Kebidanan
HAND OUT
SUB TOPIK
1. Isu etik dalam pelayanan kebidanan
2. Isu etik antara bidan dengan klien, keluarga, dan masyarakat
3. Isu etik antara bidan dengan teman sejawat
4. Isu etik bidan dengan tim kesehatan lainnya
5. Isu etik antara bidan dan organisasi profesi
6. Masalah etik yang berhubungan dengan teknologi
7. Pengambilan keputusan dalam menghadapi Dilema Etik/moral
SUMBER PUSTAKA
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari
2010 pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-
deontologi/
Marimba, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Purwoastuti Endang, dkk. 2015. Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.
Soepardan, Suryani dan Dadi Anwar H.2005. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Zulfadi,Dudi.2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu.
PENDAHULUAN
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini
tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidang
yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini
akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah
moral yaitu menganai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu
tertentu, sesuai dengan perubahan atau perkembangan norma atau nilai. Dikatakan kurun
waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.
Contoh
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan
yaitu bidan A dan bidan B yang sama sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara
dua bidan tersebut.Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPS bidan
B yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan A. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan B menemukan letak sungsang dan
bidan tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal
tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan A.
Sedangkan bidan A mengetahui hal tersebut. Jika bidan B tetap akan menolong
persalinan tersebut,bidan A akan melaporkan bidan B untuk menjatuhkan bidan B
karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.
Isu moral
seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.
Konflik moral
menolong persalinan sungsang untuk nendapatkan pasien demi persaingan atau dilaporkan
oleh bidan A.
Dilema moral
1. Bidan B tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut namun bidan
kehilangan satu pasien.
2. Bidan B menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan A dengan di
laporkan ke lembaga yang berwewenang
Kasus 1
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibutersebut
memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaanbidan Ibu
tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanyasangat
beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jik atidak dirujuk maka
beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri.
Resiko
Pada janin bisa terjadigawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko
yang akan terjadi. Tapiia ebih memntingkan egonya sendiri karena takut kehilangan
komisinya dari pada dirujuk kermah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan
hebat, sehingga kejang-kejang danmeninggal. Saaat berita itu terdengar organisasi profesi
(IBI), maka IBI memberikan sanksiyang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah
merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (BPS) bidan A dicabut dan dikenakan
denda sesuai dengan pelanggarantersebut.
Isu etik
1. Terjadi malpraktek
2. Pelangaran wewenang Bidan
Dilema etik
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada organisasi profesi dan
diberikan penangan.
Kasus 2 :
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibu tersebut
memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan Ibu
tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanya sangat
beresiko saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk maka
beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat
janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia lebih
mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kermah
sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan
meninggal. Saat berita itu terdengar organisasi profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi
yang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin
praktek (BPS) bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggarantersebut.
Kasus 3 :
Disuatu desa terpencil ditempatkan seorang bidan PTT, sebut saja bidan Erni . Bidan Erni ini
sangat jarang sekali berada ditempat. Sehingga dimasa kerjanya bidan yang seharusnya
dibutuhkan ini tidak memberikan pelayanan sebagai mana mestinya. Ini merupakan
planggaran yang dilakukannya terhadap profesinya . Hal ini terdengar oleh organisasi profesi
(IBI) dan bidan PTT ini bisa di kenakan sanksi yang setimpal atas pelanggaran yang ia
lakukan.
Dalam kasus emergency dan menghadapi situasi panik, ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau
2. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan tersebut
Langkah langkah pengambilan keputusan klinis menggunakan beberapa instrument sebagai
berikut :
1. Penilaian (pengumpulan informasi)
2. DX (penafsiran)
3. Perencanaan
4. Intervensi
5. Evaluasi