Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EKONOMI KESEHATAN
HUBUNGAN EKONOMI KESEHATAN DAN
KETERKAITAN EKONOMI KESEHATAN

Dosen Pengajar :
Noorhidayah, SE., M. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Alvi Sarif (16.07.0188) 5. Norsaipah (16.07.0185)


2. Laili Agustina (16.07.0195) 6. Sapna Dewi (16.07.0179)
3. M. Rizwan Abdillah (16.07.0187) 7. Salma (16.07.0190)
4. M. Andy Rahman (16.07.0193) 8.Wilda Istiarani (16.07.0180)

PROGRAM STUDI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)

MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang Hubungan Ekonomi Kesehatan dan
Keterkaitan Ekonomi Kesehatan dan juga kami berterimakasih kepada ibu
Noorhidayah, SE., M.Kes selaku dosen mata kuliah Ekonomi Kesehatan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Pengertian Ekonomi Kesehatan....................................................................... 3


B. Ruang Lingkup Ekonomi Kesehatan ............................................................... 3
C. Hubungan Antara Ekonomi Dan Kesehatan Dalam Konsep Pembangunan ... 6
D. Ekonomi Kesehatan Sebagai Walfare Economics .......................................... 8
E. Ruang Lingkup Sasaran Ilmu Ekonomi Kesehatan ......................................... 10
F. Ciri Khusus Sector Kesehatan ......................................................................... 10
G. Ciri Khusus Ekonomi Kesehatan .................................................................... 15
H. Bidang Kajian .................................................................................................. 16
I. Hubungan Pembangunan Ekonomi Dan Pembangunan Kesehatan ................ 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 21

A. Kesimpulan..................................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi kesehatan yang merupakan hasil dari integrasi dua
disiplin ilmu yangtelah baku ,yaitu ekonomi dan ilmu kesehatan .Ilmu
kesehatan relative baru berkembang.perkembagan ini dirasakan teruama di
Negara-negara maju .Dewasa ini ilmu tersebut dirasakan semakin berperan di
Negara-negara berkembang termasuk indonesia, dimana peran tersebut antara
lain dalam penentuan kebijakan di bidang kesehatan
Sejalan dengan kebutuhan akan penerapan ilmu ekonomi kesehatan
tersebut, perlu di kembangkan rumusan-rumusan/konsep pembakuan
ilmunya. Pembakuan tersebut tidak saja mencakup landasan ontologynya,
tetapi juga mencakup landasan epistomologynya .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok kami merumuskan
beberapa masalah yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan ekonomi kesehatan?
2. Sejauhmana ruang lingkup ekonomi kesehatan ?
3. Apa hubungan antara ekonomi dan kesehatan dalam konsep
pembangunan ?
4. Bagaimana maksud dari ekonomi kesehatan sebagai Walfare
Economics?
5. Apakah sasaran dari ilmu ekonomi kesehatan ?
6. Bagaimana ciri khusus sektor kesehatan !
7. Bagaimana ciri khusus yang dimiliki ekonomi kesehatan !
8. Apakah bidang kajian dari ekonomi kesehatan ?
9. Bagaimana hubungan pembangunan ekonomi dan pembagunan
kesehatan !

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui makna dari ekonomi kesehatan ,
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari ekonomi kesehatan ,
3. Untuk mengetahui hubungan antara ekonomi dan kesehatan dalam
konsep pembangunan ,
4. Untuk mengetahui maksud dari ekonomi kesehatan sebagai Walfare
Economics ,
5. Untuk mengetahui dari ilmu ekonomi kesehatan ,
6. Untuk mengetahui ciri khusus sektor kesehatan ,
7. Untuk mengetahui ciri khusus yang dimiliki ekonomi kesehatan ,
8. Untuk mengetahui bidang kajian dari ekonomi kesehatan,
9. Untuk mengetahui hubungan pembangunan ekonomi dan pembagunan
kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Kesehatan


Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari
berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi
yang dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat
melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Adapun tiga masalah pokok dalam perekonomian, yaitu
- Jenis barang dan jasa apa yang akan diproduksi?
- Bagaimana menghasilkan barang dan jasa tersebut?
- Untuk siapa barang dan jasa tersebut dihasilkan?
Ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam upaya
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Perubahan mendasar terjadi pada sektor
kesehatan, ketikan sektor kesehatan menghadapi kenyataan bahwa
sumberdaya yang tersedia (khususnya dana) semakin hari semakin jauh dari
mencukupi. Keterbatasan tersebut mendorong masuknya disiplin ilmu
kesehatan dalam perencanaan, managemen dan evaluasi sektoe kesehatan.

B. Ruang Lingkup Ekonomi Kesehatan

1. Ilmu ekonomi

Dalam ekonomi ada dua bidang telaahan,yaitu positive economics


dan walfare economics.

a. positive economics adalah suatu bidang ekonomi yang menggunakan


efisiensi alokasi sumber daya sebagaiman apa adanya seperti yang
dihasilkan dari perhitungan -perhitungan kuantitatif, tanpa melihat apakah
efisiensi alokasi tersebut diinginkan oleh masyarakat atau tidak , jadi
positive economics sifatnya value free.

3
b. welfare economics merupakan sintesis positive economics dan ilmu
politik,dimana esensi positive economics di hubungkan dengan nilai-nilai
yang ada di masyarakat .Dalam welfare economics dicakup juga topic-
topik seperti eksternalitas,public goods dan consumer ignorance .

2. Upaya kesehatan

Di dalam sistem kesehatan nasional upaya kesehatan adalah


bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal .faktor
pelayanan kesehatanmeliputi empat kegiatan yaitu upaya promotif, upaya,
preventif, upaya kuratif dandan upaya rehabilitative. .

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang


mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku,
lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.Dari ke 4 faktor di atas
ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas
sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat


kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku
dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan
diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi,
stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari
penyakit saluran cerna.

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan


dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan
disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat
biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal,
infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan.

4
Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak
pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes aegypti
penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di
sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.

Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian


penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau
keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit
bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh
karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk
menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya.
Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju.
Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk
meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan


mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata
dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan
tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta
memiliki kompetensi di bidangnya.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat


terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas,
Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan
dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.

Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan


kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program

5
jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program
ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti
Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain.

Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi


pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan
program jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu
dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit.

Keempat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat


berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya
pembangunan harus dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung.
Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini
berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif,
kuratif dan rehabilitatif.

Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah


sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembanangunan dapat
dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk
masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan
sampai menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana
mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.

4. Derajat kesehatan yang optimal

Semua upaya kesehatan yang disebut diatas bertujuan untuk


mewujudkan suatu derajat kesehatan yang optimal menurut UU No. 23
Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1 tentang kesehatan adalah kesejahtraan dari bdan
,jiwa dan social yang memungkinkan seorang dapat hidup produktif secara
social dan ekonomis.

C. Hubungan Antara Ekonomi Dan Kesehatan Dalam Konsep Pembangunan

Aspek ekonomi seperti pendapatan merupakan syarat utama untuk


dapat menikmati fasilitas kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan

6
masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain,
tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutu
makanan yang di konsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan
terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang
berkaitan (Rahmi, 2008).

Keadaan faktor sosial ekonomi juga berpengaruh dalam


memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, seperti pendidikan, pekerjaan
dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga (Yulia, 2009).

Hubungan antara kesehatan dan pembangunan ekonomi berdasarkan


tingkat, yaitu :

a. Pada tingkat mikro yaitu tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah
dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk mendapatkan
pendidikan. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih
produktif dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.

b. Pada tingkat makro yaitu penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik
merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di
bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan
gizi.

Pada tingkat makro ekonomi menjelaskan bahwa kondisi kesehatan


dan pendidikan yang rendah, mengalami tantangan dalam mencapai
pertumbuhan berkelanjutan jika dibandingkan dengan kesehatan dan
pendidikan yang tinggi. Angka harapan hidup yang tinggi dapat meningkatan
kesejahteraan ekonomi.

Cesario, Simon dan Kinne 1980 (dalam Tjiptoherijanto, 1993)


menjelaskan hubungan antara program gizi dan pertumbuhan ekonomi,
menyatakan bahwa :

7
a. Perbaikan di dalam status gizi akan menurunkan tingkat kematian dan
kesakitan, khususnya bagi penduduk usia kerja, sehingga dapat
meningkatkan partisipasi bagi yang belum kerja dan meningkatkan hari
kerja bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.

b. Perbaikan dalam status gizi dan kesehatan tenaga kerja akan meningkatkan
efisiensi kerja melalui peningkatan kemampuan individualnya. Pengaruh
dari program kesehatan serta gizi terhadap penduduk usia muda akan terlihat
pada peningkatan GNP( Gross National Product) melalui pertumbuhan
ekonomi, yakni dengan bertambahnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan
secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi dalam dunia pendidikan.

Pendapatan perkapita penduduk juga dapat mempengaruhi status gizi


karena jika pendapatan yang tinggi maka status gizi menjadi baik sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Sebaliknya. pendapatan yang
rendah akan menimbulkan status gizi yang buruk sehingga meningkatnya
angka kesakitan dan kematian biasanya hal ini terjadi pada penduduk miskin.

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menghambat dalam


pembangunan ekonomi dan kesehatan. Penduduk miskin memiliki beban
penyakit yang tinggi karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi
serta kecukupan gizi. Selain itu biaya yang cukup tinggi untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan membuat penduduk miskin lebih memilih pengobatan
alternatif serta rendahnya pendidikan membuat keterbatasan pengetahuan
dalam menghadapi suatu penyakit. Komunikasi kesehatan adalah suatu cara
yang dilakukan pelayanan kesehatan untuk mengajak penduduk miskin untuk
merubah perilaku dan memperbaiki kesehatan mereka.

D. Ekonomi Kesehatan Sebagai Walfare Economics

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi kesehatan


adalah aplikasi ilmu ekonomi untuk menentukan pilihan-pilihan dalam
berbagai upaya kesehatan tersebut. Pilihan tersebut bisa mulai dari pilihan
tentang bagaimana sumber daya seharusnya dimobilisasikan, misalnya pilihan

8
antara peran tentang jenis dan jumlah sumber daya yang dipergunakan,
pilihan tentang proses upaya itu sendiri, pillhan tentang jenis dan volume
upaya yang dilakukan serta pilihan tentang distribusi dan utilisasi produk
upaya tersebut oleh masyarakat. Pertanyaannya adalah, mana yang lebih
dorninan dalam ekonomi kesehatan; positive economics atau welfare
economics? Jadi "kesehatan" sebagai objek telaahan ilmu ekonomi kesehatan
tidaklah bebas nilai. Didalamnya terkandung beberapa filosofi atau nilai
pokok sebagai berikut:

1. Sehat adalah hak asasi setiap manusia

Dinyatakan bahwa sehat adalah hak asasi manusia sudah menjadi


kesepakatan global, seperti dalam konsep Health for All yang dinyatakan
leh Negara-negara anggota WHO di Geneva tahun 1997. Dengan demikian
"sehat bagi manusia" adalah keadaan normative yang menjadi tujuan
upaya kesehatan.

2. Pemerataan (equity) adalah tujuan operasional upaya kesehatan

Sebagai konsekuensi dari profil di atas, maka upaya kesehatan


dilakukan dengan mengusahakan adanya equity, yaitu pemerataan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Ini berarti kriteria efisiensi dan
efektivitas, yang merupakan parameter penting dalam ekonomi, senantiasa
diwarnai oleh pertimbangan equity .

3. Motivasi non proft (nir-Iaba)

Masalah profit atau non profit dalam upaya kesehatan adalah


bahwa dalam upaya kesehatan memang boleh terjadi pengumpulan
keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut harus dimanfaatkan kembali
untuk pengembangan dan peningkatan upaya kesehatan. Inilah makna non
profit dalam konsep upaya kesehatan. Ketiga filosofi utama tersebut di atas
menunjukkan bahwa kesehatan tidaklah "bebas nilai". Konsekuensinya,
penilaian terhadap masalah alokasi dan efisiensi sumber daya senantiasa

9
dikaitkan dengan pertimbangan hak asasi, equity dan non-profit. Dengan
perkataan lain, ekonomi kesehatan pada dasarnya mengandung pengertian
welfare economics.

E. Ruang Lingkup Sasaran Ilmu Ekonomi Kesehatan

Ada enam area yang merupakan ruang lingkup sasaran ilmu ekonomi
kesehatan yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Pemerintah
2) konsumen
3) provider
4) Demand Utilization Health Impact
5) Dampak kesehatan untuk pembangunan
6) Dampak pembangunan terhadap kesehatan

F. Ciri Khusus Sektor Kesehatan

Di atas telah disebutkan bahwa ekonomi kesehatan adalah aplikasi


ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan, bahwa dengan ilmu ekonomi
kesehatan adalah integrasi antara dua cabang ilmu yang sudah mapan, yaitu
ilmu ekonomi dan ilmu kesehatan. Hal tersebut akan diuraikan lebih jauh
dalam bagian ini.

