Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu wujud hak asasi yang dimiliki setiap orang.
Karena Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk dapat menagkses
kesehatan yang berkualitas, aman, serta terjangkau jasa (UU No. 36/2009).
Kesehatan adalah hal atau komponen yang paling penting untuk kesejahteraan,
sehingga negara harus memastikan bahwa warganya dapat hidup sehat dan
produktif. Pelayanan kesehatan adalah segala upaya dilakukan sendiri atau
bersama-sama oleh organisasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
individu, keluarga dan komunitas. Menurut pohan, Pelayanan Kesehatan adalah
alat digunakan untuk menggambarkan kualitas Kesehatan layanan ke dalam
terminologi operasional, memberikan informasi kepada orang-orang yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan di sistem, baik pasien,
perawatan Kesehatan penyedia, mendukung layanan kesehatan dan manajemen
organisasi perawatan kesehatan, dan akan dipertanggungjawabkan dalam
menjalankannya tugas dan perannya masing-masing. Sebagai manusia, kesehatan
adalah hal yang menjadi perhatian sehari-hari. Tanpa memandang usia, jenis
kelamin, sosial ekonomi atau latar belakang etnis, yang mana Kesehatan sebagai
hal yang paling mendasar dan aset penting. Hak atas kesehatan adalah bagian
mendasar dari hak asasi dan hak pemahaman tentang kehidupan yang
bermartabat. (Kusum, 2017)

Kesehatan adalah jaminan yang harus dimiliki semua orang tanpa memandang
agama, keyakinan politik, kondisi ekonomi atau sosial. Rumah Sakit adalah
institusi yang berguna untuk penanganan pelayanan kesehatan kepada umum
publik. Dimana Rumah Sakit merupakan bentuk dari organisasi nirlaba atau
nirlaba. Perkembangan teknologi di bidang Kesehatan sektor dan peningkatan
kompetensi di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit adalah dituntut untuk
dapat mengembangkan usaha, meningkatkan kualitas layanan dengan
memberdayakan sumber daya secara efektif dan efisien. Baru-baru ini pemerintah
mengeluarkan program kesehatan gratis yang bernama BPJS sebagai
penyelenggaranya badan jaminan kesehatan kepada masyarakat. (Hio, 2018)
Rumah Sakit adalah institusi yang berguna untuk penanganan pelayanan
kesehatan kepada umum publik. Dimana Rumah Sakit merupakan bentuk dari
organisasi nirlaba atau nirlaba. Perkembangan teknologi di bidang Kesehatan
sektor dan peningkatan kompetensi di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit
adalah dituntut untuk dapat mengembangkan usaha, meningkatkan kualitas
layanan dengan memberdayakan sumber daya secara efektif dan efisien. Baru-
baru ini pemerintah mengeluarkan program kesehatan gratis bernama
BPJS/Asuransi Sosial Organisasi Administrasi sebagai badan penyelenggara
jaminan kesehatan kepada publik. (Jaya, 2020)

Dalam Undang-Undang No. 40 yang tertera Tahun 2004 yang menyatakan


bahwa Jaminan sosial merupakan sebuah bentuk jaminan atau perlindungan sosial
dalam memberikan suatu jaminan yang meluas bagi rakyat atau seluruh warga
negara Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi kehidupannya dengan
layak dan sejahtera yang mana hal ini menjadi hak mendasar bagi rakyat
Indonesia. Adapun dalam jaminan sosial tersendiri terdapat bentuk jaminan yang
dapat dilaksanakan atau di implamintasikan yang bisa diterapkan pada program
jaminan antara lain;

 adanya jaminan atas kecelakaan


 adanya jaminan Kesehatan
 adanya jaminan di hari tua
 adanya jaminan bagi pensiunan.
 adanya Jaminan atas kematian.

Menurut Republik Indonesia Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang selanjutnya disebut BPJS adalah
badan hukum entitas yang didirikan untuk mengatur sosial program keamanan,
Pemerintah harus mempersiapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Mulai 1
Januari, Askes Ltd. 2014 akan beralih ke BPJS Kesehatan dan Jamsostek Ltd.
menjadi BPJS Ketenagakerjaan, efektif beroperasi pada 1 Juli 2015.

BPJS Kesehatan merupakan lembaga yang menyelenggarakan jaminan


kesehatan. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014,
pemerintah telah mengalokasikan Rp19,93 triliun untuk program tersebut, yang
akan digunakan untuk melindungi 86,4 juta masyarakat miskin dan kurang
mampu melalui jaminan kesehatan. Sementara warga lainnya harus membayar
premi dengan harga terjangkau untuk mendapatkan jaminan kesehatan.

Menurut Presiden, BPJS kesehatan merupakan tonggak baru dalam


mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata. Karena itu, Presiden
mengamanatkan semua pihak untuk bekerja sama dalam memastikan program
BPJS kesehatan. dalam pelaksanaannya biasanya ada kekurangan, kendala dan
kendala, sebagai program baru, saya harap bisa segera dikelola dan dibenahi.
Dalam hal ini kerjasama dan sinergi semua pihak sangat diperlukan.

BPJS juga merupakan program jaminan sosial yang dikeluarkan oleh


pemerintah Indonesia untuk mengatasi segala kendala dalam pengobatan pada
khsususnya sehingga dengan adanya BPJS bertujuan agar pemeritah dapat
membantu masyarakat miskin maupun pihak lain yang memburuhkan bantuan
terhadfap pengobatan, oleh karena itu adanya undang-undang tentang jaminan
Kesehatan membuat dorongan tersendiri bagi pemerintah daerah atau kota dalam
menjalankan program BPJS dengan sebaik mungkin yang mana semua
masyarakat yang sesuai dengan kriteria diwajibkan mendaftar BPJS baik
dilingkungan kerja, instansi atau lainnya.

Jaminan sosial sendiri memiliki arti bahwasanya masyarakat dapat terpenuhi


segala kebutuhan yang mendasar yang mana hal ini akan meningkatkan segala
bentuk kulaitas dalam hidupnya dengan peningkatan akan keberdayaannya.
Adapun hal ini juga memiliki keterkaitan terhadap Penyelenggaraan jaminan
sosial yang ada di Indonesia, Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami
perubahan yaitu ketika adanya desentralisasi kekuasaan, yang mana sejak
diterapkannya desentralisasi atau kebijakan otonomi daerah penyelenggaraan
jaminan sosial setiap daerah di Indonesia memiliki perbedaan tersendiri baik itu
mekanisme maupun besarnya jaminan yang diberikan pemerintah daerah, salah
satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial atau BPJS di Bali lebih tepatnya
di kabupaten Jembrana. (Adi Hidayat, 2018)

Kabupaten Jembrana, Bali adalah salah satu kabupaten yang pemerintahannya


menjalankan atau menyelenggarakan program atau bentuk Jaminan sosial di
bidang kesehatan yang bernama JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) yang
mana program ini adalah bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintahan dengan secara cuma-cuma terhadap masyarakat Bali dengan masa
lima bulan mulai Januari hingga Mei 2010 dan pemerintah sendiri telah
menghabiskan sebesar Rp22,9 miliar. JKBM juga terdiri atas berbagai pelayanan
yang ada di tingkat Pusat mulai dari tingkat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
sebesar Rp2,27 miliar serta rumah sakit di kabupaten/kota seluruh Bali sebesar
Rp20,7 miliar yang juga meliputi Kabupaten Jembrana.

Adapun implementasi Pelayanan di tingkat Puskesmas yaitu dengan melayani


rawat jalan sebanyak 49.492 orang, serta melayani rawat inap sebanyak 20.271
orang maupun unit gawat darurat sebanyak 17.022 orang. Kebijakan Kesehatan
atas Pelayanan yang ada di tingkat Puskesmas juga memberikan penanganan
mulai dari proses kelahiran sebesar 1.259 pasien atau orang, sedangka untuk
daerah lain seperti Puskesmas di Karangasem sebanyak 399 pasien atau orang,
yang mana juga dikuti oleh daerah Buleleng sebanyak 273 pasien atau orang dan
daerah Tabanan sebanyak 197 orang.

Pemerintah di Kabupaten Jembrana sendiri telah mengasuransikan untuk


seluruh masyarakat yang ada di Jembrana dengan memberikan atau membayarkan
preminya. Pemerintah berharap agar seluruh masyarakat memiliki sebuah posisi
tawar atau bisa disebut juga dengan (bargaining position) dalam bentuk-bentuk
pelayanan kesehatan. Tetapi pada implementasinya terjadinya banyak kendala
yang mana salah satunya adalah administrasi. Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ)
juga dinilai mengalami permasalahan pada sistem pengelolaan keuangan, yang
mana hal ini membuat terjadinya temuan BPK.

JKJ juga mengalami kendala ketika dilapangan yang disebabkan karena


kebijakan yang diberikan sebagai pedoman aturan bagi masyarakat atau pihak
yang terkait mengalami problematika tersendiri sehingga membuat pemerintah
yang ada di Kabupaten Jembrana, Bali membuat suatu kebijakan baru yang mana
sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Bupati Jembrana yang
menyatakan bahwa setiap pemerintah daerah yang ada di Kabupaten Jembrana
melakukan suatu up dating terhadap data-data masyarakat yang miskin mellaui
surat putusan SK no. 432/PMPD/2011 yang berisi penetapan jumlah oarng miskin
sehingga jaminan Kesehatan yang diberikan sesuai dengan sasaran hal ini
bertujuanb menghindari adanya perselisihan data atau bisa juga dikatakan dengan
agar tidak banyak oknum yang memanfaatkan kesempatan ini dalam bentuk hal
yang negatif.

Namun setelah dijalankannya kebijakan JKJ oleh pemerintah Kabupaten


Jembrana tidak berjalan sesuai dengan tujuan awal sehinggga peemerintah yang
ada di Kabupaten jembrana, Bali akhirnya bergabung dengan JKBM atau Jaminan
Kesehatan Bali Mandara yang disahkan pada 1 Oktober tahun 2011. Adapun
alasan dari bergabungnya pemerintah Kabupaten Jembrana di JKBM adalah
kebijakan JKBM dianggap lebih sinergis dengan tujuan jaminan soial masyarakat
Jembrana. (Kastria, 2016)

Dalam prinsip Asuransi yang ada di JKBM memiliki kesamaan dengan JKJ
ssebelumnya yang mana Pemerintah Kabupaten Jembrana juga memberikan
layanan dengan melalui program atau badan layanan bersifat umum. Berdasarkan
dari informasi narasumber mengatakan bahwa permasalahan JKJ yang ada
sebelumnya dikarenakan salah satunya timbulnya persaingan politik antar para
politik sehingga mengakibatkan adanya perubahan mekanisme pada jaminan
sosial terhadap kebijakan tersebut. Hal ini adalah bentuk tampaknya sebagai khas
permasalahan di daerah Bali seperti halnya daerah Jambrana ketika terjadinya
penerapan kebijakan otonomi daerah. Di JKBM para pembuat kebijakan membuat
model pembiayaan berupa sharing yang mana pemerintah melakukan alokasi
dana.
Sumber: Lokadata, diolah oleh penulis

Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Jembrana


memiliki pendapatan ekonomi yang paling lambat sehingga hal ini menjadikan
bahwasanya kebanyakan masyarakat kabupaten Jembrana pada posisi paling
rendah atau bisa dikatakan miskin sehingga hal ini menjadikan pemerintah
kabupaten Jembrana mengalami tingkat bantuan yang tinggi pula untuk Kesehatan
masyarakat kabupaten Jembrana, namun dilihat dari kebijakan yang ada setelah
pemerintah memutuskan bergabung dengan JKBM untuk jaminan Kesehatan atau
dalam bentuk BPJS sebagai bentuk implementasi dari kebijakan pemerintah
negara Indonesia sebagai wujud bentuk jaminan sosial yang diberikan oleh
pemerintah Bali sebagai bentuk untuk kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan dari penjelasan tersebut maka hal ini membuat peneliti


melakukan sebuah analisis terhadap jaminan sosial atau BPJS yang ada di
Kabupaten Jembrana, sehingga dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis
lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana kondisi atau hasil dari jaminan sosial
yang diberikan pemerintah terhadap Kesehatan masyarakat miskin yang ada di
kabupaten Jembrana, Bali pada tahun 2014-2018.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun dalam penelitian ini mengandung rumusan masalah yaitu:


“Bagaimana Jaminan Sosial Kesehatan Pemerintah Daerah (BPJS) di Kabupaten
Jembrana Bali 2014-2018?”

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan Batasan masalah yang berfokus


pada analisis jaminan sosial pemerintah daerah atau BPJS di kabupaten Jembaran
yang mana Kabupaten Jembrana sebagai Batasan masalah yang hanya diteliti
dengan durasi atau periode tahun mulai 2014 hingga 2018 sebagai Batasan tahun
masalah penelitian ini.

1.4. Tujuan Penelitian


Dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Dapat menggambarkan kondisi jaminan sosial yang ada di kabupaten
Jembrana
b. Pembaca dapat mengetahui permasalahan apa saja yang di hadapi oleh
pemerintah daerah Jembrana, Bali.
c. Pembaca dapat dengan cermat melihat alasan perubahan kebijakan yang
dibuat pemerintah dengan memberikan jaminan sosial dibidang Kesehatan
d. Pembaca mengetahui pentingnya BPJS bagi masyarakat miskin pada
khususnya

1.5. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Pembaca
Melalui penelitian ini, penulis berharap akan memberikan wawasan baru bagi
pembaca terutama para mahasiswa jurusan adminitrasi publik yang mana hal ini
akan menjadi sumber pengetahuan yang luas sehingga akan menjadi pembelajaran
bagi para pembaca atau mahasiswa untuk melihat isu yang dinamis secara detail
dan valid.

Peneliti

Dapat menjadi bahan acuan sebagi sumber ide dalam melakukan penelitian
selanjutnya.

b. Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian tentang BPJS sebagaimana wujud dari bentuk kebijakan
pemerintah daerah kabupaten Jembrana dalam memberikan jaminan sosial
terhadap masyarakat miskin pada khususnya akan menjadi sumber data untuk
penelitian selanjutnya sehingga peneliti akan memperkaya Kembali data-data
yang ada untuk diolah di kemudian hari dalam memenuhi aspek-aspek penelitian.
Selain itu melalui penelitian ini akan memotivasi para pembaca untuk melakukan
penelitian yang sama dengan tema yang berbeda di fokuskan di daerah-daerah
yang ada di Indonesia lainnya baik untuk membandingkan kebijakan yang ada
atau pada aspek lainnya.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Adalah bagian bab yang berisi mulai dari latar belakang, rumusan masalah,
batasan waktu, tujuan peneliti, manfaat peneliti hingga sistematika penelitian

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini menjelaskan tentang kajian Pustaka yang berisikan penelitian
terdahulu yang menjadi pedoman dalam penelitian ini serta pada bab ini berisi
landasan konseptual yang menjadi mata pisau sebagai analisis pada isu yang
ingin diteliti.

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis
penelitian, sumber data, unit analisis, Teknik pengumpulan data, Teknik
analisis data, dan teknis penyajian data

BAB IV Pembahasan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

No. Nama penulis Maya Widyana Dewi, Indra Lila


Kusuma ,Angga Febriawan Saputra
Judul EFFECT OF BPJS (Social Insurance
Administration Organization) Receivables
Management And Inaction Of Bpjs Claim
Repayment On Private Hospital Financial
Funds Flow In Surakarta
Nama Jurnal IJEBAR
Tahun 2018
Hasil penlitian yang dilakukan oleh peneliti
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pengaruh BPJS manajemen piutang dan
keterlambatan pembayaran klaim BPJS atas
aliran dana keuangan rumah sakit swastadi
Surakarta, kesimpulan berikut dapat ditarik
sebagai berikut. Pertama, sebagian rekening
BPJS variabel manajemen piutang memiliki
berpengaruh signifikan terhadap aliran
keuangan atau dana rumah sakit swasta di
Surakarta, dengan nilai signifikansi 0,000 >
0,05 ini sesuai dengan ketentuan menerima
uji
Kedua, sebagian keterlambatan pembayaran
off klaim BPJS berpengaruh signifikan
terhadap aliran dana keuangan swasta rumah
1 sakit di Surakarta, dengan signifikansi nilai
0,001 < 0,05 sesuai dengan kondisi untuk
menerima uji t. Ketiga, sekaligus rekening
BPJS sebagai variabel manajemen piutang
dan keterlambatan pelunasan klaim BPJS
mempengaruhi alur dana keuangan rumah
sakit swasta di Surakarta dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 sesuai dengan
ketentuan menerima uji F. Dan keempat,
BPJS
variabel manajemen piutang usaha dan
keterlambatan pembayaran klaim BPJS secara
bersamaan mempengaruhi aliran keuangan
dana rumah sakit swasta di Surakarta dengan
nilai signifikansi R Square sebesar 0,990
berarti piutang BPJS variabel manajemen dan
pembayaran terlambat klaim bersama-sama
mempengaruhi aliran keuangan Rumah sakit
swasta adalah 99%. Dalam variabel bebas ini
yang termasuk pengelolaan BPJS piutang dan
keterlambatan dalam pembayaran klaim BPJS
kontribusi 99% untuk aliran rumah sakit
swasta dana keuangan

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Indra


Perbandingan Lila Kusuma ,Angga Febriawan Saputra
memiliki perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis yaitu penelitian ini
berfokus pada BPJS Surakarta yang mana
pemerintah daerah Surakarta mengeluarkan
kebijakan BPJS sebagai tolak ukur jaminan
sosial yang diberikan. Sedangkan penulis
lebih kepada Jambrana sebagai fokus
penelitian yang dianalisis
2 Nama Penulis Hartini Retnaningsih
Judul Program Jaminan Sosial Di Kabupaten
Jembrana Dan Kota Yogyakarta
Nama Jurnal Aspirasi
Tahun 2013
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini yaitu
Penyelenggaraan jaminan sosial yang ada di
daerah Jembrana dan Yogyakarta
menunjukkan bahwasnaya pemerintah daerah
menjadikan BPJS sebagai bentuk kebijakan
yang dapat menjamin Kesehatan sosial
masyarakat disana sesuai dengan undang-
undang Indonesia yang berlaku tentang
jaminan Kesehatan namun selain itu
penelitian ini menghasilkan perbadingan
kedua kota atau daerah tersebut dalam
penerapan kebijakan pemerintah yang mana
penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualiitatif dalam melihat fenomena secara
mendalam.

Perbandingan Perbandingan dari penelitian yang dilakukan


oleh Hartini Retnaningsih adalah penelitian
ini melakukan fokus analisis terhadap
perbandingan dua kota atau daerah yaitu
Jembrana dan Yogyakarta sedangkan penulis
lebih memfokuskan pada satu daerah yaitu
Kabupaten Jembrana, Bali yang mana kedua
hal ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya.

3 Nama Penulis Yusriadi Yusriadi


Judul Public Health Services: BPJS Case Study
in Indonesia

Tahun 2019
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menghasilkan
bahwasanya Pelayanan publik adalah segala
bentuk pelayanan yang menjadi tanggung
jawab dan dilaksanakan oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Salah satu
bentuk inovasi dalam pelayanan kesehatan
dikenal dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). BPJS mempunyai
tujuan untuk mewujudkan penyediaan
jaminan kesehatan yang memadai bagi setiap
peserta dan anggota keluarganya untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan penduduk
Indonesia. Inovasi pelayanan kesehatan
melalui program BPJS menunjukkan data
tingkat kepuasan kesehatan peserta dan
tingkat kepuasan fasilitas kesehatan mitra
menggambarkan tingkat kepuasan baik
peserta maupun fasilitas kesehatan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2017
indeks kepuasan peserta sebesar 79,5 persen,
sedangkan indeks kepuasan fasilitas
kesehatan sebesar 89,5 persen meningkat
dibandingkan tahun 2016 dengan kepuasan
peserta sebesar 78,6 persen dan fasilitas
kesehatan 76,2 persen, strategi peningkatan
kualitas pelayanan BPJS melalui peningkatan
kerjasama fasilitas kesehatan, pembayaran
berbasis kinerja, optimalisasi peran dan
fungsi, pengembangan manajemen e-claim,
dan peningkatan kemitraan strategis dengan
pemangku kepentingan. Inovasi bisa dimulai
dari penyederhanaan regulasi, birokrasi,
pengurusan izin penerbitan produk yang bisa
menjadi solusi bagi warga..

Perbandingan Perbandingan dalam penelitian ini adalah


peneliti yang dilakukan sebelumnya adalah
dengan melihat bagaimana tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan BPJS yang
ada di Indonesia serta melihat berapa banyak
tingkat data yang menghasilkan jumlah
kepuasan tersebut sedangkan penulis sendiri
melakukan penelitian BPJS lebih kepada
bagaimana BPJS yang dikeluarkan
pemerintah daerah Jembrana, Bali serta
bagimana masyarakat miskin khususnya
mendapatkan manfaat dari kebijakan
pemerintah daerah dari BPJS yang ada.

Nama Penulis Eko Wahyu Basuki , Dra. Sulistyowati, M.Si ,


Nunik Retno Herawati, S.Sos, M.S
4 Judul Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh BPJS Kesehatan di Kota
Semarang
Nama Jurnal Diponegoro Journal Of Social And Political
Of Science
Tahun 2016
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah Pemberian jaminan
kesehatan kepada masyarakat Indonesia
merupakan salah satu bentuk pemerintah
untuk melaksanakan tujuan bangsa Indonesia
yang salah satunya adalah Kesehatan
Nasional
Polis asuransi sebagai bentuk pelayanan
kesehatan yang baik kepada seluruh lapisan
masyarakat di Indonesia. Untuk di
Semarang sendiri masih menemui kendala
dalam pelaksanaannya seperti kebijakan yang
tidak efektif dan permasalahan pelayanan
yang diterima dari peserta JKN. Studi ini
bertujuan
kepada: (1) Menjelaskan Pelaksanaan
Pelaksanaan Kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh BPJS di Semarang, (2)
Mendeskripsikan kendala-kendala yang
timbul dari pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh BPJS Semarang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif, dengan jenis data
yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder data menggunakan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan dokumentasi. Hasil
menunjukkan bahwa pelaksanaan
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional oleh BPJS Kesehatan (Badan
Jaminan Sosial) Kesehatan di Semarang
belum terealisasi secara optimal. Ini bisa
terlihat pada masih ditemukan banyak
kendala seperti kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya jaminan
sosial; Peserta JKN tidak memahami sistem
rujukan berjenjang dan JKN; dan peraturan
yang masih terus berubah. Rekomendasi bisa
diberikan adalah: pemerintah harus dapat
memberikan sistem birokrasi yang berjenjang
karena itu dirasakan mempersulit masyarakat

Perbandingan Perbandingan dalam pnelitian ini adalah


peneliti melkaukan analisis terhadap
Semarang yang mana peneliti melihat
bagaimana pelaksanaan kebijakan BPJS yang
ada di kota Semarang sedangkan penulis
sendiri melakukan penelitian pada tahap
analisis terhadap Jembrana Bali.
Nama Penulis Nidya Waras Sayekti, Yuni Sudarwati
Judul Analisis Terhadap Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (Bpjs): Transformasi Pada
Bumn Penyelenggara Jaminan Sosial

Nama Jurnal Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik


Tahun 2010
Hasil Penelitian Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN) mengamanatkan
pembentukan BPJS sebagai penyelenggara
sistem jaminan sosial nasional. Namun
banyak pro dan kontra yang muncul. Ada
yang berpendapat bahwa BPJS dapat dibentuk
dari BPJS sementara yaitu PT. Jamsostek, PT.
Askes, PT Asabri dan PT. Taspen. Sementara
sebagian lainnya berpendapat bahwa keempat
BUMN tersebut tidak layak menjadi BPJS
karena berbentuk Perseroan Terbatas. Tulisan
ini bertujuan untuk mencari bentuk BPJS
yang terbaik sesuai amanat UU NSSS. Hasil
kajian menunjukkan bahwa saat ini belum ada
instansi pemerintah yang sesuai dengan
amanat UU NSSS. Cara terbaik untuk
mewujudkan BPJS adalah dengan
mentransformasikan empat BPJS yang sudah
ada.

Perbandingan Perbandingan dalam penelitian ini adalah


peneliti melihat akan latar belakang BPJS
yang ada di Indonesia dan lebih menganalisis
pro dan kontra kehadiran BPJS sedangkan
penulis sendiri lebih melihat bagaiamana
dampak yang timbul sete;h diberlakukannya
BPJS oleh pemerintah daerah kabupaten
Jembrana, Bali .

2.2. Landasan konseptual

2.2.1 Kebijakan sosial

Kebijakan sosial sangat relevan, bahkan kritis, untuk pencapaian tujuan sosial
perkembangan. Kohler & Keane (2006) menyebutkan bahwa jika membahas
peran ganda ini, kebijakan sosial dapat dianggap transformatif. Kebijakan sosial
transformatif bertujuan untuk memungkinkan semua orang untuk sama-sama
mengakses hak-hak dasar mereka, mengamankan dan mempertahankan kualitas
hidup yang layak, dan menyadari potensi penuh mereka. Ini mengatasi akar
penyebab dan multidimensi kemiskinan, ketidaksetaraan, dan pengucilan sosial.
sosial transformative kebijakan didasarkan pada prinsip-prinsip hak asasi manusia
universalisme, kesetaraan dan nondiskriminasi, saling ketergantungan dan
keterkaitan, akuntabilitas dan aturan hukum, partisipasi dan inklusi, dan
indivisibility. Pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk sosial kebijakan
memperkuat kapasitas pemegang hak untuk mengklaim hak dan kewajibannya
pengemban untuk memenuhi kewajibannya, dan karena itu memberdayakan.
Modal sosial merupakan komponen yang mendesak dalam pembangunan sosial.
Putnam (2008) mendefinisikan modal sosial mengacu pada koneksi antar individu
– jaringan sosial dan norma-norma timbal balik dan kepercayaan yang muncul
dari mereka. Grootaert dan Narayan (2000) mendefinisikan modal sosial sebagai
lembaga formal dan informal masyarakat, di mana norma, jaringan dan interaksi
sosial memungkinkan orang untuk menyinkronkan tindakan dan mencapai tujuan
yang disukai. Sementara analisis Putnam terutama berfokus pada organisasi
'horizontal', di mana anggota berhubungan satu sama lain atas dasar kesetaraan,
Coleman (1988) menyarankan bahwa itu juga harus mencakup organisasi
'vertikal', di mana hubungan itu hierarkis dan kekuasaan didistribusikan secara
tidak merata di antara anggota. Pembangunan sosial memiliki beberapa tujuan
untuk keadilan sosial dan kesejahteraan sosial.

Diaken (2006) berpendapat bahwa altruisme dapat berkontribusi pada


keadilan sosial dan kesejahteraan sosial di negara dengan cara: mengurangi
kesenjangan sosial - yang merupakan prasyarat untuk pembentukan budaya
bersama dan juga untuk pembentukan hubungan sosial yang harmonis dan
makmur di negara tersebut. DuBois dan Miley (2005) mendefinisikan
kesejahteraan sosial sebagai ketentuan dan proses sosial yang secara langsung
berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan, masalah sosial, pengembangan
sumber daya manusia dan peningkatan kualitas kehidupan. Kedua definisi tersebut
pada dasarnya menggambarkan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu lembaga
atau bidang kegiatan yang melibatkan kegiatan terorganisir yang dilakukan oleh
lembaga pemerintah dan swasta ditujukan untuk mencegah dan mengatasi
masalah sosial serta meningkatkan kualitas kehidupan individu, kelompok, dan
masyarakat. Namun, redistribusi dapat dan harus dicapai melalui pelayanan sosial
tidak anggota masyarakat yang didiskriminasi, melainkan, dapat/mampu
menanamkan rasa memiliki. Sistem kesejahteraan diatur atau diatur dengan ketat
oleh pemerintah melalui sistem manajemen kasus yang kaku yang dikenal sebagai
paternalistic kesejahteraan. Kesejahteraan paternalistik digambarkan dengan lima
ciri berikut: perintah pemerintah, tanggung jawab pemerintah terhadap
kesejahteraan hidup rakyatnya, warga negara yang baik, menanamkan kewajiban
sosial bersama dengan hak politik - untuk membentuk sipil masyarakat.
Pemerintah bertindak sebagai agen penegak, agen membuat pengarah dan jalan
masuk (direction) dan pengawasan.

1. Jaminan sosial

Jaminan Sosial adalah konsep baru dan mewakili jawaban masyarakat saat ini
terhadap masalah kerawanan ekonomi. Ini telah berkembang dari metode
sebelumnya yang digunakan untuk menangani permasalahan yang sama. Sejumlah
buku teks telah ditulis memetakan evolusi yang lambat. Namun cerita malah akan
menjadi diambil dari tahun 1930-an karena periode ini penting dalam evolusi
jaminan sosial. Konsep jaminan sosial adalah pada hakikatnya berkaitan dengan
cita-cita tinggi harkat dan martabat manusia keadilan sosial. Sebenarnya, itu
adalah perlindungan yang diberikan masyarakat dan rumah tangga untuk
memastikan akses ke perawatan kesehatan dan menjamin keamanan pendapatan,
terutama dalam kasus hari tua, sakit, bersalin, kecelakaan kerja, pengangguran,
cacat.

Menurut Lord William Beveridge, istilah 'Jaminan Sosial' digunakan untuk


menunjukkan keamanan pendapatan untuk menggantikan penghasilan ketika
mereka terganggu oleh pengangguran, penyakit atau kecelakaan, untuk
menyediakan pensiun melalui usia, untuk menyediakan terhadap hilangnya
dukungan oleh kematian orang lain dan untuk memenuhi pengeluaran luar biasa,
seperti yang berkaitan dengan kelahiran, kematian dan pernikahan. Dalam kata-
kata Maurice Stack, 'Jaminan sosial' kami mengerti program perlindungan yang
diberikan oleh masyarakat terhadap mereka kontinjensi kehidupan modern –
penyakit, pengangguran, usia tua, ketergantungan, kecelakaan industri, dan
kecacatan – melawan dimana individu tidak dapat diharapkan untuk melindungi
dirinya sendiri dan keluarganya dengan kemampuan atau kejeliannya sendiri.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional, keamanan 'Sosial' keamanan


adalah keamanan yang diberikan masyarakat, melalui organisasi yang tepat,
terhadap risiko tertentu yang anggota terpapar. Risiko pada dasarnya adalah
kontinjensi di mana individu dengan sarana kecil tidak dapat secara efektif
menyediakan dengan kemampuannya sendiri atau pandangan ke depan sendiri
atau bahkan secara pribadi kombinasi dengan rekan-rekannya. Atas dasar definisi
tersebut, pandangan para ahli, dan lain-lain

fitur-fitur jaminan sosial berikut dapat dicantumkan:

(a) Jaminan sosial adalah ukuran untuk menjamin keadilan sosial.


(b) Ini adalah bagian penting dari kebijakan publik di negara kesejahteraan
(c) Jaminan sosial adalah konsep yang dinamis. Perubahannya dengan kondisi
sosial dan ekonomi yang diperoleh dalam negara pada suatu titik waktu
tertentu.
(d) Tujuan dasarnya adalah untuk melindungi rakyat kecil dari risiko atau
kontinjensi.
(e) Kontinjensi di bawah jaminan sosial termasuk sakit, usia tua, cacat,
bersalin, kematian, pengangguran, dll., (f) Langkah-langkah jaminan sosial
umumnya ditentukan oleh undang-undang.
(f) Langkah-langkah ini menyediakan pembayaran tunai kepada yang terkena
dampak orang ke pihak mengkompensasi hilangnya pendapatan karena
kontinjensi tertentu.
(g) Sangat penting untuk perlindungan dan stabilitas tenaga kerja.

Tanggung jawab Negara terhadap bagian-bagian yang lebih lemah dari


masyarakat dikenal dengan baik dan diwujudkan dalam Konstitusi itu sendiri
sebagai salah satu Asas Direktif. Pasal 41 Konstitusi secara khusus menetapkan
bahwa '' Negara harus, dalam batas-batas kapasitas ekonomi dan
perkembangannya membuat ketentuan yang efektif untuk menjamin hak atas
pekerjaan untuk pendidikan dan bantuan publik, dalam kasus pengangguran, usia
tua , sakit dan cacat dan dalam kasus lain dari ingin terlayani''. Sebagai Negara
Kesejahteraan, India telah berusaha untuk memberikan langkah-langkah jaminan
sosial tertentu melalui:

 Undang-Undang Kompensasi Karyawan, 1923; Status Karyawan


 Undang-Undang Asuransi, 1948; Undang-Undang Manfaat Bersalin,
1961

 Undang-Undang Pembayaran Gratifikasi, 1972; dan The Provident


Funds dan
 Undang-Undang Ketentuan Lain-Lain, 1952.

BPJS Kesehatan bukanlah layanan sosial, tetapi merupakan instrumen


perlindungan sosial yang memiliki sistem kerja yang berbeda dengan layanan
sosial. Jenis-jenis perlindungan sosial harus dipahami dengan baik oleh
masyarakat. Jenis pertama adalah asisten sosial, yang merupakan konsep layanan
sosial. Jika ada masalah sosial yang tiba-tiba, misalnya sakit dan perlu ditolong,
asisten akan segera disediakan selama ada uang dan tujuan yang tepat. Di
Malaysia, jika pasien membutuhkan lebih banyak asisten dalam membayar biaya
kesehatan, mereka dapat mengajukannya ke panti sosial terdekat.

Jenis perlindungan sosial yang kedua adalah asuransi sosial atau jaminan
sosial. Ini dibagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah pembayaran biaya
kolektif di kalangan masyarakat. Konsep ini diadaptasi oleh BPJS Kesehatan.
Dalam nomenklatur akademik dikenal dengan model asuransi sosial. Kedua,
pemanfaatan dana pajak yang dikhususkan untuk jaminan sosial. Misalnya, sistem
yang diterapkan di Inggris, yang dikenal dengan National Health Service yang
konsepnya didasarkan pada pajak khusus untuk membayar biaya kesehatan, yang
disebut tax of medicine. Konsepnya, seluruh pajak umum yang masuk ke
pemerintah, sudah di pagu lebih awal dengan persentase tertentu untuk
mengakomodasi mereka yang menggunakan fasilitas kesehatan, seperti membayar
biaya rumah sakit. Seperti halnya layanan Kesehatan yang diberikan pemerintah
Kabupaten Jambrana melalui BPJS terhadap Kesehatan masyarakat miskin
terutamanya.

Mengenai hal itu BPJS Kesehatan bekerja berdasarkan prinsip gotong


royong-perlindungan sosial, sehingga memuat persyaratan tertentu, terutama
sebelum efektif didaftarkan dan digunakan fasilitasnya. Dalam aplikasi sehari-
hari, mereka yang ingin menggunakan layanan kesehatan di rumah sakit harus
mendaftar terlebih dahulu di BPJS Kesahatan, serta aturan umum yang ada. BPJS
sendiri memiliki kebijakan tersendiri yang dilakukan oleh pemerintah yang mana
kebijakan ini diberlakukan mulai dari perusahaan hingga kepada masyarakat
miskin yang juga mendapatkan jaminan Kesehatan, hal inilah yang melandasi
pemerintah Jembrana melalui program BPJS yang diberikan terhadap masyarakat
miskin terutamanya yang ada di kabupaten Jembrana.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini memakai jenis penelitian yang berjenis kualitatif.


Penelitian jenis kualitatif Kualitatif merupakan jenis penelitian yang memkaia
atau menggunakan suatu metode analisis yang mana bisa mengeksplorasi suatu
pemahaman dengan memahami makna yang meliputi dari suatu kelompok
maupun sejumlah orang atau individu dan objek ataupun subjek yang mana hal ini
kemudian akan menjadi sebuah analisis pada penelitian yang akan diteliti dan
dianggap sebagai isu masalah fenomena yang dilakukan kemanusiaan, maupun
masalah social yang lain. (Chanwell Bio, 2018)

3.2. Sumber data

Data sekunder adalah data yang diambil dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh seseorang dan digunakan untuk keperluan pengumpulan data
penelitian. Alasan mengapa data sekunder semakin banyak digunakan dalam
penelitian adalah bahwa statistik yang diterbitkan sekarang tersedia yang
mencakup berbagai bidang sehingga penyelidik menemukan data yang diperlukan
tersedia untuknya dalam banyak kasus. Untuk studi tertentu seperti perilaku harga
saham, skenario suku bunga dan nilai tukar, dll. hanya data sekunder yang
digunakan.Dalam penelitian yang dilakukan penulis terhadap kebijakan jaminan
social atau Kesehatan pemerintah daerah kabupaten Jembrana, Bali yaitu dengan
melakukan riset melaui buku, internet atau studi Pustaka sebagai sumber
sekundernya dengan melihat penelitian sebelumnya yang mana kemudian diolah
oleh penulis karena dari berbagai sumber yang didapat dicocokan.

3.3. Unit analisis

Unit analisis adalah entitas yang membingkai apa yang sedang dilihat dalam
sebuah penelitian, atau entitas yang sedang dipelajari secara keseluruhan. Dalam
penelitian ilmu sosial, pada tingkat makro, unit analisis yang paling sering
dirujuk, dianggap sebagai masyarakat adalah negara (polity) (yaitu negara). Pada
tingkat meso, unit pengamatan yang umum meliputi kelompok, organisasi, dan
lembaga, dan pada tingkat mikro, individu orang. Dalam hal ini unit analisis yang
dilihat oleh penulis adalah pemerintah daerah Kabupaten Jembrana, Bali adalah
salah satu kabupaten yang pemerintahannya menjalankan atau menyelenggarakan
program atau bentuk Jaminan sosial di bidang kesehatan yang bernama JKBM
(Jaminan Kesehatan Bali Mandara) yang mana program ini adalah bentuk
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintahan dengan secara cuma-cuma
terhadap masyarakat Bali

3.4. Teknik pengumpulan data

Penelitian studi kasus biasanya mencakup beberapa teknik pengumpulan data


dan data dikumpulkan dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data meliputi
wawancara, observasi (langsung dan partisipan), kuesioner, dan dokumen yang
relevan. Untuk pembahasan rinci tentang kuesioner, wawancara dan observasi,
Kuesioner, wawancara individu, dan wawancara kelompok terarah. Penggunaan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber memperkuat kredibilitas hasil dan
memungkinkan interpretasi dan makna yang berbeda untuk dimasukkan dalam
analisis data. Ini dikenal sebagai triangulasi. (Permata, 2014)

Triangulasi adalah teknik analisis yang digunakan dalam desain penelitian


multi-metode. Banyak proyek penelitian menggunakan lebih dari satu metode
pengumpulan data, yang mengarah pada pengembangan kumpulan data yang
berbeda. Dataset mungkin yang dikumpulkan dari survei kuantitatif atau observasi
partisipan, misalnya. Hasil dari kumpulan data dianalisis secara independen, tetapi
mereka juga perlu dibandingkan satu sama lain dalam beberapa cara. Bagaimana
mereka dibandingkan tergantung pada kerangka metodologis yang digunakan.
Triangulasi adalah salah satu teknik untuk menggabungkan kumpulan data, dan
tiga jenis triangulasi yang berbeda dapat dibedakan: konvergensi,
komplementaritas, dan divergensi atau disonansi.

Triangulasi adalah istilah yang dipinjam dari survei, yang mengacu pada
kumpulan bantalan kompas yang berbeda (biasanya tiga, maka triangulasi) untuk
menunjukkan lokasi pada peta. Dalam penelitian, tidak ada jumlah tetap dataset
yang perlu dibandingkan, meskipun dalam banyak kasus, peneliti akan
menggunakan dua dataset utama. Dataset dibandingkan untuk konvergensi,
komplementaritas, dan divergensi. Jika hasilnya mengarah pada kesimpulan yang
sama, maka metode membantu untuk memvalidasi satu sama lain. Beberapa
peneliti juga akan menggunakan triangulasi untuk memvalidasi hasil dengan
membandingkan hasil dari pengamat yang berbeda dari fenomena yang sama.
Dengan kata lain, ini adalah bentuk pemeriksaan silang. (Permata, 2014)

Dalam penelitian studi kasus, data yang dikumpulkan biasanya kualitatif


(kata-kata, makna, pandangan) tetapi bisa juga kuantitatif (angka deskriptif, tabel).
Analisis data kualitatif dapat digunakan dalam pembangunan teori dan pengujian
teori. Pembangunan teori dapat menggunakan pendekatan grounded theory.
Pengujian teori biasanya melibatkan pencocokan pola. Ini didasarkan pada
perbandingan hasil yang diprediksi dengan data yang diamati. Analisis data
kualitatif biasanya sangat berulang. Tampilan visual data kualitatif menggunakan
matriks (klasifikasi data menggunakan dua atau lebih dimensi) dapat digunakan
untuk menemukan hubungan antara segmen yang dikodekan. Analisis data dapat
dilakukan dalam satu kasus dan juga antar kasus dalam penelitian studi kasus
ganda. Data kuantitatif biasanya disajikan dalam deskriptif, bentuk tabel dan
digunakan untuk menyoroti karakteristik organisasi studi kasus dan orang yang
diwawancari. Namun dalam penelitian ini, penulis menggunakan Triangulasi
sebagai Teknik pengumpulan data tanpa adanya wawancara sebagai data
pendukungnya.
3.5. Teknik analisis data

Analisis Data adalah proses penerapan teknik statistik dan/atau logika secara
sistematis untuk menggambarkan dan mengilustrasikan, menyingkat dan merekap,
dan mengevaluasi data. Menurut Shamoo dan Resnik (2003) berbagai prosedur
analitik "menyediakan cara untuk menarik kesimpulan induktif dari data dan
membedakan sinyal (fenomena yang menarik) dari kebisingan (fluktuasi statistik)
yang ada dalam data". Sementara analisis data dalam penelitian kualitatif dapat
mencakup prosedur statistik, seringkali analisis menjadi proses berulang yang
berkelanjutan di mana data dikumpulkan dan dianalisis secara terus-menerus
hampir secara bersamaan. Memang, peneliti umumnya menganalisis pola dalam
pengamatan melalui seluruh fase pengumpulan data. Bentuk analisis ditentukan
oleh pendekatan kualitatif spesifik yang diambil (studi lapangan, analisis isi
etnografi, sejarah lisan, biografi, penelitian yang tidak mengganggu) dan bentuk
data (catatan lapangan, dokumen, audiotape, videotape).

Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan Teknik analisis data


berupa kaulitatif yang mana penulis akan mengkolaborasi dari berbagai sumber
yang mana kemudian akan dbuat suatu analisis secara mendalam, selanjutnya
penulis akan mencari hal-hal atau factor-faktor apa saja yang memiliki
keterlibatan pada penelitian yang penulis lakukan atau isu yang dibahas oleh
penulis sehingga akan penulis Tarik kesimpulan baik itu reduksi ataupun
verifikasi data. (Adsat, 2013)

3.6. Teknik penyajian data

Teknik penyajian data adalah Teknik yang menggunakan berbagai Teknik


baik itu menggunakan table maupun hal lainnya. Menyajikan data melibatkan
penggunaan berbagai teknik grafis yang berbeda untuk secara visual menunjukkan
hubungan antara kumpulan data yang berbeda, untuk menekankan sifat aspek
tertentu dari data atau untuk 'menempatkan' data secara geografis dengan tepat di
peta. Bagian penyajian data adalah umumnya ditulis pada saat yang sama, dan di
samping itu, kinerja analisis data (Bagian 4 dari panduan ini). Sangat mungkin
bahwa akan masuk akal untuk menganalisis beberapa data sebelum disajikan
secara grafis dan sebaliknya Penyajian data tidak hanya digunakan untuk
membuat Investigasi Independen yang mana akan terlihat lebih estetis
menyenangkan – meskipun penyajian data yang baik juga akan membuat
pembacaan hasil lebih menarik kepada pembaca. Sebaliknya, alasan utama untuk
mengekstrak data yang relevan dari hasil penelitian dan menyajikannya adalah
untuk menunjukkan bahwasanya dengan memilih data paling tepat untuk
menjawab pertanyaan penelitian sehingga secara grafis dengan data untuk
memungkinkan untuk menyoroti korelasi dan hubungan inherennya sendiri.

Sedangkan tabel data komprehensif yang peregangan untuk banyak halaman


secara teknis dapat melakukan hal yang sama, membuat pembaca mencoba
'menemukan' data yang relevan di antara tumpukan angka adalah tanda praktik
penelitian yang buruk. Ini adalah ide yang bagus alih-alih menyusun presentasi
data dengan mempertimbangkan pertanyaan penelitian. Masing-masing bisa
ditangani pada gilirannya, dengan data yang sesuai diekstraksi dan disajikan.
Pembaca dan penanda studi akan mengharapkan untuk melihat penggunaan
berbagai presentasi data teknik yang digunakan dengan tepat – bukan hanya untuk
menambahkan cara yang berbeda melihat datanya.

Menempatkan setiap bagian data yang Anda miliki ke dalam diagram


lingkaran, histogram, atau sebar grafik tidak hanya membosankan bagi pembaca
dan menunjukkan kurangnya imajinasi peneliti dan penggunaan teknik yang tidak
tepat, tetapi juga menunjukkan kurangnya pemahaman tentang manfaat dari
menggunakan satu teknik penyajian data di atas yang lain. Bagan batang misalnya
mungkin tidak tepat untuk menampilkan tipe data tertentu. Cukup ketikkan data
ke dalam spreadsheet paket seperti Microsoft Excel dan memilih salah satu teknik
presentasi data umum mereka dapat menggambarkan bahwa peneliti belum
memikirkan tentang sifat unik dari data dan pertanyaan penelitian yang akan coba
di jawab. Serta dapat Digunakan untuk menampilkan non-kontinyu (diskrit data).
Ini dapat digambar secara horizontal atau Tegak lurus. Setiap batang harus
memiliki lebar yang sama dan jarak yang sama terpisah.
3.7. Keterbatasan peneliti

Keterbatasan penelitian ini adalah karakteristik desain atau metodologi yang


memengaruhi atau memengaruhi interpretasi temuan dari penelitian. Keterbatasan
studi adalah batasan yang ditempatkan pada kemampuan untuk menggeneralisasi
hasil, untuk lebih menggambarkan aplikasi untuk dipraktikkan, dan/atau terkait
dengan kegunaan temuan yang merupakan hasil dari cara-cara di mana awalnya
memilih untuk merancang studi atau metode. digunakan untuk menetapkan
validitas internal dan eksternal atau hasil dari tantangan tak terduga yang muncul
selama penelitian. Pada penelitian ini penulis memberikan Batasan tahun yaitu
2014-2018 yang mana penulis akan melihat bagaimana kebijakan pemerintah
daerah Kabupaten Jembrana, Bali dalam menerapkan BPJS terhadap
masyarakatnya.

Daftar Pustaka

Adi Hidayat, R. S. (2018). Efektivitas BPJS Terhadap Kesejahteraan Kesehatan


Masyarakat Daerah. Kebijakan Ekonomo dan Sosial, 23.
Adopo, R. (2016). Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia Melalui BPJS. Administrasi Negara, 67.
Adsat, M. K. (2013). Metode Penelitian Ilmiah. Bandung: Gramedia.
Chanwell Bio, A. B. (2018). Penelitian Sosial. Jakarta: CSIS.
Hio, L. (2018). Jaminan Sosial dan Asuransi Pemerintah Indonesia. Ekonomi
Pembangunan, 12.
Jaya, K. (2020). Dampak BPJS Terhadap Masyarakat Miskin. Pembangunan
Sosial, 34.
Kastria, A. (2016). Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana Dalam
Mengatasi Alokasi Program Kesehatan Masyarakat Setempat. Pemerataan
Program Pemerintah, 6.
Kusum, B. (2017). Jaminan Kesehatan dan Pengangannya. Polituik dan Sosial,
11.
Permata, G. C. (2014). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Gramedia.
Sugiono, S. (2019). Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesehatan Melalui
Program BPJS. Administrasi Publik, 11.

Anda mungkin juga menyukai