Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SIKLUS MENSTRUASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Tema 5

Dosen: Sri Yuniarti

Disusun oleh:

Syakila Nurfariza 2250341011

Nabila Salma N’A 225034118

KELAS A TINGKAT I

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpah rahmat dan karunia-Nya
yang memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“SIKLUS MENSTRUASI” tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad saw. yang kita nantikan syafa’atnya
diakhirat nanti.

Makalah yang telah kami buat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Diki Ardiansyah selaku dosen
pembimbing mata kuliah KDPK serta rekan-rekan seperjuangan dan pihak lain yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Harapan kami, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini tentunya jauh dari kata
sempurna, karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah
kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian pada materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Cimahi, 10 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa
pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus
dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil
dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9
hari masih dianggap fisiologis.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesterone secara tiba-tiba,
terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang
ditimbulkan oleh kedua hormon di atas terhadap sel endometrium, maka lapisan
endometrium yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal.
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan
oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium
adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah
dan jaringan yang tebal diseputar endometrium. Di pertengahan siklus, ovarium melepas
sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara
pertengahan sampai datang menstruasi berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormone
progesteron yang menyiapkan uterus untuk kehamilan.
Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium
terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga
dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi

1.2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus dan
mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan dinding jika
kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih kemudian dirangsang
agar menjadi matang. Endometrium pun harus dipersiapkan untuk berjaga-jaga
jika telur yang sudah dibuahi (embrio) muncul kemudian melekat dan
berkembang disana. Pendarahan menstruasi dimulai menjelang akhir pubertas.
Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel telur sebagai bagian dari periode
bulanan yang disebut dengan siklus reproduksi wanita atau siklus menstruasi
(Verawaty & Rahayu, 2011).
Pendarahan menstruasi menandakan bahwa wanita yang mengalaminya
tidak hamil. Namun, pendarahan ini tidak bisa dijadikan patokan pasti bahwa
kehamilan tidak terjadi, karena ada beberapa wanita yang mengalami pendarahan
di awal kehamilannya. Selama usia reproduksi, ketiadaan menstruasi bisa menjadi
indikasi pertama bahwa si wanita itu kemungkinan hamil (Verawaty & Rahayu,
2011).

2.2 Proses terjadinya menstruasi


Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH) dan
Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis,
mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi estrogen dan
progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar
payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya pembuahan (Sinaga et
al., 2017).
Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur
dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur
dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka siklus menstruasi akan
teratur.

Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:


Secara umum, ada tiga fase dalam siklus menstruasi, yaitu fase menstruasi, fase
praovulasi dan ovulasi, serta fase pramenstruasi. Berikut ini adalah penjelasannya:
Fase I: menstruasi
Fase menstruasi terjadi selama 3–7 hari. Pada fase ini, lapisan dinding rahim dan sel telur
akan meluruh menjadi darah menstruasi. Banyaknya darah yang keluar selama masa menstruasi
ini bisa berkisar antara 30-40 ml. Selama tiga hari pertama, darah menstruasi yang keluar akan
lebih banyak. Pada masa ini, wanita biasanya akan merasakan nyeri atau kram di bagian panggul,
perut, dan punggung. Kondisi ini biasanya dipicu oleh kontraksi rahim yang terjadi karena
adanya peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi.Meski memicu rasa sakit,
kontraksi yang terjadi selama menstruasi sebenarnya berfungsi untuk mendorong dan
mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh menjadi darah menstruasi. Selain itu, wanita
yang sedang haid juga bisa mengalami gejala lain, seperti perubahan mood, sakit kepala, dan
perubahan nafsu makan.

Fase II: praovulasi dan ovulasi

Pada fase praovulasi, lapisan dinding rahim yang sempat luruh akan mulai menebal
kembali. Proses penebalan rahim berfungsi untuk mempersiapkan rahim agar bisa ditempati
oleh sel telur bila terjadi pembuahan oleh sperma. Proses ini bisa terjadi pada masa subur
atau ovulasi. Pada saat ovulasi, folikel yang dominan akan pecah dan mengeluarkan sel
telur, kemudian bergerak menuju rahim melalui tuba falopi. Sel telur tersebut dapat dibuahi
hingga 24 jam setelah dikeluarkan.
Untuk menjamin keberhasilan program membuat anak, ada baiknya Anda melakukan
hubungan intim dengan pasangan pada fase ini atau menjelangnya, sebab masa ovulasi
adalah waktu terbaik yang memungkinkan terjadinya pembuahan. Di samping itu, sperma
dapat bertahan kurang lebih selama 3–5 hari di dalam rahim.
Masa subur wanita biasanya akan terjadi pada waktu 14 hari setelah hari pertama haid
terakhir. Meski demikian, perkiraan masa ovulasi tiap wanita tidaklah sama. Terkadang,
masa ovulasi bisa berubah dan hal ini akan lebih sering terjadi pada wanita yang haidnya
tidak teratur.

Fase III: pramenstruasi


Pada fase ini, lapisan dinding rahim makin menebal. Hal ini karena folikel yang pecah
dan mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum. Korpus luteum sendiri adalah
jaringan yang terbentuk di ovarium dan berperan dalam produksi hormon progesteron yang
membuat lapisan dinding rahim semakin tebal. Jika tidak terjadi pembuahan, Anda akan
mulai merasakan gejala pramenstruasi atau PMS, seperti emosi tidak stabil dan perubahan
kondisi fisik, seperti nyeri pada payudara, pusing, cepat lelah, atau perut kembung. Selain
gejala tersebut, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan berhenti memproduksi
progesteron. Jika tidak terjadi pembuahan, kadar progesteron dan estrogen akan menurun,
lapisan dinding rahim juga akan luruh hingga menjadi darah menstruasi.
Fase-fase di atas normalnya berlangsung secara teratur setiap bulannya. Namun, jika
Anda mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi lebih dari 7 hari, atau tidak
mengalami menstruasi selama 3 bulan secara berturut-turut, sebaiknya konsultasikan ke
dokter agar dapat diperiksa dan ditangani dengan tepat

2.3 Hormon-Hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi


Hormon yang Memengaruhi Fase dalam Siklus Menstruasi Pada dasarnya, siklus
menstruasi terbagi menjadi beberapa fase yang dipengaruhi oleh lima jenis hormon dalam
tubuh, yaitu:
1. Hormon estrogen
Hormon yang diproduksi di ovarium ini memiliki peran yang begitu penting, terutama
dalam proses ovulasi. Tak hanya itu, hormon estrogen juga berperan dalam perubahan tubuh
remaja pada masa pubertas dan terlibat dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah
periode menstruasi.
2. Hormon progesteron
Hormon progesteron bekerja sama dengan estrogen berperan dalam menjaga siklus
reproduksi dan menjaga kehamilan. Hormon ini juga diproduksi di ovarium dan berperan
dalam penebalan dinding rahim.
3. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone, FSH)
Hormon ini berfungsi untuk mematangkan sel telur di dalam ovarium hingga siap untuk
dilepaskan. Hormon FSH diproduksi di kelenjar pituitari yang terletak di bagian bawah otak.
4. Hormon pelutein (luteinizing hormone, LH)
Serupa dengan hormon FSH, hormon pelutein ini juga diproduksi di kelenjar pituitari
yang berfungsi untuk merangsang ovarium dalam proses pelepasan sel telur.
5. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone – GnRH)
Hormon pelepas gonadotropin merupakan hormon yang diproduksi di otak. Hormon ini
berperan penting dalam memberikan rangsangan pada tubuh untuk menghasilkan hormon
perangsang folikel dan hormon pelutein yang memengaruhi proses pematangan dan
pelepasan sel telur.

2.4 Faktor-faktor penyebab gangguan siklus menstruasi


Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan siklus
menstruasi yakni :
1.Berat badan
Peningkatan dan penurunan berat badan mempengaruhi fungsi
menstruasi. Pada kelebihan berat badan, terjadi gangguan metabolisme esterogen
yang menyebabkan siklus menjadi tidak teratur. Pada penurunan berat badan akut
menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada
ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat
badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat
badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.
2. Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi.
3. Stress
Stress maupun kecemasan menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh,
karena pusat stress dekat dengan pusat pengaturan menstruasi di otak. Stress
mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang
menyebabkan amenorrhea.
4. Diet
Vegetarian berhubunga dengan anovulasi, penurunan respons hormone
pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari
10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus
menstruasi dan periode perdarahan.
5. Gangguan endokrin
Penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi amenorrhea
dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Hipertiroid berhubungan
dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid berhubungan
dengan polymenorrhea dan menorraghia.
6. Gangguan perdarahan.
7. Rokok
Siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih pendek dan lebih
tidak teratur daripada bukan perokok.
8. Konsumsi obat tertentu
Seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat
meningkatkan hormon prolaktin sehingga menyebabkan perubahan siklus
mentruasi. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus menstruasi karena
hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh untuk membentuk siklus
buatan.

2.5 Cara menghitung siklus menstruasi


Menstruasi yang normal berlangsung kurang lebih 4-7 hari. Jumlah darah
yang dikeluarkan sekitar 2-8 sendok makan. Sementara satu siklus menstruasi
rata-rata adalah 28 hari, tetapi panjang siklus 24-35 hari masih dikategorikan
normal. Sistem kerja tubuh wanita berubah-ubah dari bulan ke bulan tapi ada
beberapa wanita yang memiliki jumlah hari yang sama persis setiap siklus
menstruasinya.
Cara menghitung siklus menstruasi yaitu dengan menandai hari pertama
keluarnya darah menstruasi sebagai “siklus hari ke-1”. Panjang siklus rata-rata
wanita adalah 28 hari. Namun rata-rata panjang siklus menstruasi berubah
sepanjang hidup dan jumlahnya mendekati 30 hari saat seorang wanita mencapai usia
20 tahun, dan rata-rata 26 hari saat seorang wanita mendekati masa menopause, yaitu di
sekitar usia 50 tahun. Hanya sejumlah kecil wanita yang
benar-benar mengalami siklus 28 hari.

Anda mungkin juga menyukai