Anda di halaman 1dari 13

PENUGASAN UTS

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE

OLEH :
Farhani Emha Nabiala
210202076

DOSEN PENGAMPU :
Rendi Randika, MM

STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU


ALIH JENJANG KESEHATAN MASYARAKAT
TA. 2021/2022
BAB I

A. Latar Belakang Kesehatan


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah kebutuhan setiap
manusia, yang memiliki banyak cara dalam pemenuhannya. Indonesia
memiliki berbagai macam latar belakang penduduk, terlebih dari segi
kesejahteraan yang berbeda-beda. Tidak sedikit masyarakat kurang
mampu yang kurang dapat memperhatikan kesehatannya. Oleh karena itu
peran pemerintah sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan.
Bantuan yang diberikan pemerintah dapat dilihat dari kebijakan kesehatan
yang menghasilkan program pro rakyat. Salah satunya adalah BPJS
Kesehatan.
Sebagai penentu kebijakan, pemerintah memiliki target maupun
tujuan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan baru dilaksanakan pada 1 Januari
2014. BPJS Kesehatan merupakan penyempurnaan upaya pemerintah
untuk memberi kesejahteraan pada masyarakat di bidang kesehatan.
BPJS Kesehatan merupakan bagian dari Undang-Undang Jaminan
Sosial no 40 tahun 2004.
1. Jaminan sosial merupakan pendorong pencapaian cakupan universal.
Amerika, negara yang mengidolakan asuransi komersial, hingga kini
belum mampu mencapai cakupan universal. Sementara di negara lain
seperti Jerman, Belanda, Jepang, Korea, dan Thailand yang
menjadikan asuransi sosial sebagai pilar utama mampu mencapai
cakupan universal.
2. Jaminan sosial sebagai pencegah kegagalan pasar. Pada pasar asuransi
komersial, asuradur yang jeli hanya menerima calon pembeli yang
memiliki resiko rendah. Mekanisme pasar justru memposisikan rakyat
yang butuh perlindungan sulit mendapatkan jaminan.
3. Jaminan sosial sebagai pendorong pencapaian efisiensi makro. Negara
yang mengandalkan asuransi komersial terbukti gagal mengerem laju
pertumbuhan biaya kesehatan.
4. Jaminan sosial pendorong pencapaian tujuan kesehatan yang dapat
dicermati dari angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI),
serta usia harapan hidup penduduk.
Begitu banyak hal yang melatarbelakangi dicetuskannya program
BPJS Kesehatan. Salah satunya apabila dibandingkan dengan negara lain,
Indonesia tertinggal cukup jauh di bidang jaminan sosialnya. Bahkan ada
anggapan jika Indonesia merupakan negara tanpa jaminan sosial. Segera
hal ini diantisipasi dengan terbitnya BPJS Kesehatan yang merupakan
transisi dari program Askes.

WHO telah menyepakati tercapainya Universal Health


Coverage (UHC), merupakan isu penting bagi Negara maju dan berkembang
saat ini sehingga penting suatu Negara mengembangkan sistem pembiayaan
kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat. Ketentuan
ini penting untuk memastikan akses yang adil untuk semua warga negara,
untuk tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif pelayanan
kesehatan dengan biaya yang terjangkau.
Sejak tahun 2004, pemerintah Indonesia telah berupaya untuk
membentuk suatu sistem jaminan kesehatan yang mencakup seluruh
masyarakat Indonesia. Salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan
menggalakan program JKN yang dikelola oleh BPJS. Pencapaian UHC
melalui mekanisme asuransi sosial tersebut agar pembiayaan kesehatan dapat
dikendalikan sehingga keterjaminan pembiayaan kesehatan menjadi pasti dan
terus menerus tersedia yang pada akhirnya tercapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sebelum JKN ada, asuransi sosial lain seperti Jamkesmas, Jamkesda,
dan Askes telah berkontribusi. Kemudian pemerintah mengalihkan
kepesertaan Jaminan Kesehatan sebelumnya ke dalam JKN dimulai dengan
dilakukan pengalihan peserta JPK Jamsostek, Jamkesmas, Askes PNS,
TNI/Polri, ke BPJS Kesehatan. Selama periode 2014-2018, dilakukan upaya-
upaya untuk menambah jumlah peserta JKN dari berbagai sekmen secara
bertahap. Pada tahun 2019, ditargetkan seluruh penduduk Indonesia sudah
memiliki jaminan kesehatan yang mampu melindungi dan menaikan taraf
kesehatan bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Universal Health Coverage ?
2. Apa saja program pemerintah dalam mendukung Universal Health
Coverage Program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SSJN) ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang bagaimana Universal Health Coverage 
BAB II

