Anda di halaman 1dari 12

“KOMUNIKASI INTERPROFESSIONAL”

MAKALAH BLOK 18 PARADIGMA SEHAT

Disusun Oleh:

Rahmania Puspa A 171610101109


Yohanes Fevian C.M 171610101110
Rina Nanda Prasasti 171610101111
Vinny Kartika A 171610101112
Milhatul Maiziah 171610101113
Cinantya Hafizh 171610101114
Zahra Salsabila M 171610101115
Clarissa Astiasari 171610101116
Shabrina Akbar F 171610101117
Cendy Laurenzya 171610101118

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii

Bab I (Pendahuluan)1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penulisan 2

Bab II (Pembahasan) 3

A. Pengertian Komunikasi Interprofessional 3

B. Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional 3


C. Tujuan Komunikasi Interprofessional 4
D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Interprofessional 5
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interprofessional 5
Bab III (Kesimpulan dan Saran) 8

Daftar Pustaka 9

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa emberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga laporan blok “Paradigma Sehat” ini dapat terselesaikan. Dalam
penyelesaian laporan blok “Paradigma Sehat” ini tentunya tidak dapat kami
selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan syukur dan menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial blok “Paradigma Sehat” ini dapat selesai
2. Teman-teman tutorial kami yang setia menemani, membantu, dalam proses
penyelesaian laporan blok “Paradigma Sehat”.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih sangat jauh
dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saranya yang
sifatnya membangun guna membantu memperbaiki laporan ini. Kami berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.

Jember, 28 Februari 2020

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan
mempertahankan agar tetap berinteraksi dengan orang lain. Dan komunikasi
merupakan komponen yang utama dalam praktik keperawatan.
Komunikasi Interprofessional menjadi sangat penting dalam pelayanan
kesehatan saat ini, di mana dapat memperluas populasi pelayanan kesehatan
khususnya dalam memberikan perawatan dalam layanan kesehatan.
Kolaborasi interprofessional dalam lingkungan kerja profesional telah
diakui oleh keperawatan, dan tim kesehatan lain serta organisasi profesional
kesehatan sebagai komponen penting dalam keselamatan yang mempunyai
kualitas tinggi dalam memberikan pelayanan yang berpusat kepada pasien.
Salah satu kompetensi inti dalam melakukan praktek kolaborasi
interprofesional adalah dengan melakukan komunikasi inter profesional
dimana untuk melakukan kolaborasi dan kerja tim perawat harus mampu
berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan lainnya sehingga dapat
mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk kualitas
perawatan dan keselamatan pasien. Petugas kesehatan dokter, perawat dan
tim kesehatan yang lain harus bekerjasama membantu pasien untuk
memecahkan masalah kesehatan yang kompleks. Jika tidak terjadi
komunikasi yang baik, Kerugian yang dapat ditimbulkan adalah dokter lain
tidak dapat memahami situasi pasien dengan baik sehingga tidak dapat
melanjutkan perawatan dengan baik. Perawat atau bidan juga tidak dapat
membaca instruksi yang seharusnya dilakukan. Tidak jarang klarifikasi
melalui telepon perlu dilakukan, padahal pembicaraan melalui telepon
terkadang tidak mudah dilakukan karena koneksi yang buruk atau dokter
tidak mengaktifkan pesawat teleponnya. Bila tidak dapat berkomunikasi
dengan pemberi instruksi, sebagian petugas menunda pekerjaan tersebut, atau

1
menduga-duga instruksi apa yang harus dilaksanakan. Instruksi yang kurang
jelas dan tidak diklarifikasi dapat berakibat fatal bagi pasien. Bayangkan
apabila komunikasi antar petugas kesehatan tidak berjalan dengan baik.
Misalnya dokter yang menulis resep untuk pasien, akan tetapi apoteker tidak
dapat membaca resepnya dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan adanya
kesalahan pemberian obat atau dosis yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pasien dan kemungkinan dapat berakibat fatal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interprofessional?
2. Apa saja Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional?
3. Apa sajakah fungsi komunikasi interprofessional?
4. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi interperssonal?
5. Apa saja hambatan dalam komunikasi interprofessional?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan komunikasi
interprofessional.
2. Untuk mengetahui jenis dan bentuk komunikasi interprofessional.
3. Untuk mengetahui fungsi komunikasi interprofessional.
4. Untuk mengetahui etika dalam komunikasi interprofessional.
5. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi interprofessional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Interprofessional


