Oleh :
FARHANI EMHA NABILA
(1 8 2 1 1 0 0 9 1 )
Dosen :
Heriyenni. SPd. MSi
Dengan menyebut nama Allah SWT yang pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Teknologi Penanganan Masalah Gizi Mutakhir tentang Kecurangan dan
Perlindungan Konsumen.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kirtik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Kerukunan Hidup
beragama memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan................................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecurangan....................................................................................................................... 3
1. Kecurangan Tentang Isi Kandungan Hasil Produksui................................................ 3
2. Kecurangan Dalam Pengemasan................................................................................. 4
3. Kecurangan Lainnya................................................................................................... 4
B. Perlindungan Konsumen................................................................................................... 5
1. UU Perlindungan Konsumen...................................................................................... 6
2. Hak dan Kewajiban Konsumen.................................................................................. 11
3. Hak dan Kewajiban Produsen..................................................................................... 13
4. Sangsi.......................................................................................................................... 15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................................... 18
A. LATAR BELAKANG
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan
ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di
masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak
akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu
diperhatikan. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati
secara seksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang dipasarkan
kepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan, maupun penawaran
barang secara langsung.
Produk barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia semakin lama semakin canggih, sehingga timbul kesenjangan terhadap
kebenaran informasi dan daya tanggap konsumen. Posisi konsumen yang lemah
ini menyebabkan produsen atau pelaku usaha akan dengan mudah memasarkan
setiap barang dan atau jasa tanpa memperhatikan hakhak konsumen, termasuk
menghalalkan penjualan produk makanan kadaluarsa (Atom, 2014).
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apasaja kecurangan dalam produksi?
2. Apa saja UU tentang konsumen?
3. Apa saja UU tentang produsen?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tentang kecurangan dalam produksi
2. Untuk dapat mengetahui UU tentang konsumen
3. Untuk dapat mengetahuiUU tentang produsen
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KECURANGAN
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat
kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan
oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang
Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan
pendidikan konsumen.
3
Faktor penyebab produsen menjual makanan berbahaya karena ;
1. Tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan yang relative rendah
2. Kurangnya pelaksanaan pengawasan terhadap produk makanan
impor Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah
3. Masih rendahnya kesadaran hukum konsumen untuk melakukan
pengaduan atau laporan kepada pemerintah ataupun lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat terkait adanya produk
pangan yang mengandung bahan berbahaya bagi konsumen.
4. Melanngar penerapan peraturan SNI yang baik untuk diterapkan
pada produk oleh produsen untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih besar.
4
3. Suatu fungsi teknokomersial yang ditujukan untuk mengoptimalkan
biaya delivery serta memaksimalkan penjualan dan keuntungan.
5
f. PT PRS Jalan Kalianyar I, Tambora, Jakarta Barat, Kasus (produksi
makanan berkadaluarsaan) tidak menutup kemungkinan turut lakukan
kecurangan yang dimana barang makanan itu dibagian masa berlaku
(Kadaluarsa) ini diganti label masa berlaku baru menggunakan alat
khusus yakni alat laser atau alat pembuatan tanggal kadaluarsa
dikemasan makanan itu.
g. Kasus Kecurangan Produksi Beras PT Jatisari, Jakarta, (2017), PT IBU
dan PT Jatisari diduga melakukan perbuatan curang kepada konsumen
dengan cara memproduksi beras yang tidak sesuai dengan apa yang
dikontrak pemesanan beras oleh pedagang retail.
Kedua perusahaan itu juga mencurangi konsumen yang membeli
beberapa macam merek yang diproduksi karena isi dan tulisan yang
tertera di label tidak sesuai. Dalam kasus ini, perusahaan Marsono
memproduksi beras dengan menuliskan label "Premium Quality".
