Anda di halaman 1dari 24

1

JUDUL : ANALISIS AKSES MASYARAKAT TERHADAP JAMINAN

KESEHATAN (STUDI PADA KELUARGA PENDODOS SAWIT

DI DESA TANGGA BESI KECAMATAN SIMPANG KIRI

KOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH)

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena

itu, kesehatan adalah unsur yang paling penting dalam hidup manusia. Kesehatan

erat kaitannya dengan kondisi ekonomi, ekonomi yang mapan dengan sendirinya

akan menciptakan kondisi kesehatan yang baik. Dengan kondisi ekonomi yang

baik maka faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia seperti makanan

dan minuman yang sehat, lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup yang sehat

akan terpenuhi. Sebaliknya ekonomi yang buruk akan menyulitkan individu

masyarakat untuk memenuhi beberapa faktor di atas, dimana jika kondisi tersebut

dipelihara maka individu masyarakat akan kesulitan memperbaiki kesehatan

mereka masing-masing (RI, 1992 : I-1).

Masyarakat miskin diatas merupakan orang-orang yang kondisinya sangat

rentan terhadap masalah kesehatan, karena kurangnya kemampuan mereka secara

ekonomi untuk memperbesar diri mereka masing-masing. Undang-Undang Dasar

1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur


2

agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu (RI, 1992 : III-4)

Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup

tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per

100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007).

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan

karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi

dikarenakan pembiayaan kesehatan memang mahal

(http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan-kesehatan masy

arakat.html).

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang

peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu

negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable

access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh

karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan

fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin

terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi

(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.

Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health

care financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat


3

memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara

rasional serta menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan

kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat

miskin (equitable and pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses

yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan

mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi. Pelayanan

kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada negara

maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari

pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab

utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan

dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan

dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan itu sendiri (poor

management of resources and services).

Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi

pembiayaan kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan

tetapi pada dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama karena ke semua hal

itu diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan

nasional, regional dan Internasional (http://www.kebijakankesehatan

.co.cc/2008/11/tentang-jaminan -kesehatan-masyarakat.html).

Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi

pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama

kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut:

1) meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan, 2)


4

mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan permeliharaan

kesehatan masyarakat miskin, 3) pengembangan skema pembiayaan praupaya

termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI), 4) penggalian dukungan

nasional dan internasional, 5) penguatan kerangka regulasi dan intervensi

fungsional, 6) pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan

pada data dan fakta ilmiah, serta 7) pemantauan dan evaluasi. Beberapa upaya

pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian menyeluruh dan

perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli

terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi

upaya-upaya seperti :

1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah

kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria,

kurang gizi, PMS dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan

lingkungan

2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu

3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan

masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi

pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi

makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan

kerja

4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak

mampu
5

5. Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan

pada daerah

Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi

masyarakat miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara

menyeluruh. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman

berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangkan jaminan kesehatan,

sistem ini merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem pelayanan

kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan

kesehatan ini akan mendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan

standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan

obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur dengan UU

No.40/2004 sesungguhnya merupakan upaya memberikan jaminan sosial kepada

seluruh warga negara Indonesia dalam bentuk asuransi. Diharapkan secara

bertahap seluruh masyarakat Indonesia nantinya terjamin dalam sistem jaminan

sosial yang terselenggara dengan baik sesuai amanat UUD 1945 pasal 34 ayat 2:

”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat

kemanusiaan”. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan

kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak

tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut

melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat Miskin (Jamkesmas).


6

Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak

rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen

pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga

saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan

Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan

program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan

hak rakyat atas kesehatan tersebut (RI, 2004 : III-3).

Jamkesmas mulai diluncurkan pada tahun 2008. Sebelumnya pada tahun

2005 pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu dikenal dengan nama ASKESKIN (asuransi kesehatan

masyarakat miskin). Penyelenggaraan program adalah PT.ASKES yang

ditugaskan menteri kesehatanberdasarkan keputusan Menteri

NO.1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT. ASKES dalam pengelolaan

pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Setelah dilakukan evaluasi

dalam rangka efisiensi dan efektifitas penyelenggaraannya maka pada tahun 2008

dilakukan perubahan dalam system penyelenggaraannya. Perubahan pengelolaan

program tersebut adalah dengan memisahkan fungsi pengelola dan fungsi

pembayaran yang didukung oleh tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit (RS).

Nama program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Dari uraian diatas, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul:

“Analisis Akses Masyarakat Terhadap Jaminan Kesehatan (Studi Pada Keluarga


7

Pendodos Sawit di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota

Subulussalam Provinsi Aceh)”.

B. Perumusan Masalah

Agar penulisan karya tulis ini menjadi terarah dan tidak meluas kepada

pembahasan lainnya, maka penulis merumuskan masalahnya Bagaimana Analisis

Akses Masyarakat Terhadap Jaminan Kesehatan Pada Keluarga Pendodos Sawit

di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu untuk mengetahui

Analisis Akses Masyarakat Terhadap Jaminan Kesehatan Pada Keluarga

Pendodos Sawit di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota

Subulussalam Provinsi Aceh.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna bagi:

1. Secara Akademis:

a. Memberikan sumbangan bagi kepentingan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan sebagai referensi untuk kepentingan penelitian lanjutan

dan untuk memperdalam pengetahuan yang berkaitan tentang Analisis

Akses Masyarakat Terhadap Jaminan Kesehatan Pada Keluarga

Pendodos Sawit di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota

Subulussalam Provinsi Aceh.


8

2. Praktis:

a. Dapat berguna bagi penduduk Desa Alas yang bersangkutan dalam

mengembangkan Analisis Akses Masyarakat Terhadap Jaminan

Kesehatan Pada Keluarga Pendodos Sawit di Desa Tangga Besi

Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh.

E. Uraian Teoritis

1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa

manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan

pengaruh mempengaruhi satu sama lain. (Shadily, 1993 : 47 ). Pengaruh dan

pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang

sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan

adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama

lain.

2. Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena

proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal

kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena

pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya, baik dengan

paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau

kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan


9

keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang

telah ditetapkan (negara dan sebagainya) dengan sukarela berarti menurut

adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan

bersama itu. Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat

tawanan dan sebagainya.

b. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam :

1) Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan

sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau

keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya

dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia

luar

2) Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan

atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi

perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

3. Asal Mayarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban

tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar

semua pendapat hanya merupakan kira-kira dan pandangan saja. Antara lain

orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup

dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup

bersama dalam masyarakat, karena:


10

a. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk

memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa

ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.

b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,

yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung

bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari –

hari dengan tenaga bersama.

c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu

mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya

mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

d. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat,

bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan

melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan

dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada

pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan

dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan (Shadily, 1993 : 52 )

4. Pengertian Jamkesmas

Adalah jaminan kesehatan masyarakat dan merupakan program

bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di bidang

pelayanan kesehatan. Adapun yang menjadi tujuan dan sasaran dari

Jamkesmas sebagai berikut :

a. Tujuan Umum
11

Yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh

masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal secara efesien dan efektif.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari Jamkesmas adalah :

1) Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak

mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta

jaringannya dan Rumah Sakit.

2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin

3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan

dan akuntabel

4) Sasaran

Sasaran program jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak

mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang

sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Depkes, 2008 : :3)

Pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan pada :

a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 H ayat 1 bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat

lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh kesehatan.

Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak

terlantar dipelihara oleh Negara sedangkan ayat (3) bahwa Negara


12

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

fasilitas umum yang layak.

b. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

(Lembaga Negara tahun 1992 nomor 100, Tambahan Lembaran Negara

Nomr 3495)

c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4431)

d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3637)

e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan (Depkes,

2008 : :4)

Dalam menetapkan keanggotaan peserta Jamkesmas terdapat beberapa

ketentuan umum yang antara lain :

a. Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak

mampu selanjutnya disebut peserta Jamkesmas tahun 2008, yang

terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan

kesehatan

b. Jumlah sasaran pesera Program Jamkesmas tahun 2008 sebesar

19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa

bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang
13

dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh

Menkes Kesehatan RI (MENKES). Berdasarkan jumlah sasaran nasional

tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota

c. Berdasarkan kuota/kota sebagaimana butir kesua di atas,

bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota dalam

satutan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk

keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang

ditetapkan bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah

ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat

d. Bagi kabupaten/ kota yang telah menetapkan peserta Jamkesmas

lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta Jamkesmas

yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk

dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada :

1) PT Askes (persero) setempat untuk segera diterbitkan dan

didistribusikan kartu peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan

2) Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta

Jamkesmas yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan,

monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan

analisis

3) Dinas Kesehatan kabupaten/ kota atau tim pengelola Jamkesmas

Propinsi setempat sebagai pembinaan, monitoring, evaluasi dan bahan

analisis
14

4) Dinas Kesehatan kabupaten/ kota atau tim pengelola Jamkesmas

Provinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaa,

monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan

5) Departemen kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional,

bahan dasar verifikasi tim pengelola pusat, pembayaran klaim rumah

sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta

pengawasan

e. Bagi pemerintah kabupaten/ kota yang telah menetapkan jumlah

dan nama, masyarakat miskin (no, nama, dan alamat), selama proses

penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat

Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang

bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh

bupati/ walikota

f. Bagi pemerintah kabupaten/kota yang belum menetapkan jumlah,

nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu

sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan

tersebut sampai dengan penertbitan dan pendistribusian kartu peserta,

maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila

sampai batas waktu tersebut pemerintah kabupaten/ kota belum dapat

menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008

pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.


15

g. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta Jamkesmas

baru yang pencetakan blanko, entry data, penertbitan dan distribusi kartu

sampai ke peserta menjadi tangung jawab PT Askes (Persero)

h. Setelah peserta menerima kartu baru maka lama yang diterbitkan

sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak

dilakukan penarikan kartu peserta

i. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas

seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar, karena sesuatu hal tidak

terdaftar dalam surat keputusan bupai/ walikota, akan dikoordinasikan

oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan

kartunya

j. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas langsung

menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia

langsung hilang hak kepesertaanya (Depkes, 2008 : 6)

5. Pengertian Desa

Kata desa sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi” yang

berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang

merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta

memiliki batas yang jelas. Sesuai batasan definisi tersebut, maka di Indonesia

dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya masing-

masing seperti Dusun dan Marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, Dati di

Maluku, Nagari di Minang atau Wanua di Minahasa. Pada daerah lain


16

masyarakat setingkat desa juga memiliki berbagai istilah dan keunikan sendiri

baik mata pencaharian maupun adat istiadatnya.

Menurut Hardjatno (2007:23) defenisi umum desa adalah sebuah

aglomerasi permukiman di wilayah perdesaan. Di Indonesia, istilah desa

adalah pembagian wilayah administrative di bawah Kecamatan, yang

dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut Poerwadarminta (2009) Desa adalah

sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampong (di luar

kota) dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota).

Beradasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya

disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan

kesatuan, kampong (di luar kota); dusun atau udik (dalam arti daerah

pedalaman sebagai lawan dari kota). Desa merupakan suatu daerah hukum

yang merupakan wilayah masyarakat hokum terbentuk atas dasar ikatan

tertentu, antara lain: (1) bentuk genealogis, (2) bentuk “teritorial” dan (3)

bentuk campuran keduanya.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan


17

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut

dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa.

Desa di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner

Muntinghe, seorang Belanda anggota Raad van Indie pada masa penjajahan

kolonial Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang

berkuasa pada tahun 1811 di Indonesia. Dalam sebuah laporannya tertanggal

14 Juli 1817 kepada pemerintahnya disebutkan tentang adanya desa-desa di

daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa. Dan dikemudian hari ditemukan juga

desa-desa di kepulauan luar Jawa yang kurang lebih sama dengan desa yang

ada di Jawa.

Terbentuknya suatu desa tidak terlepas dari insting manusia, yang

secara naluriah ingin hidup bersama keluarga suami/ istri dan anak, serta

sanak familinya, yang kemudian lazimnya memilih suatu tempat kediaman

bersama. Tempat kediaman tersebut dapat berupa suatu wilayah dengan

berpindah-pindah terutama terjadi pada kawasan tertentu hutan atau areal

lahan yang masih memungkinkan keluarga tersebut berpindah-pindah. Hal ini

masih dapat ditemukan pada beberapa suku asli di Sumatera seperti kubu,

suku anak dalam, beberapa warga melayu asli, juga di pulau-pulau lainnya di

Nusa Tenggara, Kalimantan dan Papua.


18

Setidaknya ada tiga alasan pokok dari semula orang-orang membentuk

masyarakat adalah: (1) untuk hidup, yaitu mencari makan, pakaian dan

perumahan; (2) untuk mempertahankan hidupnya terhadap berbagai ancaman

dari luar; dan (3) untuk mencapai kemajuan dalam hidupnya. Desa pertanian

merupakan gejala desa pertama-tama dibentuk, setelah membuka hutan dan

mengolah lahan untuk ditanami tumbuhan yang menghasilkan makanan dan

bahan kebutuhan lainnya. Di tepi laut dan sungai-sungai besar terbentuk desa-

desa perikanan dan pelayaran (masyarakat pesisir) yang mendapat

pencahariannya dari menangkap ikan, tambak dan jasa pelayaran.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini yang digunakan penelitian dalam penelitian

adalah metode deskriptif yaitu: data deskriptif dapat dilihat sebagai indikator

bagi norma-norma dan nilai-nilai kelompok serta kekuatan sosial lainnya

yang menyebabkan atau perilaku manusia. (Furchan,1992:10).

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

deskriptif pendekatan analisis kualitatif yaitu penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, prilaku

individu dan sekelompok orang. (Maleong, 2006:05).

Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu secara

kualistik menggunakan metode deskriptif sehingga dapat memberikan


19

gambaran mengenai realitas sosial yang kompleks mengenai Analisis Akses

Masyarakat Terhadap Jaminan Kesehatan Pada Keluarga Pendodos Sawit di

Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi

Aceh. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti menghubungkan data,

fakta dan informasi yang ada di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri

Kota Subulussalam Provinsi Aceh mengenai Akses Masyarakat Terhadap

Jaminan Kesehatan Pada Keluarga Pendodos Sawit dengan menganalisa

kebenaran berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh.

2. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep sebagai hasil penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan hal tersebut, maka batasan-batasan konsep yang dipakai dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Jaminan
Kesehatan

Akses Masyarakat Terhadap Jaminan


Kesehatan

Masyarakat

Respon Positif Respon Negatif


20

3. Definisi Konsep

Konsep adalah sebagai ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-

benda, gejala sosial yang dinyatakan didalam istilah atau kata konsep

terbentuk dengan gejala interaksi digandalisasi. Adapun definisi konsepnya

adalah sebagai berikut:

a. Jaminan kesehatan adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme

asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

b. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah

sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi

adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

4. Kategorisasi

a. Jaminan Kesehatan, kategorisasinya:

1) Dalam terlaksananya jaminan kesehatan apakah terdapat

kendala.

2) Prosedur apa saja yang ada dalam jaminan kesehatan.