Komunikasi Interprofessional dapat diartikan sebagai proses
perencanaan pelaksanaan, dan mengevaluasi program komunikasi yang
ditujukan untuk menyedia layanan kesehatan. Adapun pengertian lain
mengenai komunikasi interprofessional adalah komunikasi yang terjadi antara
multidisiplin ilmu mengenai praktik keprofisian yang berkolaborasi guna
meningkatkan kerjasama dan pelayanan kesehatan (Barr : 2002).
Menurut Berridge (2010) komunikasi Interprofessional merupakan
faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan keselamatan pasien,
karena melalui komunikasi interprofessional yang berjalan efektif, akan
menghindarkan tim tenaga kesehatan dari kesalah pahaman yang dapat
menyebabkan medical error.
Menurut Potter dan Perry (2005) Keefektifan komunikasi
interprofessional dipengaruhi oleh:
1) Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi.
Persepsi terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan
persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam
komunikasi.
2) Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat berkomu-
nikasi dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat
membuat kebingunan, ketegangan atau ketidak nyamanan.
3) Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi
interprofessi dapat menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Keadaan seperti ini akan menimbulkan
feedback negatif, yaitu pesan menjadi akan tidak jelas jika katakata yang
digunakan tidak dikenal oleh pendengar.

3
B. Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional
Komunikasi interprofessional dapat terjadi dalam berbagai jenis
komunikasi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan. Jenis komunikasi
tersebut dapat berupa:
1) Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas
kesehatan.
2) Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan.
3) Komunikasi antar dokter dengan dokter, misalnya komunikasi
antara dokter spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter
spesialis yang merawat pasien.
4) Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas apotek.
5) Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas
administrasi/keuangan.
6) Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas
pemeriksaan penunjang (radiologi, laboratorium, dll).
Selain jenis komunikasi diatas, komunikasi interprofessional memiliki
bentuk komunikasi yang terjadi ketika komunikasi berlangsung. Bentuk
komunikasi interprofessional dapat berupa komunikasi verba dan
komunikasi nonverbal. Contoh komunikasi nonverbal dalam komunikasi
interprofessional dapat berupa. Rekam medik pasien, resep untuk pasien,
dll. Rekam medik pasien menjadi sumber informasi untuk tenaga medis
yang akan menjadi petugas pelayanan perawatan dikemudian hari. Rekam
medis pun bentuk komunikasi antar tenaga medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Sehingga mereke dapat melihat rekam medik
terlebih dahulu dan saling memberi informasi. Selain itu, resep pun
menjadi bentuk komunikasi yang diberikan dokter untuk pasien
mengambil obat diapotek.

C. Fungsi Komunikasi Interprofessional


Komunikasi Interprofessional pada pelayanan kesehatan dilakukan oleh
tenaga-tenaga medis seperti : Dokter, perawat, ahli gisi, apoteker, dokter
spesialis, dll. Adanya komunikasi interprofessional ialah bertujuan untuk,

4
1) mewujudkan kesehatan pasien yang lebih baik. 2) bertukar informasi
dan alat medis agar lebih efektif untuk memajukan praktek medis, 3) serta
mengadvokasi untuk penerapam standar baru pelayanan perawatan
kesehatan. Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan semua tenaga medis
dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya tanpa
adanya kesalahan komunikasi antar tenaga medis.
D. Prinsip – prinsip Komunikasi Interprofesional
Komunikasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mendukung
komunikasi dalam tim. Menurut Kumala (1995) prinsip-prinsip tersebut ialah:
1. Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan
menjelaskan pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan
sesuatu tindakan.
2. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus
dinyatakan dengan menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan
mudah dimengerti oleh semua individu dalam tim tersebut.
3. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan
sesama individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin
lebih baik.

E. Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunikasi Interprofessional


Komunikasi yang efektif perlu didukung oleh faktor-faktor yang dapat
meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi. Menurut Potter & Perry (2005)
keefektifan komunikasi dapat didukung dengan faktor-faktor berikut:
 Persepsi, dalam berkomunikasi antar profesi perlu berusaha menyetarakan
persepsi agar tidak menimbulkan masalah dala berkomunikasi.
 Lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi, hindari lingkungan yang
dapat menggangu proses komunikasi menjadi terhambat.
 Pengetahuan, tingkatan pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat
menimbulkan penyampaian pesan yang tidak jelas serta dapat
menimbulkan negative feedback.

Selain adanya faktor pendukung, adapun faktor penghambat dalam


komunikasi interprofessional. Hambatan tersebut berupa kepemimpinan yang

5
kurang efektif, kurangnya kejelasan atau kesepakatan mengenai tujuan dan
prioritas, konflik interpersonal, persaingan prioritas, perbedaan konseptual, dan
enggan untuk menerima anggota lain. Hambatan tersebut dapat memicu sebuah
masalah dalam komunikasi interprofessional. Masalah yang sering muncul ialah
kesalahan membaca tulisan petugas lain. Atau dapat memiliki persepsi yang
berbeda dari tulisan tersebut. Penulisan yang tidak jelas tersebut dapat
menimbulkan suasana kerja menjadi terganggu dan munculnya perasaan kesal.
Masalah lain yang timbul dapat terjadi pada proses pemberian pelayanan
kesehatan bagi pasie yang rawat inap atau rawat jalan.
Masalah yang terjadi dalam komunikasi interprofessional dapat terjadi antar
profesi atau sesama profesi. Contohnya, perawat A telah menyelesaikan tugas
shiftnya dan akan segera pulang, sehingga ia terburu-buru memberikan rekma
medik pasien C ke perawat B tanpa adanya informasi lebih lanjut. Sehingga
perawat B merasa bingung untuk melanjutkan shiftnya karena kurangnya
informasi yang jelas mengenai pasien C. Contoh lain, ketika dokter memberikan
resep untuk pasien kepada apoteker, namun karena apoteker tidak terlalu jelas
membaca tulisan dokter ia pun mengganti obat tersebut yang hampir sama dengan
yang tertulis di resep. Hal tersebut dapat merugikan pasien jika obat tersebut tidak
cocok dengan pasien tersebut

Penyebab Masalah

Penyebab masalah yang sering terjadi dalam komunikasi interprofessional


ialah dapat berupa role stress, lack of interprofessional understandings, dan
autonomy struggles.
Pertama, role stress terbagi menjadi dua yaitu role conflict dan role
overload. Role conflict ialah perbedaan antara peran yang diharapkan dengan yang
diperoleh, hal ini dapat membuat kinerja seseorang menjadi menurun, sikap saling
menghormati antar tenaga kesehatan menjadi tindakan yang dapat mengurangi
role conflict. Sedangkan, role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu
banyak sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehtan menjadi menurun
(lelah) sehingga pelayanan yang diberikan menjadi tidak baik.

6
Kedua, lack of interprofessional understandings terjadi karena petugas
kesehatan yang belum paham tentang peran mereka dalam lingkungan kerja
sehingga dapat menyebabkan masalah dalam hubungan kerja antar petugas
kesehatan.
Ketiga, autonomy struggles menurut Conway ialah kapasitas otonomi
menjadi penting agar tenaga kesehatan dapat memenuhi perannya. Namun,
terkadang muncul perbedaan tingkat autonomi pada petugas kesehatan, maka
petugas kesehatan perlu menyesuaikan otonomi sesuai dengan tugas dan
kewajibannya. Agar tidak ada lagi masalah yang muncul dalam proses komunikasi
interprofessional yang dapat berakibat buruk.

Cara Penyelesaian Masalah

Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan pengaturan komunikasi yang


sebaik-baiknya antar tenaga kesehatan. Maka dalam organisasi kesehatan agar
komunikasi berjalan dengan baik dan tanpa ada masalah perlu memperhatikan
hal-hal berikut: 1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing
petugas dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga
harus diketahui oleh masing-masing petugas, 2) memberikan otonomi kepada
petugas untuk mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban dan
kemampuannya, dan 3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan
sebagai hubungan yang saling melengkapi.

7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Komunikasi Interprofessional dapat diartikan sebagai proses perencanaan,


pelaksanaan, dan mengevaluasi program komunikasi yang ditujukan untuk
penyedia layanan kesehatan. Komunikasi interprofessional pada pelayanan
kesehatan dilakukan oleh tenaga-tenaga medis seperti: dokter, perawat, ahli gizi,
apoteker, dokter spesialis, dll. Adanya komunikasi interprofessional ialah
bertujuan untuk, 1) mewujudkan kesehatan pasien yang lebih baik, 2) bertukar
informasi dan alat medis agar lebih efektif untuk memajukan praktek medis, 3)
serta mengadvokasi untuk penerapan standar baru pelayanan perawatan kesehatan.

B. Saran
Kita semua harus mengembangkan pengetahuan kita, lebih peka terhadap
orang lain saat berkomunikasi dan praktik dalam kehidupan sehari-hari sehingga
saat kita berada di lapangan kita dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan
profesional sebagai seorang tenaga kesehatan yang cakap sesuai porsi bidangnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Barr, H. (2002). Interprofessional education. John Wiley & Sons, Ltd.


Basuki, Endang. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 58, Nomor: 9, September 2008
Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. 2012.
Interprofessional Communication Guideline using principle of “Greet-
Invite-Discuss”
Basuki, endang. 2008. Komunikasi antar petugas kesehatan dalam majalah
kedokteran Indonesia. Volume 58 no.9.
Rice Kathleen, 2010. An intervention to improve interprofessional collaboration
and communi- cations: a comparative quali-tative study. July 2010
Vasiliki Matziou, 2014. Physician and nursing perceptions concerning
interprofessional communication and collabo-ration. Published online: 9
Oct 2014
WHO (1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy
Kumalasari, Penerjemah).Jakarta : EGC
Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indinesia

Anda mungkin juga menyukai