OLEH Kelompok 5 :
Kelas: Tingkat II A
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan kepada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
Rahmat dan hidayahnya kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MAKALAH KEBIJAKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN NASIONAL ”.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Bapak / ibu Dosen pada
mata kuliah KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA. Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua .Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempura . oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sistem kebijakan kesehatan nasional tidak terlepas dari berbagai landasan
bernegara dan peraturan-peraturan konstitusi yang merupakan rujukan setiap kebijakan yang
ditetapkan oleh aktor dari kebijakan kesehatan. Berbagai aspek kebijakan kesehatan para
aktor diharapkan akan selalu berpegang teguh pada aturan-aturan bernegara sehingga,
kesehatan sebagai hajat hidup orang banyak melalui setiap aspek termasuk ideologi akan
menjadi dasar untuk membuat konsep dari setiap kebijakan tersebut. Suatu ideologi dalam
pembuatan suatu kebijakan akan memberi gagasan historis atas apa yang menjadi tugas dan
tanggung jawab aktor kebijakan. Artinya kebijakan kesehatan yang diciptakan tersebut,
merupakan amanat konstitusi yang harus dilakukan dan buat dengan sebaik-baiknya. Lebih
dari itu, dalam konteks kesehatan dengan sebuah ideologi tersebut dibutuhkan cara
pandangan untuk membentuk karakter dalam berpikir sehingga terwujudkan masyarakat yang
hidup sehat dengan asas bahwa kesehatan merupakan hajat hidup orang banyak.
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang
cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang
tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya
kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita.
4
2. Apa tujuan kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?
3. Apa manfaat kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?
4. Bagaimana dasar hukum kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional?
5. Apa saja jenis dan bentuk sistem rujukan?
6. Bagaimana mekanisme sistem rujukan (SOP)?
7. Apa saja persyaratan pencatatan dan pelaporan sistem rujukan kesehatan nasional?
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Tujuan kebijakan sistem rujukan kesehatan nasional
7
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sebagai Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
(Health Provider).
a. Memudahkan dan meringankan beban tugas individu sesuai dengan tugas
dan wewenang masing-masing penangungjawab.
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui hubungan kerjasama.
c. Pengembangan terhadap kompetensi SDMK atau tenaga kesehatan, sehingga
dapat menambah motivasi, kedisiplinan dan dedikasi.
8
tanpa membedakan suku, golongan, agama, jenis kelamin, dan status sosial
ekonomi. Setiap anak dan perempuan berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.
2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai
tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme
(KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta
subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh
sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu
berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan
yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat, termasuk
swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing.
Kemitraan tersebut diwujudkan dengan mengembangkan jejaring yang
berhasil guna dan berdaya guna, agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap
dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi,
dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance).
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian
hukum, terbuka (transparan), rasional, profesional, serta bertanggung-jawab
dan bertanggung-gugat (akuntabel).
4. Dukungan Regulasi
Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi berupa
adanya berbagai peraturan perundangan yang mendukung penyelenggaraan
SKN dan penerapannya (law enforcement).
5. Antisipatif dan Pro Aktif
Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan
antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada
pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi di negara lain. Dengan
mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan kesehatan perlu lebih
proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis baik yang bersifat internal
maupun eksternal.
6. Responsif Gender
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan
dan program serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus menerapkan
kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan gender dalam pembangunan
kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kesehatan serta
kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan kesehatan. Keadilan
9
gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan
perempuan dalam pembangunan kesehatan.
7. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan
menggunakan potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil
guna dan daya guna pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara
kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat dan secara kualitatif dari
meningkatnya kualitas hidup jasmani dan rohani. Dengan demikian kebijakan
pembangunan daerah di bidang kesehatan harus sejalan dengan SKN,
walaupun dalam prakteknya, dapat disesuaikan dengan potensi dan kondisi
serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan pelayanan
kesehatan dasar bagi rakyat.
Jenis
Di Indonesia, jenis sistem rujukan berdasarkan sistem kesehatan yang
berlaku yaitu Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
10
kebijakan yang mencakup kebijakan-kebijakan ataupun strategi untuk
mencapai angka, distribusi, dan kualitas tenaga kesehatan untuk mencapai tujuan-
tujuan kesehatan. Kebijakan tenaga kesehatan, contohnya, berupaya mengatasi
kekurangan tenaga medis seperti dokter dan perawat.
11
5. Kebijakan kesehatan mental yaitu
Kebijakan pada emosi, psikologi, ataupun kesejahteraan sosial. Kesehatan
mental dapat berpengaruh pada kesehatan fisik.
6. Kebijakan asuransi kesehatan yaitu
Kebijakan pada biaya pengobatan yang perlu dikeluarkan seseorang sesuai
dengan penyedia asuransi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diperoleh alur prosedur merujuk pasien sebagai
berikut: (1) Pasien daftar, (2) diperiksa oleh perawat, (3) masuk ke poli, (4) rujukan
diarahkan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut disesuaikan dengan jenjangnya. Berkaitan
dengan pasien kontrol, dalam hal ini pasien rujuk balik dari rumah sakit, maka pasien
harus mengikuti prosedur dari awal, yaitu daftar hingga pemeriksaan di poli dan tidak bisa
langsung mengambil rujukan saja.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
dewi, R. s. (2022). Administrasi dan Kebijakan kesehatan. Bandung: Media Sains indonesia.
Dr. Rika Handayani, S. M. (2021). Sistem Pelayanan Kesehatan. Yokyakarta: CV. Bintang
Semesta Media.
Dr. sartini Risky MS, S. (2022). Upaya Penataan Sistem Rujukan Kesehatan Yang Efektif
dan Terstruktur . Bandung: Media Sains Indonesia.
14