3) Program apa saja yang ada dalam jaminan kesehatan

b. Masyarakat, kategorisasinya:

1) Tanggapan, reaksi masyarakat akan adanya jaminan

kesehatan.
21

2) Penilaian dari masyarakat akan adanya jaminan kesehatan.

5. Narasumber

Adapun narasumber dari penelitian ini adalah pihak Keluarga

Pendodos Sawit di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota

Subulussalam Provinsi Aceh serta pihak yang berkaitan dengan judul

penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sebagai penunjang utama dalam penelitian ini,

maka metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Wawancara mendalam yaitu wawancara yang dilakukan penulis

dengan menggunakan pedoman wawancara

b. Data sekunder

Studi pustaka yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji

beberapa literature yang erat hubungannya dengan permasalahan yang

dibahas baik dalam internet maupun kepustakaan

7. Teknik Analisis Data

Menurut Milles and Huberman, analisis data tertata dalam situs

ditegaskan bahwa kolom pada sebuah matriks tata waktu disusun dengan

jangka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga dapat dilihat kapan gejala

tertentu terjadi. Prinsip dasarnya adalah kronologi. Berikut tahapan dalam

analisis data tertata, Pertama, membangun sajian, pada tahap ini cara yang
22

mudah bergerak maju adalah memecah-mecah inovasi ke dalam komponen-

komponen atau aspek-aspek khusus, dengan menggunakan ini sebagai baris

matriks. Kolom matriks adalah jangka-jangka waktu, dari penggunaan awal

sampai penggunaan nanti. Jika terjadi perubahan dalam komponen selama

jangka waktu itu, kita dapat memasukkan deskripsi singkat dari perubahan itu

(Miles dan Huberman, 2007: 173-174).

Kedua, Memasukkan data. Pada tahap ini, penganalisis sedang mencari

perubahan-perubahan dalam inovasi itu, komponen demi komponen.

Perubahan-perubahan itu dapat ditempatkan dalam catatan-catatan lapangan

wawancara dengan para pengguna inovasi yang sudah terkode, yang ditanyai

secara khusus apakah mereka telah membuat suatu yang sudah terkode dalam

format buku inovasi. Kelanjutan penyelidikan menurut adanya bagian-bagian

yang telah ditambah, didrop, diperbaiki, digabungkan, atau diseleksi untuk

digunakan. Dalam beberpa hal dapat mengacu pada bukti-bukti dokumenter

(Miles dan Huberman, 2007: 174).

Ketiga, Menganalisis data. Pada tahap ini, penganalisis dapat memahami

lebih dalam mengenai apa yang terjadi dengan mengacu kembali pada aspek-

aspek lain dari catatan lapangan, khususnya apa lagi yang dikatakan orang

mengenai perubahan itu atau alasan-alasannya (Miles dan Huberman, 2007:

177).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama memasuki lapangan, dan setelah selesai dari

lapangan. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,


23

dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dalam situs yang

dikembangkan oleh Miles Huberman. Data yang sudah terkumpul dibuat

dalam matriks. Dalam matriks akan disajikan penggalan-penggalan data

deskriptif sekitar peristiwa atau pengalaman tertentu yang menyekat data

sebelum dan sesudahnya. Setelah data dimasukkan kedalam matriks

selanjutnya di buat daftar cek (Miles Huberman, 2007: 139-140).

8. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Di Desa Tangga

Besi Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Waktu

penelitian dilakukan sampai dengan selesai.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II : Tinjauan Teoritis. Bab ini berisikan uraian dan konsep-konsep yang

berkaitan dengan judul

BAB III : Metode Penelitian. Bab ini berisikan tentang metode penelitian,

teknik pengumpulan data, analisis data, kategorisasi, definisi konsep,

kerangka konsep, narasumber, dan lokasi penelitian.


24

BAB IV : Analisis Hasil Penelitian. Bab ini berisi penyajian data, hasil data

yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen-dokumen yang akan

dianalisis sehingga penelitian dapat memberikan interprestasi atas

permasalahan yang diteliti, dan pembahasan.

BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai