Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

Kebijakan Sistem Rujukan Kesehatan Nasional

OLEH Kelompok 5 :

1. Corrie Talmal Samiputri Maoere (PO5303201211246)

2. Debby Christin Kolly (PO5303201211247)

Kelas: Tingkat II A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan kepada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
Rahmat dan hidayahnya kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH KEBIJAKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN NASIONAL ”.

Makalah “MAKALAH KEBIJAKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN


NASIONAL” disusun guna memenuhi tugas dari Dosen pada mata kuliah KEBIJAKAN
KESEHATAN INDONESIA. Selain itu kelompok juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Bapak / ibu Dosen pada
mata kuliah KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA. Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua .Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempura . oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 02 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................................3

1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................4

1.3 TUJUAN..................................................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1 Pengertian kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional..................................................5

2.2 Tujuan kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional.........................................................6

2.3 Manfaat kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional......................................................7

2.4 Dasar hukum kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional............................................7

2.5 Jenis dan bentuk sistem rujukan...................................................................................................9

2.6 Mekanisme system rujukan...........................................................................................................11

2.7 Persyaratan pencatatan dan pelaporan sistem rujukan kesehatan nasional............12

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................12

3.2 Saran........................................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam sistem kebijakan kesehatan nasional tidak terlepas dari berbagai landasan
bernegara dan peraturan-peraturan konstitusi yang merupakan rujukan setiap kebijakan yang
ditetapkan oleh aktor dari kebijakan kesehatan. Berbagai aspek kebijakan kesehatan para
aktor diharapkan akan selalu berpegang teguh pada aturan-aturan bernegara sehingga,
kesehatan sebagai hajat hidup orang banyak melalui setiap aspek termasuk ideologi akan
menjadi dasar untuk membuat konsep dari setiap kebijakan tersebut. Suatu ideologi dalam
pembuatan suatu kebijakan akan memberi gagasan historis atas apa yang menjadi tugas dan
tanggung jawab aktor kebijakan. Artinya kebijakan kesehatan yang diciptakan tersebut,
merupakan amanat konstitusi yang harus dilakukan dan buat dengan sebaik-baiknya. Lebih
dari itu, dalam konteks kesehatan dengan sebuah ideologi tersebut dibutuhkan cara
pandangan untuk membentuk karakter dalam berpikir sehingga terwujudkan masyarakat yang
hidup sehat dengan asas bahwa kesehatan merupakan hajat hidup orang banyak.

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang
cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang
tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya
kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita.

Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan


yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan yang mengatur


pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?

4
2. Apa tujuan kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?
3. Apa manfaat kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?
4. Bagaimana dasar hukum kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?
5. Apa saja jenis dan bentuk sistem rujukan?
6. Bagaimana mekanisme sistem rujukan (SOP)?
7. Apa saja persyaratan pencatatan dan pelaporan sistem rujukan kesehatan nasional?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional


2. Untuk mengetahui tujuan dari kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional
3. Untuk mengetahui manfaat dari kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional
4. Untuk mengetahui dasar hukum dari kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional
5. Ungetahui jenis dan bentuk sistem rujukan
6. Untuk mengetahui mekanisme sistem rujukan (SOP)
7. Untuk mengetahui persyaratan pencatatan dan pelaporan sistem rujukan kesehatan
nasional.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan


pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Dasar 1945.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan pada: Perikemanusiaan, Pemberdayaan dan
kemandirian, Adil dan merata, serta Pengutamaan dan manfaat.

Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan


Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti:
kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi
kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan
tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut
Sistem rujukan (referal system) merupakan sebuah mekanisme hubungan kerja
yang menggabungkan antara strata pelayanan kesehatan satu dengan strata pelayanan
kesehatan lainnya (Arifin et al., 2013). Banyak negara yang sudah
mengimplementasikan sistem rujukan ini, salah satunya negara Indonesia, yaitu
melalui Sistem Kesehatan Nasinal (SKN) (Permenkes, 2012).

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1 Tahun 2012 tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, bahwa pengertian sistem rujukan
pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal(Permenkes, 2012).

6
2.2 Tujuan kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional

Tujuan Sistem Kesehatan Nasional, meliputi beberapa hal berikut ini:

a. Menjamin keadilan pembiayaan sistem kesehatan nasional yang diharapkan


dapat memberikan perlindungan dalam bentuk jaminan pembiayaan
kesehatan, kepada masyarakat yang membutuhkan.
b. Meningkatkan status kesehatan masyarakat, yang bisa dilihat dari
parameter diantaranya adalah angka kematian bayi, angka kejadian
penyakit, angka kematian ibu, dan lainnya.
c. Sebagai upaya untuk meningkatkan responsiveness terhadap harapan
masyarakat, yang nantinya akan merasa puas dengan pelayanan kesehatan
yang diberikan.

Menurut (Siyono and Supriyanto, 2015) tujuan kebijakan adalah:


a. Kebijakan dibuat pemerintah berupa tindakan pemerintah seperti
pemerataan kualitas tenaga kesehatan agar semua daerah dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
b. Kebijakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tujuan
tertentu. Misal kebijakan pembayaran BPJS.
c. Kebijakan ditujukan untuk kepentingan masyarakat misal promosi
kesehatan, program Sustainable Development Goals (SDGs), penurunan
AKI dan AKB.

2.3 Manfaat kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional

manfaat ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan sebagai berikut:

1. . Pemerintah Sebagai Penentu Kebijakan Kesehatan (Policy Maker)


a. Minimalisasi dalam pembiayaan kesehatan dikarenakan Pemerintah tidak
perlu menyediakan berbagai macam alat-alat kedokteran di fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Menegaskan kerja/ koordinasi dalam sistem pelayanan kesehatan karena
memiliki hubungan antara berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia.
c. Efisiensi dan efektivitas dalam administrasi terutama dibidang
perencanaan.
2. Masyarakat sebagai Pemakai Jasa Pelayanan Kesehatan (Health Consumer)
a. Minimalisasi dalam pembiayaan pengobatan dengan menghindari
pemeriksaan yang sama secara berulang.
b. Akses pelayanan kesehatan dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat
sejalan dengan pemahaman masyarakat terhadap fungi dan wewenang
sarana pelayanan kesehatan yang ada.

7
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
(Health Provider).
a. Memudahkan dan meringankan beban tugas individu sesuai dengan tugas
dan wewenang masing-masing penangungjawab.
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui hubungan kerjasama.
c. Pengembangan terhadap kompetensi SDMK atau tenaga kesehatan, sehingga
dapat menambah motivasi, kedisiplinan dan dedikasi.

2.4 Dasar hukum kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional

Dasar hukum/landasan SKN meliputi:

1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila


2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya; Pasai
28 H ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, ertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan
sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat, serta Pasal 34 ayat (2), Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan ayat (3), Negara bertanggung-
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak; Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang; Pasal 28 C ayat (1), setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia
3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan. Beberapa
peraturan perundangan tersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari RPJP-K Tahun
2005-2025.

Dalam penyelenggaraan, SKN perlu mengacu pada dasar-dasar sebagai berikut:

1. Hak Asasi Manusia (HAM)


Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan bangsa
dan kesejahteraan rakyat, maka setiap penyelenggaraan SKN berdasarkan
pada prinsip hak asasi manusia. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1
antara lain menggariskan bahwa setiap rakyat berhak atas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

8
tanpa membedakan suku, golongan, agama, jenis kelamin, dan status sosial
ekonomi. Setiap anak dan perempuan berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.
2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai
tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme
(KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta
subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh
sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu
berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan
yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat, termasuk
swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing.
Kemitraan tersebut diwujudkan dengan mengembangkan jejaring yang
berhasil guna dan berdaya guna, agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap
dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi,
dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance).
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian
hukum, terbuka (transparan), rasional, profesional, serta bertanggung-jawab
dan bertanggung-gugat (akuntabel).
4. Dukungan Regulasi
Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi berupa
adanya berbagai peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan
SKN dan penerapannya (law enforcement).
5. Antisipatif dan Pro Aktif
Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan
antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada
pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi di negara lain. Dengan
mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan kesehatan perlu lebih
proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis baik yang bersifat internal
maupun eksternal.
6. Responsif Gender
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan
dan program serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus menerapkan
kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan gender dalam pembangunan
kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kesehatan serta
kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan kesehatan. Keadilan

9
gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan
perempuan dalam pembangunan kesehatan.
7. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan
menggunakan potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil
guna dan daya guna pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara
kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat dan secara kualitatif dari
meningkatnya kualitas hidup jasmani dan rohani. Dengan demikian kebijakan
pembangunan daerah di bidang kesehatan harus sejalan dengan SKN,
walaupun dalam prakteknya, dapat disesuaikan dengan potensi dan kondisi
serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan pelayanan
kesehatan dasar bagi rakyat.

2.5 Jenis dan bentuk sistem rujukan

 Jenis
Di Indonesia, jenis sistem rujukan berdasarkan sistem kesehatan yang
berlaku yaitu Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Sistem Rujukan Kesehatan


Merupakan sistem rujukan sebagai upaya mencegah dan meningkatkan
status kesehatan masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat (public
health services). Sistem rujukan kesehatan masih dibai lagi menjadi 3 macam,
yaitu sistem rujukan teknologi, sarana dan operasional.

2. Sistem Rujukan Medis


Sistem rujukan medis merupakan upaya untuk pengoabatan dan
pemulihan (rehabilitative) kesehatan dalam pelayanan kedokteran (medical
services). Sistem rujukan medis dibagi menjadi 3 macam, yaitu sistem rujukan
pasien, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan.
 Bentuk
Bentuk-Bentuk Kebijakan Kesehatan, di antaranya:

1 Kebijakan pelayanan kesehatan,


kebijakan yang berfokus pada pelayanan kesehatan sebagai upaya terorganisir
untuk mengobati penyakit, keadaan disabilitas, ataupun kecacatan. Upaya
kesehatan tersebut dilakukan dengan mengatur dan meregulasi keberadaan tenaga
kesehatan profesional, kesediaan farmasi, pembiayaan sistem kesehatan, dan akses
terhadap fasilitas kesehatan.

2. Kebijakan tenaga kesehatan,

10
kebijakan yang mencakup kebijakan-kebijakan ataupun strategi untuk
mencapai angka, distribusi, dan kualitas tenaga kesehatan untuk mencapai tujuan-
tujuan kesehatan. Kebijakan tenaga kesehatan, contohnya, berupaya mengatasi
kekurangan tenaga medis seperti dokter dan perawat.

3. Kebijakan kesehatan global,


Merupakan cakupan yang luas yang berfokus pada masalah kesehatan di
dunia. Contohnya pada saat ini adalah masalah pandemi yang diakibatkan oleh
virus corona (COVID- 19).

3. Kesehatan dalam kebijakan luar negeri


Merupakan kebijakan untuk mengatur hubungan aktivitas ataupun interaksi
antara satu negara dengan negara lain. Kebijakan luar negeri juga bisa diartikan
singkat sebagai strategi pemerintah untuk berurusan dengan Negara lain.

5. Kebijakan kesehatan mental


Kesehatan mental sangat penting bagi kesehatan. Kesehatan mental mencakup
komponen emosi, psikologis, ataupun kesejahteraan sosial. Kesehatan mental
sangat berpengaruh pada kesehatan tubuh.

6. Kebijakan asuransi kesehatan,


Kebijakan asuransi kesehatan umumnya mencakup biaya pengobatan yang
perlu dikeluarkan seseorang sesuai dengan penyedia asuransi.

Bentuk-bentuk kebijakan Kesehatan Menurut (Taurina et al., 2022) bahwa bentuk


kebijakan kesehatan meliputi:

1. Kebijakan pelayanan kesehatan yaitu


Kebijakan berfokus pada pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit.
Upaya kesehatan dilakukan dengan mengatur keberadaan tenaga kesehatan yang
profesional, pembiayaan sistem kesehatan dan akses terhadap fasilitas kesehatan.
2. Kebijakan tenaga kesehatan yaitu
Kebijakan yang mencakup cara untuk mencapai kuantitas dan kualitas tenaga
kesehatan untuk mencapai tujuan kesehatan. Contohnya pemerataan tenaga kesehatan.
3. Kebijakan kesehatan global yaitu
Kebijakan yang berfokus pada masalah kesehatan dunia. Contohnya masalah
pandemi covid- 19.
4. Kesehatan dalam kebijakan luar negeri yaitu
Kebijakan untuk mengatur hubungan aktivitas antara satu negara dengan
negara lain. Kebijakan ini digunakan sebagai strategi pemerintah untuk berurusan
dengan negara lain.

11
5. Kebijakan kesehatan mental yaitu
Kebijakan pada emosi, psikologi, ataupun kesejahteraan sosial. Kesehatan
mental dapat berpengaruh pada kesehatan fisik.
6. Kebijakan asuransi kesehatan yaitu
Kebijakan pada biaya pengobatan yang perlu dikeluarkan seseorang sesuai
dengan penyedia asuransi.

2.6 Mekanisme system rujukan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh alur prosedur merujuk pasien sebagai
berikut: (1) Pasien daftar, (2) diperiksa oleh perawat, (3) masuk ke poli, (4) rujukan
diarahkan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut disesuaikan dengan jenjangnya. Berkaitan
dengan pasien kontrol, dalam hal ini pasien rujuk balik dari rumah sakit, maka pasien
harus mengikuti prosedur dari awal, yaitu daftar hingga pemeriksaan di poli dan tidak bisa
langsung mengambil rujukan saja.

2.7 Persyaratan pencatatan dan pelaporan sistem rujukan kesehatan nasional

Syarat untuk merujuk pasien dalam (Kementerian Kesehatan, 2012), yaitu:


1) Hasil pemeriksaan sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi secara tuntas di
fasyankes
2) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata pasien
tidak mampu diatasi secara tuntas ataupun tidak mampu kompetensi dilayani
ata karena upun keterbatasan keterbatasansarana/prasarana
3) Pasien memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap dan
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan
4) Apabila pasien telah diobati di puskesmas ternyata masih membutuhkan
pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di faskes rujukan yang lebih
mampu untuk dapat menyelesaikan masalah kesehatan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan yang


mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Sederhananya, sistem rujukan
mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan
tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

3.2 Saran

Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan


kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus
yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi
faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal,
terutama dalam mengatasi keterlambatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adjunct, P. (2021). Pengantar Analisi Kebijakan Kesehatan. Depok: PT. RajaGrafindo


Persada-rajawali pers.

dewi, R. s. (2022). Administrasi dan Kebijakan kesehatan. Bandung: Media Sains indonesia.

Dr. Hilda Taurina, M. (2022). Kebijakan Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Bandung:


Media Sains Indonesia .

Dr. Rika Handayani, S. M. (2021). Sistem Pelayanan Kesehatan. Yokyakarta: CV. Bintang
Semesta Media.

Dr. sartini Risky MS, S. (2022). Upaya Penataan Sistem Rujukan Kesehatan Yang Efektif
dan Terstruktur . Bandung: Media Sains Indonesia.

Wardani, N. I. (2022). Kebijakan Kesehatan Masyarakan Di Indonesia. Padang: PT. Global


Eksklusif Teknologi.

14

Anda mungkin juga menyukai