A. Pembahasan Materi
Jaminan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage, UHC)
adalah tujuan atau cita-cita (telos) yang harus direalisasikan oleh negara
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan publik dengan konsep dasar
bahwa semua individu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang
mereka butuhkan dengan biaya yang terjangkau. Sistem Jaminan
kesehatan semesta mempunyai makna yang sangat mendasar, yaitu
tersedianya pelayanan kesehatan secara berkeadilan dan perlindungan
risiko finansial. Dengan demikian, seluruh penduduk dapat mengakses
pelayanan kesehatan berkualitas sesuai kebutuhan medisnya, mulai dari
promosi kesehatan hingga pencegahan, perawatan, rehabilitasi, dan
perawatan paliatif.
Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan
kesehatan yang memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akses
yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, bermutu dengan biaya terjangkau (Dinkes Yogyakarta).
UHC, menurut WHO, adalah menjamin semua orang mempunyai
akses kepada layanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dibutuhkan, dengan mutu yang memadai sehingga
efektif, disamping menjamin pula bahwa layanan tersebut tidak
menimbulkan kesulitan finansial penggunanya.
Pentingnya UHC menurut Chan pada Sidang Umum WHO 2012 di
Jenewa, “[UHC] is the single most powerful concept that public health
has to offer” (satu-satunya konsep paling berdaya guna yang harus
ditawarkan oleh kesehatan masyarakat).
Sumber: www.who.int (P2PTM Kemenkes RI) Hari Kesehatan Sedunia 2018

Oscar Primadi, MPH mengatakan ada tiga outcomes target cakupan


kesehatan semesta, yaitu : pertama, penyempurnaan akses terhadap pelayanan
kesehatan esensial (essential health services) yang berkualitas. Kedua,
pengurangan jumlah orang menderita kesulitan keuangan untuk kesehatan. Ketiga,
penyempurnaan akses terhadap obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat kesehatan
essensial pada pelayanan kesehatan primer (primary health care). Cakupan
kesehatan semesta dinyatakan telah tercapai bila seluruh penduduk sudah
memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, baik
upaya promotif, preventif, deteksi dini, pengobatan, rehabilitatif dan paliatif tanpa
terkendala masalah biaya.
Berdasarkan sistem Jaminan Kesehatan Semesta atau Universal Health
Coverage (UHC) ini, keberadaan BPJS mempunyai posisi sangat strategis dan
penting bagi penyelenggaraan pelayanan dan sarana yang memberi ruang bagi
masyarakat untuk memperoleh akses dan layanan kesehatan. Operasional kegiatan
penyelenggaraan kesehatan melalui BPJS ini didukung oleh dana yang
dialokasikan dari APBN oleh Pemerintah dalam bentuk subsidi bagi masyarakat
yang tidak mampu. Sumber dana lainnya, diperoleh dari iuran yang dibayarkan
oleh peserta BPJS yang jumlahnya ditentukan menurut golongan dan layanan
yang diberikan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah. (Achmad
Subianto; 2010)
Jaminan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage (UHC)
sebenarnya bukanlah konsep baru. PBB telah memotori berbagai upaya yang
mendesak negara-negara anggotanya untuk menjamin pelayanan kesehatan bagi
penduduknya.
Berdasarkan Deklarasi Alma Ata, negara-negara anggota PBB bersepakat
bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayana publik dibidang kesehatan
dengan memberi fasilitas dan jaminan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
(Sulistyo, Budi, Ninok Leksono (et.al), 2010):
1. Pendidikan kesehatan;
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi;
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi;
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana;
5. Imunisasi;
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik;
7. Pengobatan penyakit-penyakit umum;
8. Penyediaan obat esensial.
Butir-butir jaminan pelayanan kesehatan dasar yang telah dirumuskan
dalam Deklarasi Alma Ata 1978 dikuatkan lagi melalui Resolusi WHA 58.33
pada tahun 2005 tentang “Universal Health Coverage”. Resolusi ini menghendaki
dukungan lembaga legislatif dan eksekutif dan mendesak setiap negara dengan
tujuan untuk:
1. Menjamin bahwa sistem pendanaan kesehatan mengikutsertakan
metode pendanaan pelayanan kesehatan oleh iuran yang dibayarkan di
muka. Hal ini bertujuan untuk berbagi risiko di antara penduduk, serta
mencegah belanja pelayanan kesehatan yang menimbulkan bencana
finansial (katastropik) dan pemiskinan individu karena pengobatan dan
perawatan kesehatan.
2. Menjamin ketercukupan dan keadilan distribusi infrastruktur dan
sumber daya pelayanan kesehatan yang berkualitas, sehingga
penduduk dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan berkeadilan.
3. Menjamin dana publik untuk penyelenggaraan kegiatan atau program
pelayanan kesehatan akan dikelola dan diorganisasikan secara cermat
dan berkontribusi pada pembangunan pendanaan kesehatan yang
berkelanjutan untuk keseluruhan sistem kesehatan.
4. Merencanakan transisi menuju Jaminan kesehatan semesta sehingga
mampu memenuhi kebutuhan warga akan pelayanan kesehatan dan
peningkatan kualitas pelayanan, menurunkan kemiskinan, mencapai
tujuan bersama internasional termasuk tujuan deklarasi pembangunan
milenium, dan mencapai kesehatan bagi semua.
5. Membangun pilihan-pilihan kebijakan pendanaan pelayanan di masa
peralihan sesuai dengan kondisi makroekonomi, sosiokultur, dan
politik masing-masing negara menuju Jaminan kesehatan semesta.
6. Memanfaatkan peluang yang ada untuk bekerjasama antara fasilitas
kesehatan pemerintah dan swasta dengan lembaga penyelenggara
jaminan kesehatan di bawah pengawasan pemerintah yang kuat secara
komprehensif.

Bagi negara yang hendak mengimplementasikan sistem Jaminan kesehatan


semesta, harus menyediakan berbagai faktor pendukung, yaitu:
1. Sistem kesehatan yang kuat, efisien, dan dikelola dengan baik, yaitu
sebagai suatu sistem kesehatan yang mampu memenuhi kebutuhan
prioritas kesehatan melalui penyelenggaraan pelayanan terpadu yang
berpusat pada masyarakat dengan melalui cara dan ketersediaan unsur-
unsur pendukung yang meliputi:
a) komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat untuk menjaga
tetap sehat dan mencegah sakit;
b) pemantauan kondisi kesehatan dini;
c) kapasitas untuk pengobatan dan perawatan penyakit;
d) rehabilitasi pasen;
e) perawatan paliatif jika diperlukan.
2. Keterjangkauan - menyiapkan suatu sistem pendanaan kesehatan yang
efektif, sehingga penduduk tidak mengalami kesulitan finansial saat
hendak menggunakan pelayanan kesehatan.
3. Ketersediaan obat-obatan dan teknologi esensial untuk mendiagnosis
dan mengobati masalah medis.
4. Kapasitas tenaga kesehatan yang kompeten dan memadai dalam
menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan pasien berdasarkan
bukti medis yang tersedia.
5. Tindakan untuk menyelesaikan faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi kesehatan penduduk dan akses penduduk terhadap
pelayanan kesehatan, antara lain pendidikan, kondisi lingkungan hidup
dan pendapatan rumah tangga.

Sumber: Indonesia baik.id


(UU No.40 Tahun 2004 – UU No.24 Tahun 2011)

Transisi epidemologi terhadap pencapaian UHC dalam Program JKN.


Dampak dari transisi epidemiologi di Indonesia adalah pemeliharaan kesehatan
masyarakat. Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan
pada penguatan upaya kesehatan dasar yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan yang
didukung dengan penguatan sistem kesehatan serta peningkatan pembiayaan
kesehatan. Jaminan kesehatan merupakan salah satu penguatan sistem kesehatan.
Di sisi lain, transisi epidemiologi ini menjadi salah satu beban dalam sistem
jaminan kesehatan.
Masalah tenaga kesehatan dalam Program JKN di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP). Pada intinya, Program JKN diperlukan adanya tenaga
kesehatan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai serta terdistribusi secara
seimbang di seluruh wilayah Indonesia. Tenaga Kesehatan di Puskesmas yang
terdiri atas dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium
medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian perlu bekerja profesional yang meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit.

Sumber: www.who.int (P2PTM Kemenkes RI) Pengertian Universal Health


Coverge (UHC) 2018
BAB III
A. Penutup
Dalam rangka mencari solusi yang lebih baik terkait UHC dalam
Program JKN, yang merupakan amanat UU SJSN dan UU BPJS telah
berjalan sejak tahun 2014 (sekitar lima tahun), tetapi hingga saat ini
program tersebut belum sepenuhnya mampu mencapai UHC secara
nasional sebagaimana ditargetkan. Masih perlu tindak lanjut guna
mencapai UHC yang sesungguhnya. Diperlukan kerja keras untuk
mencapai UHC dengan segala konsekuensinya. Target UHC menjadi
acuan bagi peyelenggaraan Program JKN, dan BPJS Kesehatan perlu terus
meningkatkan pelayanan kesehatan yang sesuai harapan. Dengan
tercapainya UHC, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia memiliki
jaminan kesehatan yang dapat diandalkan. Jika kondisi ini tercapai, maka
diharapkan kesejahteraan masyarakat akan mengikuti.
Target UHC menjadi acuan bagi peyelenggaraan Program JKN,
dan BPJS Kesehatan perlu terus meningkatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai harapan. Dengan tercapainya UHC, diharapkan seluruh masyarakat
Indonesia memiliki jaminan kesehatan yang dapat diandalkan. Jika kondisi
ini tercapai, maka diharapkan kesejahteraan masyarakat akan mengikuti.
UHC merupakan salah satu yang ingin dicapai di Indonesia. Akan
tetapi, cakupan yang luas tersebut tidak diimbangi dengan pelayanan
kesehatan. Di samping itu, peran tenaga kesehatan memiliki peran dalam
mengembangkan sistem kesehatan di Indonesia. Dalam menuju UHC
perlu berbaikan di berbagai sistem kesehatan baik dari segi pelayanan,
tenaga kesehatan dan akses serta tidak lupa dengan sitem pembiayaan dan
anggaran. Transisi epidemiologi menjadi tantangan tersendiri dalam
pencapaian UHC apalagi jika dilihat dari anggaran, biaya kuratif sangat
memakan banyak porsi dari anggaran kesehatan. Oleh keran itu, program
promotif dan preventif yang sudah dilakukan pemerintah diharapkan dapat
menekan biaya tersebut. Selain itu, untuk mencapai UHC, Indonesia juga
perlu mempelajari pengalaman negara-negara lain yang sudah berhasil
mencapai UHC di tengah terjadinya transisi epidemiologi.
B. Saran
Program JKN membutuhkan dukungan sarana/prasarana yang
memadai. Oleh karena itu, harapan terwujudnya UHC perlu diimbangi
dengan dukungan pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah sumber
daya manusia khususnya tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2018). Gambaran Umum


Universal Health Coverage (UHC). Detail Artikel 29 Juli 2018.
http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/uhc-gambaran-umum-universal-
health-coverage-uhc
F.C. Susila Adiyanta. (2020). Urgensi Kebijakan Jaminan Kesehatan Semesta
(Universal Health Coverage) bagi Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19. Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro. Administrative Law & Governance Journal. Volume 3 Issue 2.
Hartini Retnaningsih, dkk. (2019). Universal Health Coverage (UHC): Perspektif
Kesehatan dan Kesejahteraan. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Gedung Nusantara I Lt. 2.
P2PTM Kemenkes RI. (2018). Pengertian Universal Health Coverge (UHC).
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
http://p2ptm.kemkes.go.id/post/pengertian-universal-health-coverge-uhc
Widyawati. (2021). Pemerintah upayakan Universal Health Coverage bagi Masyarakat
Indonesia. Sehat Negriku Sehat Bangsaku. Rukom. 19 Januari 2021
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/topik/mediakom/

Anda mungkin juga menyukai