Anda di halaman 1dari 17

ASKEB IV (PATOLOGI)

Penyulit Persalinan Kala III dan IV

KEL. 4 :
Lastri Andaryuni
Nyemas ratih konilia

Dosen Pembimbing : USC. Sari,APP,MPH


Lepita, M.Keb
Rini Sulistiawati,S.SiT
Astrisaria, S.SiT
persalinan dengan penyulit
kala III dan kala IV

penyulit kala III persalinan

 atonia uteri
 retensio plasenta
 emboli air ketuban
 ATONIA UTERI merupakan uteri yang
tidak berkontraksi selama 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri
(plasenta telah lahir).

 Ini dapat terjadi dikarenakan partus


lama, pembesaran uterus yang
berlebihan sewaktu hamil. Atonia juga
dapat timbul karena salah penanganan
pada kala III persalinan,
Diagnosis…???

Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul


perdarahan banyak dalam waktu pendek.
Diagnosis perdarahan postpartum dipermudah apabila
pada tiap-tiap persalinan, setelah anak lahir, secara
rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu
jam sesudahnya.
Apabila terjadi perdarahan postpartum dan plasenta
belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan
plasenta dengan segera. Jika plasenta telah lahir,
perlu dibedakan antara perdarahan akibat antonia
uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.
Pada perdarahan karena atonia, uterus membesar dan
lembek pada palpasi, sedangkan pada perdarahan
karena perlukaan uterus berkontraksi dengan baik.
penanganan
Terapi tebaik ialah pencegahan. Dalam kala III
uterus jangan dipijat dan didorong ke bawah
sebelum plasenta lepas dari dindingnya.
Penggunaan oksitosin sangat penting untuk
mencegah perdarahan postpartum.
Setelah plasenta lahir, perlu ditentukan apakah
disini dihadapi perdarahan karena atonia uteri
atau karena perlukaan jalan lahir. Pada
perdarahan atonik dengan segera dilakukan
masase uterus dan suntikan 0,2 mg ergometrin
intravena. Jika tindakan ini tidak memberi hasil
yang diharapkan dalam waktu yang singkat, perlu
dilakukan kompresi bimanual pada uterus.
RETENSIO PLASENTA
Merupakan plasenta yang belum lahir
setengah jam setelah janin lahir.
Sebab-sebab fungsional ialah :
 His kurang kuat.
 Plasenta belum dan sukar lepas dari
dinding uterus, karena:
Tempatnya : insersi di sudut muka
Bentuknya : plasenta membranceae,
plasenta anularis
Ukurannya : plasenta sangat kecil
LANJUTAN . . .
a. Plasenta sudah lepas, akan b. Plasenta belum lepas
tetapi belum dilahirkan.Sebab- dari dinding uterus
sebab patologis anatomis : karena :
 Plasenta accreta a) Kontraksi uterus
kurang kuat untuk
Bila vili chorialis menanamkan melepaskan plasenta
diri lebih dalam ke dalam
b) Plasenta melekat erat
dinding rahim daripada biasa
pada dinding uterus
 Plasenta increta

Bila vili chorialis masuk ke c. Plasenta yang sudah


dalam lapisan otot rahim . lepas dari dinding uterus
 Plasenta percreta akan tetapi belum
keluar, disebabkan oleh
Bila vili chorialis menembus
tidak adanya usaha untuk
lapisan otot dan mencapai
melahirkan atau karena
serosa atau menembus
salah penanganan kala III,
plasenta tersebut.
PENANGANAN
Salah satu cara untuk membantu pengeluaran
plasenta adalah dengan cara Brandt. Dengan
salah satu tangan, penolong memegang tali pusat
dekat vulva.Tangan yang lain diletakkan pada
dinding perut di atas simfisis sehingga permukaan
palmar jari-jari tangan terletak di permukaan
depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen
bawah dan bawah rahim. Dengan melakukan
tekanan ke arah atas belakang, maka badan rahim
akan terangkat.
Apabila plasenta telah lepas, maka tali pusat tidak
tertarik ke atas. Kemudian tekanan di atas simfisis
diarahkan ke bawah belakang, ke arah vulva. Pada
saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat
untuk membantu mengeluarkan plasenta.
Lanjutan,,,

Cara lainnya dengan tangan kiri menahan


fundus uteri supaya uterus tidak naik ke atas,
tangan kanan dimasukkan ke dalam kavum
uteri. Dengan mengikuti tali pusat, tangan itu
sampai pada plasenta dan mencari pinggir
plasenta.

Kemudian jari-jari tangan itu dimasukkan


antara pinggir atas plasenta dan dinding
uterus. Biasanya tanpa kesulitan plasenta akan
sedikit demi sedikit dapat lepas dari dinding
uterus untuk kemudian dilahirkan.
EMBOLI CAIRAN
AMNION
Merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah besar cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal ,
tiba – tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock 25%
wanita yang menderita keadaan ini
meninggal dunia dalam waktu 1 jam.
PATOFISIOLOGI….
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas.
Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan
pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan
yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air
ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam
sirkulasi darah.

Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa


mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi
respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama
dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika air
ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu
dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa
menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua
gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.

Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi


darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek
sekalipun pada persalinan normal )dan daerah utero plasenta.
diagnosis
Sebagian besar Tanda dan gejala
institusi menyetujui embolisme cairan amnion
bahwa diagnosis harus ( Fahy , 2001 ):
dibuat berdasarkan  Hipotensi ( syok )
tanda dan gejala  Gawat janin
klinis.  Edema paru atau sindrom
distress pernafasan
dewasa.
Clark menjelaskan
 Henti kardiopulmoner
trias gejala yaitu
hipotensi, hipoksia dan
 Sianosis
koagulapati, sebagai  Koagulopati
kecurigaan tertinggi.  Dispnea / henti nafas
 Atonia Uteri
LANJUTAN,,,

Faktor Resiko
Antara lain:
• Kehamilan multipara.
• Persalinan yang cepat
• Stimulasi oxytosin Kemungkinan emboli air
• Overstimulasi rahim ketuban terjadi kalau:
• Manipulasi rahim.

 Ketuban sudah pecah


Faktor predisposisi, meliputi :
 Kelahiran yang tergesa –
 His yang kuat
gesa  Pembuluh darah yang
 Multiparitas terbuka (SC,ruptur
 Kematian janin intrauteri uteri).
 Meconium dalam cairan
amnion
 Kelahiran operatif dan
plasenta previa.
PENALATAKSANAAN
 Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi ,
koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
 Penggatian cairan intravena & darah.
 Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena
 Pemberian morfin ( 10 mg )
 Pemberian heparin
 Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV
 Pemberian isoproternol
 Kortikosteroid secara IV
 Pemberian oksigen
 Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku
segar dan sedian trombosit.
 Defek koagulasi  harus dikoreksi dengan menggunakan heparin /
fibrinogen.
 Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah
 Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung.
THANK’S !!!
ANY QUESTIONS ???

Anda mungkin juga menyukai