Anda di halaman 1dari 26

TEKNOLOGI PENANGANAN

MASALAH GIZI MUTAKHIR

Kecurangan dan Perlindungan Konsumen

Oleh :
FARHANI EMHA NABILA
(1 8 2 1 1 0 0 9 1 )

Dosen :
Heriyenni. SPd. MSi

PRODI D-III JURUSAN GIZI 3A

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


TA. 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Teknologi Penanganan Masalah Gizi Mutakhir tentang Kecurangan dan
Perlindungan Konsumen.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kirtik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Kerukunan Hidup
beragama memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 15 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan................................................................................................................ 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecurangan....................................................................................................................... 3
1. Kecurangan Tentang Isi Kandungan Hasil Produksui................................................ 3
2. Kecurangan Dalam Pengemasan................................................................................. 4
3. Kecurangan Lainnya................................................................................................... 4
B. Perlindungan Konsumen................................................................................................... 5
1. UU Perlindungan Konsumen...................................................................................... 6
2. Hak dan Kewajiban Konsumen.................................................................................. 11
3. Hak dan Kewajiban Produsen..................................................................................... 13
4. Sangsi.......................................................................................................................... 15

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 19

SOAL dan Option a,b,c,d,e ................................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan
ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di
masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak
akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu
diperhatikan.  Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati
secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan
kepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran
barang secara langsung.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan


konsumen yang direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan
kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang
perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang  dilindungi
oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial
kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan
lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran
pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat
kentungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip
ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung
maupun tidak langsung.  Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu
upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat
melindungi kepentingan konsumen secara integrative dan komprehensif serta
dapat diterapkan secara efektif di masyarakat.

Piranturan hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk


mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan
konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya
perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan
barang dan/atau jasa yang berkualitas. Di samping itu, Undang-undang tentang
Perlindungan Konsumen ini dalam pelaksanaannya tetap memberikan perhatian
khusus kepada pelaku usaha kecil dan menengah. Hal ini dilakukan melalui upaya
pembinaan dan penerapan sanksi atas pelanggarannya.

Produk barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia semakin lama semakin canggih, sehingga timbul kesenjangan terhadap
kebenaran informasi dan daya tanggap konsumen. Posisi konsumen yang lemah
ini menyebabkan produsen atau pelaku usaha akan dengan mudah memasarkan
setiap barang dan atau jasa tanpa memperhatikan hakhak konsumen, termasuk
menghalalkan penjualan produk makanan kadaluarsa (Atom, 2014).

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apasaja kecurangan dalam produksi?
2. Apa saja UU tentang konsumen?
3. Apa saja UU tentang produsen?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tentang kecurangan dalam produksi
2. Untuk dapat mengetahui UU tentang konsumen
3. Untuk dapat mengetahuiUU tentang produsen

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KECURANGAN
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat
kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan
oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang
Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan
pendidikan konsumen.

KECURANGAN DALAM PRODUKSI

1. KECURANGAN TENTANG ISI/ KANDUNGAN HASIL


PRODUKSI
Makanan merupakan hal pokok bagi manusia. Mirisnya saat ini makanan
banyak ditemukan yang mengandung bahan berbahaya sesuai Undang-
Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012. Kejahatan dalam bidang pangan ini
sangat meresahkan masyarakat karena dampaknya yang tidak hanya dapat
membahayakan kesehatan manusia bahkan keselamatan manusia baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor penyebab produsen menjual
makanan berbahaya karena tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan
yang relative rendah, Konsumen makanan tersebut umumnya berasal dari
kalangan menengah kebawah. Tingkat pengetahuan konsumen tentang
keamanan pangan juga relative rendah.
Kurangnya pelaksanaan pengawasan terhadap produk makanan impor
Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah berdasarkan indikator
± indikator, seperti standar pangan, melakukan tindakan penilaian adan
melakukan tindakan.
Masih rendahnya kesadaran hukum konsumen untuk melakukan
pengaduan atau laporan kepada pemerintah ataupun lembaga perlindungan
konsumen swadaya masyarakat terkait adanya produk pangan yang
mengandung bahan berbahaya bagi konsumen. Faktor kurangnya atau masih
rendahnya kesadaran hukum konsumen untuk melakukan pengaduan atau
pelaporan baik kepada lembaga perlindungan konsumen nasional maupun
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat tentu juga akan
berpengaruh kepada kualitas pengawasan oleh BBPOM.
Penerapan peraturan SNI yang baik untuk diterapkan pada produk beras
yang beredar pada pasar modern dan pasar tradisional di Indonesia, dengan
melalui penerapan SNI perberasan yang di mana regulasinya harus sesuai
dengan asasasas yang terdapat dalam UUP (memerlukan peninjauan ulang).
Kasus biskuit beracun pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1992.
Kasus tersebut terjadi karena penambahan kandungan Sodium Nitrat yang
berlebihan dalam biskuit. Nitrit menyebabkan keracunan pada anak-anak dan
orang dewasa dalam bantuk kalium atau natrium yang biasanya dipakai
sebagai bahan pengawet makanan.

3
Faktor penyebab produsen menjual makanan berbahaya karena ;
1. Tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan yang relative rendah
2. Kurangnya pelaksanaan pengawasan terhadap produk makanan
impor Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah
3. Masih rendahnya kesadaran hukum konsumen untuk melakukan
pengaduan atau laporan kepada pemerintah ataupun lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat terkait adanya produk
pangan yang mengandung bahan berbahaya bagi konsumen.
4. Melanngar penerapan peraturan SNI yang baik untuk diterapkan
pada produk oleh produsen untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih besar.

Produk kecurangan produksi


1) Penerapan SNI tidak sesuai kualitas dan prosedur
2) Pemakaian bahan pengawet dalam produk secara berlebihan
3) Mengunakan pembuatan komposisi bahan 100% tidak menggunakan
bahan aslinya
4) Membuat makanan palsu yang sangat mirip dengan produk aslinya
5) Penambahan menggunakan bahan kimia berbahaya
6) Mengganti isi produk dengan bahan lain
7) Menggunakan bahan tidak layak dikonsumsi

Kejahatan dalam bidang pangan ini akan berdampak


1. Sangat meresahkan masyarakat
2. Keracunan pada anak-anak dan orang dewasa
3. Membahayakan kesehatan manusia bahkan keselamatan manusia
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

2. KECURANGAN DALAM PENGEMASAN


Fungsi pengemasan pangan sebagai pelindungan menjadi isu utama
pembahasan keseluruhan BMP Pengemasan Pangan karena pangan
mempunyai sifat alami yang mudah rusak.
Definisi pengemasan tercakup dalam tiga aspek, yaitu pengemasan yang
berarti sebagai suatu alat penyampaian, pengemasan sebagai suatu sistem
penyiapan produk, dan pengemasan sebagai suatu fungsi penyampaian
produk.
Dengan demikian, pengertian pengemasan dapat diberikan tiga batasan
sebagai berikut.
1. Suatu alat yang dipakai untuk memastikan penyampaian produk ke
konsumen akhir dalam kondisi yang dapat diterima dan dengan biaya
yang optimal.
2. Suatu sistem yang terkoordinasi dalam kegiatan penyiapan produk
sehingga produk layak untuk ditransportasikan, didistribusikan,
disimpan, dijual eceran, dan disampaikan kepada pengguna akhir.

4
3. Suatu fungsi teknokomersial yang ditujukan untuk mengoptimalkan
biaya delivery serta memaksimalkan penjualan dan keuntungan.

Kecurangan yang terjasi dalam pengemasan;


1) Mengganti label masa berlaku makanan berkedaluarsaan dengan
label yang baru.
2) Mengganti tulisan yang tertera di label tidak sesuai, dengan harga
beli yang sangat mahal dengan kualitas yang dibeli sangat rendah.
3) Tidak menyertakan informasi yang jelas pada kemasan.
4) Memanipulasi atau menyembunyikan penggunaan bahan-bahan
kimia berbahaya yang terkandung didalam makanan (Pernyataan
yang salah).
5) Penimbunan
6) Oplosan

3. KACURANGAN LAINNYA (yang banyak terjadi saat ini)


a. Memalsukan produk makanan asli, membuat makanan palsu sangat mirip
makanan aslinya dengan menggunakan makanan kimia, pada kasus beras
plastik ditemui di china 2020.
b. Gudang pembuatan terigu oplosan di Kota Mataram, di komplek
pertokoan jalan gora kelurahan selagalas 2020 sebagai praktek
pengemasan ulang atau oplosan bahan makanan berupa tepung terigu
tanpa disertai ijin standar kesehatan, terdapat 6 ton bahan tepung terigu
yang sudah dikemas kedalam bungkus plastik.
c. Diawal 2015 pabrik saus palsu dibandung, saus ini membahayakan
konsumen karena memakai standar pembuatan yang tidak seuai dengan
memakai zat kimia, dan saus ini 100% tidak memakai cabai atau tomat
sama sekali. Hanya memakai essens rasa tomat dan cairan zat kimia
ekstrak cabai. Dan juga kemasan yang digunakan tidak mencantumkan
komposisi yang dipakai.
d. Merica bubuk oplosan 2017, surabaya, pemilik home industri
pengemasan merica bumbu bermerek dua lombok, dirumahnya jalan
ploso timur gang 1 nomer 14, merica oplosan diproduksi dengan
komposisi bahan satu kilo gram biji merica berbanding 50 kilo gram nasi
karak, kemudian digiling menjadi merica bubuk, merica bubuk yang
sedianya berbahan merica asli dioplos dengan nasi bekas yang telah
dikeringkan atau bisa disebut nasi karak (nasi aking).
e. Fraud atau kecurangan merupakan suatu tindakan yang disengaja oleh
satu individu atau lebih dalam manajemen atau pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang
melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu
keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Pada dasarnya,
fraud merupakan serangkaian ketidakberesan (irregularities) dan
perbuatan melawan hukum (illegal act) yang dilakukan oleh orang
luar maupun dalam perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan
dan merugikan orang lain.

5
f. PT PRS Jalan Kalianyar I, Tambora, Jakarta Barat, Kasus (produksi
makanan berkadaluarsaan) tidak menutup kemungkinan turut lakukan
kecurangan yang dimana barang makanan itu dibagian masa berlaku
(Kadaluarsa) ini diganti label masa berlaku baru menggunakan alat
khusus yakni alat laser atau alat pembuatan tanggal kadaluarsa
dikemasan makanan itu.
g. Kasus Kecurangan Produksi Beras PT Jatisari, Jakarta, (2017), PT IBU
dan PT Jatisari diduga melakukan perbuatan curang kepada konsumen
dengan cara memproduksi beras yang tidak sesuai dengan apa yang
dikontrak pemesanan beras oleh pedagang retail.
Kedua perusahaan itu juga mencurangi konsumen yang membeli
beberapa macam merek yang diproduksi karena isi dan tulisan yang
tertera di label tidak sesuai. Dalam kasus ini, perusahaan Marsono
memproduksi beras dengan menuliskan label "Premium Quality".
Namun, berdasarkan uji laboraturium, diperoleh hasil bahwa beras
tersebut memiliki mutu V. Dikarenakan harga yang harus dibayar sangat
mahal namun kualitas beras yang dibeli sangat rendah. Selain itu, para
pedagang beras yang memesan beras dengan merek Privat juga
dirugikan. Beras tersebut ternyata memiliki mutu yang lebih rendah dari
perjanjian yang sudah disepakati.
h. Satgas pangan ini sudah sampai di tingkat Polres. Hal yang ditangani
Polda ditemukan termasuk pangan tetapi membahayakan seperti di jawa
tengah pembuatan gula merah tapi bahannya tidak layak dikonsumsi,
Jakarta, 2017. menggunakan bahan makanan berbahaya untuk makanan
olahan.
i. Tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya. Pada
kemasan produk makanan impor biasanya menggunakan bahasa asing
yang tidak disertai bahasa Indonesia yang komunikatif, sehingga
konsumen tidak mengetahui kandungan dan komposisi produk makanan
tersebut. Seringkali informasi data yang tercantum dalam kemasan
produk makanan impor dimanipulasi yaitu dengan menyembunyikan
penggunaan bahan ± bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam
makanan di antaranya formalin, borak, dan rhodamin-b yang biasanya
digunakan untuk mengawetkan mayat dan sebagai pewarna makanan.

Jika dibuat dalam bentuk diagram kasus diatas akan terlihat seperti berikut;

6
Data diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang jelas bahwa
setiap tahunnya temuan kasus makanan yang mengandung zat berbahaya
semakin meningkat. BPOM khawatir akan semakin banyak para produsen
makanan yang memanfaatkan momentum, bulan Ramadhan, liburan natal dan
tahun baru untuk mengambil keuntungan dengan menjual makanan yang
mengandung zat berbahaya (BPOM, 2017).

B. PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. UU PERLINDUNGAN KONSUMEN
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau
sese orang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang.

Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen


sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:
1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau
pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang
/jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan
tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha;
dan
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk
diperdagangkan kembali.

Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2


UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan.” Jadi,
Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna untuk memenuhi
keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan

7
pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga
Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah Tangga Produksi (RTP).

Sejak 20 April 1999, UU no 8 Tahun 1999 tentang perlindungan


konsumen atau UUPK mulai sah diberlakukan. Undang-undang ini mengatur
secara rinci tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka
pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Cakupan hukum yang berlaku
mengenai hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha,
dan cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban tersebut.

Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan


untuk melindungi dan terpenuhinya hak konsumen.
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat
mengajukan perlindungan adalah:

a. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27,
dan Pasal 33.
b. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
c. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
d. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
e. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan
dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
f. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
g. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah


perangkat hukum lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar
hukum sebagai berikut :

a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001


Tanggal 21 Juli tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
d) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota

8
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
e) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
f) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan
Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah
Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa undang-undang yang


materinya melindungi kepentingan konsumen, seperti:

a. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang
Barang, menjadi Undang-undang;
b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;
c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah;
d. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
e. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
f. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
g. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
h. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
j. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing
The World.

Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan


Dunia);

a) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;


b) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
c) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
d) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Hak Cipta sebagai mana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;
e) Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten;
f) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek;
g) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
h) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;
i) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan;

9
j) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Ada lima azas yang dianut dalam perlindungan konsumen sesuai


ketentuan UU no 8 tahun 1999 pasal 2 yaitu manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
Meski UU no 8 tahun 1999 lebih mengutamakan kepentingan konsumen,
namun bukan berarti aturan ini akan serta-merta merugikan pelaku usaha
dalam menjalankan bisnisnya. Para pelaku usaha dapat belajar untuk
memperbaiki kualitas produk dan layanan yang diberikan dengan
berpedoman pada undang-undang ini.

Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas


perlindungan  konsumen.

1. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi
kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material
maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen


Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum


Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

Tujuan perlindungan konsumen


Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan 
perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

10
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut
hak- haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.

Tentang perlindungan konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa


hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan dan
keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa. Hak untuk memilih
jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa terse but sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijadikan. Hak untuk diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak deskriminatif. Hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan
atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya. Dan sebagainya.

2. HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN


Hak Konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen
sebagai berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi


barang/jasa.
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang/jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika
barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.

11
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

Kewajiban Konsumen
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang
dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha.
Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban
pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan
tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang.
Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam
hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”.

Prinsip- Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen


1. Let The Buyer Beware
1) Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen sehingga
tidak perlu proteksi.
2) Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab sendiri.
3) Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku usaha
tidak terbuka.
4) Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.

2. The due Care Theory


a) Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam
memasyarakatkan produk, baik barang maupun jasa. Selama berhati
hati ia tidak dapat dipersalahkan.
b) Pasal 1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa yang
mengendalikan mempunyai suatu hak atau untuk meneguhkan
haknya atau membantah hak orang lain, atau menunjuk pada suatu
peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau
peristirwa tersebut.
c) Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.

3. The Privity of Contract


1) Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk
melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika
diantara mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku
usaha tidak dapat disalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.
2) Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di
masyarakat merupakan petunjuk yang jelas betapa tidak berdayanya
konsumen menghadapi dominasi pelaku usaha.

4. Kontrak bukan Syarat


Prinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi
merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu huungan hukum .

Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang


Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :

12
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.

3. HAK DAN KEWAJIBAN PRODUSEN


Hak Produsen
Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku
usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah:
1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

Kewajiban Produsen
Sebagai pelaku usaha, pengembang memiliki kewajiban seperti diatur
dalam pasal 7 UU no 8 tahun 1999 antara lain harus memiliki itikad baik
dalam melakukan kegiatan usahanya serta memberikan informasi yang benar,
jelas, dan jujur tentang kondisi produk maupun jasa sekaligus memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

1. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya


2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu dan/atau jasa yang
berlaku
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan

13
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Tanggung Jawab Produsen terhadap Konsumen


Pasal 19
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
1. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi.
3. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen

Perbuatan yang dilarang dilakukan oleh seorang pelaku usaha


Pelaku usaha dilarang menawarkan jasa yang tidak memenuhi atau tidak
sesuai standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan keterangan, iklan atau
promosi atas penawaran jasa tersebut. Tidak membuat perjanjian atas
pengikatan jasa tersebut dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. (pasal 8).

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan


suatu barang dan atau jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah secara
langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan atau jasa lain (pasal
9).

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan


untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai
(Pasal 10)

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan


suatu barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa
barang dan atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak

14
memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya
(pasal 13).

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan


untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian,
dilarang untuk:
1. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang
dijanjikan;
2. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
3. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
4. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang
dijanjikan. (pasal 14)

4. SANGSI
Penegakan Hukum terhadap pelaku kejahatan, seperti kejahatan
pencurian, pembunuhan, termasuk kejahatan produsen makanan yang
mengandung zat berbahaya. Zat berbahaya dimaksud seperti, Rhodamin B,
Boraks, dan Formalin yang sengaja dimasukan pada makanan sehingga
sangat membahayakan kesehatan bahkan mengancam nyawa.
Selain sanksi administratif, dalam Undang-undang pangan juga diatur
tentang sanksi pidana.
Ancaman pidana diatur dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak Rp. 600.000.000, barangsiapa dengan sengaja :
a. Menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan
b. dan atau peredaran pangan yang tidak memenuhi sanitasi ;
c. Menggunakan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan
secara
d. melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;
e. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan bahan
f. apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau
membahayakann
g. kesehatan manusia;
h. Mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan;
i. Memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang
diwajibkan;
j. Memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama
dengan mutu
k. pangan yang dijanjikan;
l. Memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi
mutu
m. pangan;
n. Mengganti label kembali atau menukar tanggal, bulan, dan tahun
kadaluwarsa

15
o. pangan yang diedarkan.

2. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 120.000.000, barang siapa yang lalai :
a. Menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak
memenuhi persyaratan sanitasii;
b. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan secara melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;
c. Mengunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan atau bahan apapun yang dapat melepaskan cemaran yang dapat
merugikan atau membahayakan kesehatan manusia;
d. Mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan.
e. Ancaman pidana atas pelanggaran tersebut, ditambah seperempat apabila
menimbulkan kerugian tehadap kesehatan manusia atau ditambah
sepertiga apabila mennimbulkan kematian.

3. Dipidana dengan penjara paling lama 3 tahun dan atau denda paling banyak
Rp. 360.000.000, barang siapa :
a. Menggunakan suatu bahan sebagai bahan tambahan pangann dan
mengedarkan pangan tersebut secara bertentangan dengan ketentuan;
b. Mengedarkan pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku,
bahan tambahan pangan, atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau
proses produksi panganyang dihasilkan dari proses rekayasa genetika,
tanpa lebih dahulu memeriksakan keamanan pangan;
c. Menggunakan iridasi dslsm kegiatan atau proses produksi pangan tanpa
izin;
d. Menggunakan sesuatu bahan sebagai kemasan pangan yang diedarkan
secara bertentanga dengan ketentuan;
e. Membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan
memperdagangkannya;
f. Mengedarkan pangan tertentu yang diperdagangkan tanpa terlebih dahulu
diuji secara laboratoris;
g. Memproduksi pangan tanpa memenuhi persyaratan tentang gizi pangan
yang ditetapkan;
h. Memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan
yang dikemas untuk diperdagangkan tanpa menyantumkan labell;
i. Memberikan keterangan atau pernyataan secara tidak benar dan atau
menyesatkan mengenai pangan yang diperdagangkan melalui dalam, dan
atau dengan label dan atau iklan;
j. Memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar dalam iklan
atau label bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai menurut
persyaratan agama atau kepercayaan tertentu;
k. Memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan atau mengedarkan
di dalam wilayah Indonesia pangan yang tidak memenuhi ketentuan
Perundang-undang pangan dan peraturan pelaksanaannya;
l. Menghambat kelancaran proses pemeriksaan. Sedangkan dalam Undang-
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

16
pengaturan mengenai sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku usaha
yang melakukan

Pelanggaran konsumen dapat berbentuk tiga hal yaitu :


1. Sanksi administrasi
Sanksi ini diatur dalam Pasal 60. Menurut ketentuan Pasal 60 ayat
(2) Undang-undang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa sanksi
administrasi yang dapat dijatuhkan adalah berupa penetapan ganti rugi
sampai setinggi-tingginya Rp. 200.000.000.
2. Sanksi pidana pokok
Sanksi ini adalah sanksi yang dapat dikenakan dan dijatuhkan oleh
pengadilan atas tuntutan jaksa penuntut umum terhadap pelanggaran
yang dilakukan oleh pelaku usaha. Sanksi ini diatur dalam Pasal 62
Undang-undang Perlindungan Konsumen dan dapat berbentuk pidana
penjara atau pidana denda.
3. Sanksi pidana tambahan
Sanksi ini diatur dalam Pasal 63 Undang-undang Perlindungan
Konsumen. Adapun bentuk sanksi pidana tambahan yang dapat
dijatuhkan berupa :
a. Perampasan barang tertentu;
b. Pengumuman keputusan hakim;
c. Pembayaran ganti rugi;
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian
e. konsumen;
f. Kewajiban penarikan barang dari peredaran;
g. Pencabutan izin usaha.

BAB II
PENUTUP

Dengan lahirnya undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih

17
diperhatikan.
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran
pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat
kentungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip
ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung
maupun tidak langsung.  Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu
upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat
melindungi kepentingan konsumen secara integrative dan komprehensif serta
dapat diterapkan secara efektif di masyarakat.
Kecurangan yang terjasi dalam pengemasan;
a) Mengganti label masa berlaku makanan berkedaluarsaan dengan
label yang baru.
b) Mengganti tulisan yang tertera di label tidak sesuai, dengan harga
beli yang sangat mahal dengan kualitas yang dibeli sangat rendah.
c) Tidak menyertakan informasi yang jelas pada kemasan.
d) Memanipulasi atau menyembunyikan penggunaan bahan-bahan
kimia berbahaya yang terkandung didalam makanan (Pernyataan
yang salah).
e) Penimbunan
f) Oplosan

Tentang perlindungan konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa


hak konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan dan
keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa. Hak untuk memilih
jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa terse but sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijadikan. Hak untuk diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak deskriminatif. Hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang dan
atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya. Dan sebagainya.
Sebagai pelaku usaha, pengembang memiliki kewajiban seperti diatur
dalam pasal 7 UU no 8 tahun 1999 antara lain harus memiliki itikad baik
dalam melakukan kegiatan usahanya serta memberikan informasi yang benar,
jelas, dan jujur tentang kondisi produk maupun jasa sekaligus memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
Penegakan Hukum terhadap pelaku kejahatan, seperti kejahatan
pencurian, pembunuhan, termasuk kejahatan produsen makanan yang
mengandung zat berbahaya. Zat berbahaya dimaksud seperti, Rhodamin B,
Boraks, dan Formalin yang sengaja dimasukan pada makanan sehingga
sangat membahayakan kesehatan bahkan mengancam nyawa.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal_ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PRODUSEN MAKANAN


YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA_Shanti Yoseva

18
Fitriana_FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
LAMPUNG_2018

Jurnal_FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN KARAKTERISTIK MAKANAN


KADALUARSA YANG BERDAMPAK BURUK PADA KESEHATAN
MASYARAKAT_Liss Dyah Dewi Arini_APIKES Citra Medika Surakarta

Jurnal_Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Beras Yang Beredar Pada


Masyarakat Dalam Perspektif Perlindungan Konsumen_Isis Ikhwansyah,
Resmaya Agnesia Mutiara Sirait_Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Jurnal_PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PRODUK MAKANAN


IMPOR OLEH BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
(BBPOM) DI KOTA PEKANBARU_Mardiah dan Dra. Ernawaty, M.Si_Program
Studi Ilmu Administrasi Negara_Jurusan Ilmu Administrasi

Modul_Fungsi dan Peranan Pengemasan Pangan_Ir. Armein Syukri, M.Si.

Skiripsi_ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PRODUSEN MAKANAN


YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA_SHANTI YOSEVA
FITRIANA_FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG_2018

https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-undang-undang-no-8-tahun-
1999-untuk-perlindungan-konsumen-18089

http://eprints.ums.ac.id/43223/3/BAB%20I.pdf

https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-
konsumen/

https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/download/1196/1013

https://www.jurnal.id/id/blog/faktor-fraud/

http://digilib.unila.ac.id/30481/ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP


PRODUSEN MAKANAN YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA

https://scholar.google.com/scholar/Analisis Kriminologis Terhadap Produsen


Makanan Yang Mengandung Bahan Berbahaya_Shanti Yoseva
Fitriana_UNIVERSITAS LAMPUNG, 2018

https://scholar.google.com/scholar/Faktor-faktor penyebab dan karakteristik


makanan kadaluarsa yang berdampak buruk pada kesehatan masyarakat_Liss
Dyah Dewi Arini_JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan

19
UNISRI) 2 (1), 2017

https://scholar.google.com/scholar/Fungsi dan Peranan Pengemasan Pangan_Ir


Armein Syukri

https://scholar.google.com/scholar/Pelaksanaan Pengawasan terhadap Produk


Makanan Impor oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (Bbpom) di Kota
Pekanbaru_Ernawaty Ernawaty, Mardiah Mardiah_Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau 1 (1), 31303, 2014

https://scholar.google.com/scholar/Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk


Beras Yang Beredar Pada Masyarakat Dalam Perspektif Perlindungan
Konsumen_Isis Ikhwansyah, Resmaya Agnesia Mutiara Sirait_Recital Review 2
(1), 26-38, 2020

https://wartakota.tribunnews.com/2018/produksi-makanan-kedaluwarsa

https://nasional.kompas.com/read/2017/kasus-kecurangan-produksi-beras

https://m.mediaindonesia.com/penimbunan-beras-dan-gula-di-kemayoran

http://m.pojokpitu.com/baca.

https://www.boombastis.com/makanan-minuman-palsu
https://www.incinews.net/gudang-pembuatan-terigu-oplosan
https://m.detik.com/food/info-kuliner/kasus-makanan-oplosan-di-china

SOAL

1. Mengganti label masa berlaku makanan berkedaluarsaan dengan label yang


baru termasuk dalam hal …

20
a. Kecurangan dalam produksi
b. Kecurangan dalam pemakaian
c. Keuntungan dalam produksi
d. Kegagalan dalam produksi
e. Kegagalan dalam pemakaian

2. Undang-undang No. 8 tahun 1999 yang mengatur tentang …


a. Perlindungan konsumen
b. Perlindungan distributor
c. Perlindungan produsen
d. Peraturan produsen
e. Peraturan konsumen

3. Apa saja salah satu yang termasuk dalam hak konsumen …


a. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa yang tidak sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
c. Hak untuk menguasai dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan yang dianjurkan
d. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar
tanpa jaminan
e. Hak dan kewajiban memilih dan mendapatkan untung sesuai aturan yang
berlaku

4. Apa yang termasuk kewajiban produsen …


a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa dengan tidak memberikan penjelasan, penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan
c. Membeli barang/jasa
d. Memasarkan barang/jasa
e. Memakai atau mengonsumsi barang dan jasa

5. Apa saja pelanggaran yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu …


a. Sanksi administrasi, Sanksi pidana pokok, Sanksi pidana tambahan
b. Sanksi hukum, Sanksi administrasi, Sanksi pidana hukum
c. Sanksi administrasi, Sanksi hukum mati, Sanksi hukum pancung

21
d. Sanksi hukum, Sanksi pidana 15 tahun, Sanksi pidana tambahan
e. Sanksi hukum pancung, Denda saja, Sanksi pidana pokok

22

Anda mungkin juga menyukai