TTV Bulan usia TTV
HR:145x/menit 3 hari HR:145x/menit
RR:46x/menit dengan RR:46x/menit
S :36,9 °C Atresia Ani S :36,9 °C
POST op Melakukan KIE
Operasi perawatan luka
operasi

12.00 Mengobservasi
TTV
HR : 150 x/menit
R : 40 x/menit
S : 36,6 oC

17
14.00 Menerima operan
pasien, menjaga
kehangatan,
mengobservasi
TTV mengganti
popok
18.00 Mengubah posisi,
mengganti popok
19.00 Mengobservasi
TTV
HR : 138 x/menit
S : 36,7 oC
R : 47 x/menit

20.00 Menerima operan


pasien,
mengobservasi
keadaan umum
bayi
21.00 Menjaga
kehangatan,
mengganti popok
22.00 Mengobservasi
infus injeksi
23.00 Menciptakan
lingkungan yang
nyaman,

18
Selasa, K/u baik, Bayi Cukup Mengobservasi
22/1/19 HR:148x/menit Bulan usia TTV
06.00 RR: 40x/menit 3 hari HR : 140 x/menit
09.00 S: 36,70C dengan S : 36,7oC
Post op Atresia Ani R : 40 x/menit
Anoplasty Menjaga
BAB (+) kehangatan,
12.00 mengganti popok

14.00 Menerima operan


pasien,
mengobservasi
keadaan umum
bayi
18.00 Mengobservasi
19.00 TTV
HR : 144 x/menit
S : 36,6 oC
R : 44x/menit

20.00 Menerima operan


21.00 pasien,
22.00 mengobservasi
23.00 keadaan umum
bayi

19
Rabu, 23/1/19 By NY “A” K/u baik, Bayi Cukup Mengobservasi
06.00 mengatakan HR:149x/menit Bulan usia TTV
07.00 sudah bisa RR: 50x/menit 3 hari HR : 149x/menit
08.00 menyusui S: 36,90C dengan S : 36,9oC
09.00 Post op Atresia Ani R : 50x/menit
10.00 Anoplasty Up infuse.
11.00 BAB (+)
BAK (+)
12.00 Mengobservasi
TTV
HR :149x/menit
S : 36,7oC
R : 48x/menit

20
BAB IV
PEMBAHASAN

A. DATA SUBJEKTIF
By. Ny.”A”, lahir tanggal 19 Januari 2019, pada pukul 09.10 Wita, jenis
kelamin laki-laki. Pada hari ke 3, bayi diagnose dengan Atresia Ani. Atresia
Ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi
saat kehamilan.Prawirahardjo, 2014).
Atresia Ani By. Ny.”N” timbul pada usia bayi bayi baru lahir. Menurut
Purwanto (2010), Atresia Ani disebabkan Gangguan organogenesis dalam
kandungan, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.

B. DATA OBJEKTIF
Dari hasil pemeriksaan di dapatkan tidak ada lubang pada anus.
C. ANALISA
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang ada maka dapat disimpulkan
bahwa By. Ny.”A”,usia3 hari,neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
dengan Atresia Ani. Usia kehamilan ibu saat melahirkan yaitu 39-40 minggu,
dengan berat badan saat lahir 2500 gram.
D. PENATALAKSANAAN
Dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang di dapat serta analisa
yang dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan atau rencana asuhan yang
dibutuhkan. Penatalaksanaan yang pertama yaitu menjelaskan hasil
pemeriksaan bahwa bayi Ny.”N” mengalami Atresia Anidan harus dilakukan
rawat inap untuk dilakukan pembedahan anoplasty. Sesuai dengan teori
menurut Hellen Varney (2007)

21
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon
iliaka.Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah
lahir. Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through"
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12
bulan.Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah
baik status nutrisinya.
. Sesuai dengan protap penatalaksanaan Atresia Ani di RSUD Kota
Mataram dan menurut Hellen (2007) yaitu melakukan pembedahan anoplasty
a. Faktor Pendukung dan Penghambat
2. Faktor Pendukung
a. Keluargasangat kooperatif dan adanya respon positif terhadap asuhan
yang diberikan pada bayinya.
b. Adanya kerjasama dengan petugas kesehatan yang baik, di ruangNICU
RSUD Kota Mataram, sehingga penulis dapat melaksanakan asuhan
kepada By. Ny.”A”secara optimal.
3. Faktor Penghambat.
Selama melaksanakan asuhan penulis tidak mengalami hambatan
karena adanya kerjasama yang baik dari pihak petugas kesehatan,serta sikap
kooperatif dari pihak keluarga.

22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia anus artinya anus tidak ada atau tidak berada pada
tempatnya.Atresia anus merupakan kelainan dalam perkembangan bayi
saat masih dalam kandungan, penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga
factor genetic sedikit berperanan.diagnosis dibuat segera setelah bayi
dilahirkan (rutinitas/SOP, dimana tiap bayi baru lahir diperiksa anusnya
ada atau tidak,trsumbat atau tidak.
Namun demikian terjadi juga keadaan ini tidak terdeteksi, dan baru
diketahui setelah bayi tidak bias BAB dan terlihat gejala sumbatan
diusus.Untuk memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya, dilakukan
pemeriksaan ronsen plus zat kontras. MRI atau CT Scan dan juga bisa
menentukan jenis dan ukuran atresia.
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan atresia
ani. Yaitu berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi
(colostomy) untuk menyalurkan feses, beberapa bulan kemudian baru
dipindahkan ke bagian anusnya.
B. Saran-saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan serta wawasan pembaca.Selanjutnya kami pembuat makalah
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini
untuk kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fitramaya http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-
heldanilag-5416-2-babii.pdf
http://dokter yuda bedah.com/atresia-ani-bayi-lahir-tanpa-anus/
http://sufyanna nank.blogspot.com/2012/11/atresia-anus.html
http://ilmu bedah.wordpress.com/2010/02/23/atresia-ani/
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita.Yogyakarta :
Sudarti.2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Da Anak.Yogyakarta : Nuha
Medika
Levit MA, pena A. Anorectal Malformation. Orphaned journal of Rare Disease,
2007
Suriadi, rita yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak , Jakarta :CV sagung
Seto
Hidayat, A. Alimul. 2011. Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : salemba
medika
Kristiyanasari, weni, 2011. Asuhan Keperawatan Neonates dan aAnak,
Yogyakarta : nuha medika
Royyan, Abdullah. 2012. Asuuhan Keperawatan Klien Anak, Yogyakarta :
Pustaka Belajar.

24

Anda mungkin juga menyukai