Anda di halaman 1dari 19

Kecurangan dan

Perlindungan
Konsumen
Oleh :
FARHANI EMHA NABILA
(1 8 2 1 1 0 0 9 1 )
KECURANGAN DALAM PRODUKSI
F
A
Produk barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi R
H
kebutuhan hidup manusia semakin lama semakin canggih, A
N
sehingga timbul kesenjangan terhadap kebenaran informasi dan I

daya tanggap konsumen. Posisi konsumen yang lemah ini E


M
menyebabkan produsen atau pelaku usaha akan dengan mudah H
A
memasarkan setiap barang dan atau jasa tanpa memperhatikan N
hakhak konsumen, termasuk menghalalkan penjualan produk A
B
makanan kadaluarsa (Atom, 2014). I
L
A
1. KECURANGAN TENTANG ISI/ KANDUNGAN HASIL
PRODUKSI
F
Faktor penyebab produsen menjual makanan berbahaya karena ; A
R
a. Tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan yang relative rendah H
A
N
b. Kurangnya pelaksanaan pengawasan terhadap produk makanan impor Oleh I

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah E


M
H
c. Masih rendahnya kesadaran hukum konsumen untuk melakukan A

pengaduan atau laporan kepada pemerintah ataupun lembaga N


A
perlindungan konsumen swadaya masyarakat terkait adanya produk B
pangan yang mengandung bahan berbahaya bagi konsumen. I
L
A
d. Melangngar penerapan peraturan SNI yang baik untuk diterapkan pada
produk oleh produsen untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Produk kecurangan produksi
a) Penerapan SNI tidak sesuai kualitas dan prosedur
b) Pemakaian bahan pengawet dalam produk secara F
A
berlebihan R
H
c) Mengunakan pembuatan komposisi bahan 100% tidak A
N

menggunakan bahan aslinya I

E
d) Membuat makanan palsu yang sangat mirip dengan produk M
H
aslinya A

e) Penambahan menggunakan bahan kimia berbahaya N


A
B
f) Mengganti isi produk dengan bahan lain I
L
g) Menggunakan bahan tidak layak dikonsumsi A
Kejahatan dalam bidang pangan ini akan berdampak
1. Sangat meresahkan masyarakat F
A
2. Keracunan pada anak-anak dan orang dewasa R
H
3. Membahayakan kesehatan manusia bahkan keselamatan A
N
manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang I

E
M
H
Contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia A

◎Produk beras yang beredar pada pasar modern dan pasar N


A
tradisional di Indonesia tidak melalui penerapan SNI B
◎Kasus biskuit beracun, karena penambahan kandungan I
L
Sodium Nitrat yang berlebihan dalam biskuit. A
2. KECURANGAN DALAM PENGEMASAN
F
A
Kecurangan yang terjasi dalam pengemasan R
H
a) Mengganti label masa berlaku makanan berkedaluarsaan dengan label yang A
baru. N
I
b) Mengganti isi kemasan dengan kualitas yang lebih rendah
E
c) Mengganti tulisan yang tertera di label kualitas tidak sesuai, dengan harga M
H
beli yang sangat mahal dengan kualitas yang dibeli sangat rendah.Tidak A
menyertakan informasi yang jelas pada kemasan. N
d) Memanipulasi atau menyembunyikan penggunaan bahan-bahan kimia A
B
berbahaya yang terkandung didalam makanan (Pernyataan yang salah). I
e) Penimbunan L
A
f) Oplosan
3. KACURANGAN LAINNYA (yang banyak terjadi saat ini)
⺋ Fraud F
A
⺋ Tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya R
H
⺋ Menggunakan bahasa asing yang tidak disertai bahasa Indonesia yang A
N

komunikatif, sehingga konsumen tidak mengetahui kandungan dan I

komposisi produk makanan tersebut. E


M
⺋ Memproduksi beras yang tidak sesuai dengan apa yang dikontrak H
A

pemesanan beras oleh pedagang retail. N


⺋ Isi dan tulisan yang tertera di label tidak sesuai. A
B
⺋ Harga yang harus dibayar sangat mahal namun kualitas yang dibeli I
L
A
sangat rendah.
⺋ Temuan termasuk pangan tetapi membahayakan seperti bahannya
tidak layak dikonsumsi
Temuan kasus yang terjadi di Indonesia
Merica bubuk oplosan 2017, surabaya, pemilik home industri
pengemasan merica bumbu bermerek dua lombok, dirumahnya jalan
F
ploso timur gang 1 nomer 14, merica oplosan diproduksi dengan A
R
komposisi bahan satu kilo gram biji merica berbanding 50 kilo H
A
gram nasi karak, kemudian digiling menjadi merica bubuk, merica N
I
bubuk yang sedianya berbahan merica asli dioplos dengan nasi
E
bekas yang telah dikeringkan atau bisa disebut nasi karak (nasi M
H
aking). A

Diawal 2015 pabrik saus palsu dibandung, saus ini membahayakan N


A
konsumen karena memakai standar pembuatan yang tidak seuai B
I
dengan memakai zat kimia, dan saus ini 100% tidak memakai cabai L
A
atau tomat sama sekali. Hanya memakai essens rasa tomat dan
cairan zat kimia ekstrak cabai. Dan juga kemasan yang digunakan
tidak mencantumkan komposisi yang dipakai
PERLINDUNGAN KONSUMEN
F
Peranturan hukum yang melindungi konsumen tidak A
R
dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, H
A
tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat N
I
mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong E
lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi M
H

persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang A

N
berkualitas. Di samping itu, Undang-undang tentang A
B
Perlindungan Konsumen ini dalam pelaksanaannya tetap I
L
memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha kecil A

dan menengah. Hal ini dilakukan melalui upaya


pembinaan dan penerapan sanksi atas pelanggarannya.
1. UU PERLINDUNGAN KONSUMEN
Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk melindungi dan F
A
terpenuhinya hak konsumen R
Di Indonesia dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan H
A
adalah: N
a) Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33. I

b) Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik E
Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821 M
H
c) Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha A
Usaha Tidak Sehat.
N
d) Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa A
e) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan B
I
Perlindungan Konsumen L
f) Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan A

pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota


g) Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang
Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang
bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli tentang
Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
F
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 A
tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. R
H
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 A
N
tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. I
d) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli 2001 tentang
E
Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota M
Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota H
A
Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
e) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor N
A
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya B
I
Masyarakat. L
f) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor A
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa undang-undang yang materinya
melindungi kepentingan konsumen, seperti:
a. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah F
A
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang; R
H
b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene; A
N
c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di I

Daerah; E
d. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal; M
H
e. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; A

f. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; N


A
g. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; B
I
h. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri L
A
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
j. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The
World.
Ada lima azas yang dianut dalam perlindungan konsumen sesuai
ketentuan UU no 8 tahun 1999 pasal 2 yaitu
1. Manfaat, F
A
R
2. Keadilan, H
A
3. Keseimbangan, N
I
4. Keamanan dan keselamatan konsumen, E

5. Serta kepastian hukum. M


H
A

Meski UU no 8 tahun 1999 lebih mengutamakan kepentingan N


A
konsumen, namun bukan berarti aturan ini akan serta-merta merugikan B
I
pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya. Para pelaku usaha dapat L
A
belajar untuk memperbaiki kualitas produk dan layanan yang
diberikan dengan berpedoman pada undang-undang ini.
2. HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN
F
Hak Konsumen A
R
Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai H
berikut : A
N
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa. I
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi E
serta jaminan yang dijanjikan . M
H
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa. A
4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan. N
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa A
B
perlindungan konsumen secara patut. I
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. L
A
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan F
Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah : A
R
H
A
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau N
I
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; E
M
H
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; A

N
A
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; B
I
L
A
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
3. HAK DAN KEWAJIBAN PRODUSEN
F
Hak Produsen A
Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. R
H
Hak pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah: A
N
1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai I
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. E
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang M
H
beritikad tidak baik. A
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian N
hukum sengketa konsumen. A
B
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa I
L
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang A
diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Kewajiban Produsen
Sebagai pelaku usaha, pengembang memiliki kewajiban seperti diatur dalam pasal 7 UU
no 8 tahun 1999 antara lain harus memiliki itikad baik dalam melakukan kegiatan
usahanya serta memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang kondisi F
produk maupun jasa sekaligus memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan A
R
pemeliharaan. H
A
N
1. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya I
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang E
dan/atau jasa serta memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan M
H
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif A
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
N
berdasarkan ketentuan standar mutu dan/atau jasa yang berlaku A
B
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang I
dan/atau jasa yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan L
A
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
4. SANKSI
F
A
R

Pelanggaran dapat berbentuk tiga hal yaitu : H


A
N
I

E
1.Sanksi administrasi M
H
A

N
2.Sanksi pidana pokok A
B
I
L
A
3.Sanksi pidana tambahan
F
A
R
H
A
N
I

E
M
H
A

N
A
B
I
L
A

Anda mungkin juga menyukai