1. Kejadian penyakit yang tidak terduga berbeda dengan pengetahuan orang


tentang kebutuhannya akan berbagai komoditi ekonomi seperti makanan,
pakaian, rumah dan lain-lain, umumnya orang sulit menduga penyakit apa
yang akan dialaminya di masa yang akan mendatang. Oleh sebab itu,
orang juga tidak tahu komoditi pelayanan kesehatan apa yang sebetulnya
ia butuhkan. Ketidakpastian ini (uncertainty) menjadi dorongan agar
orang secara bersama-sama menghadapi risiko sakit tersebut dalam suatu
sistem asuransi.

10
2. Eksternal effct

Ekstemal effect adalah dampak positif ataupun negatif yang


dialami orang lain sebagai akibat dari perilaku seseorang. Dalam bidang
kesehatan, perilaku seseorang misalnya melakukan pencegahan penyakit
melalui imunisasi, akan member dampak positif berupa makin kecilnya
risiko sakit bagi orang lain. Karena imunisasi tersebut dapat memutuskan
mata rantai infeksi, maka manfaatnya bagi masyarakat adalah berlipat
ganda kalau dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh orang yang
bersangkutan.

Dalam bahasa ekonomi, dikatakan bahwa manfaat marginal bagi si


individu adalah lebih kecil daripada manfaat marginal yang diperoleh
masyarakat. Kalau ini disadari oleh setiap orang, maka demandterhadap
imunisasi dalam mekanisme pasar biasanya akan rendah. Secara ekonomi,
ini adalah alasan kenapa pelayanan kesehatan yang mempunyai ekternal
effect sebaiknya dikelola oleh pernerintah.

3. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak

Para politisi dan pakar ilrnu sosial seperti halnya ekonomi dan
professional kesehatan berpendapat bahwa makan, pakaian dan tempat
tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang
harus diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang
untuk membayarnya. Ini mooyebabkan distribusi pelayanan kesehatan
seringkali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan tidak atas dasar
demand. Hal ini telah mendapat perhatian yang lebih besar sekarang ini.
Gagasan untuk meningkatkan tariff pelayanan kesehatan selalu disertai
dengan pertanyaan tentang implikasi terhadap equity. Kebijaksanaan
subsidi adalah dalam rangka menjamin hak tersebut yaitu bagi penduduk
yang tidak mampu.

11
4. Demand terhadap pelayanan kesehatan

Ciri khusus lainnya aalah demand terhadap pelayanan kesehatan,


berbeda dengan pakaian, makan, rumah, mobil dan lain-lain. Kedudukan
pelayanan kesehatan dalam skala utility individu tidak sama dengan
komoditi ekonomi lainnya. Pertama, dalam mengkonsumsi pelayanan
kesehatan, sebetulnya diharapkan orang-orang adalah sehat. Kedua,
konsumen pelayanan kesehatan ada dalam posisi yang sangat lemah oleh
karena umumnya tida tahu banyak tentang apa yang dibutuhkannya.
Ketiga, konsekuensi dari keadaan ini adalah bahwa demand terhadap
pelayanan kesehatan sebagian besar bukan keputusan individu
bersangkutan. Memang orang memutuskan tempat dimana ia berobat, akan
tetapi selanjutnya, untuk memutuskan jenis pemeriksaan dan jenis
pegobatan, pihak providerlah yang menentukan. Aplikasi teori tentang
demand dalam ilmu ekonomi perlu memperhitungkan cirri khusus demand
terhadap pelayanan kesehatan seperti diuraikan di atas.

5. Komponen jasa dalam pelayanan kesehatan

Organisasi pelayanan kesehatan adalah contoh suatu system yang


sangat padat karya oleh karena jasa memang merupakan komponen
utamanya. Untuk memproduksi suatu jenis jasa pelayanan kesehatan saja,
misalnya operasi usus buntu, diperlukan berbagai kualifikasi tenaga
dokteran keperawatan secara bersama-sama. Oampak keadaan ini adalah
sensitifnya sektor kesehatan atau unit pelayanan kesehatan terhadap
perubahan gaji. Artinya, perubahan persentase gaji yang kecil saja
menyebabkan kenaikan biaya kesehatan total yang cukup berarti. Sehat
sebagai "sosial-good" Ones own health is everybody's. sehat adalah sutau
indicator langsung kesejahteraan sosial. Kesehatan seseorang ataupun
penyakit yang diderita seseorang bisa secara langsung membawa dampak
pada masyarakat luas. Pertama, kalau penyakit tersebut menular, ia bisa
menyebar kepada orang lain. Kedua, walaupun penyakit tersebut

12
teroganisasi pelayanan kesehatan adalah contoh suatu system yang sangat
padat karya oleh karena jasa memang merupakan komponen utamanya.
Untuk memproduksi suatu jenis jasa pelayanan kesehatan saja, misalnya
operasi usus buntu, diperlukan berbagai kualifikasi tenaga dokteran
keperawatan secara bersama-sama. Oampak keadaan ini adalah sensitifnya
sektor kesehatan atau unit pelayanan kesehatan terhadap perubahan gaji.
Artinya, perubahan persentase gaji yang kecil saja menyebabkan kenaikan
biaya kesehatan total yang cukup berarti. Sehat sebagai "sosial-good" Ones
own health is everybody's. Sehat adalah sutau indicator langsung
kesejahteraan sosial. Kesehatan seseorang ataupun penyakit yang diderita
seseorang bisa secara langsung membawa dampak pada masyarakat luas.
Pertama, kalau penyakit tersebut menular, ia bisa menyebar kepada orang
lain.Kedua, walaupun penyakit tersebut tidak menular,
penanggulangannya memerlukannya biaya yang menjadi beban
masyarakat, lebih-Iebih dalam system asuransi ataupun dalam system yang
ditopang oleh subsidi. Keadaan ini menyebabkan kebijaksanaan
pembangunan kesehatan senantiasa menekankan alokasi optimum sumber
daya sehinga memberikan sosial-effect setinggi mungkin dari sumber daya
yang terbatas. Aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan oleh kareanya
bertujuan untuk maximasi sosial benefit tersebut.

6. Sehat sebagai "sosial-good"

Ones own health is everybody's. Sehat adalah sutau indicator


langsung kesejahteraan sosial. Kesehatan seseorang ataupun penyakit yang
diderita seseorang bisa secara langsung membawa dampak pada
masyarakat luas. Pertama, kalau penyakit tersebut menular, ia bisa
menyebar kepada orang lain. Kedua, walaupun penyakit tersebut tidak
menular, penanggulangannya memerlukannya biaya yang menjadi beban
masyarakat, lebih-Iebih dalam system asuransi ataupun dalam system yang
ditopang oleh subsidi. Keadaan ini menyebabkan kebijaksanaan
pembangunan kesehatan senantiasa menekankan alokasi optimum sumber

13
daya sehinga memberikan sosial-effect setinggi mungkin dari sumber daya
yang terbatas. Aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan oleh kareanya
bertujuan untuk maximasi sosial benefit tersebut.

7. Motif non profit

Tujuan upaya kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan,


bukan mencari keuntunqan dalam ukuran moneter. Oleh sebab itu,
pemanfaatan surnber daya dalam produksi, distribusi dan mengatur
konsumsi pelayanan kesehatan, selalu mempertimbangkan sosial-optimum
dan bukan profit maximization. Konsekuensinya, bukan konsumsi
maksimal yang dikejar dalam pemasaran komoditi pelayanan kesehatan,
akan tetapi adalah konsumsi optimal dalam arti masyarakat menggunakan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Lebih lanjut dari kaidah
ini berkembang ni!ai bahwa kompetisi dalam bidang industry kesehatan
adalah tidak etis. Bahwa dalam kenyataan terjadi upaya untuk mencari
untung dalam penyediaan pelayanan kesehatan adalah akibat belum
tegasnya aturan main dan mekanisme control. Di Indonesia, banyak
fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan dengan menggunakan
Yayasan sebagai badan hukum. Jelas Yayasan adalah suatu badan sosial
dan non profit, yang oleh karenanya tidak dikenankan pajak. Namun orang
mensinyalir bahwa ada di antara pelayanan kesehatan tersebut yang
sebetulnya menghasilkan keuntungan.

8. Kesehatan sebagai konsumsi sekaligus investasi

Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai sektor yang


konsumtif, tidak memberikan return on investment" yang jelas. Oleh
sebab, seringkali sektor kesehatan ada dalam urutan bawah dalam skala
orientasi pembangunan, terutama kalau orientasi pembangunan adalah
pertumbuhan ekonomi. Namun kalau orientasi pembangunan pada
akhirnya adalah pembangunan manusia, maka pembangunan sektor
kesehatan adalah suatu investasi paling tidak untuk jangka panjang. Untuk

14
janka pendekpun, kalau penduduk adalah "employed" di usaha produktif,
pembangunan kesehatan jelas memberikan "return on investment" yang
dapat diukur.