Namun, berdasarkan uji laboraturium, diperoleh hasil bahwa beras
tersebut memiliki mutu V. Dikarenakan harga yang harus dibayar sangat
mahal namun kualitas beras yang dibeli sangat rendah. Selain itu, para
pedagang beras yang memesan beras dengan merek Privat juga
dirugikan. Beras tersebut ternyata memiliki mutu yang lebih rendah dari
perjanjian yang sudah disepakati.
h. Satgas pangan ini sudah sampai di tingkat Polres. Hal yang ditangani
Polda ditemukan termasuk pangan tetapi membahayakan seperti di jawa
tengah pembuatan gula merah tapi bahannya tidak layak dikonsumsi,
Jakarta, 2017. menggunakan bahan makanan berbahaya untuk makanan
olahan.
i. Tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya. Pada
kemasan produk makanan impor biasanya menggunakan bahasa asing
yang tidak disertai bahasa Indonesia yang komunikatif, sehingga
konsumen tidak mengetahui kandungan dan komposisi produk makanan
tersebut. Seringkali informasi data yang tercantum dalam kemasan
produk makanan impor dimanipulasi yaitu dengan menyembunyikan
penggunaan bahan ± bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam
makanan di antaranya formalin, borak, dan rhodamin-b yang biasanya
digunakan untuk mengawetkan mayat dan sebagai pewarna makanan.
Jika dibuat dalam bentuk diagram kasus diatas akan terlihat seperti berikut;
6
Data diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang jelas bahwa
setiap tahunnya temuan kasus makanan yang mengandung zat berbahaya
semakin meningkat. BPOM khawatir akan semakin banyak para produsen
makanan yang memanfaatkan momentum, bulan Ramadhan, liburan natal dan
tahun baru untuk mengambil keuntungan dengan menjual makanan yang
mengandung zat berbahaya (BPOM, 2017).
B. PERLINDUNGAN KONSUMEN
1. UU PERLINDUNGAN KONSUMEN
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau
sese orang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang.
7
pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga
Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah Tangga Produksi (RTP).
a. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27,
dan Pasal 33.
b. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
c. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
d. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
e. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan
dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
f. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
g. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
8
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
e) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
f) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan
Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah
Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
9
j) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
1. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi
kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material
maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen.
10
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut
hak- haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
11
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Kewajiban Konsumen
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang
dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha.
Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban
pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan
tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang.
Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam
hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”.
12
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Kewajiban Produsen
Sebagai pelaku usaha, pengembang memiliki kewajiban seperti diatur
dalam pasal 7 UU no 8 tahun 1999 antara lain harus memiliki itikad baik
dalam melakukan kegiatan usahanya serta memberikan informasi yang benar,
jelas, dan jujur tentang kondisi produk maupun jasa sekaligus memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
13
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
14
memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya
(pasal 13).
4. SANGSI
Penegakan Hukum terhadap pelaku kejahatan, seperti kejahatan
pencurian, pembunuhan, termasuk kejahatan produsen makanan yang
mengandung zat berbahaya. Zat berbahaya dimaksud seperti, Rhodamin B,
Boraks, dan Formalin yang sengaja dimasukan pada makanan sehingga
sangat membahayakan kesehatan bahkan mengancam nyawa.
Selain sanksi administratif, dalam Undang-undang pangan juga diatur
tentang sanksi pidana.
Ancaman pidana diatur dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak Rp. 600.000.000, barangsiapa dengan sengaja :
a. Menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan
b. dan atau peredaran pangan yang tidak memenuhi sanitasi ;
c. Menggunakan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan
secara
d. melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;
e. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan bahan
f. apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau
membahayakann
g. kesehatan manusia;
h. Mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan;
i. Memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang
diwajibkan;
j. Memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama
dengan mutu
k. pangan yang dijanjikan;
l. Memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi
mutu
m. pangan;
n. Mengganti label kembali atau menukar tanggal, bulan, dan tahun
kadaluwarsa
15
o. pangan yang diedarkan.
2. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 120.000.000, barang siapa yang lalai :
a. Menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak
memenuhi persyaratan sanitasii;
b. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan secara melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan;
c. Mengunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan atau bahan apapun yang dapat melepaskan cemaran yang dapat
merugikan atau membahayakan kesehatan manusia;
d. Mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan.
e. Ancaman pidana atas pelanggaran tersebut, ditambah seperempat apabila
menimbulkan kerugian tehadap kesehatan manusia atau ditambah
sepertiga apabila mennimbulkan kematian.
3. Dipidana dengan penjara paling lama 3 tahun dan atau denda paling banyak
Rp. 360.000.000, barang siapa :
a. Menggunakan suatu bahan sebagai bahan tambahan pangann dan
mengedarkan pangan tersebut secara bertentangan dengan ketentuan;
b. Mengedarkan pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku,
bahan tambahan pangan, atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau
proses produksi panganyang dihasilkan dari proses rekayasa genetika,
tanpa lebih dahulu memeriksakan keamanan pangan;
c. Menggunakan iridasi dslsm kegiatan atau proses produksi pangan tanpa
izin;
d. Menggunakan sesuatu bahan sebagai kemasan pangan yang diedarkan
secara bertentanga dengan ketentuan;
e. Membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan
memperdagangkannya;
f. Mengedarkan pangan tertentu yang diperdagangkan tanpa terlebih dahulu
diuji secara laboratoris;
g. Memproduksi pangan tanpa memenuhi persyaratan tentang gizi pangan
yang ditetapkan;
h. Memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan
yang dikemas untuk diperdagangkan tanpa menyantumkan labell;
i. Memberikan keterangan atau pernyataan secara tidak benar dan atau
menyesatkan mengenai pangan yang diperdagangkan melalui dalam, dan
atau dengan label dan atau iklan;
j. Memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar dalam iklan
atau label bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai menurut
persyaratan agama atau kepercayaan tertentu;
k. Memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan atau mengedarkan
di dalam wilayah Indonesia pangan yang tidak memenuhi ketentuan
Perundang-undang pangan dan peraturan pelaksanaannya;
l. Menghambat kelancaran proses pemeriksaan. Sedangkan dalam Undang-
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
16
pengaturan mengenai sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku usaha
yang melakukan
BAB II
PENUTUP
17
diperhatikan.
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran
pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat
kentungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip
ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu
upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat
melindungi kepentingan konsumen secara integrative dan komprehensif serta
dapat diterapkan secara efektif di masyarakat.
Kecurangan yang terjasi dalam pengemasan;
a) Mengganti label masa berlaku makanan berkedaluarsaan dengan
label yang baru.
b) Mengganti tulisan yang tertera di label tidak sesuai, dengan harga
beli yang sangat mahal dengan kualitas yang dibeli sangat rendah.
c) Tidak menyertakan informasi yang jelas pada kemasan.
d) Memanipulasi atau menyembunyikan penggunaan bahan-bahan
kimia berbahaya yang terkandung didalam makanan (Pernyataan
yang salah).
e) Penimbunan
f) Oplosan
DAFTAR PUSTAKA
18
Fitriana_FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
LAMPUNG_2018
https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-undang-undang-no-8-tahun-
1999-untuk-perlindungan-konsumen-18089
http://eprints.ums.ac.id/43223/3/BAB%20I.pdf
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2017/07/06/makalah-perlindungan-
konsumen/
https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/download/1196/1013
https://www.jurnal.id/id/blog/faktor-fraud/
19
UNISRI) 2 (1), 2017
https://wartakota.tribunnews.com/2018/produksi-makanan-kedaluwarsa
https://nasional.kompas.com/read/2017/kasus-kecurangan-produksi-beras
https://m.mediaindonesia.com/penimbunan-beras-dan-gula-di-kemayoran
http://m.pojokpitu.com/baca.
https://www.boombastis.com/makanan-minuman-palsu
https://www.incinews.net/gudang-pembuatan-terigu-oplosan
https://m.detik.com/food/info-kuliner/kasus-makanan-oplosan-di-china
SOAL
20
a. Kecurangan dalam produksi
b. Kecurangan dalam pemakaian
c. Keuntungan dalam produksi
d. Kegagalan dalam produksi
e. Kegagalan dalam pemakaian
21
d. Sanksi hukum, Sanksi pidana 15 tahun, Sanksi pidana tambahan
e. Sanksi hukum pancung, Denda saja, Sanksi pidana pokok
22