Anda di halaman 1dari 15

Hand Out Isu Etik, moral dan Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan

Kebidanan

HAND OUT

Mata kuliah : Etikolegal dalam praktik kebidanan


Dosen : Dra.Hj.Rosmawati Ibrahim,SST.,MS.,M.Kes
Semester : II (dua)
Pertemuan :
Waktu : 2 x 90 menit
Topik : Isu Etik, Moral, dan Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan
Kebidanan

SUB TOPIK
1. Isu etik dalam pelayanan kebidanan
2. Isu etik antara bidan dengan klien, keluarga, dan masyarakat
3. Isu etik antara bidan dengan teman sejawat
4. Isu etik bidan dengan tim kesehatan lainnya
5. Isu etik antara bidan dan organisasi profesi
6. Masalah etik yang berhubungan dengan teknologi
7. Pengambilan keputusan dalam menghadapi Dilema Etik/moral

OBJEK PERILAKU MAHASISWA (OPM)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang isu etik dalam pelayanan kebidanan
2. Mahasiswa mampu menguraikan isu etik antara bidan dengan klien, keluarga, dan
masyarakat
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Isu etik antara bidan dengan teman sejawat
4. Mahasiswa mampu menguraikan Isu etik bidan dengan tim kesehatan lainnya
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Isu etik antara bidan dan organisasi profesi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Masalah etik yang berhubungan dengan teknologi
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengambilan keputusan dalam menghadapi Dilema
Etik/moral

SUMBER PUSTAKA
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari
2010 pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-
deontologi/
Marimba, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Purwoastuti Endang, dkk. 2015. Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.
Soepardan, Suryani dan Dadi Anwar H.2005. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Zulfadi,Dudi.2010. Etika dan Manajemen Kebidanan. Yogyakarta: Cahaya Ilmu.
PENDAHULUAN
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini
tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dalam hal ini bidang
yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini
akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah
moral yaitu menganai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktu
tertentu, sesuai dengan perubahan atau perkembangan norma atau nilai. Dikatakan kurun
waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.

ISU ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Etika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup
manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dengan didasari pikiran
yang jernih dengan pertimbangan, perasaan. Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau
buruk sikap tindakan manusia. Etika merupakan bagian filosofi yang berhubungan erat
dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
penyelesaiannya baik atau tidak.
Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah sebagai berikut:
1. Persetujuan dalam proses melahirkan.
Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.
Kegagalan dalam proses persalinan.
Pelaksanan USG dalam kehamilan.
Konsep normal pelayanan kebidanan.
Bidan dan pendidikan seks.
2. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:
Perawatan intensif pada bayi.
Skreening bayi.
Transplantasi organ.
Teknik reproduksi dan kebidanan.
3. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:
Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.
Otonomi bidan dan kode etik profesional
Etik dalam penelitian kebidanan.
Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif.
4. Biasanya beberapa contoh mengenai isu etik dalam pelayanan kebidanan adalah berhubungan
dengan masalah-masalah sebagai berikut:
Agama / kepercayaan.
Hubungan dengan pasien.
Hubungan dokter dengan bidan.
Kebenaran.
Pengambilan keputusan.
Pengambilan data.
Kematian.
Kerahasiaan.
Aborsi.
AIDS.
In-Vitro fertilization
ISU ETIK DAN DILEMA
1. Isu Etik
Isu adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum
tentu benar, serta membutuhkan pembuktian. Isu muncul dikarenakan adanya perbedaan nilai.
Isu etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topic yang penting yang berkembang di
masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan
dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Contoh Isu etik :
a. Persetujuan dalam proses melahirkan
b. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
c. Kegagalan dalam proses persalinan
d. Pelaksanaan USG dalam kehamilan
e. Konsep normal pelayanan kebidanan
f. Bidan dan pendidikan seks
2. Dilema
Dilema merupakan suatu keadaan di mana dihadapkan pada dua alternative pilihan,
yang kelihatannya sama atau hamper sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema
muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan antara
nilai nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Contoh dilema dalam dunia kesehatan :
Aborsi Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mencapai viabilitas dengan
usia kehamilan < 22 minggu dan berat janin <500 gram
Euthanasia Praktik pencabutan kehidupan manusia melalui cara yang dianggap
tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang
minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang
mematikan
Adopsi/pengangkatan Berasal dari kata Adaptie dalam bahasa Belanda. Menurut kasus
anak hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya
sendiri. Dalam bahasa Malaysia, berarti anak angkat atau
mengangkat anak. Sedangkan
Transplantasi organ Transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu
tubuh ke tubuh yang lain, atau dari satu tempat yang pada tubuh yang
sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang
rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih
berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari
donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup
ataupun telah meninggal.
Bayi Tabung Upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur
diluar tubuh (in vitro fertilitazion). Setelah terjadi konsepsi hasil
tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio transfer
sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya
kehamilan biasa.
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut.
Pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2)
jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau
lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak
diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan /
Pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
1. Model Pemecahan masalah (Megan, 1989)
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini bidan memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
a) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
b) Apa tindakan yang diusulkan
c) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
d) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang
tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban bidan
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BENTUK ETIKA
a. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal hal mana yang boleh dilakukan sesuai dengan
norma etis yang dianut oleh masyarakat.
b. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya
dikelompokkan menjadi :
- Etika umum, yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori teori dan prinsip prinsip
moral.
- Etika khusus, terdiri dari :
Etika social, yang menekankan tanggung jawab social dan hubungan antar sesame manusia
dalam aktivitasnya
Etika individu, lebih menekankan pada kewajiban kewajiban manusia sebagai pribadi
Etika terapan, yaitu etika yang diterapkan pada profesi.

ISU MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan buruk
yang mempengaruhi siakap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik buruk berkembang
pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama,
dll. Hal ini yang disebut kesadaran moral. Isu moral dalam pelayanan kebidanan merupakan
topik yang penting yang berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari
yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan. Beberapa contoh isu moral dalam
kehidupan sehari-hari:
1. Kasus abortus
2. Euthanansia.
3. Keputusan untuk terminasi kehamialn.
4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti
yang menyangkut konflik dan perang.
Kasus 1 :
Disuatu RB milik bidan Liska datang seorang pasien hamil tetapi memiliki riwayat anemia .
Dalam kehamilan 16 minggu pasien datang dengan keadaan lemah . Setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata kandungan sangat lemah , dikhawatirkan dapat membahayakan ibu .
Mau tidak mau kandungan harus di gugurkan , kalau tidak akan membahayakan ibu . Disatu
sisi aborsi dapat menyelamatkan nyawa ibu dan di satu sisi aborsi dilarang oleh agama .
Kasus 2 :
Ada seorang ibu mengalami kanker serviks stadium 4 yang sudah sangat kronis sekali .
Setiap harinya ibu ini merasakan sakit yang sangat luar biasa . Karna ketidaksanggupannya
menahan rasa sakit yang begitu menusuk ibu ini dengan persetujuan anak-anaknya meminta
untuk melakukan euthanasia (suntik mati ) , secara legalitas di Indonesia tidak di perbolehkan
hal seperti ini . Jika ingin melakukannya ibu tersebut bisa melakukannya di negara luar
seperti Belgia .
DILEMA
Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua
alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan
masalah. Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab
profesional,yaitu:
1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau klien.
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian [omission], disertai
ras tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.
3. Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada dasarnya sama ,
kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering
menyebabkan dilema.
Kasus 1
Seorang ibu primipara masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu
dilakukan anamnese dia mengatakan tidak mau di episiotomi. Ternyata selama kala II
kemajuan kala II berlangsung lambat, perineum masi tebal dan kaku.Keadaan ini dijelaskan
kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi. Sementara
waktu berjalan terus dan denyut jantung janin menunjukkan keadaan fetal distress dan hal ini
mengharuskan bidan untuk melakukan tindakan episiotomi, tetapi ibu tetap tidak
menyetujuinya. Bidan berharap bayinya selamat.Sementara itu ada bidan yang
memberitahukan bahwa dia perna melakukan hal ini tanpa persetujuan pasien, dilakukan
karna untuk melindungi bayinya.
Jika bidan melakukan episiotomi tanpa persetujuan pasien, maka bidan akan
dihadapkan pada suatu tuntutan dari pasien. Sihingga inilah yang merupakan contoh
gambaran dilema moral. Bila bidan melakukan tindakan tanpa pesetujuan pasien, bagai mna
tinjau dari segi etik dan moral. Bila tidak dilakukan tindakan, apa yang akan terjadi pada
bayinya?
Kasus 2
Seorang Bidan yang ditempatkan di Desa pelosok ( terpencil ) telah lama bertugas
didaerah tersebut, dan sudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat di Desa
tersebut.Namun Bidan tersebut masih BIdan P2B sedangkan untuk saat ini seorang bidan
diharuskan minimal D3 kebidanan , karena jarak Desa ke kota ke tempat pendidikan yang
jauh & bidan juga sudah merasa banyak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat nya bidan
tersebut tidak melanjutkan ke D3 kebidanan. Karena tanpa melanjutkan pun masyarakat juga
sudah banyak yang mempercayai pelayanannya dan hampir semua ibu bersalin didaerah
tersebut yang mempercayakan pertolongan persalinan pada bidan itu.
Dilema yang dirasakan bidan , bidan merasa sudah mendapatkan kepercayaan penuh
dari masyarakat di tempat dia Praktek. Sehingga ia merasa tidak perlu melanjutkan
pendidikannya ke D3 kebidanan. Di sisi lain Bidan mendapatkan tuntutan dari organisasi
profesi untuk melanjutkan pendidikan D3 kebidanan.
KONFLIK MORAL
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak
secara berterusan.
Ada 2 tipe konflik yang tidak dapat dipisahkan, sebagai berikut :
1. Konflik yang berhubungan dengan prinsip.
2. Konflik yang berhubungan dengan otonomi.
Kasus 1
Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien inpartu datang ke
tempat praktiknya. Hasil pemeriksaan penapisan awal menunjukan persentasi bokong dengan
tafsiran berat janin 3700 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut
menganjurkan dan memberi konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk dilakukan
tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan
tersebut, karena pertimbangan biaya dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka bidan
dihadapkan pada konflik moral yang bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun
kewenangan pada kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia
900/menkes/sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan tidak berwenang
memberikan pertolongan persalinan pada primigravida dengan persentasi bokong di sisi lain
ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien. Yaitu ketidakmampuan secara
sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka bagaimana seorang bidan mengambil
keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan.
Kasus 2
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan uterotonika.
Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja
tidak memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan
masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan
untuk merujuk pasien, dan yang lebih patal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena
pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
Walapun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik Mungkin itulah keputusan yang
terbaik yang harus ia lakukan (dentology).

ISU ETIK ANTARA BIDAN DENGAN KLIEN, KELUARGA, DAN MASYARAKAT


Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat mempunyai
hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan. Seorang bidan
dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan sesuai dengan peran dan fungsinya
yang bertanggung jawab menolong persalinan. Dengan demikian penyimpangan etik
mungkin saja akan terjadi dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, bidan
yang bekerja di RS, RB atau institusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
Contoh kasus
Kasus 1
Disuatu desa, ada ditempatkan seorang bidan bernama buk neneng , buk neneng ini terkenal
sekali materialistis.Sampai - sampai pelayanan yang di berikannya saja tergolong
materialiastis. Suatu hari datang pasien bernama liska untuk bersalin. Setelah persalinan
selesai suami dari Liska tidak bisa membayar semua uang persalinannya dengan lunas. Si
bidan tidak terima dengan hal tersebut dan terus mendesak untuk melunasinya dan
menceritakan kepada semua orang. Seharusnya sebagai seorang bidan janganlah dinilai
masyarakat sebagai sosok yang materialistis karena bidan menolong persalinan itu
berdasarkan hati nurani .
Kasus 2
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama
satu tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny A usia kehamilan 38 minggu
dengan keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa sakit sejak 5 jam yang lalu.
Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak
sungsang.
Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan
secara operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan
alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk
memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun
jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga
bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan
tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini
karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu mendalam.
Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan
kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini.
Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga
untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin
tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga
menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam
masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat
dan tidak sesuai prosedur.
Konflik kasus 2
Keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke Rumah sakit dan melahirkan secara
operasi SC dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi.
Isu kasus 2
Di mata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan tindakan tidak sesuai
prosedur dan tidak profesioanl. Selain itu juga masyarakat menilai bahwa bidan tersebut
dalam menangani pasien dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat atau membeda-bedakan
antara pasien yang ekonomi atas dengan ekonomi rendah
Dilema kasus 2
Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk menolong persalinan
Resiko Tinggi. Dalam hal ini letak sungsang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan
sendiri dengan keterbatasan alat dan kemampuan medis. Seharusnya ditolong oleh Dokter
Obgyn, tetapi dalam hal ini diputuskan untuk menolong persalianan itu sendiri dengan alasan
desakan dari kelurga klien sehingga dalam hatinya merasa kesulitan untuk memutuskan
sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan.

