Anda di halaman 1dari 18

PERITONI

TIS
PELVIS
GINEKOLOGI
KELOMPOK 9 :

191403015 191403027 191403028


Evi Agustina Sania Laily R. Shofia Ayu S.
A. Definisi Peritonitis Pelvis
Peritonitis adalah inflamasi dari
peritoneum (lapisan serosa yang
menutupi rongga abdomen dan organ-
organ abdomen di dalamnya). Suatu
bentuk penyakit akut, dan merupakan
kasus bedah darurat. Dapat terjadi secara
lokal maupun umum, melalui proses
infeksi akibat perforasi usus, misalnya
pada ruptur appendiks atau divertikulum
kolon, maupun non infeksi, misalnya
akibat keluarnya asam lambung pada
perforasi gaster, keluarnya asam empedu
pada perforasi kandung empedu. Pada
wanita peritonitis sering disebabkan oleh
infeksi tuba falopi atau ruptur ovarium.
B. Anatomi Peritonitis Pelvis 28 01 21

Peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling komleks yang terdapat dalam tubuh.

Membran serosa tersebut membentuk suatu kantung tertutup (coelom) dengan batas-batas:

1. Anterior dan Lateral : Permukaan bagian dalam dinding abdomen


2. Posterior : Retroperitoneum
3. Inferior : Struktur ekstraperitoneal di pelvis
4. Superior : Bagian bawah dari diafragma
Lanjutan…
Peritoneum dibagi atas :

 Peritoneum parietal
 Peritoneum viseral
 Peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin, mesocolon, mesosigmidem, dan
mesosalphinx.
 Peritoneum bebas yaitu omentum

Lapisan parietal dari peritoneum membungkus organ-organ viscera membentuk peritoneum visera,
dengan demikian menciptakan suatu potensi ruang diantara kedua lapisan yang disebut rongga
peritoneal.

Normalnya jumlah cairan peritoneal kurang dari 50 ml. Cairan peritoneal terdiri atas plasma ultrafiltrasi
dengan elektrolit serta mempunyai kadar protein kurang dari 30 g/L, juga mempunyai sejumlah kecil sel
mesotelial deskuamasi dan bermacam sel imun.
C. Penyebab Peritonitis Pelvis 28 01 21

ADHESI
PERDAR yaitu adanya perlekatan yang dapat
AHAN disebabkan oleh corpus alienum,
misalnya kain kassa yang tertinggal
misalnya pada ruptur lien,
ruptur hepatoma, kehamilan saat operasi, perforasi, radang, trauma
ektopik terganggu

RADANG
ASITES
yaitu pada
yaitu adanya timbunan cairan peritonitis
dalam rongga peritoneal sebab
obstruksi vena porta pada
sirosis hati, malignitas
D. Klasifikasi Peritonitis Pelvis (Menurut 28Agens)
01 21

1. Peritonitis 2. Peritonitis
Kimia Septik

Misalnya peritonitis yang Merupakan peritonitis yang


disebabkan karena asam disebabkan kuman.
lambung, cairan empedu, Misalnya karena ada
cairan pankreas yang masuk perforasi usus, sehingga
ke rongga abdomen akibat kuman-kuman usus dapat
perforasi. sampai ke peritonium dan
menimbulkan peradangan.
D. Klasifikasi Peritonitis Pelvis (Menurut Sumber
28 01 21
Kuman)
2. Peritonitis
Sekunder 3. Peritonitis
1. Peritonitis Primer
Peritonitis ini bisa disebabkan oleh beberapa Tersier
penyebab utama, diantaranya

Merupakan peritonitis yang infeksi • invasi bakteri oleh adanya kebocoran


kumannya berasal dari penyebaran secara traktus gastrointestinal atau traktus Biasanya terjadi pada pasien dengan
hematogen. Sering disebut juga sebagai genitourinarius ke dalam rongga Continuous Ambulatory
Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). abdomen Peritoneal Dialysis (CAPD), dan
Peritonitis ini bentuk yang paling sering pada pasien imunokompromise.
ditemukan dan disebabkan oleh perforasi • Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim Organisme penyebab biasanya
atau nekrose (infeksi transmural) dari organisme yang hidup di kulit, yaitu
pankreas ke peritoneum saat terjadi
coagulase negative Staphylococcus,
kelainan organ visera dengan inokulasi pankreatitis, atau keluarnya asam empedu S.Aureus, gram negative bacili, dan
bakterial pada rongga peritoneum. akibat trauma pada traktus biliaris. candida, mycobacteri dan fungus.
Peritonitis primer dibedakan menjadi Gambarannya adalah dengan
Spesifik Peritonitis dan Non- spesifik • Benda asing, misalnya peritoneal dialisis ditemukannya cairan keruh pada
catheters dialisis. Biasanya terjadi abses,
phlegmon, dengan atau tanpa fistula.
E. Faktor Resiko Peritonitis Pelvis 28 01 21

Faktor-faktor berikut dapat Faktor-faktor berikut dapat


meningkatkan resiko kejadian meningkatkan resiko kejadian
peritonitis, yaitu: peritonitis, yaitu:   
CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal
Penyakit hati dengan ascites Dyalisis)

Kerusakan ginjal Ulkus gaster

Compromised immune system Infeksi kandung empedu

Pelvic inflammatory disease Colitis ulseratif / chron’s disease

Appendisitis Pankreatitis
F. Patofisiologi Peritonitis Pelvis 31 02 21

Reaksi awal peritoneum terhadap


Invasi oleh bakteri adalah keluarnya Dapat terjadi secara terlokalisasi,
Pada peritonitis yang tidak terlokalisir
eksudat fibrinosa, kantong-kantong difus, atau generalisata. Pada
dapat terjadi peritonitis difus,
nanah (abses) terbentuk diantara peritonitis lokal dapat terjadi karena
perlekatan fibrinosa yang membatasi
kemudian menjadi peritonitis
adanya daya tahan tubuh yang kuat
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang generalisata dan terjadi perlengketan
serta mekanisme pertahanan tubuh
bila infeksi menghilang, tetapi dapat organ-organ intra abdominal dan
dengan melokalisir sumber
menetap sehingga menimbulkan lapisan peritoneum viseral dan
peritonitis dengan omentum dan
obstruksi usus. parietal.
usus.

Timbulnya perlengketan ini Cairan dan elektrolit


menyebabkan aktivitas
Pada keadaan lanjut
hilang ke dalam usus dapat terjadi sepsis,
peristaltik berkurang mengakibatkan dehidrasi,
sampai timbul ileus akibat bakteri masuk ke
syok, gangguan sirkulasi dalam pembuluh darah.
paralitik.
dan oliguria.
G. Gejala Klinis Peritonitis Pelvis

Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan terus-menerus selama beberapa jam,
dapat hanya di satu tempat ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita
bergerak.

Gejala lainnya meliputi :

● Demam

Temperatur lebih dari 380 C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia

● Mual dan muntah

Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi peritoneum

● Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan kesulitan bernafas.
H. Pemeriksaan Fisik Peritonitis Pelvis19 01 21

Pemeriksaan fisik pada peritonitis dilakukan dengan cara yang sama seperti pemeriksaan fisik lainnya yaitu
dengan:
1. Inspeksi
 Pasien tampak dalam mimik menderita
 Tulang pipi tampak menonjol dengan pipi yang cekung, mata cekung
 Lidah sering tampak kotor tertutup kerak putih, kadang putih kecoklatan
 Pernafasan kostal, cepat dan dangkal. Pernafasan abdominal tidak tampak karena dengan pernafasan
abdominal akan terasa nyeri akibat perangsangan peritoneum.
 Distensi perut
2. Palpasi
 Nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif
Lanjutan 19 01 21

3. Auskultasi
 Suara bising usus berkurang sampai hilang
4. Perkusi
 nyeri ketok positif
 hipertimpani akibat dari perut yang kembung
 redup hepar hilang, akibat perforasi usus yang berisi udara sehingga udara akan mengisi rongga peritoneal,
pada perkusi hepar terjadi perubahan suara redup menjadi timpani

Pada rectal touche akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani menurun dan ampula
recti berisi udara.
I. Diagnosa Peritonitis Pelvis

Anamnesa yang jelas, evaluasi cairan peritoneal,


dan tes diagnostik tambahan sangat diperlukan untuk membuat suatu diagnosis yang
tepat sehingga pasien dapat di terapi dengan benar.
J. Pemeriksaan Penunjang Peritonitis 28Pelvis
01 21

Pada foto polos abdomen


Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan :
didapat : Bayangan peritoneal fat kabur karena infiltrasi
sel radang
Pada pemeriksaan rontgen tampak udara
lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/...L )
usus merata, berbeda dengan gambaran
dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis. ileus obstruksi
Pada pasien dengan sepsis berat, pasien
imunokompromais dapat terjasi lekopenia. Penebalan dinding usus akibat edema

Asidosis metabolik dengan alkalosis Tampak gambaran udara bebas


respiratorik. Adanya eksudasi cairan ke rongga peritoneum,
Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan sehingga pasien perlu dikoreksi cairan, elektrolit,
adalah dengan USG abdomen, CT scan, dan MRI. dan asam basanya agar tidak terjadi syok
hipovolemik
K. Penanganan Peritonitis Pelvis 19 01 21

1. Terapi Medis
Termasuk di dalamnya antibiotik sistemik untuk mengontrol infeksi, perawatan intensif mempertahankan hemodinamik
tubuh misalnya pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi, pengawasan nutrisi dan ikkeadaan metabolik,
pengobatan terhadap komplikasi dari peritonitis (misalnya insufisiensi respiratorik atau ginjal), serta terapi terhadap
inflamasi yang terjadi.
Pada SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis), pemberian antibiotik terutama adalah dengan Sefalosporin gen-3,
kemudian diberikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur. Penggunaan aminolikosida sebaiknya dihindarkan terutama pada
pasien dengan gangguan ginjal kronik karena efeknya yang nefrotoksik. Lama pemberian terapi biasanya 5-10 hari.
Pada peritonitis sekunder dan tersier, terapi antibiotik sistemik ada pada urutan ke-dua. Untuk infeksi yang
berkepanjangan, antibiotik sistemik tidak efektif lagi, namun lebih berguna pada infeksi akut.
Pada infeksi inta-abdominal berat, pemberian imipenem, piperacilin/tazobactam dan kombinasi metronidazol dengan
aminoglikosida.

2. Prognosa
Tergantung dari umur penderita, penyebab, ketepatan dan keefektifan terapi. Prognosa baik pada peritonitis lokal dan
ringan. Prognosa buruk pada peritonitis general.
Lanjutan 19 01 21

3. Intervensi Non-Operatif
Dapat dilakukan drainase percutaneus abses abdominal dan ekstraperitoneal. Keefektifan teknik ini dapat
menunda pembedahan sampai proses akut dan sepsis telah teratasi, sehingga pembedahan dapat dilakukan secara
elektif. Hal-hal yang menjadi alasan ketidakberhasilan intervensi non-operatif ini antara lain fistula enteris,
keterlibatan pankreas, abses multipel. Terapi intervensi non-operatif ini umumnya berhasil pada pasien dengan
abses peritoneal yang disebabkan perforasi usus (misalnya apendisitis, divertikulitis).
Teknik ini merupakan terapi tambahan. Bila suatu abses dapat di akses melalui drainase percutaneus dan tidak ada
gangguan patologis dari organ intraabdomen lain yang memerlukan pembedahan, maka drainase perkutaneus ini
dapat digunakan dengan aman dan efektif sebagai terapi utama. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain
perdarahan, luka dan erosi, fistula.

4. Terapi Operatif
Cara ini adalah yang paling efektif. Pembedahan dilakukan dengan dua cara, pertama, bedah terbuka, dan kedua,
laparoskopi.
THAN
KS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide as attribution

Anda mungkin juga menyukai