Anda di halaman 1dari 25

Hiperbilirubin

Kelompok : 8
Adellya maharani
Mufidatunnisak
Nurul huda
Rama mahendra

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-2

Definisi
Bilirubin
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.
Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu.

Hiperbilirubin
 Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
 Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy
R. Marlon, 1998)
 Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis
pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa
dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-3

 Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang


disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
 Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
pathologis. (Markum, 1991:314) 

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-4

Klasifikasi
Jenis Bilirubin (Klous dan Fanaraft, 1998) :

 Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin
tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen
bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati
sawar darah otak.
 Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut
dalam air dan tidak toksik untuk otak.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-5

Jenis Ikterus
1. Ikterus Fisiologis

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia

3. Ikterus prehepatik (disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin ↑ )

4. Ikterus hepatic (kerusakan sel parenkim hati)

5. Ikterus kolestatik (bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan


bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus)

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-6

Etiologi

 Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek dari pada orang dewasa. Ini berarti
lebih banyak bilirubin yang dilepaskan melalui organ hati bayi. Kadang-kadang hati
bayi belum cukup matang untuk mengatasi jumlah birubin yang berlebih.
 Hiperbilirubin terjadi ketika organ hati bayi tidak bisa menghilangkan bilirubin dari
darah secara cepat. Bilirubin yang berlebih yang tidak dapat keluar dari tubuh
kemudian berkumpul pada kulit bagian putih bola mata.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-7

 Kejadian ini umum terjadi pada bayi dengan keadaan berikut:


 Tersering pada bayi yang memiliki golongan darah yang berbeda dengan ibunya,
 Bayi yang lahir prematur, karena kurang matangnya fungsi hati
 Bayi yang memiliki kelainan pada hati dan gangguan kesehatan lainnya.
 Bayi yang mengalami infeksi juga dapat mengalami gangguan fungsi hati
 Bayi yang kekurangan cairan.
 Bayi mengalami kekurangan enzym G6PD (Glukosa 6 Phospate Dehidrogenase),
yaitu enzim Yang bertugas memperkuat dinding sel darah merah

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-8

Patofisiologi
 Gangguan pemecahan Bilirubin plasma dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh.
 Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-9

Manifestasi klinis
 Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
 Muntah, anoreksia, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
 Perut membuncit dan pembesaran pada hati
 Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
 Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
 Dapat tuli, gangguan bicara
 Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, kejang, stenosis
yang disertai ketegangan otot.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-10

Komplikasi
 Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius ) : terikatnya asam bilirubin
bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan
serebelum yang menyebabkan kematian sel.
 Kernikterus
 Retardasi mental - Kerusakan neurologis
 Gangguan pendengaran dan penglihatan
 Bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-11

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan bilirubin serum
 Pemeriksaan radiology
 Ultrasonografi
 Biopsy hati
 Peritoneoskopi
 Laparatomi

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-12

Penatalaksanaan
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi
 Fototherapi (Cahaya pada fototerapi : biru dan putih merupakan cahaya yang
efektif untuk menurunkan level bilirubin)
 Transfusi Pengganti (tindakan mengeluarkan darah pasien dan memasukkan
darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit yang
tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien)
 Therapi Obat (Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan
enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya)

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


Asuhan Keperawatan Hiperbilirubin

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-14

Pengkajian

 Identitas klien
 Anamnese orang tua/keluarga tentang keadaan bayi dan ibu

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-15

 Riwayat kelahiran

a) Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan


merupakn predisposisi terjadinya infeksi

b) Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan


gangguan nafas (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi
bilirubin.

c) Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan terjadinya (hypoksia),


acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.

d) Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh


(hepar).

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-16

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
 Kepala leher

- Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada
mulut.

- Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan langsung


pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning)

- Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-17

 Dada
- Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas.
- Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang
disebabkan oleh adanya infeksi
 Perut
- Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi.
- Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.
- Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan metabolisme
bilirubun enterohepatik

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-18

 Urogenital

- Urine kuning dan pekat.

- Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur


merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
 Ekstremitas : menunjukkan tonus otot yang lemah
 Kulit
- Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek.
- Elastisitas menurun.
- Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
 Pemeriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain –
lain menunjukkan adanya tanda – tanda kern – ikterus
© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved
37-19

Pemeriksaan Penunjang
 Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
 Biakan darah, CRP menunjukkan adanya
infeksi
 Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya
penurunan
 Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-20

Diagnosa
1. Resiko Cidera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik
dan komplikasi berkenaan dengan fototerapi

2. Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan


dengan kehilangan cairan yang tidak tampak kasat mata serta
dehidrasi dan fototerapi

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek dari


fototerapi.

4. Gangguan interaksi orang tua dan bayi karena fototerapi

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-21

Dx.1
Tujuan : tidak terjadi cidera
Kriteria hasil : kadar bilirubin normal 20 mg/dl (bayi cukup bulan), 15 mg/dl
(bayi preterm)

Intervensi Rasional
Perhatikan adanya perkembangan bilirubin dan Pada kondisi ini kontraindikasi karena foto isomer bilirubin
obstruksi usus. yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan
penajaman terapi sinar tidak siap diekskresikan

Ukur kuantitas foto energi bola lampu fluoresen Intensitas sinar yang menembus kulit dari spektrum biru
dengan menggunakan fotometer (sinar biru) menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan.

Berikan penutup untuk menutup mata, inspeksi Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva
mata pada setiap 24 jam bila penutup mata dilepas dari sinar intensitas tinggi
untuk pemberian makanan, dan sering pantau
potensi penutup mata.

Ubah posisi bayi dengan sering, sedikitnya setiap 2 Memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit
jam terhadap sinar fluoresensi serta mencegah pemajanan
berlebihan dari bagian tubuh tertentu dan membatasi area
tekanan.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-22

Dx. 2
Tujuan : tidak terjadi kekurang volume cairan
Kriteria hasil : BB tetap atau bertambah

Intervensi Rasional

Timbang BB bayi setiap hari tanpa pakaian dan Dengan menimbang BB bayi setiap hari dapat
timbang juga sebelum memberi makanan diketahui apakah terjadi kekurangan cairan
tubuh atau tidak

Pantau masukan dan pengeluaran cairan Peningkatan kehilangan cairan melalui feses dan
evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi

Kolaborasi pemberian cairan dengan parenteral Pemberian cairan memperbaiki atau mencegah
sesuai dengan indikasi dehidrasi berat

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-23

Dx.3
Tujuan : Klien tidak menunjukan gangguan integritas kulit

Intervensi Rasional

Monitor adanya kerusakan integritas kulit Deteksi dini kerusakan integritas kulit.

Bersihkan kulit bayi dari kotoran setelah BAB, Feses dan urine yang bersifat asam dapat
BAK. mengiritasi kulit.

Feses dan urine yang bersifat asam dapat Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering
mengiritasi kulit. sehingga kulit mudah pecah.

Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam. Perubahan posisi mempertahankan sirkulasi


yang adekuat dan mencegah penekanan yang
berlebihan pada satu sisi.

Berikan istirahat setelah 24 jam fototerapi Mencegah iritasi pada kulit.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-24

Dx. 4
Tujuan : agar orang tua ikut berpartisipasi terhadap perkembangan
kesehatan bayi

Intervensi Rasional

Jelaskan perlunya memberi masukan Mencegah kekurangan cairan tubuh


cairan yang adekuat

Anjurkan orang tua berpartisipasi Mempererat hubungan orang tua dan


dalam perawatan bayi bayi

Tinjau ulang perawatan bayi dengan Mengecek perkembangan kadar


hiperbilirubinemia bilirubin.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved


37-25

D. Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarakan intervensi untuk


mencapai tujuan yang diharapkan.

E. Evaluasi

Data perkembangan pasien dari hasil implementasi untuk


mengetahui berhasil atau tidaknya implementasi yang diberikan.

© 2009 The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai