Kelompok : 8
Adellya maharani
Mufidatunnisak
Nurul huda
Rama mahendra
Definisi
Bilirubin
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.
Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu.
Hiperbilirubin
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy
R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis
pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa
dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Klasifikasi
Jenis Bilirubin (Klous dan Fanaraft, 1998) :
Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin
tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen
bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati
sawar darah otak.
Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut
dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Jenis Ikterus
1. Ikterus Fisiologis
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Etiologi
Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek dari pada orang dewasa. Ini berarti
lebih banyak bilirubin yang dilepaskan melalui organ hati bayi. Kadang-kadang hati
bayi belum cukup matang untuk mengatasi jumlah birubin yang berlebih.
Hiperbilirubin terjadi ketika organ hati bayi tidak bisa menghilangkan bilirubin dari
darah secara cepat. Bilirubin yang berlebih yang tidak dapat keluar dari tubuh
kemudian berkumpul pada kulit bagian putih bola mata.
Patofisiologi
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis.
Manifestasi klinis
Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
Muntah, anoreksia, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
Perut membuncit dan pembesaran pada hati
Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
Dapat tuli, gangguan bicara
Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, kejang, stenosis
yang disertai ketegangan otot.
Komplikasi
Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius ) : terikatnya asam bilirubin
bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan
serebelum yang menyebabkan kematian sel.
Kernikterus
Retardasi mental - Kerusakan neurologis
Gangguan pendengaran dan penglihatan
Bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bilirubin serum
Pemeriksaan radiology
Ultrasonografi
Biopsy hati
Peritoneoskopi
Laparatomi
Penatalaksanaan
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi
Fototherapi (Cahaya pada fototerapi : biru dan putih merupakan cahaya yang
efektif untuk menurunkan level bilirubin)
Transfusi Pengganti (tindakan mengeluarkan darah pasien dan memasukkan
darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit yang
tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien)
Therapi Obat (Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan
enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya)
Pengkajian
Identitas klien
Anamnese orang tua/keluarga tentang keadaan bayi dan ibu
Riwayat kelahiran
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
Kepala leher
- Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada
mulut.
Dada
- Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas.
- Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang
disebabkan oleh adanya infeksi
Perut
- Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi.
- Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.
- Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan metabolisme
bilirubun enterohepatik
Urogenital
Pemeriksaan Penunjang
Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
Biakan darah, CRP menunjukkan adanya
infeksi
Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya
penurunan
Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll
Diagnosa
1. Resiko Cidera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik
dan komplikasi berkenaan dengan fototerapi
Dx.1
Tujuan : tidak terjadi cidera
Kriteria hasil : kadar bilirubin normal 20 mg/dl (bayi cukup bulan), 15 mg/dl
(bayi preterm)
Intervensi Rasional
Perhatikan adanya perkembangan bilirubin dan Pada kondisi ini kontraindikasi karena foto isomer bilirubin
obstruksi usus. yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan
penajaman terapi sinar tidak siap diekskresikan
Ukur kuantitas foto energi bola lampu fluoresen Intensitas sinar yang menembus kulit dari spektrum biru
dengan menggunakan fotometer (sinar biru) menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan.
Berikan penutup untuk menutup mata, inspeksi Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva
mata pada setiap 24 jam bila penutup mata dilepas dari sinar intensitas tinggi
untuk pemberian makanan, dan sering pantau
potensi penutup mata.
Ubah posisi bayi dengan sering, sedikitnya setiap 2 Memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit
jam terhadap sinar fluoresensi serta mencegah pemajanan
berlebihan dari bagian tubuh tertentu dan membatasi area
tekanan.
Dx. 2
Tujuan : tidak terjadi kekurang volume cairan
Kriteria hasil : BB tetap atau bertambah
Intervensi Rasional
Timbang BB bayi setiap hari tanpa pakaian dan Dengan menimbang BB bayi setiap hari dapat
timbang juga sebelum memberi makanan diketahui apakah terjadi kekurangan cairan
tubuh atau tidak
Pantau masukan dan pengeluaran cairan Peningkatan kehilangan cairan melalui feses dan
evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi
Kolaborasi pemberian cairan dengan parenteral Pemberian cairan memperbaiki atau mencegah
sesuai dengan indikasi dehidrasi berat
Dx.3
Tujuan : Klien tidak menunjukan gangguan integritas kulit
Intervensi Rasional
Monitor adanya kerusakan integritas kulit Deteksi dini kerusakan integritas kulit.
Bersihkan kulit bayi dari kotoran setelah BAB, Feses dan urine yang bersifat asam dapat
BAK. mengiritasi kulit.
Feses dan urine yang bersifat asam dapat Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering
mengiritasi kulit. sehingga kulit mudah pecah.
Dx. 4
Tujuan : agar orang tua ikut berpartisipasi terhadap perkembangan
kesehatan bayi
Intervensi Rasional
D. Implementasi
E. Evaluasi