ISU ETIK ANTARA BIDAN DENGAN TEMAN SEJAWAT


Isu Etik adalah topik yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga mayoritas
individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai dengan asas ataupun nilai
yang berkenaan dengan akhlak, niali benar salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Contoh
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan
yaitu bidan A dan bidan B yang sama sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara
dua bidan tersebut.Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPS bidan
B yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan A. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan B menemukan letak sungsang dan
bidan tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal
tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan A.
Sedangkan bidan A mengetahui hal tersebut. Jika bidan B tetap akan menolong
persalinan tersebut,bidan A akan melaporkan bidan B untuk menjatuhkan bidan B
karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.
Isu moral
seorang bidan melakukan pertolongan persalinan normal.
Konflik moral
menolong persalinan sungsang untuk nendapatkan pasien demi persaingan atau dilaporkan
oleh bidan A.
Dilema moral
1. Bidan B tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut namun bidan
kehilangan satu pasien.
2. Bidan B menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan A dengan di
laporkan ke lembaga yang berwewenang

ISU ETIK YANG TERJADI ANTARA BIDAN DAN PROFESI


Isu etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topic masalah yang
menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi karena terjadinyasuatu
hal-hal yangmenyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Kasus 1
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibutersebut
memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaanbidan Ibu
tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanyasangat
beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jik atidak dirujuk maka
beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri.
Resiko
Pada janin bisa terjadigawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko
yang akan terjadi. Tapiia ebih memntingkan egonya sendiri karena takut kehilangan
komisinya dari pada dirujuk kermah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan
hebat, sehingga kejang-kejang danmeninggal. Saaat berita itu terdengar organisasi profesi
(IBI), maka IBI memberikan sanksiyang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah
merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (BPS) bidan A dicabut dan dikenakan
denda sesuai dengan pelanggarantersebut.
Isu etik
1. Terjadi malpraktek
2. Pelangaran wewenang Bidan

Dilema etik
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada organisasi profesi dan
diberikan penangan.
Kasus 2 :
Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibu tersebut
memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan Ibu
tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanya sangat
beresiko saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk maka
beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat
janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia lebih
mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kermah
sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan
meninggal. Saat berita itu terdengar organisasi profesi (IBI), maka IBI memberikan sanksi
yang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin
praktek (BPS) bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggarantersebut.

Kasus 3 :
Disuatu desa terpencil ditempatkan seorang bidan PTT, sebut saja bidan Erni . Bidan Erni ini
sangat jarang sekali berada ditempat. Sehingga dimasa kerjanya bidan yang seharusnya
dibutuhkan ini tidak memberikan pelayanan sebagai mana mestinya. Ini merupakan
planggaran yang dilakukannya terhadap profesinya . Hal ini terdengar oleh organisasi profesi
(IBI) dan bidan PTT ini bisa di kenakan sanksi yang setimpal atas pelanggaran yang ia
lakukan.

ISU ETIK BIDANG DENGAN TIM KESEHATAN LAINNYA


Yaitu perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan tenaga medis lainnya.
Sehingga menimbulkanketidak sepahaman atau kerenggangan social.
Kasus
Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu berusia 35 Tahun keadaannya
sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa yang terjadi pada pasien. Dan
suami pasien menjawab ketika dirumah Px jatuh & terjad iperdarahan hebat. Setelahitu bidan
memberikan pertolongan , memberikan infuse dst. Bidan menjelaskan pada keluarga, agar
istrinya di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan curretase.Kemudian keluarga pxmenolak
saran bidan tsb, dan meminta bidan yang melakukan currentase. selang waktu 2 hari
pxmengalami perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS.Dokter menanyakan kapeda
suami px, apa yang sebenarnya terjadi dan suami px menjelaskan bahwa 3 hari yang lalu
istrinya mengalami keguguran & di currentase bidan didesany. dokter mendatangi bidan
terebut. Maka Terjadilah konflik antara bidan & dokter.
Isu etik
MalPraktik Bidan melakukan tindakan diluar wewenangnya.
Konflik
Bidan melakukan curretase diluar wewenangnya sehingga terjadilah konflik antara bidan &
dokter.
Dilema
Jika tidak segera dilakukan tindakan takutnya merenggut nyawa px karena BPS jauh dari RS.
Dan jika dilakukan tindakan bidan merasa melanggar kode etik kebidanan & merasa
melakukan tindakan diluar wewenangnya.
MASALAH ETIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNOLOGI
1. Perawatan intensif pada Bayi
Perawatan intensif pada bayi harus dilakukan dalam ruang perawatan khusus yang terdiri dari
tiga level, berdasarkan derajat kesakitan, risiko masalah dan kebutuhan pengawasannya.
a. Level I adalah untuk bayi risiko rendah dengan kata lain bayi normal yang sering digunakan
istilah rawat gabung (perawatan bersama ibu)
b. Level II adalah untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan belum perlu intensif. Pada level
ini bayi diawasi oleh perawat 24 jam, akan tetapi perbandingan perawat dan bayi tidak perlu
1:1
c. Level III adalah pengawasan yang dilakukan benar benar ekstra ketat. Satu orang perawat
yang bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama 24 jam penuh. Pada ketiga level,
peran dokter boleh dibagi, artinya 1 orang dokter pada ketiga level, akan tetapi dengan
keterampilan dan pengetahuan khusus mengenai masalah gawat darurat pada neonates.
Monitoring bayi baru lahir ini harus dilakukan secara kontinyu, teratur dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode/teknik dan peralatan yang dapat dipercaya reliabilitasnya.,
akrena dukungan peralatan ini juga sangat berperan dalam kesembuhan pasien.
2. Screening Bayi
Screening Denver Test DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah
penyimpangan perkembangan anak umur 0 sampai dengan 6 tahun. Instrumen ini merupakan
revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik,
namun lebih kearah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak
lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umur.
3. Transplantasi Organ
Teknik transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau jaringan
tubuh manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal, ke tubuh manusia lain.
Dalam penyembuhan suatu penyakit, ada kalanya transplantasi tidak dapat dihindari
dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik transplantasi dalam
usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya keterampilan dokter dokter
dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam
upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas.
Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penyembuhan suatu
penyakit tidak dapat begitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama,
hukum, serta social budaya ikut memengaruhinya.
4. Teknik Reproduksi dalam Kebidanan
Hal yang berkaitan dengan reproduksi :
a. Fungsi reproduksi
Pertumbuhan kerangka tubuh dan produksi hormone berjalan baik tidak ada gangguan atau
masalah yang dapat mengganggu fungsi reproduksi
b. Proses reproduksi
Proses reproduksi bukan hanya masalah hamil, melahirkan dan menyusui namun juga
mencakup perkembangan dari usia anak anak hingga dewasa dan melewati masa
menopause sesuai dengan konsep siklus kehidupan (life cycle) dalam kesehatan reproduksi,
yakni :
- Kondisi kesehatan selama siklus hidup sejak pembuahan, dalam kandungan/rahim, amsa
kanak kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut
- Meningkatnya kualitas hidup individu diharapkan akan berdampak pada peningkatan
kualitas hidup generasi berikutnya.
- Pendekatan social budaya juga penting digunakan untuk mengatasi permasalahan
permasalahan yang timbul.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIK/MORAL


Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus
3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4. Wewenwng lebih bersifat rutinitas
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Posisi/kedudukan
2. Masalah, terstruktur, tidak tersruktur, rutin,insidentil
3. Situasi:faktor konstan, faktor tidak konstan
4. Kondisi, faktor-faktor yang menentukan daya gerak
5. Tujuan, antara atau obyektif

Kerangka pengambilan keputusan


Sistem pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktek suatu
profesi. Keberadaan yang sangat penting, karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena dipengaruhi
oleh 2 hal, yaitu :
1. Pelayanan one to one : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan bisa
memenuhi kebutuhan.
2. Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan.
Keterlibatan keputusan yang memengaruhi masih tingginya AKI/AKB di Indonesia, yaitu :
1. Terlambat mengenali tanda tanda bahaya kehamilan sehingga lambat untuk memulai
pertolongan
2. Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Terlambat mendapat pelayanan kesehatan setelah tidan di tempat pelayanan.
Tingkatan dalam Pengambilan Keputusan
Tingkat I
Keputusan dan tindakan : Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman rekan
kerja.
Tingkat II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi, kerahasiaan dan kesetiaan
(menepati), Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik dan panduan praktek
profesi.
Tingkat III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
1. Antonomy, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
2. Beneticence, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat terbaik
untuk orang lain.
3. Non Maleticence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan apapun kerugian
pada orang lain.
4. Yustice, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. (Beaucamo &
Childrens 1989 dan Richard, 1997).

Dasar pengambilan keputusan


1. Ketidaksanggupan (bersifat segera)
2. Keterpaksaan karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu untuk segera dilakukan

Bentuk pengambilan keputusan


1. Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan,
rencana bisnis dan lain-lain.
2. Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
3. Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standar praktik kebidanan.

Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan


1. Mengenal dan mengidentifikasi masalah
2. Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
3. Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
4. Mempertimbangkan pilihan yang ada.
5. Mengevaluasi pilihan tersebut.
6. Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya

Pengambilan Keputusan Yang Etis


Ciri ciri pengambilan keputusan yang etis, antara lain :
1. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2. Sering menyangkut pilihn yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

Perlunya mengerti situasi


1. Untuk menerapkan norma norma terhadap situasi
2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat terhadap situasi
3. Untuk mengetahui masalah masalah yang perlu diperhatikan

Kesulitan Dalam Mengerti Situasi :


1. Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetauan kita
2. Pengertian kita terhadp situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka dan faktor
faktor subyektif lain.

Bagaimana Kita Memperbaiki Pengertian Kita Tentang Situasi:


1. Melakukan penyelidikan yang memadahi
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3. Memperluas pandangan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :


1. Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.
2. Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3. Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4. Pilih solusi yang lebih baik.
5. Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

Pengambilan Keputusan Klinis


Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergency, antisipasi, atau rutin.
Pengambilan Keputusan Klinis Tergantung:
1. Pengetahuan
2. Latihan Praktek
3. Pengalaman
Pengambilan Keputusan Klinis yang benar dan tepat:
1. Menghindari pekerjan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien
2. Meningkatkan efektitivitas dan efesiensi pelayanan yang diberikan
3. Membiasakan Bidan berfikir dan bertindak sesuai standart
4. Memberikan kepuasan pelanggan

Dalam kasus emergency dan menghadapi situasi panik, ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau
2. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan tersebut
Langkah langkah pengambilan keputusan klinis menggunakan beberapa instrument sebagai
berikut :
1. Penilaian (pengumpulan informasi)
2. DX (penafsiran)
3. Perencanaan
4. Intervensi
5. Evaluasi

Teori-Teori Pengambilan Keputusan


1. Teori Utilitarisme
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.
2. Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant : sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik.
Contoh bila berjanji ditepati, bila pinjam harus dikembalikan
3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos, sesui kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari
ketidaksenangan.
4. Teori Eudemonisme
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles, bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu
tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik baginya.

Anda mungkin juga menyukai