Menurut Evans, 1984 ada tiga ciri utama pelayanan kesehatan


yaitu:

a. Uncertainty/ketidakpastiao, yaitu kebutuhan pelayanan tidak bisa


dipastikan, baik waktunya, tempatnya maupun besarnya. Sifat inilah
yang menimbulkan mekanisme asuransi.

b. Asymmetry of information, yaitu konsumen berposisi lemah sedangkan


provider (dokter) mengetahui jauh lebih banyak manfaat dan kualitas
pelayanan yang dijualnya. Akibatya konsumen rawan jadi mangsa
provider sehingga perlu pengendalian dan pemantauan dari
pemerintah/public untuk melindungi konsumen.

c. Externality, yaitu konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja


mempengaruhi pembeli tetapi juga yang bukan pembeli. Akibatnya
membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk sehingga pembiayaan
tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri tetapi menjadi
tanggungan bersama .

G. Ciri Khusus Ekonomi Kesehatan

Ciri-ciri khusus bidang kesehatan seperti dijelaskan di atas membawa


pengaruh bahwa aplikasi ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan juga
mempunyai ciri-ciri khusus. Misalnya dalam aplikasi positive economics,
sewaktu menerangkan perilaku provider (supply) harus dipertimbangkan ciri
motive non padat karya, adanya eksternal effect dan lain-lain. Sewaktu
menerangkan perilaku consumer adalah sangat lemah, bahwa ia tidak well
informed tentang komoditi yang tersedia baginya.

Demikian juga, aplikasi normative juga mencari balance antara pean


masyarakat dan peran pemerintah (termasuk subsidi) dalam mencapai sosial

15
optiumum tersebut. Efsiensi semata bukanlah tujuan ekonomi kesehatan, akan .
harus sekaligus dengan efektifitas.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tercapainya sosial benefits yang


maksimum dengan biaya serendah mungkin adalah tujuan atau aksiologi
ekonomi kesehatan.

H. Bidang Kajian

Bidang kajian (ontology) ekonomi kesehatan dibagi sesuai dengan


bidang kajian ilmu ekonomi, yaitu bidang kajian yang bersifat makro dan
bidang kajian bersifat mikro. Bidang kajian makro menelaah sector kesehatan
secara menyeluruh serta hubungannya secara timbal balik dengan sektor-sektor
sosial ekonomi lainnya. dalam hal ini, telaah bertujuan rnenqkuantflsir
kontribusi sektor kesehatan bagi bangunan ekonomi. Dalam hal ini kontribusi
sektor kesehatan dalam ukuran moneter. Sebaliknya, telaahan makro ini juga
melihat apa pengaruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pembangunan sektor lain
terhadap derajat kesehatan. Contoh klasik adalah hubungan antara
pembangunan bendungan aswan dengan epidemiology penyakit
Schistosomiasisi di Mesir, pengaruh pembukaan hutan di Brazil dengan
malaria, kegiatan industry di Teluk Minimata dengan keracunan merkuri,
meningkatnya sektor transportasi dengan kematian akibat kecelakaan, dan lain-
lain. Selanjutnya, dampak positif pembangunan sektor lain terhadap derajat
kesehatan juga menjadi focus telaahan makro ini. misaInya, bagaimana
pengaruh kebijaksanaan subsidi terhadap accessibility pelayanan kesehatan,
peningkatan produksi pangan terhadap status gizi masyarakat dan
sebagainya.Dalam kaitannya dalam alokasi anggaran sektoral, telaahan makro
melihat bagaimana biaya kesehatan dikaitkan dengan perkembangan
perekonomian, bagaimana pengaruh kebijaksanaan moneter dan fiscal terhadap
kecukupan dan kesehatan dan lain-lain.

16
Bidang kajian mikro adalah isu atau program spesifik sector kesehatan.
Ini misaInya menyangkut aspek produksi (supply) dan aspek konsumsi
(utilization atau demand) pelayanan atau program kesehatan.

Dalam aspek produksi, ekonorni kesehatan misainya menelaah biaya


dari berbaqai input program kesehatan seperti fasilitas, bahan- bahan, tenaga
kesehatan, dan lain-lain. Analisa biaya pada berbagai alternative program dapat
beri gambaran tentang cost Efisiensi dan Cost Effectiveness masing-masing
program tersebut.

Masih dalam aspek produksi, bidang telaahan lainnya adalah aspek


pembiayaan secara keseluruhan: apa saja sumber biaya program kesehatan
tertentu adalah (pemerintah, swasta, out of pocket, dll ) berapa besarnya,
bagaaimana trendnya, bagaimana system mobilitasnya, (asuransi, grant,
anggaran pemerintah, out of pocket payment, dll). Kemudian, ekonomi
kesehatan juga menelaah aspek alokasi sumber daya tersebut. Alokasi ini bisa
bersifat vertical,antarprogram, antarmata anggaran program, dan lain-lain.

Dalam aspek konsumsi (demand), ekonomi kesehatan menelaah pola


penggunaan pelayanan kesehatan dan diferensiasinya menurut fasilitas, strata
pendapatan, strata pendidikan, kota-desa, kelompok umur, pekerjaan dan lain
sebagainya. Kemudian telaahan demand juga mengkuantifisir bagaimana
faktor-faktor tertentu terhadap pola konsumsi pelayanan kesehatan tersebut,
misalnya tariff, subsidi, asuransi kesehatan, pendapat, opportunity cost dan

I. Hubungan Pembangunan Ekonomi Dan Pembangunan Kesehatan

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya memanfaatkan


peluang-peluang yang lazim secara teratur. Pada tingkat Negara, hal tersebut
menunjukkan suatu proses secara terus menerus yang mempunyai banyak
aspek. Tiga aspek yang harus dipertimbangkan adalah aspek ekonomi,
demografi dan kesehatan.

17
Saat ini pemikiran mengenai pembangunan ekonomi digunakan dalam
dua cara yaitu pertama, untuk membeda-bedakan suatu komunitas dan Negara
dalam suatu skala mulai dari kategori miskin sampai kategori kaya. Kedua,
untuk menunjukkan proses perubahan dari Negara miskin menjadi Negara
yang relatif lebih kaya.

Pada tahun 1950-an daya dorong dari proses ekonomi ini dipandang
Sebagai investasi. Hal ini telah rnenambah perolehan pendapatan yang pada
akhirnya memungkinkan pendayagunaan sumber-sumber ekonomi untuk
program investasi lebih lanjut asalkan tidak tertelan oleh pertumbuhan
penduduk meningkatnya konsumsi.model ini bisa disebut dalam teori
pembangunan kapitalis dan teori pembangunan sosialis. Esensi dari
kebijaksanaan, pembangunan ini adalah dilakukannya investasi sebanyak
mungkin, sambil terus menerus menekan pertumbuhan penduduk dan tingkat
konsumsi.

Namun, tampaknya peristiwa yang terjadi pada tahun 1960 dan 1970-
an telah membuat teori tersebut dinilai terlalu menyederhanakan persoalan,
karena persoalan investasi ternyata tidak hanya melibatkan modal fisik tetapi
juga perhitungan faktor keuangan, teknologi dan organisasi sosial yang
mempunyai permasalahan tersendiri.

Dengan demikian, pembangunan ekonomi tidak lagi dipandang


sebagai suatu proses sederhana, suatu proses penyuntikan modal bagi sistem
perekonomian dengan harapan memberikan keuntungan otomatis dalam
pembangunan dan kesejahteraan manusia. Kini telah disadari bahwa hal ini
juga membawa akibat negatif. Karena modal ternyata bukan sebuah "peluru
ajaib", dan perencanaan pembangunan menjadi lebih rumit karena harus
memperhitunkan semua aspek ekonomi termasuk masalah kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan istilah yang sering digunakan


untuk menunjukkan proses perubahan tingkat kesehatan masyarakat dari
tingkat yang orang menjadi lebih baik sesuai dengan standar kesehatan.

18
Hakekat perubahan dapat dikenali dengan mengamati kasus kematian bayi.
Masyarakat yang tdikenali dengan mengamati kasus kematian bayi.
Masyarakat yang tingkat kesehatannya buruk, kematian bayi mereka lebih
banyak disebabkan oleh yakit diare ataupun penyakit gangguan pernafasan.

1. Sumbangan sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi

Tampaknya ada semacam persetujuan di kalangan para peneliti


bahwa timbulnya kekurangan gizi serta derajat kesehatan masyarakat erat
hubungannya dengan kemiskinan, sehingga sang at dimungkinkan apabila
derajat kesehatan diperbaiki, pertumbuhan ekonomi yang cukup sudah
barang tentu disebabkan oleh semakin produktif sumber daya manusia yang
merupakan masukan bagi perkembangan perekonomian tersebut.

Pengaruh dari program gizi terhadap produktivitas yang kemudian


juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikemukakan secara jelas oleh
Casarlo, Simon dan Kinne (1980). Perbaikan di dalam status gizi akan
menurunkan tingkat kematian dan kesakitan khususnya bagi penduduk usia
erja, sehingga dapat meningkatkan partisipasi bagi yang belum bekerja, dan
meninqkatkan hari kerja bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.

Selain itu, perbaikan gizi dan kesehatan tenaga kerja akan


meningkatkan efisinesi kerja melalui peningkatan kemampuan
individualnya. Pengaruh dari program kesehatan serta gizi terhadap
penduduk usia muda akan terlihat pada GNP di masa depan, yang terjadi
sebagai akibat perubahan kehadiran dan hasil di dalam lembaga pendidikan.
Sedangkan program gizi dan kesehatan juga akan mempengaruhi GNP
melalui pertumbuhan ekonomi yankni dengan bertambahnya tingkat
partisipasi angkatan kerja dan secara tidak langsung melalui tingkat
partisipasi dalam dunia pendidikan.

2. Sumbangan pertumbuhan ekonomi terhadap sektor kesehatan


Peningkatan GNP akan membawa pengaruh pada penurunan
tingkat kesakitan dan kematian serta perbaikan dalam status gizi, baik bagi

19
masyarakat secara keseluruhan meupun individu tertentu. Perbaikan gizi
merupakan program prioritas dalam membentuk kualitas manusia
Indonesia. Terlebih dalam keadaan krisis saat ini telah berakibat lebih parah
menjadi krisis. Krisis ekonomi berakibat 60-70% anak-anak menderita
kurang gizi karena daya beli yang rendah. Krisis ekonomi telah
menurunkan status gizi dan kesehatan masyarakat. Upaya pemecahan
masalah gizi di jadikan sebagai ujung tombak menuju sehat. Beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian terhadap masalah gizi.

Tingkat inflasi mencapai 80%, pengangguran menjcapai 17 juta


orang dan tingkat kemiskinan mencapai 79,4 juta orang. Tingkat kemiskinan
ini merupakan sekitar 40% dari jumlah penduduk Indonesia atau
kuranglebih setara dengan komoditi pad a tahun 1970-an (Menteri Koperasi
1998 dalam Zakaria, 1999).

Krisis ekonomi saat ini sumdah sampai kepada kesulitan yang


tinggi karena rendahnya daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
bahan pangan konsumsi sehari-hari. Tidak terpenuhinya kebutuhan pangan
dapat berakibat timbulnya kekurangan masalah gizi dan kesehatan
khususnya pada kelompok rentan seperti bayi dan anak balita, ibu hamil dan
ibu menyusui.

Sebelum krisis ekonomi terjadi di Indonesia setiap tahunnya


terdapat di indonesia 14% atau 600.000 dari 4,6 juta bayi yang dilahirkan
menderita kurangan gizi. Angka ini meningkat menjadi 35% pada usia anak
mencapai satu Tahun. Dalam keadaan krisis ekonomi saat ini 50-70% bayi
yang mencapai usia satu tahun menderita kekurangan gizi. Meurut Prof.
sjamsoe"oed Sadjad mengatakan bahwa krisis ini membuat manusia
indonesia mati 30%.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ilmu ekonomi diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat


melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

2. Ruang lingkup ekonomi kesehatan yakni mencakup ilmu ekonomi, upaya


kesehatan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan derajat
kesehatan yang optimal.

B. Saran

Diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam


pembangunan ekonomi dan kesehatan. Pemerintah menjamin ketersediaan
fasilitas dan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dapat
dilakukan penyuluhan yang mengutamakan kegiatan preventive dengan
menggunakan pendekatan persuasif.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. H.R., 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu

Jhingan, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencana, Penerjemah Guritno,


Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id
tanggal 13 September 2015

Kartasasmita, Ginanjar. 1994. Manajemen Pembangunan Untuk Negara


Berkembang. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. Diunduh dari
http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id tanggal 13 September 2015

Mills, Anne. (1990). Ekonomi Kesehatan untuk Negara-negara Sedang


berkembang. Jakarta: Dian Rakyat

Mills, JS. 1909. Principles of Political Economy. Longman, Green and Co :


London

Diunduh dari www.journal.unitas-pdg.ac.id tanggal 13 September 2015

Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Diunduh dari


http://repository.usu.ac.id tanggal 13 September 2015

Tjiptoherijanto, Prijono. (1994). Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Undang – Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Pembangunan Kesehatan

22

Anda mungkin juga menyukai