Anda di halaman 1dari 35

SISTEM KESEHATAN NASIONAL DAN

SISTEM KESEHATAN DAERAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Organisasi Manajemen
dan Kepemimpinan
Dosen Pengampu :Muhammad Yumardin S.KM, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Maria Indriana (6411413166)


2. Awaliyah Nor Faida (6411414002)
3. Ria Nurhayati (6411414021)
Rombel 1

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 ( Depkes RI, 2004).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat
termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. ( Perpres 72, 2012).
Sistem Kesehatan Daerah (SKD) adalah merupakan implementasi sistem
Kesehatan Nasional didaerah, yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta di daerah yang secara terpadu
dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dan pada hakekadnya merupakan wujud sekaligus metode
penyelenggaraan kesehatan daerah. Pentingnya SKD, bukan semata-mata karena
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) mengamanatkan pengelolaan kesehatan
dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah. Namun jauh lebih penting dari
itu, melalui SKD, kondisi dan kebutuhan spesifik daerah dan masyarakat akan
dapat lebih terakomodir. SKD juga merupakan ruang sekaligus bentuk pengakuan
terhadap potensi pelaku dibidang kesehatan yang dimiliki daerah (pemerintah,
masyarakat, swasta) yang dengan SKD ini diikat dalam komitmen dan tujuan
yang sama sebagaimana prinsip dasar SKN, yakni : Perikemanusiaan; Hak Azasi
Manusia; Adil dan merata; Pemberdayaan dan kemandirian Masyarakat;
Kemitraan; Pengutamaan dan manfaat; Tata kepemerintahan yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional dan tujuan dari
sistem kesehatan nasional?
2. Apa saja Asas dan dasar sistem kesehatan nasional?
3. Bagaimana kedudukan sistem kesehatan nasional?
4. Apa saja landasan Sistem kesehatan nasional?
5. Bagaimana penyelenggaraan sistem kesehatan nasional?
6. Siapa pelaku penyelenggara Sistem kesehatan Nasional?
7. Apa saja subsistem sistem kesehatan nasional?
8. Apa pengertian sistem kesehatan daerah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional
dan tujuan dari sistem kesehatan nasional?
2. Untuk mengetahui Apa saja Asas dan dasar sistem kesehatan nasional?
3. Untuk mengetahui Bagaimana kedudukan sistem kesehatan nasional?
4. Untuk mengetahui apa saja landasan sistem kesehatan Nasional?
5. Untuk mengetahui Bagaimana penyelenggaraan sistem kesehatan nasional?
6. Untuk mengetahui Siapa pelaku penyelenggara Sistem kesehatan Nasional?
7. Untuk mengetahui Apa saja subsistem sistem kesehatan nasional?
8. Untuk mengetahui Apa pengertian sistem kesehatan daerah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)


Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan
dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh.Sistem Kesehatan Nasional
adalah Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Pengelolaan
kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan
melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta
pemberdayaan masyarakat.Pembangunan kesehatan adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis. SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan
secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain
kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi
kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan
tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.SKN disusun dengan
memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (primary health
care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada kepentingan
dan harapan rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan
melindungi kesehatan masyarakat, kepemimpinan, serta profesionalisme dalam
pembangunan kesehatan.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat
termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya


apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik
antar pelaku maupun antar subsistem SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau
seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan
perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
B. ASAS dan DASAR SKN
1. Asas Sistem Kesehatan Nasional
Sebagaimana dinyatakan dalam Bab I bahwa Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Dengan demikian untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap
pelaku pembangunan kesehatan harus taat pada asas yang menjadi landasan
bagi setiap program dan kegiatan pembangunan kesehatan.
2. Dasar Pembangunan Kesehatan
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-
2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.Dalam Undang-
undang tersebut, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan mendasarkan pada prinsip prinsip berikut :
1. PerikemanusianPembangunan kesehatan harus berlandaskan pada
prinsip perikemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga
kesehatan perlu berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan
selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
2. Pemberdayaan dan KemandirianSetiap orang dan masyarakat
bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban, dan bertanggung-
jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Pembangunan
kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran aktif
masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri
serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial serta gotong-
royong.
3. Adil dan MerataDalam pembangunan kesehatan setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, tanpa memandang suku, golongan, agama, dan
status sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
kembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
4. Pengutamaan dan ManfaatPembangunan kesehatan diselenggarakan
dengan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
perorangan atau golongan. Upaya kesehatan yang bermutu
diselenggarakan dengan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

3. Dasar Sistem Kesehatan Nasional


Dalam penyelenggaraan, SKN perlu mengacu pada dasar-dasar sebagai
berikut:
a. Hak Asasi Manusia (HAM)
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan
kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat, maka setiap
penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia.
Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 antara lain
menggariskan bahwa setiap rakyat berhak atas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya tanpa membedakan suku, golongan, agama, jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi. Setiap anak dan perempuan
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
b. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk
mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar
subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar
SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait,
seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu
berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan
nasional.
c. Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang
tinggi, dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk
menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
baik (good governance).Pembangunan kesehatan diselenggarakan
secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan),
rasional, profesional, serta bertanggung-jawab dan bertanggung-
gugat (akuntabel).
d. Dukungan Regulasi
Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan
regulasi berupa adanya berbagai peraturan perundangan yang
mendukung penyelenggaraan SKN dan penerapannya (law
enforcement).
e. Antisipatif dan Pro Aktif
Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu
melakukan antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di
dasarkan pada pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi
di negara lain. Dengan mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku
pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif terhadap perubahan
lingkungan strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal.
f. Responsif Gender
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana
kebijakan dan program serta dalam pelaksanaan program kesehatan
harus menerapkan kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan
gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi
bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kesehatan serta
kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan
kesehatan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil
terhadap laki-laki dan perempuan dalam pembangunan kesehatan.
g. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan
menggunakan potensi daerah yang secara positif dapat
meningkatkan hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan,
yang dapat diukur secara kuantitatif dari meningkatnya peran serta
masyarakat dan secara kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup
jasmani dan rohani.Dengan demikian kebijakan pembangunan
daerah di bidang kesehatan harus sejalan dengan SKN, walaupun
dalam prakteknya, dapat disesuaikan dengan potensi dan kondisi
serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan
pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat.
C. Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Ketahanan Nasional. SKN bersama
dengan berbagai sistem nasional lainnya, diarahkan untuk mencapai
Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial.
Dalam kaitan ini, undang-undang yang berkaitan dengan kesehatan
merupakan kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan.
2. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang
tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga
tanggung jawab dari berbagai sektor lain terkait. Dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, SKN perlu menjadi acuan bagi sektor lain.
Dalam penyelenggaraan pembangu-nan nasional, SKN dapat bersinergi
secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya seperti: Sistem
Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan
Pangan Nasional, Sistem Hankamnas, dan Sistem-sistem nasional lainnya.
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di
Daerah yaitu sebagai acuan bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk
swasta
Berbagai sistem kemasyarakatan merupakan bagian integral dari
SKN.Dalam kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan.Sedangkan potensi swasta merupakan bagian integral
dari SKN.Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan perlu digalang kemitraan
yang setara, terbuka, dan saling menguntungkan dengan berbagai potensi
swasta.SKN dapat mewarnai potensi swasta, sehingga sejalan dengan tujuan
pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.Dengan mengacu terutama
pada kedudukan SKN diatas dan pencapaian tujuan nasional.
D. Landasan Sistem Kesehatan Nasional
a. Landasan idiil yaitu Pancasila.
b. Landasan konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945,

Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak


mempertahankan hidup dan kehidupannya,

Pasal 28B ayat (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.,

Pasal 28C ayat (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri


melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia,

Pasal 28H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan,

Pasal 28H ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat,

Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial


bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,

Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan


fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

c. Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan
pembangunan kesehatan.

E. Pelaku Penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional


Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah:
1. Individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi,
praktisi, serta masyarakat luas termasuk swasta, yang berperan dalam
advokasi, pengawasan sosial, dan penyelenggaraan berbagai pelayanan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuan masing-masing;
2. Pemerintah, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah berperan sebagai
penanggungjawab, penggerak, pelaksana, dan pembina pembangunan
kesehatan dalam lingkup wilayah kerja dan kewenangan masing-masing.
Untuk Pemerintah, peranan tersebut ditambah dengan menetapkan
kebijakan, standar, prosedur, dan kriteria yang digunakan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah;
3. Badan Legislatif, baik di pusat maupun di daerah, yang berperan
melakukan persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk-
produk hukum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif;
4. Badan Yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan
menegakan pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang kesehatan;
5. Sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan
seperti industri farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi
kesehatan, dan industri pada umumnya. Industri pada umumnya berperan
besar dalam memungut iuran dari para pekerja dan menambah iuran yang
menjadi kewajibannya;
6. Lembaga pendidikan, baik pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat
perguruan tinggi, baik milik publik maupun swasta. Sebagian besar
masalah kesehatan berhubungan dengan perilaku dan pemahaman.
Pendidikan memegang kunci untuk menyadarkan masyarakat akan
berbagai risiko kesehatan dan peran masyarakat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
F. PENYELENGGARAAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
1. Penetapan SKNUntuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua
pihak, SKN perlu ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Sosialisasi dan Advokasi SKNSKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan
ke seluruh pelaku pembangunan kesehatan dan seluruh pemangku
kepentingan kesehatan untuk memperoleh komitmen dan dukungan dari
semua pihak. Sasaransosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu
kebijakan, baik di pusat maupun daerah, baik di sektor publik maupun di
sektor swasta.
3. Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di
DaerahDalampembangunan kesehatan di Daerah perlu dikembangkan
kebijakan kesehatan, seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP-D), (RPJM-D), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD), yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi,
dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam kerangka SKN. Pemerintah
Pusat memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah,
memfasilitasi pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan
daerah, serta memfasilitasi sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan.

G. SUBSISTEM SKN
1. Subsistem Upaya Kesehatan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuannya untuk terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai
(accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Subsutem Upaya Kesehatan terdiri dua unsur utama, yaitu sebagai berikut:
a. UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)
Adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di
masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan
minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan
berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan masyarakat (UKM ) terbagi menjadi 2 :

1. UKM Strata pertama


UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar
yang ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah
Puskesmas yang didukung secara lintas sektor dan di dirikan
sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah
kerjanya.Tiga fungsi utama Puskesmas :
a. pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
b. pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
c. pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar
yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan;
kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana; perbaikan gizi;
kesehatan lingkungan; pemberantasan penyakit menular; dan
pengobatan dasar.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan
UKM strata pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai
dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan bersama
yang bersumber masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil
dikembangkan berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu, Polindes,
Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil dalam
Usaha Kesehatan Sekolah.
2. UKM Starta kedua
UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
yang ditujukan kepada masyarakat.Penanggungjawab UKM strata kedua
adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung secara lintas sektor.Dinkes
Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial dan
fungsi teknis kesehatan.Fungsi manajerial mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kab/Kota.
Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan
kesehatan masyarakat untuk lanjutan, yakni dalam rangka melayani
kebutuhan rujukan Puskesmas.Untuk dapat melaksanakan fungsi teknis
kesehatan, Dinkes Kab/Kota dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana
teknis seperti : unit pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi
kesehatan; pelayanan kefarmasian; kesehatan lingkungan; perbaikan gizi;
dan kesehatan ibu, anak, dan Keluarga Berencana.
Unit-unit tersebut disamping memberikan pelayanan langsung
juga membantu Puskesmas dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan
masyarakat. Rujukan kesehatan masyarakat adalah pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab atas masalah kesehatan masyarakat yang
dilakukan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizontal. Rujukan
kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan
teknologi dan rujukan operasional

3. UKM Strata Ketiga


UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawab
UKM strata ketiga adalah Dinkes Provinsi dan Depkes yang didukung
secara lintas sektor.Dinkes Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi,
yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggung jawaban
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di provinsi/ nasional. Fungsi
teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat
untuk unggulan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari
Kab/Kota dan Provinsi.
Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinaskesehatan
Provinsi dan Depkes perlu didukung oleh berbagai pusat unggulan yang
dikelola oleh sektor kesehatan dan sektor pembangunan lainnya. Contoh
pusat unggulan adalah Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit Infeksi
Nasional, dll.Pusat unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan
langsung juga membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan
kesehatan.
b. UKP (Upaya Kesehatan perorangan)
Adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap,
pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan
alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Dengan
prinsip : Berkesinambungan dan paripurna, Bermutu, aman dan sesuai
kebutuhan, Adil dan merata, Non diskriminatif, Terjangkau, Teknologi
tepat guna, Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat, terbagi menjadi 3
strata , yaitu :
1. UKP strata pertama
UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yg
ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata pertama adalah
pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai
bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat, dll.
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh
Puskesmas.Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan,
yakni pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
perorangan.Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi
denngan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin
Desa, dan Pos Obat Desa. Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa
termasuk sarana kesehatan bersumber masyarakat.
Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang
diselenggarakan secara ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya,
serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika termasuk UKP strata
pertama.
UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang
seperti toko obat dan apotek (dengan kewajiban menyediakan obat
esensial generik), laboratorium klinik, dan optik.Untuk menjamin dan
meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu dilakukan berbagai
program kendali mutu, baik yang bersifat prospektif meliputi lisensi,
sertifikasi, dan akreditasi, maupun yang bersifat konkuren ataupun
retrospektif seperti gugus kendali mutu.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan
nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan
UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggara UKP strata
pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan
menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat
terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.
2. UKP strata kedua
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
yang ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata kedua
adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang diwujudkan dalam
bentuk praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik
spesialis, balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan
mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM),
rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah (termasuk
TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan
pelayanan langsung juga membantu sarana UKP strata pertama dalam
bentuk pelayanan rujukan medik.Pelayanan rujukan medik adalah
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit yang
dilakukan secara timbal balik, baik secara vertikal maupun horizontal.
Rujukan medik terdiri dari tiga aspek, yaitu : rujukan kasus, rujukan ilmu
pengetahuan, serta rujukan bahan-bahan pemeriksaan laboratorium.
UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan
penunjang seperti apotek, laboratorium klinik, dan optik.Untuk
meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali
mutu penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat
(BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C
dan B non pendidikan milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan
BUMN), dan rumah sakit swasta.Berbagai sarana pelayanan tersebut
disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP
strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.
3. UKP strata ketiga
UKP strata ketiga adalah UKP tingkatunggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara UKP
strata ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang
diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis konsultan, praktik
dokter gigi spesialis konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah sakit
kelas B pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI
dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping memberikan
pelayanan langsung juga membantu sarana UKP strata kedua, UKP strata
ketiga juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,
laboratorium klinik,dan optik.Untuk menghadapi persaingan global, UKP
strata ketiga perlu dilengkapi dengan beberapa pusat pelayanan unggulan
nasional, seperti pusat unggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker
nasional, pusat penanggulangan stroke nasional, dan sebagainya.Untuk
meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali
mutu.

2. Subsistem Pembiayaan kesehatan


Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian,
pengalokasian, dan pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Tujuan tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Unsur unsur UtamaSubsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga
unsur utama, yaitu :
a. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan
untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau pemeliharaan
kesehatan
b. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang telah
berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat,
maupun swasta
c. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan dalam
anggaran pendapatan dan belanja sesuai dengan peruntukannya dan atau
dilakukan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela

Prinsip- prinsip subsitem pembiyaaan kesehatan terdiri dari :

1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara
berdaya guna, adil, dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi
dan akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan
dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
perorangan yang terorganisir, adil, berhasil guna dan berdaya guna
melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip
solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan
secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal : dana sehat)
atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal : dana
sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.

Bentuk Pokok subsitem pembiyaan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Penggalian danaPengendalian dana untuk UKM


a) Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik
pusat maupun daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan
dan pinjaman, serta berbagai sumber lainnya
b) Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta
serta masyarakat.
c) Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public
private partnership yang didukung dengan pemberian insentif,
misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan.
d) Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh
masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesmas, misalnya dalam
bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif, yakni
menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari
dana yang sudah terkumpul di masyarakat, misalnya dana sosial
keagamaan
2. Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu
dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga
miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
3. Pengalokasian Dana
a. Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP
dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik pusat
maupun daerah, sekurangkurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total
anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b. Alokasi dana dari masyarakat
1) Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan
berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
2) Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.
4. Pembelanjaan :
1) UKM : Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public private
partnership.
2) UKM dan UKP : Pembiayaan dari Dana Sehat dan Dana Sosial.
3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib : Pembelanjaan untuk
pemeliharaan kesmas rentan dan gakin. Untuk keluarga mampu melalui
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib dan atau sukarela.
4) Dimasa mendatang : biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap
digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan masyarakat rentan dan gakin.
3. Subsistem Sumber Daya Kesehatan kesehatan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesahatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.Tenaga kesehatan adalah semua orang
yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang
memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi,
terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Unsur unsur Utama Subsistem SDM SKN adalah sebagai berikut


1. Perencanaan tenaga kesehatan : upaya penetapan jenis, jumlah, dan
kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan : upaya pengadaan tenaga
kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah, dan kualifikasi yang telah
direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan : upaya pemerataan, pemanfaatan,
pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan

Prinsip subsistem SDM kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan tenaga kesehatan : jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga


kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
serta dinamika pasar di dalam dan luar negeri
2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan
pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga
kesehatan
3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan
teknologi serta pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran
agama dan etika profesi yang diselenggarakan secara berkelanjutan
4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan,
berdasarkan prestasi kerja, dan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan secara nasional.

Bentuk Pokok Subsistem SDM kesehatan sebagai berikut :

1. Perencanaan tenaga Kesehatan


a) Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun kualifikasi tenaga kesehatan
dirumuskan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat berdasarkan
masukan dari Majlis Tenaga Kes yang dibentuk di pusat dan propinsi
b) Majlis Tenaga Kesehatan : badan otonomi yang dibentuk oleh Mentri
Kesehatan di pusat serta oleh Gubernur di propinsi dengan susunan
keanggotaan tanda tangan wakil berbagai pihak terkait, termasuk
wakil konsumen dan tokoh masyarakat
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kes
a) Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat Pertama
ditetapkan oleh asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan yang
bersangkutan. Dan diselenggarakan oleh institusi pendidikan tenaga
kesehatan yang telah diakreditasi oleh asosiasi yang bersangkutan
b) Standar pendidikan profesi tingkat Lanjutan ditetapkan oleh kolegium
profesi yang bersangkutan dan diselenggarakan oleh institusi
pendidikan dan institusi pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi
oleh kolegium yang bersangkutan
c) Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi
yang bersangkutan
d) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan
harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi
tenaga kesehatan yang bersangkutan.
e) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan
kesehatan, tetapi belum diminati oleh swasta, menjadi tanggungjawab
pemerintah.

3. Pendayagunaan tenaga kes


a) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik
pemerintah dilakukan dengang sistem kontrak kerja, yang
diselenggarakan atas dasar kesepakatan secara suka rela antara kedua
belah pihak
b) Penempatan PNS sesuai dengan kebutuhan, diselenggarakan dalam
rangka mengisi formasi peg. pusat dan peg. daerah, serta formasi tenaga
kesehatan strategis, yaitu peg. Pusat yang dipekerjakan daerah.
c) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik
swasta di dalam negeri, diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan
milik swasta yang bersangkutan melalui koordinasi dengan pemerintah
d) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan di luar
negeri, diselenggarakan oleh suatu lembaga yangg dibentuk khusus
dengan tugas mengkoordinasikan pendayagunaan tenaga kesehatan ke
luar negeri
e) Pendayagunaan tenaga kes WNI lulusan luar negeri, didahului degan
program adaptasi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang
telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan
f) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing dilakukan setelah tenaga kes
asing tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi yang bersangkutan
g) Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilakukan melalui sertifikasi,
registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi Sertifikasi : institusi
pendidikan Registrasi : komite regsitrasi tenaga kesehatan Uji
kompetensi : masing-masing organisasi profesi Pemberian lisensi :
pemerintah
h) Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan
peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis, etika profesi
i) Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kes dilakukan secara serasi
dan terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian kewenangan
dalam teknis kesehatan kepada tenaga masyarakat dilakukan dilakukan
sesuai keperluan dan kompetensinya.
4. Subsistem sediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan (obat dan
perbekalan kesehatan)
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin
ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat
dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Tujuanya untuk tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang
aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Unsur unsur Utama dari Subsistem Sediaan farmasi, alat kesehatan
dan makanan (obat perbekalan kesehatan) adalah sebagai berikut :
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur di atas
saling bersinergi dan ditunjang dengan teknologi, tenaga pengelola serta
penatalaksanaan

Prinsip subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sosial


2. Sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan dan
keterjangkauannya
3. Tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan
4. Penyediaan diselenggarakan melalui optimalisasi industri nasional
5. Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar
formularium obat rumah sakit, sedangkan di sarana kesehatan lain
mengacu kepada DOEN
6. Pelayanan diselenggarakan secara rasional dengan memperhatikan aspek
mutu, manfaat, harga, kemudahan diakses, serta keamanan bagi masyarakat
dan lingkungan
7. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional
8. Pengamanan diselenggarakan mulai dari tahap produksi, distribusi, dan
pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan
9. Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak
terkait lainnya.

Bentuk Pokok Subsistem Obat dan perbekalan kesehatan yaitu :

a. Jaminan Ketersediaan obat dan perbekalan kes


1. Perencanaan kebutuhan secara nasional diselenggarakan oleh pemerintah
bersama pihak terkait
2. Perencanaan obat merujuk pada DOEN yang ditetapkan oleh pemerintah
bekerjasama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya
3. Penyediaan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional
4. Penyediaan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan secara
ekonomis belum diminati swasta menjadi tanggungjawab pemerintah
5. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah
6. Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang
ditetapkan oleh KFT RS
b. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
1. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui PBF
2. Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan
melalui apotek, sedangkan obat bebas melalui apotek, toko obat, dan
tempat-tempat layak lainnya dengan memperhatikan fungsi sosial
3. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter
dapat memberikan pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.
4. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang
penyelenggaraannya menjadi tanggungjawab apoteker
5. Pendistribusian, pelayanan, pemanfaatan perbekalan kesehatan harus
memperhatikan fungsi sosial
c. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
1. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dlm peredaran
dilakukan oleh industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi
profesi, dan masyarakat
2. Pengawasan distribusi, pengawasan promosi, pemanfaatan obat dan
perbekalan kesehatan dan pengamatan efek samping obat dilakukan oleh
pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi , dan masyarakat
3. Pengendalian harga dilakukan oleh pemerintah bersama pihak terkait
4. Pengawasan produksi, dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat
adiktif dan bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara
lintas sektoral, organisasi profesi,dan masyarakat
5. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional
dilakukan oleh pmerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi, dan
masyarakat

5. Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan


Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi
kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan
dan penerapan IPTEK, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Tujuanya untuk terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna, didukung oleh sistem informasi,
IPTEK dan hukum kesehatan, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Unsur-unsur Utama dari subsistem manajemen dan informasi terdiri
dari empat unsur utama, yaitu :
a. Administasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban
penyelenggaraan pembangunan kesehatan
b. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data
yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang
kesehatan
c. IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan
d. Hukum kesehatan adalah peraturan perundangundangan kesehatan yang
dipakai sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan

Prinsip-prinsip pada subsistem dan informasi adalah sebagai berikut :

a. Administrasi kesehatan
1. Diselenggarakan dengan berpedoman pada asas dan kebijakan
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam satu NKRI
2. Diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi
dengan berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit kesehatan di
berbagai jenjang administrasi pemerintahan
3. Diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan berbagai
sektor pembangunan lain serta antar unit antar kesehatan dalam satu
jenjang administrasi pemerintahan
4. Diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian
kewenangan, tugas dan tanggung jawab antar unit kesehatan dalam satu
jenjang yang sama dan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan
b. Informasi kesehatan
1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang
berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor
pembangunan lain
2. Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang
administrasi kesehatan
3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan
keputusan
4. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara
cepat dan tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi
dan komunikasi
5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan
data melalui cara-cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-ara
non rutin ( survai, dll)
6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek
kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran
c. IPTEK kesehatan
Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kesehatan adalah untuk
kepentingan masyarakat yang sebesar-besarnya dan tidak boleh bertentangan
dengan etika, moral, dan nilai agama.
d. Hukum kesehatan
1. Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem
hukum kesehatan yang mencakup pengembangan substansi hukum,
pengembangan kultur dan budaya hukum, serta pengembangan aparatur
hukum kesehatan
2. Tujuan pengembangan untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum,
keadilan hukum, dan manfaat hukum
3. Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung
tinggi etika, moral dan nilai agama

Buntuk pokok dari Subsistem Manajemen dan informasi kesehatan adalah sebagai
berikut :

a. Administrasi Kesehatan
1. Penanggungjawab administrasi kesehatan menurut jenjang administrasi
pemerintahan Pusat : Depkes, Provinsi : Dinkes Provinsi, Kab/Kota : Dinkes
Kab/Kota
2. Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan
Dinkes Kab/Kota dan sebaliknya
3. Fungsi Depkes : mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang
kesehatan, pembinaan, dan bantuan teknis serta pengendalian pelaksanaan
pembangunan kesehatan
4. Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas
dekonsentrasi bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis
bidang kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan,
serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinkes Kab/Kota
5. Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang
kesehatan, dengan fungsi
6. perumusan kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan
pelayanan kesehatan, serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan
7. Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan
daerah
8. Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
mengacu pada pedoman dan standar nasional
9. Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di
daerah didasarkan atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan
10. Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan
dengan mengacu pd pedoman, standar, dan indikator nasional
11. Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan
hasil pembangunan kesehatan kepada Depkes dan Dinkes Provinsi
12. Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan
hasil pembangunan kesehatan kepada Depkes
13. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi
dan otonomi daerah, pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi, dan
fasilitasi
14. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya
penanggulangan wabah dan bencana, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban program pembangunan kesehatan
diselenggarakan langsung oleh pemerintah pusat
b. Informasi kesehatan
1. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan
sistem informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait
2. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui
pencatatan dan pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat
yang diperoleh dari survai, survailans, dan sensus
3. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayan masyarakat di
bidang kesehatan, serta manajemen kesehatan
4. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi iselenggarakan
secara berjenjang, terpadu, multidisipliner, dan komprehensif
5. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui
masyarakat luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan
c. IPTEK Kesehatan
1. Dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik
masyarakat, swasta dan pemerintah
2. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselengarakan
oleh lembaga khusus yang berwenang
3. Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusatpusat penelitian dan
pengembangan unggulan
4. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan
pengembangan kesehatan dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi
dan dokumentasi IPTEK kesehatan
d. Hukum Kesehatan
1. Dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam
mengembangkan peraturan perundangundagan kesehatan daerah
2. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan
perundang-undangan,
3. pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan
masyarakat
4. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan
pengembangan jaringan informasi dan dokumentasi hukum kesehatan, serta
pengembangan satuan unit di organisasi hukum kesehatan di Depkes.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan,
kelompok, dan masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Tujuannya untuk terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi, dan
pengawasan sosial oleh perorangan, kelompok, dan masyarakat di bidang
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan.
Unsur- unsur Subsistem pemberdayaan masyarakat Terdiri dari tiga
unsur utama, yaitu :
a. Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran,fungsi, dan
kemampuan perorangan dalam membuat keputusanuntuk memelihara
kesehatan.Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri sendiri
yaknimempraktikkan PHBS yang diteladani oleh keluarga dan
masyarakatsekitar.Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader
kesehatandalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersihdan sehat.
b. Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di
satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan
di dipihak lain dapat aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesmas.
kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate),
atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan (to
watch)
c. Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi,
dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di
satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan di
pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian,
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau
melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan.

Prinsip- prinsip pada subsistem pemberdayaan masyarakat adalah


sebagai berikut :

1. Berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, masyarakat, sesuai dengan


sosial budaya, kebutuhan, dan potensi setempat
2. Dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
kesehatan
3. Dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai
upaya kesehatan
4. Dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat
kebersamaan dan gotong royong serta terorganisasikan dalam berbagai
kelompok/kelembagaan masyarakat
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggungjawab, dan bertanggun gugat dan
tanggap terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendorong,
pendamping, fasilitator, dan pemberi bantuan (asistensi) dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat

Bentuk Pokok dari subsistem pemberdayaan Masyarakat adalah sebagai


berikut :

1. Pemberdayaan perorangan
a. Dilakukan atas prakarsa peorangan/kelompok yang ada di masyarakat
termasuk swasta dan pemerintah
b. Ditujukan kepada tokoh masyarakat, adat, agama, politik, swasta dan
populer
c. Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dg PHBS serta
pembentukan kader-kader kesehatan
2. Pemberdayaan kelompok
a. Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
b. Terutama ditujukan kepada kelompok/kelembagaan yang ada di
masyarakat (RT/RW, kel/banjar/nagari, dll)
c. Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau
peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap
kesehatan
3. Pemberdayaan masyarakat umum
a. Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
termasuk swasta\
b. Ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah
c. Dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang
peduli kesehatan (Badan Penyantun Puskesmas, Konsil/Komite
Kesehatan Kab/Kota, dll).
H. SISTEM KESEHATAN DAERAH

Sistem kesehatan daerah menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya


kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, sumberdaya
obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen
kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. Sistem Kesehatan Daerah
merupakan acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaran pembangunan
kesehatan di daerah.

Dalam era desentralisasi yang sudah dijalankan oleh berbagai daerah


termasuk DKI, untuk segi pelayanan kesehatan juga sudah di pusatkan ke daerah
masing-masing. Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibukota negara sudah
mulai menerapkan sistem kesehatan daerah,yang diatur dalam peraturan daerah
no.4 tahun 2009, mengenai Sistem Kesehatan Daerah.
Kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota. Ini berarti bahwa dalam
rangka otonomi daerah, Pemerintah kabupaten dan Pemerintah Kota bertanggung
jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerahnya.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dalam
menjalankan fungsinya Rumah Sakit memiliki standar pelayanan
Standar pelayanan Rumah Sakit Daerah adalah penyelenggaraan
pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan
pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus
di selenggarakan oleh rumah sakit. (Permenkes no.228/Menkes/SK/III/2002
Tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal rumah Sakit yang
wajib dilaksanakan daerah).

Sistem Kesehatan daerah sebagai upaya penyelenggaraan pembangunan


kesehatan daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip:
1. Secara merata, berkeadilan, berkelanjutan dan saling mendukung
dengan upaya pembangunan daerah lainnya.
2. Menjunjung tinggi dan menghormati hak asasi manusia, martabat
manusia, kemajemukan nilai sosial budaya dan kemajemukan nilai
keagamaan.

Sistem Kesehatan Daerah (SKD) adalah merupakan implementasi sistem


Kesehatan Nasional didaerah, yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta di daerah yang secara terpadu
dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dan pada hakekadnya merupakan wujud sekaligus metode
penyelenggaraan kesehatan daerah. Pentingnya SKD, bukan semata-mata karena
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) mengamanatkan pengelolaan kesehatan
dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah. Namun jauh lebih penting dari
itu, melalui SKD, kondisi dan kebutuhan spesifik daerah dan masyarakat akan
dapat lebih terakomodir. SKD juga merupakan ruang sekaligus bentuk pengakuan
terhadap potensi pelaku dibidang kesehatan yang dimiliki daerah (pemerintah,
masyarakat, swasta) yang dengan SKD ini diikat dalam komitmen dan tujuan
yang sama sebagaimana prinsip dasar SKN, yakni : Perikemanusiaan; Hak Azasi
Manusia; Adil dan merata; Pemberdayaan dan kemandirian Masyarakat;
Kemitraan; Pengutamaan dan manfaat; Tata kepemerintahan yang baik.

Sistem Kesehatan Daerah (SKD) disusun untuk menyesuaikan sistem


kesehatan di daerah dengan berbagai perubahan dengan tantangan perusahaan dan
internal sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kesehatan
di daerah sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan nasional. Menurut
Wiludjeng (2006), Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta di daerah
yang secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Seiring berkembangnya era otonomi daerah
maka perlu dikembangkan sistem kesehatan daerah yang merupakan bagian dari
inegral dari sistem kesehatan. SKD menguraikan secara spesifik unsur-unsur
upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan menejemen kesehatan sesuai dengan potensi dan kodisi daerah.

SKN sebagai wujud penyelenggraan kesehatan nasional terdiri dari


berbagai sistem kesehatan provinsi dan masing-masing SKP terdiri dari berbagai
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi. Oleh karena itu. SKN
merupakan suprasistem dari SKD atau sebagai bagian integral dari SKN. SKD
menguraikan subsistem dalam SKN secara spesifik sesuai dengan potensi dan
kondisi daerah. SKN yang ada merupakan fasilitator bagi pengembangan SKD
dengan mengacu pada SKN dan mempertimbangkan kondisi, dinamika, dan
masalah spesifik daerah. Dalam penyusunan SKD tersebut perlu memperhatikan
komitmen dilaksanakannya standar pelayanan minimal dibidang kesehatan dan
juga komitmen global dalam mebangun kesehatan, seperti pencapaian MDGs
macro/econonic and health, SDGs, Proverty Reduction Strategic Paper, dan A
World Fit For Children (Kemenkes, 2004).

Menurut Wiludjeng (2006), beberapa fungsi sistem kesehatan daerah dapat


digunakan untuk :

a. Sebagai acuan bagi setiap individu maupun kelompok atau lembaga yang
terkait dengan kesehatan dalam penyelenggaraan kebijakan, program
maupun kegiatannya.
b. SKD sebagai pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan
berwawasan kesehatan.
c. SKD merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem
lainnya, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan.
d. Keberhasilan pelaksanaan SKD sangat tergantung pada semangat,
dedikasi, ketekunan, kerja keras, kempampuan dan ketulusan para
penyelenggara demikian pula diperlukan komitmen dan kemauan dari
seluruh Stakeholder dalam menyikapi SKD.

SKD merupakan bukti secara tidak langsung adanya keinginan bangsa


Indonesia untuk mengganti pola sistem kesehatan nasinal yang sentralistik,
pembangunan baik secara fisik, ekonomi, dan sosial diakui mengalami
peningkatan. Namun hal itu sebenarnya belum mampu membuat pemerataan yang
berkeadilan untuk semua kawasan. Disisi lain diakui setelah beberapa tahun
sistem desentralisasi berjalan ternyata permasalahan disparitas kesehatan masih
terjadi baik dari aspek sosial ekonomi, antar kawasan maupun antar perkotaan-
pedesaan yang masih tinggi. Upaya sistematis yang berorientasi desentralisasi
yang berkorelasi sistem kesehatan dapat tersentuh oleh kebijakan yang ada di
daerah. Dukungan sistem kesehatan daerah yang bagus maka secara sinergis dan
dapat dilakukan oleh seluruh pemerintah di daerah maka akan membentuk
jaringan sistem kesehatan nasional yang handal, terkendali dan sesuai dengan
sistem negara kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai