Anda di halaman 1dari 13

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

1. Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan menurut WHO adalah suatu jaringan penyedia pelayanan
kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand
side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut,
dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Sistem kesehatan tidak terbatas
pada seperangkat institusi yang mengatur, membiayai, atau memberikan pelayanan, namun
juga termasuk kelompok aneka organisasi yang memberikan input pada pelayanan
kesehatan, terutama sumber daya manusia, sumber daya fisik (fasilitas dan alat), serta
pengetahuan/teknologi.
Sistem kesehatan mempunya empat fungsi pokok dimana fungsi fungsi tersebut
direpresentasikan dalam bentuk sub subsistem dalam sistem kesehatan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Berikut merupakan empat fungsi pokok tersebut
:
1) Regulator atau Stewardshoip
2) Pelayanan Kesehatan
3) Pembiayaan Kesehatan
4) Pengembangan Sumberdaya

2. Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia


Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah Pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Perpres 72/2012 Pasal 1 angka 2). Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah
bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 ( Depkes RI, 2004)
SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain kondisi kehidupan
sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan,
sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi
masalah-masalah tersebut.
2.1 Sejaran SKN di Indonesia

1) SKN mulai disusun pada tahun 1980 1982 dan ditetapkan tahun 1982 pada
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99A/MENKES/SK/III/1982 Tahun
1982.
2) SKN 2004 disusun pada tahun 2002 2003 dan ditetapkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 131 /MENKES/SK/II/2004 pada tanggal 10
Februari 2004.
3) SKN 2009 disusun pada tahun 2008 2009 dan ditetapkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 374 /MENKES/SK/V/2009 pada April 2009.
Selain itu, SKN 2009 juga tercantum dalam Pasal 167 ayat (4) Undang
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4) SKN 2012 disusun pada tahun 2010 2012 dan ditetapkan pada Peraturan
Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012, yang mana untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 167 ayat (4) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Perpres No. 72 Tahun 2017 berisi 10 Pasar 148 Butir
Lampiran.
2.2 Tujuan dan Manfaat SKN
Tujuan dari diadakannya SKN yaitu terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta
secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. ( Perpres 72, 2012).
Manfaat dari SKN yaitu :
a. Dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan kesehatan
b. Mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan
hak asasi manusia
c. Memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi
dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun
2005-2025 (RPJP-K)
d. Memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformative
e. Melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu
f. Meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan
nasional
2.3 Unsur unsur SKN di Indonesia
1) Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan
yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan kebutuhan
kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga
kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif serta selalu menerapkan
prinsip-prinsip perikemanusiaan dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan.
2) Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang
adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan,
agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
3) Adil dan Merata
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata.
Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu
diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik geografis maupun
ekonomis.
4) Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat. Setiap orang dan masyarakat bersama dengan
pemerintah berkewajiban dan bertanggung-jawab untukmemelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus
berdasarkan pada kepercayaan atau kemampuan dan kekuatan sendiri serta
kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial dan gotong royong.
5) Kemitraan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan.
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang
kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki.
Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta
kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan diwujudkan dalam
suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya-guna, agar diperoleh
sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggitingginya.
6) Pengutamaan dan Manfaat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan
manfaat.Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih
mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan
maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih
mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara berhasil-guna
dan berdayaguna, dengan mengutamakan upaya kesehatan yang
mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta
lingkungannya
7) Tata Kepemerintahan yang Baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis,
berkepastian hukum, terbuka (transparent), rasional/profesional, serta
bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountable).
2.4 SKN di Inggris (Britania Raya)
1) Sejarah dan Dasar Politik
Undang-undang National Health Service yang sekarang berjalan di
Inggris diawali pada tahun 1867 ketika perlemen Inggris menyetujui
rancangan undang-undang Metropolitan Poor Act. Undang-undang ini
menciptakan kewajiban bagi pemerintah lokal untuk menyediakan
pelayanan rumah sakit secara Cuma-Cuma bagi masyarakat miskin. Seiring
berjalannya waktu, muncullah reformasi sosial terhadap kebijakan
kesehatan yang didasari oleh ketidakpuasan masyarakat atas cakupan
Metropolitan Poor Act yang terbatas. Inggris dihadapkan pada tuntutan atas
peningkatan program jaminan sosial yang melanda seluruh wilayah Eropa.
Sebagai respon atas hal ini, muncullah undang-undang National Health
Insurance pada tahun 1911 yang didukung oleh pemerintah liberal.
National Health Insurance mencakup jaminan medis dan
perlindungan bagi penyadang cacat serta jaminan atas income selama sakit,
bagi mereka yang berusia 16 hingga 65 tahun yang memiliki pendapatan
kurang dari pendapatan perkapita per tahun. Namun ternyata kebijakan ini
juga dinilai kurang murah hati dibandingkan dengan kebijakan jaminan
sosial di Jepang dan German. Kebijakan National Health Insurance ini tidak
menjamin kesehatan mereka yang menjadi tanggungan si wage earner, tidak
mencakup mereka yang berwirausaha, dan mereka yang tidak memiliki
pekerjaan. Akibatnya, Inggris terus mencari kebijakan yang lebih baik.
Pada awal hingga pertengahan tahun 1940-an, Inggris mengalami
keruntuhan politik, ekonomi, sosial dan budaya akibat perang dunia kedua.
Tahun 1942, Braveridge Report menganalisa masalah sosial yang terjadi di
Inggris dan merekomendasikan reformasi melalui keterlibatan pemerintah
dalam ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Dengan berbagai reaksi pro-
kontra terhadap rekomndasi ini, akhirnya pada tahun 1946, kebijakan
undang-undang National Health Service lahir dan diimplementasikan pada
tahun 1948. National Health Service ini menyediakan pelayanan kesehatan
gratis bagi seluruh populasi yang dibiayai oleh pajak. Walaupun undang-
undang ini mengalami perubahan-perubahan besar dalam perjalanannya,
namun National Health Service ini tetap menjadi fondasi sistem kesehatan
di Inggris hingga sekarang.
Inggris memiliki catatan sejarah cukup panjang mengenai
keterlibatan pemerintah melalui institusi masyarakat dan komitmennya
untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi setiap warga negaranya. National
Health Service menunjukkan nilai sosial hanya pada sumber-sumber yang
penting saja, seperti contohnya pelayanan kesehatan. Walaupun sistem
kesehatan sekarang juga menuai kritik, tetapi hanya sedikit yang
menunjukkan keinginan untuk merubah sistem yang mungkin akan
menjadikan sebagian orang tidak mampu untuk mendapa pelayanan
kesehatan. Bagi sebagian besar orang Inggris, kata National merupakan
sumber kebanggaan tersendiri.
2) Organisasi Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan di Inggris dikuasai dan dijalakan oleh
pemerintah. Mulai dari menetapkan kebijakan kesehatan, mendanai sistem
kesehatan, memiliki fasilitas kesehatan, hingga mempekerjakan tenaga
kerja medis profesional, dilakukan oleh pemerintah. Sistem ini terbagi
menjadi tiga : hospital sector, primary care sector, dan community/social
service and long-term care sector. Secara umum, kekuasaan tertinggi berada
di tangan Deapartment of Health and Social Security (DHSS), dan secretary
of social services di dalam DHSS, secara khusus. DHSS memberikan
pedoman administratif, pendanaan, dan manajemen personel kesehatan
secara keseluruhan.
Dalam hospital sector terbagi ke dalam 12 Regional Health
Authorities. Setiap RHA mencakup empat hingga lima juta penduduk.
Masing-masing RHA ini terdiri dari 15 District Health Authority. Setiap
DHA bertanggung jawab atas empat sampai lima rumah sakit. Sedangkan
primary care sector dijalankan oleh Family Practicioner Comitee yang
masing-masing membawahi beberapa DHA.
Aturan main di Inggris dalam hal pelayanan kesehatan serupa
dengan di Amerika : tenaga kerja medis bekerja di klinik atau rumah sakit.
Namun, bedanya, di Inggris, untuk mengakses sistem pelayanan kesehatan
dilakukan melalui general practicioner (GP).
3) Harga dan Biaya Pelayanan
Lebih dari 80% pembiayaan National Health Service dibiayai oleh
pemerintah yang diambil dari pajak. Pasien membayar kebutuhan fisik
terkait kesehatannya, seperti misalnya kaca mata dan obat-obatan yang
dianjurkan dokter. Namun, mereka tidak membayar biaya pelayanan
kesehatan oleh tenaga medis profesional dan rumah sakit.
Di Inggris juga terdapat beberapa sektor pelayanan kesehatan
swasta. Dewasa ini, banya orang yang membeli asuransi bagi pelayanan
kesehatan swasta. Pelayan kesehatan (physicians) tidak diwajibkan untuk
mendaftarkan diri ke NHS, namun bagi mereka yang terdaftar, mereka
boleh menerima pasien mandiri atau terlepas dari kebijakan NHS.
Perusahaan asuransi swasta menawarkan asuransi kesehatan premium.
Rumah sakit swasta menawarkan jumlah tempat tidur yang terbatas bagi
private patiens.
Lalu mengapa dengan kebijakan pelayanan kesehatan NHS yang
sudah sangat mencukupi, masih ada orang-orang yang membeli private
insurance? Ternyata hal ini disebabkan oleh antrian panjang bagi pasien-
pasien terutama dalam hal operasi, dimana terkadang tindakan operasi
dibutuhkan segera demi kesehatan si pasien.
4) Pendidikan Medis dan Pelatihan Medis
Dewasa ini, ada sekitar 30 sekolah medis di Inggris. Seleksi dan
kompetisi untuk memperebutkan kursi di sekolah medis sangat tinggi.
Kualitas intelektual yang menjadi salah satu syarat juga sangat tinggi. Biaya
pendidikan medis gratis, kecuali bagi mereka yang berasal dari keluarga
dengan pendapatan sangat tinggi.
Dalam perjalanan kuliahnya di sekolah medis, para mahasiswa
harus mengikuti enam tahun masa perkuliahan yang terdiri dari dua tahun
mepelajari basic sciences, tiga tahun dalam studi klinis, dan satu tahun
latihan praktik (magang) di rumah sakit. Setelah itu, mereka dapat
meneruskan studinya mengambil spesialisasi agar menjadi consultant.
Menjadi physician atau tenaga medis di Inggris memiliki dua pilihan karir :
menjadi general practicioner atau menjadi consultant. Sistemnya berjalan
seperti ini : Pasien bebas memilih general practicioner mana yang ia
inginkan. Tetapi sebelumnya, pasien harus mendaftarkan diri terlebih
dahulu dan mengajukan general practicioner yang ia inginkan. Setelah
mendapat general practicioner yang sesuai, maka itulah satu-satnya general
practicioner yang dapat digunakan. Pasien boleh saja mengganti general
practicionernya, tetapi ia harus mendaftar ulang seperti prosedur
sebelumnya. Tetapi berganti general practicioner sangat jarang terjadi di
Inggris. General practicioner memiliki kewajiban untuk memberikan
pelayanan utama atau primary care kepada pasiennya. Selain itu ia juga
dapat memberikan resep obat, namun harus merekomendasi pasiennya
kepada consultant atau dokter spesialisasi untuk mendapatkan pelayanan
rumah sakit. Jadi intinya, secara umum, general practicioner ini adalah
orang pertama yang didatangi oleh pasien jika ia sakit. Setelah konsultasi
ke general practicioner, kemudian ia dirujuk ke dokter spesialis di rumah
sakit.
General practicioner di Inggris terkait dengan NHS melalui tiga cara
sistem reimburse : masing-masing GP menerima gaji dasar untuk
membiayai fixed cost dalam menjalankan prakteknya ; masing-masing GP
menerima gaji dasar berdasarkan banyaknya pasien yang ia tangani ;
terakhir, masing-masing GP bisa mendapatkan tambahan gaji dari tindakan
pelayanan seperti vaksin, dimana vaksin tidak ditanggung oleh jaminan
kesehatan.
Kontroversi banyak terjadi pada general practicioner terkait dengan
sistem reimburse yang memberikan gaji sebanyak jumlah pasien yang
ditangani. Maksimal pasien yang ditangani oleh GP ini sebanyak 3500
orang, sedangkan rata-rata pasien yang ditangani sebanyak 1900an. GP
wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi siapapun, tetapi jumlah
pasien, tipe perawatan, dan tipe pasien yang ditangani mempengaruhi gaji
yang diterima. Tetapi mereka diberi tunjangan lebih jika mereka menangani
tipe pasien tertentu, seperti orang tua atau pasien yang memiliki pendapatan
sangat rendah. Di sisi lain, consultant bekerja di rumah sakit. Mereka adalah
tenaga medis spesialisasi atau operasi. Gajinya didapat dari NHS dan besar
gaji yang diterima oleh masing-masing consultant dengan berbagai
spesialisasi sama besarnya. Penentuan besarnya gaji dapat dinegosiasikan
yang didasari oleh jumlah pasien dan tipe perawatan/tindakan yang
ditangani mereka.
Di Inggris, tingkat percaya diri tenaga-tenaga medis ini cukup
tinggi. Ini juga berdampak pada pasiennya, dimana pasien yang berobat
jarang sekali mencari second opinion. Malpratek juga jarang terjadi di
negara welfare state ini. Kepercayaan diri ini juga dipengaruhi oleh prestise
pekerjaannya. Pendapatan tenaga kerja medis berada di atas pendapatan
rata-rata di Inggris. Kontroversi justru terjadi dalam perbedaan status antara
general practicioner dengan consultant. Consultant memiliki prestise yang
lebih tinggi di masyarakat. GP mengatakan bahwa consultant lebih
didukung penuh oleh NHS dalam hal pendapatan pokok, fringe benefit
(tunjangan tambahan, seperti makan siang, transport, asuransi, dll), dan
lingkungan pekerjaannya yang dinilai sangat kondusif.
5) Performa Sistem
Inggris mempunyai standar indikator kesehatan yang sangat baik. Hal ini
terlihat dari angka harapan hidup yang paling tinggi sedunia dan tingkat
kematian bayi yang sangat rendah. Walaupun sejauh ini belum ada pasien
yang dikembalikan dengan alasan tidak mampu membiayai pelayanan
kesehatan, anggaran bagi pelayanan kesehatan di Inggris dinilai rendah
dibandingkan dengan anggaran kesehatan di Amerika. Tetapi pada tahun
1980an, NHS juga mengalami masalah pelayanan kesehatan seperti yang
terjadi di banyak negara. Karena harga pelayanan kesehatan semakin mahal,
maka banyak rumah sakit yang terpaksa ditutup, waiting list untuk tindakan
operasi semakin panjang, kekhawatiran karena menurunnya kualitas sistem
kesehatan, serta terpukulnya moral para tenaga medis semakin meningkat.
6) Perkembangan Pelayanan Kesehatan Saat Ini
Mantan perdana menteri Inggris, Margareth Thatcher,
mengkhawatirakn mengenai masalah sosial di atas. Beliau kemudian
mendapat review hasil evaluasi program NHS yang mencakup saran dan
rekomendasi bagi sistem kesehatan di Inggris. Review ini berisi beberapa
arahan untuk melakukan reformasi sistem. Bagian akhir laporan finalnya
yang berjudul Working for Patiens berisi mengenai perubahan kunci dalam
struktur dan organisasi, serta mendorong penggunaan private market untuk
meningkatkan kompetisi dan efisiensi di dalam sistem kesehatan. Namun,
laporan ini tetap menginginkan pemerintah untuk terus menjalankan sistem
kesehatan yang gratis dan tetap menggunakan oajak untuk membiayai
sistem kesehatan ini. Walapun ada beberapa reaksi pro-kontra, rekomendasi
ini disetujui dan mulai diimplementasikan tahun 1991.
Inti dari proposal reformasi ini ada dua. Pertama, dalam hospital
sector, rumah sakit-rumah sakit di bawah NHS diberi kesempatan untuk
mendaftarkan diri menjadi rumah sakit yang independen. Walaupun bukan
diprivatisasi, mereka diberi kepercayaan independen dari Distric Health
Authority. Mereka diberikan kebebasan dalam mengatur kegiatan sehari-
harinya, dalam urusan pendanaan, staff reimbursement level, dan
mengadakan kerja sama dengan rumah sakit swasta untuk menyediakan
pelayanan kesehatan secara optimum.
Kedua, dalam primary care sector, masing-masing general
practicioner (GP) diberi anggaran sesuai dengan komposisi pasien yang
ditanganinya. Budget ini digunakan untuk memberikan pelayanan kepada
pasien sekaligus menyediakan insentif pasar untuk rumah sakit agar harga
yang diberikan digunakan seefektif mungkin dan tetap menjaga agar harga
pelayanan kesehatan semurah mungkin. GP juga diberi insentif untuk
berkompetisi memenangkan pasien. Gaji general practicioner juga
dinaikkan 40 60% untuk mendorong mereka menarik pasien. Sebaliknya,
pasien dapat memilih kesepakatan terbaik dengan general practicioner.
Sistem kesehatan NHS ini bukan tanpa kritik. Banyak kritik
ditujukan pada kebijakan pemberian insentif bagi mereka yang dapat
menarik banyak pasien. Akibatnya, hubungan tradisional antara pasien
dengan GP menjadi berkurang. Misalnya, karena GP menarik banyak
pasien, akibatnya pasien yang ditanganinya semakin banyak pula. Semakin
banyak pasien yang harus ditangani, semakin sedikit waktu yang dihabiskan
antara pasien dengan GP nya. Ada juga yang mengajukan kritik bahwa
justru biaya sistem kesehatan akan semakin meningkat karena mereka yang
mempekerjakan tenaga medis dipaksa untuk membayar gaji yang lebih
banyak agar mereka dapat menarik perhatian calon pasien.
TUGAS KELOMPOK DASAR KESEHATAN MASYARAKAT
SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)

Nama Kelompok :
Bintang Artiko Wibisono 151510383001
Agithia Rahma Kusuma Wardhani 151510383007
Rizky Utami Ayuningdyah 151510383016
Destantya Nungki Artiwi 151510383023
Aldo Sudaryanto 151510383024
Gerry Lano Askuko 151510383028

PROGRAM STUDI D-IV RADIOLOGI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 131 tahun 2004 tentang
Sistem Kesehatan Nasional

Kebijakan Kesehatan Nasional dalam Sistem Kesehatan Nasional diakses dari


www.fppt.com

Wolinsky, Fredric D. 1980. The Sociology of Health: Principles, Professions and


Issues (Chapter 17 about Comparative Health System). Boston: Little, Brown and
Company.

Anda mungkin juga menyukai