Anda di halaman 1dari 2

Apa yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan program

jaminan sosial?
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-
undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Siapa menjadi peserta BPJS Kesehatan?


Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan
di Indonesia, yang telah membayar iuran. Artinya, dengan BPJS, semua masyarakat bisa
menikmati perlindungan jaminan kesehatan dengan biaya terjangkau.

Apakah penduduk Indonesia wajib menjadi peserta BPJS


Kesehatan?
Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah memiliki
Jaminan Kesehatan lain.

Kapan wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan ?


Sesuai peraturan perundangan bahwa untuk Pekerja Penerima Upah (PPU) dari BUMN, BUMD,
Badan Usaha skala besar, sedang mapun kecil wajib mendaftarkan pegawainya paling lambat
sebelum 1 Januari 2015.

Bagi masyarakat yang merupakan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja
paling lambat adalah 1 Januari 2019.

Jika sudah punya asuransi swasta, apakah masih harus


menjadi peserta BPJS Kesehatan?
Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, meski sudah memiliki asuransi swasta, seluruh
masyarakat Indonesia tetap harus terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.

Terkait asuransi swasta yang dimiliki masyarakat, jika suatu asuransi swasta bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan melalui skema koordinasi manfaat atau CoB, maka peserta BPJS Kesehatan
yang memiliki asuransi swasta tersebut bisa memperoleh manfaat lebih, khususnya dalam
manfaat non medis, seperti naik kelas ruang inap, berobat keluar negeri, dan sebagainya.

- See more at: http://www.duwitmu.com/bpjs-kesehatan-tanya-dan-jawab-hal-penting/


#sthash.krAeWYaS.dpuf
Memang rumah sakit swasta tidak diharuskan untuk melakukan kerjasama dengan BPJS
Kesehatan, tetapi di pasal 6 PP tentang jaminan kesehatan disebutkan per 1 Januari 2019 semua
warganegara diharuskan tercover oleh program JKN, hal ini tentu bisa diartikan secara tidak
langsung bahwa semua fasilitas kesehatan dalam hal ini rumah sakit mau tidak mau kedepannya
harus menjadi provider BPJS Kesehatan. Dalam hal ini rumah sakit swasta sebagai bagian dari
elemen yang ikut berperan didalam proses kesehatan masyarakat tentu juga harus dipikirkan oleh
pemerintah dengan melihat secara real proses pelayanan termasuk proses operasional rumah
sakit swasta, terutama dari segi pembiayaan atau unit cost

Beban Rumah Sakit Swasta

Di dalam UU rumah sakit pasal 29 disebutkan bahwa rumah sakit (termasuk rs swasta)
diharuskan melaksanakan fungsi sosial dengan memberikan fasilitas  pelayanan kesehatan bagi
pasien tidak mampu serta bakti sosial bagi kemanusiaan. Dilain pihak sebagai contoh : alat-alat
kesehatan impor dikategorikan sebagai barang mewah sehingga dimasukkan pajak penjualan
barang mewah(PPnBM), disamping itu pembiayaan untuk biaya listrik dan air rumah sakit
dimasukkan dalam kategori industri jasa,  yang sebenarnya bisa dimasukkan sebagai kategori
industri sosial, termasuk biaya pendidikan untuk menjadi profesi tenaga kesehatan relative lebih
tinggi dari profesi lainnya. Semua itu tentunya berdampak tingginya beban pada  rumah sakit
swasta.

Di tahun-tahun yang akan datang rumah sakit swasta tentu tidak bisa menghindar dari
keikutsertaan sebagai provider BPJS Kesehatan, karena sesuai dengan amanat undang-undang
dimana seluruh warga negara akan tercover oleh JKN dengan penyelenggaranya BPJS Kesehatan
sehingga dipastikan bahwa lebih dari 80% pasien yang datang ke rumah sakit baik pemerintah
maupun swasta adalah pasien peserta dari BPJS Kesehatan. Oleh karena itu sistem
pengklasifikasian rumah sakit, sistem tarif, pengkategorian pajak rumah sakit tentu juga harus
dipikirkan oleh pemegang kebijakan bagaimana agar rumah sakit khususnya rumah sakit swasta,
disatu sisi bisa tetap eksis  dan disisi lain bisa iku berkontribusi didalam penyelenggaraan
jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Yang jelas kita semua tentu sepakat bahwa program
JKN ini sangat-sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Peran dari seluruh
masyarakat untuk memberi masukan termasuk kendala-kendala yang dihadapi selama
implementasi JKN ini tentunya sangat bermanfaat bagi perbaikan JKN di masa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai