Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI PENANGANAN

MASALAH GIZI MUTAKHIR


Stunting

Defenisi, Epidemiologi, Cara pengukuran


Oleh :
FANI MUTIA HILMI (1 8 2 1 1 0 0 9 0 )
FARHANI EMHA NABILA (1 8 2 1 1 0 0 9 1 )
MAYANG ARMIYANTI (1 8 2 1 1 0 1 0 3 )

Dosen :
Eva Yuniritha, S.ST, M.Biomed

PRODI D-III JURUSAN GIZI 3A

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


TA. 2020 / 2021
A. Definisi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayidibawah
lima tahun) yang diakibatkankekurangan gizi kronis sehingga anakterlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi Stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun.Stuntingyang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak
terpaparnya periode1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus
karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas
seseorang di masa depan.Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode
emas yang dimulai 1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan
tumbuh kembang anal pada 1000 hari pertama. Pada masatersebut nutrisi yang
diterima bayi saat didalam kandungan dan menerimaASI memiliki dampak jangka
panjang terhadap kegidupan saat dewasa. Halini dapat terlampau maka akan
terhindar dari terjadinya stuntingpada anak-anak dan status gizi yang kurang
(Depkes, 2015)

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan


terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek
adalah balita dengan status gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umurbila dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai Z-scorenya kurang dari
-2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang dari -3SD
(Kemenkes,RI 2016).

B. Teoritis Stunting
1. TandaStunting
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dansehat sesuai usiaanak. Stunting
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa laludan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang
tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang
gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk
danpenyakit. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motik
yang rendah serta fungi tubuh yang tidak seimbang

2. PenyebabStunting
Pada masa ini merupakan proses terjadinya Stunting pada anak dan peluang
peningkatan Stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi ibu
sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation(IUGR), sehingga bayi akanlahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak yang mengalami
hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang
memadai dan penyakit infeksiyang berulang, dan meningkatnya kebutuhan
metabolik serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya Stunting (Depkes, 2011). Gizi
buruk kronis (Stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskandi atas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama
penyebab Stunting yaitu asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral,
vitamin,dan air), riwayatberat badan lahir rendah (BBLR), riwayat penyakit,
praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu
melahirkan. pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, tidakmenerima
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).Faktor-Faktoryang mempengaruhi
kejadian Stunting Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian Stunting
berhubungan dengan berbagai macam faktor yaitu faktor karakteristik orang tua
yaitu pendidikan,pekerjaan, pendapatan, pola asuh, pola makan danjumlah
anggota dalam keluarga, faktor genetik, penyakit infeksi, kejadian BBLR,
kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis,praktek
pemberian makan yang tidak sesuai.

Adapun faktor resikoStunting yaitu


1. Pendidikan
Orangtua Menurut George F. Kneller yang dikutip oleh Siswoyo dkk
(2007) pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan teknis. Dalam
artiluas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang
mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau
perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik individu. Dalam
artiteknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga lainnya)
dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu
pengetahuan, nilai-nilai keterampilan-keterampilan, dan generasi-
generasi. Pendidikan menurut undang-undang Nomor 20 Tahun
2003adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
danproses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.

2. Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan orangtua mempunyai andil yang besar dalam masalah gizi.
Pekerjaan orangtua berkaitan erat dengan penghasilan keluarga yang
mempengaruhi daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang
terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan
makanannya secara kualitas dna kuantitas. Peningkatan pedapatan
keluarga dapat berpengaruh pada susunan makanan. Pengeluaran yang
lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi
pangan seseorang. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan
semuakebutuhan anak baik primer maupun sekunder (Soetjiningsih,
2000).

3. Tinggi badan orangtua


Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapakkaki.
Parameter ini merupakan parameter yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal dan tidak sensitif untuk mendeteksi permasalahan
gizi pada waktu yang singkat. Pengukuran tinggi badan sebagai
parameter tinggi badan mempunyai banyak kegunaan, yaitu dalam
penilaian statusgizi, penentuan kebutuhan energi basal, penghitungan
dosis obat, danprediksi dari fungsi fisiologis seperti volume paru,
kekuatan otot, dan kecepatan filtrasiglomerulus. Tinggibadan dapat ukur
dari alas kaki ketitik tertinggi pada posisi tegak. MenurutWibowo Adi
(2008) berpendapatbahwa tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh
berdiri (vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan
leher tegak, pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan
tarik nafasbeberapa saat. Menurut Wahyudi (2011) yangdikutip Catur
baharudin (2007) berpendapat bahwa tinggi badan diukur dalam posisi
berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki. Untuk mengukur tinggi badan
seseorang pada posisi berdiri secaraanatomis, dapat diukur dari kepala
bagian atas sampaiketelapak kaki bagian bawah.

4. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis. Status gizi merupakan
gambaran terhadap ketiga indikator, yakni berat badan menurutumur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) terjadi akibat faktor langsung dan tidak langsung,
maka berdasarkan hasil riset tersebut menggunakan data sekunder
(Depkes, 2011). Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa berat
badandan tinggi badan orang tua dengan status gizi, dimana hasil
penelitian inimenjadi gambaran mengenai situasi gizi balita berdasarkan
berat dantinggi badan orang tua. Tinggi badan pada ibu bukan merupakan
faktorri siko terhadap kejadian Stunting. Tinggi badan merupakan salah
satubentuk dari ekspresi genetik, dan merupakan faktor yang diturunkan
kepada anak serta berkaitan dengan kejadian Stunting.

C. Etiologi stunting
Menurut WHO tahun 2004 faktor etiologi yang berkontribusi menyebabkan
kejadian berat badan lahir rendah terutama di negara-negara berkembang meliputi
penggunaan tembakau (merokok, konsumsi tembakau kunyah dan tembakau
untuk kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat badan rendah sebelum masa
kehamilan, primipara, jenis kelamin janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR
sebelumnya, angka mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti ,
paparan Timbal (Putra, 2016)

.Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam
kandungan hingga periode awal kehidupan anak (1000 hari setelah lahir).
Beberapa faktor yang mengakibatkan kekurangan gizi kronis, antara lain:

 Faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil dan anak balita
 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan
 Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan
postnatal (setelah melahirkan)
 Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
 Kurangnya akses makanan bergizi karena ketidakmampuan biaya

Alat-alat yang diperlukan termasuk:


(Microtoice, mistar, )

Langkah penukuran TB;


Langkah

Alat-alat ukur antropometri panjang badan dan tinggi badan,


1. Tabel konversi umur anak,
Dapat digunakan pedoman pada AKG (PERATURAN
MENTRIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO.28 TH.2019)
2. Buku KIA,
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) berisi catatan kesehatan ibu
(hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir sampai anak usia 6
tahun) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu
dan anak.
3. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP),
KPSP (R-PDQ) adalah praskrining yang di jawab orang tua yang terdiri
dari 105 pertanyaan dari Denver Developmental Screening Test (DDST),
meskipun hanya subset pertanyaan yang diajukan untuk semua usia.
Folmulir KPSP adalah alat/ instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
4. SDIDTK Kit/ Skrining Kit,
SDIDTK merupakan kepanjangan dari Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak mulai dari usia 0 – 72 bulan. Selain proses
perkembangan sesuai usia yang diperhatikan dan di deteksi kemungkinan ada
penyimpangan, akan tetapi juga cara memberikan stimultan secara terus
menerus dan intervensi sesuai perkembangan.
Sebagai alat untuk mengetahui apakah seorang anak tergolong stunting
ataukah tidak.
5. Bukti otentik umur anak seperti akta kelahiran.
6. Tikar Pertumbuhan untuk anak di bawah dua tahun dapat digunakan hanya
untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan pada anak berusia di bawah dua tahun
jika alat pengukuran antropomentri belum
tersedia atau terbatas.
Jika tumit kaki seorang anak berada
di garis hijau, menandakan pertumbuhan
baik, jika kuning berarti anak ada gejala
menuju stunting, dan jika berada di garis
merah berarti menandakan anak
teridentifikasi stunting.
Pada tikar pertumbuhan, terdapat
ukuran yang berbeda antara anak laki-
laki dan perempuan. Tikar ini
memberikan petunjuk visual bagi petugas
kesehatan dan juga para orangtua untuk dapat melihat apakah tinggi badan
seorang anak sudah sesuai dengan umur mereka atau tidak. Di bawah kaki
anak yang ditelentangkan lurus di tikar pertumbuhan terdapat angka-angka
yang menunjukkan usia anak. Apabila tumit anak yang berada tegak
membentuk siku berada di garis hijau, berarti pertumbuhan anak normal,
berada di garis kuning, ada peringatan gejala stunting, dan apabila berada di
garis merah, berarti anak teridentifikasi stunting.

D. Cara pengukuran stunting;


TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), anak dikatakan stunting jika tinggi
badan menurut usianya di bawah minus 2 standar deviasi dari median Standar
Pertumbuhan Anak WHO.
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur
tinggi badan sesuai dengan usia anak. Penilaian TB/U dipakai untuk
megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh pendek.

Akan tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2-18 tahun
dengan posisi berdiri. Sementara jika usianya masih di bawah 2 tahun,
pengukurannya menggunakan indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi
berbaring.

Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara
berbaring, maka nilai TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm). Status gizi
anak berdasarkan TB/U yakni:

a. Tinggi badan di atas normal: >2 SD


b. Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan 2 SD
c. Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
d. Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD

Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status
gizi masa lampau dan status sosial ekonomi.

Cara yang sama juga berlaku untuk menentukan status gizi anak berdasarkan
indeks antropometri panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan
menurut umur (TB/U).
Contoh : Anak perempuan umur 7 bulan memiliki panjang badan 61,5 cm.
Bagaimanakah status gizi anak tersebut ?
Anak perempuan dengan umur 7 bulan, panjang badan 61,5 cm ada di antara -3
SD dan -2 SD.

Berdasarkan Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak, panjang badan


anak yang berada di antara -3 SD dan -2 SD tergolong PENDEK.
Sehingga dapat disimpulkan status gizi anak perempuan tersebut dikategorikan
pendek berdasarkan indeks antropometri panjang badan menurut umur.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTRI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


28 TAHUN 2019. ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN
UNTUK MASYARAKAT INDONESIA.

KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.


NOMOR; 1995/MENKES/SK/XII/2010. TENTANG STANDAR
ANTROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK

Buku Panduan Pengukuran Antropometri

Nurkhasanah,Tikar Pertumbuhan, Upaya Pendeteksi Dini Stunting, 8 Agustus


2019

http://kesga.kemkes.go.id/ Tumbuh Kembang Optimal Dengan Stimulasi,


Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)Dipublikasikan Pada :
Kamis, 07 July 2018

Anda mungkin juga menyukai