Anda di halaman 1dari 4

TUGAS EKONOMI KESEHATAN

KELOMPOK III

1. Mengapa pembiayaan kesehatan itu penting?


Sesuai dengan UUD 1945 bahwasanya kesehatan merupakan hak dasar bagi seluruh
masyarakat tidak terkecuali. Sehingga dibutuhkan pembiayaan kesehatan yang kuat,
stabil dan berkesinambungan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di sutau
negara, diantaranya : pemerataan pembangunan kesehatan dan akses serta pelayanan
yang berkualitas, oleh karena itu kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya
memberika fokus penting kepada kebijakan pembiyaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan efektivitas.
2. Bagaimana pembiayaan program prioritas di indonesia?
Alokasi pembiayaan kesehatan di Indonesia digunakan untuk Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) sebanyak 90% dan sisanya 10% untuk Upaya Kesehatan
Masyarakat. Itu berarti pemerintah lebih mengutamakan UKP dibandingkan UKM.
Hal ini menyebabkan kegagalan program kesehatan yang berkaitan dengan UKM.
Strategi kebijakan pembangunan kesehatan yang mengedepankan UKM seperti
primary health care, Indonesia Sehat 2010, Gerakan Pembangunan Berawasan
Kesehatan dan program MDGs menjadi tidak bermakna karena kecilnya alokasi
pembiayaan UKM. Ketika diberlakukan JKN pada 1 Januari 2014, pembiayaan JKN
lebih memprioritaskan pada UKP daripada UKM. Dana kapitasi yang diterima
Puskesmas sebagai FKTP BPJS dimanfaatkan seluruhnya untuk membayar jasa
pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional untuk UKP. Untuk RS sebagai
Fasilitas Kesehatan Tingkat kedua dibayar dengan sistem INA CBGs yang merupakan
sistem kodefikasi dari diagnosis akhir dan tindakan atau prosedur yang menjadi
output pelayanan secara perorangan. Indikator lainnya tampak dari minimnya proporsi
anggaran kesehatan untuk UKM adalah sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari
Pemerintah Pusat berupa dana alokasi khusus seluruhnya diarahkan untuk mendukung
UKP. Sesuai dengan Permenkes No. 84/Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus TA 2014.
3. Bagaimana pembiayaan RS?
Pada RS milik pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah, sumber
pembiayaannya berasal dari dana APBN maupun APBD dan juga ada yang berasal
dari dana hibah/ donor. Dan berasal juga dari dana JKN. Sedangkan pada RS swasta
sumber pembiayaannya berasal dari out of pocket (pasien membayar sendiri secara
langsung), asuransi kesehatan swasta dan JKN bila RS tersebut menjadi provider dari
BPJS.
4. Peran JKN dalam pembiayaan? Kaitan dengan kebijakan desentralisasi?
JKN bukan merupakan sistem pembiayaan kesehatan, tetapi merupakan suatu
program yang menjamin kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Didalam JKN sendiri
terdapat sistem pembayaran berupa kapitasi untuk PPK 1 dan INA CBGs untuk
PPK2. Sedangkan sumber pembiayaan JKN berasal dari Pemerintah untuk peserta
PBI, pengumpulan dana dari masyarakat pada peserta mandiri dan untuk pekerja
formal diambil/dipotong dari gaji/pendapatan mereka.
Kaitannya dengan kebijakan desentralisasi, pada awalnya saat belum berjalannya
program JKN, Pemerintah Daerah masih membiayai Jamkesda. Namun setelah
adanya program JKN Pemerintah Daerah tidak lagi membiayai Jamkesda karena
seluruhnya sudah melebur menjadi JKN dan dimasukkan sebagai bagian dari PBI.
5. Bahas isyu-isyu financing for the poor dan SJSN

OUTLINE PRESENTASI:

a. Jenis-jenis pembiayaan maskin di berbagai negara, plus-minus


 Amerika Serikat
Amerika Serikat sudah lama bergelut untuk mewujudkan sebuah AKN. Pada
saat ini, AS dapat dikatakan mempunyai Asuransi Kesehatan Nasional rawat
inap untuk penduduk di atas 65 tahun saja (lansia) yang disebut Medicare part
A. Karena JKN di Amerika Serikat hanya berlaku bagi penduduk lansia, tidak
semua penduduk amerika yang berjumlah sekitar 280 juta jiwa memiliki
asuransi kesehatan. Sekitar 50 juta penduduk AS yang berusia di bawah 65
tahun (sekitar 25% penduduk usia produktif) tidak memilik asuransi
kesehatan. Hal itu meruoakan suatu bukti kegagalan mekanisme pasar dalam
bidang kesehatan, karena AS memang didominasi oleh asuransi kesehatan
komersial. Dengan belanja kesehatan per kapita hampir US$ 9.000 per tahun
(2013), AS adalah satu-satunya negara maju yang tidak mampu memiliki
asuransi kesehatan nasional.
 Korea Selatan
Cakupan askes untuk pekerja mandiri sudah diuji coba sejak tahun 1981 dan
pada tahun 1989 seluruh penduduk telah memiliki asuransi. Namun pada
penyelenggaraannya masih dikelola lebih dari 300 badan asuransi kesehatan.
Pada tahun 2000, JKN dikelola oleh satu badan nasional dengan iuran
maksimum 8% dari upah yang ditanggung bersama antara pekerja dan
pemberi kerja dan subsidi pemerintah.
 Thailand
Penyelenggaraan JKN di Thailnad diusulkan sejak tahun 1996. Dengan sudah
mencakup seluruh penduduk namun dikelola oleh 3 (tiga) badan
penyelenggara. Sampai saat ini sedang berlangsung proses penggabungan 3
(tiga) badan penyelenggara menjadi satu badan pengelola yang akan
mengelola seluruh program AKN.
 Filipina
Filipina merupsksn negara berkembang seperti Indonesia, yang memiliki
penduduk tersebar di lebih dari 7.000 pulau. Pada tahun 1995, Filipina
mengeluarkan UU JKN yang menggabungkan penyelenggaraan asuransi
kesehatan bagi pegawai negeri dan pegawai swasta yang sebelumnya dikelola
terpisah menjadi satu badan JKN. Sebagai negara berkembang yang
mempunyai pendapatan perkapita diatas $ 1.030, filipina juga menargetkan
target pencapaian universal. Pada tahun 2012 baru sekitar 70% penduduk
capaiannya, namun seluruh pekerja formal telah menjadi peserta.

b. Pembiayaan maskin di Indonesia apa sudah kena sasaran dan apa masalah2 yang
dihadapi saat ini?
Belum, karena berdasarkan data BPS pada awal JKN diluncurkan seharusnya ada 97,4
juta jiwa yang memenuhi kriteria sebagai PBI. Tetapi kenyataanya pada tahun 2014
yang masuk sebagai kriteria PBI baru 86,4 juta jiwa. Dari data dapat terlihat masih
ada kesenjangan jumlah peserta yang memenuhi kriteria PBI sekitar 11 juta jiwa. Hal
ini dapat disebabkan karena masih banyak peserta Jamkesda yang belum terdaftar.
Masalah yang dihadapi saat ini :
1. Masalah ketidakcocokan data antara kemensos dengan kondisi di lapangang
2. Masalah administrasi, karena banyak masyarakat miskin yang belom memiliki
Kartu tanda penduduk (ktp) sehingga tidak bisa terdaftar menjadi peserta PBI,
3. Masalah kebijakan pentarifan di pengaruhi oleh kebijakan politis, sehingga premi
yang ditetapkan tidak sesuai dengan biaya operasional kesehatan.

c. Kebijakan pelayanan gratis, plus-minus?


Keunggulan :
 Tidak terjadi seleksi bias.
 Redistribusi / subsidi silang luas (equity egaliter).
 Kumpulan dana (pool) besar
 Menyumbang pertumbuhan ekonomi dengan penempatan dana amanat dan
dana cadangan pada portofolio investasi seperti obligasi, deposito, maupun
saham.
 Administrasi sederhana
 Biaya loading (termasuk biaya pemasaran , komisi, biaya
administrasi/manajemen) yang murah.
 Mampu mengendalikan biaya kesehatan melalui pengaturan tarif pelayanan
kesehatan yang seragam memungkinkan pemerataan dokter/fasilitas kesehatan
di seluruh tanah air
 Memungkinan semua penduduk terjamin dan menikmati keadilan sosial.
Kelemahan :
 Pilihan Asuransi kesehatan terbatas atau tiadak ada
 Manajemjen kurang kreatif/responsif
 Persepsi kualitas buruk dari kelas atas
 Penolakan fasilitan atau profesi kesehatan
d. Apakah SJSN akan menjawab?
Bisa menjawab, asalkan pelaksanaanya sesuai dengan amanat UU yang berlaku
Tujuan dari SJSN adalah menjamin kesehatan seluruh masyarakat Indonesia, hal ini
harus didukung dengan kerjasama yang baik antara BPJS sebagai pengelola JKN,
pemerintah sebagai regulator, dan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai penyedia jasa
layanan kesehatan.
e. Kaitan semua isyu-isyu di atas dengan rumah sakit??
 Setalah diterapkan JKN maka rumah sakit harus dapat memenuhi
peningkatan permintaan fasilitas kesehatan oleh masyarakat. Dengan adanya
JKN maka pasien potensial yang tadinya tidak berencana berobat ke Rumah
Sakit dikarenakan kesulitan biaya, akan memanfaatkan JKN untuk berobat ke
Rumah Sakit.
 Rumah sakit juga harus mempersiapkan working capital atau modal kerja
untuk mendanai operasional pelayanan rumah sakit. Dikarenakan presentase
pendapatan rumah sakit diperkirakan akan lebih besar dari piutang pihak
ketiga akibat peningkatan pembiayaan kesehatan oleh BPJS.

Anda mungkin juga menyukai