Anda di halaman 1dari 2

KEBIJAKAN BPJS

Isu kesehatan tidak akan ada habisnya jika dibahas secara menyeluruh. Pokok bahasan
tentang penyakit, pasien, tenaga kesehatan, bahkan instansi pemerintahan saling berkaitan satu
sama lain. Kesehatan sendiri merupakan asset yang paling berharga pada diri seseorang, oleh
karena itu setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Namun,
sayangnya untuk mendaptkan pelayanan yang terbaik membutuhkan biaya yang tidak sedikit
di sebagian besar daerah yang berada di Indonesia ini. Oleh karena itu, untuk mempermudah
proses pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu, maka pemerintah
menerapkan sebuah program kesehatan bernama JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang
dilatarbelakangi dengan dasar hukum pancasila sila ke-5, deklarasi PBB tetntang HAM Pasal
25 ayat (1), dan resolusi WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa.
Setiap saat kita sangat berpotensi mengalami risiko antara lain: dapat terjadi sakit berat,
menjadi tua dan pensiun, tidak ada pendapatan-masa hidup bisa panjang, PHK dsb. Sementara
dukungan anak/keluarga lain tidak selalu ada dan tidak selalu cukup. Untuk itu kita perlu
mempunyai kepastian memiliki Jaminan sosial yang disebut Non Conventional Security,salah
satunya Jaminan Jaminan Kesehatan/asuransi kesehatan sosial. Jaminan kesehatan nasional
(JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional
yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. JKN ini diselenggarakan oleh BPJS kesehatan yang merupakan badan hukum
publik milik negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden. Visi dari
BPJS kesehatan sendiri adalah terwujudnya jaminan kesehatan yang berkualitas tanpa
dikriminasi. Sedangkan misi dari BPJS kesehatan antara lain memberikan layanan terbaik bagi
peserta dan masyarakat, memperluas kepesertaan program jaminan kesehatan mencakup
seluruh penduduk Indonesia, dan Bersama menjaga kesinambungan finasial program jaminan
kesehatan. angkah menuju cakupan kesehatan semesta pun semakin nyata dengan resmi
beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT Askes
(Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun 2011
pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program jaminan
sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun berubah menjadi BPJS Kesehatan.
Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah kita untuk memastikan seluruh
penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang komprehensif, adil, dan merata.
Sebagian besar masyarakat telah berperan aktif dalam penyelenggaraan JKN ini, hal ini
telah dibuktikan bahwa peserta program JKN mencapai 222.043.022 orang per 1 Juli 2019.
Fasilitas Kesehatan yang cukup luas berjumlah 27.229 unit dengan terdapat unit puskesma,
dokter perseorangan, klinik pratama, dokter gigi, rumah sakit kelas D pratama, rumah sakit,
klinik utama, apotek PRB dan kronis, dan optik. Prinsip jaminan kesehatan nasional menurut
UU SJSN antara lain Prinsip kegotong royongan, prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme
gotong- royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk
kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi;
dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini jaminan sosial
dapat menumbuhkan keadilan sosial bagikeseluruhanrakyatIndonesia. Selanjutnya ada prinsip
nirlaba, pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba) bagi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama penyelenggaraan jaminan sosial
adalah untuk memenuhi kepentingan sebesar-besarnya peserta.Dana amanat, hasil
pengembangannya, dan surplus anggaran akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta. Lalu,
prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip manajemen
ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta
dan hasil pengembangannya. Prinsip portabilitas dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib
dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun
kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal
dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnyaSistem Jaminan Sosial Nasional
dapat mencakup seluruh rakyat. Selanjutnya, Prinsip dana amanat, dana yang terkumpul dari
iuran peserta merupakan titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraanpeserta. Prinsip hasil
pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
Iuran Jaminan Kesehatan sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta,
Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan ( Perpres No. 12 tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan). Bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar oleh
Pemerintah. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja.
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta bukan
Pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan. Besarnya iuran jaminan kesehatan ditetapkan
melalui Peraturan Presiden.Setiap peserta wajib membayar iuran yg besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal
tertentu (bukan penerima upah&PBI). Pertanggungjawaban BPJSKesehatan: BPJS Kesehatan
wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan
pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik
kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun
berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media
massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki
peredaran luas secara nasional,paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya. Periode laporan
dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Prosedur pelayanan adalah peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan harus melalui rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
keadaan kegawat daruratan medis. Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang
memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib
memberikan kompensasi dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan
atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk
biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

Anda mungkin juga menyukai