Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Administrasi Kebijakan Kesehatan

MAKALAH
TARIF, PEMBIAYAAN DAN KEUANGAN RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAJAR :
Prof. Dr. dr. Starry Rumpengan, MARS, Sp.PJ(K)
Dr. dr. Wulan P.J. Kaunang, GradDip, M.Kes
dr. Grace E. C. Korompis, MHSM, DrPH

Disusun Oleh

PREZYLLIA U. MONINGKA
222021110037

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Tarif,
Pembiayaan dan Keuangan Rumah Sakit”.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya pada
dosen mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan
tugas terhadap saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat belum sempurna. Kritikan dan
saran dari semua yang membaca makalah ini sangat dibutuhkan agar menjadi
acuan bagi saya untuk lebih baik lagi untuk penulisan makalah kedepan.

Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca dan bisa
bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Manado, September 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- ii

BAB I. PENDAHULUAN----------------------------------------------------------- 1

1.1. Latar Belakang --------------------------------------------------------------- 1


1.2. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------ 2
1.3. Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 2

BAB II. PEMBAHASAN ----------------------------------------------------------- 3

2.1. Tarif----------------------------------------------------------------------------- 3
2.2. Pembiayaan-------------------------------------------------------------------- 5
2.3. Keuangan----------------------------------------------------------------------- 10
2.4. Rumah Sakit------------------------------------------------------------------- 11
2.5. Pemahaman Sistem Kesehatan---------------------------------------------- 15

BAB III. PENUTUP------------------------------------------------------------------ 17

3.1. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------- 17
3.2. Saran---------------------------------------------------------------------------- 17

DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------- 18

LAMPIRAN -------------------------------------------------------------------------- 20

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak
dalam bidang jasa yang melibatkan banyak pihak, seperti misalnya dokter,
pasien, pegawai,dan masyarakat umum. Rumah sakit ini di kelompokan
menjadi 2 yaitu Rumah Sakit yang dikelola pemerintah (Public Hospital) dan
Rumah Sakit swasta. Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat pelayanan kesehatan masyarakat. Rumah
sakit sebagai organisasi penyedia pelayanan kesehatan dihadapkan pada
lingkungan yang semakin kompetitif. Hal ini terlihat dari ekskalasi tarif dan
kebutuhan pasien yang terus meningkat dan kesadaran manajemen penyedia
pelayanan kesehatan untuk memberikan perhatian lebih banyak kepada
kepuasan pasien.
Salah satu sarana kesehatan yang membutuhkan pembiayaan adalah rumah
sakit. Dalam menyelenggarakan kegiatan dalam rumah sakit ada beberapa hal
yang harus diperhatiakan yaitu tarif rumah sakit, pembiayaan rumah sakit dan
keuangan rumah sakit. Dan juga tetap memperhatikan
fungsi sosial yaitu setiap sarana kesehatan baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta. dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan tarif, pembiayaan dan keuangan Rumah sakit. Jadi rumah sakit
harus untuk meningkatkan kemandirian dalam mengelola keuangan untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
Untuk tercapainya mutu kesehatan yang baik, pemerintah berinisiatif
menggandeng pihak swasta dengan cara melibatkan fasilitas milik swasta.
Hal ini didukung dengan UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit yang
menyatakan bahwa rumah sakit dapat didirikan oleh swasta. Swasta yang
mendirikan rumah sakit yang dimaksud harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Rumah sakit
dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang

1
bersifat nirlaba (UU No. 44, 2009). Pada saat ini tarif, pembiayaan dan
keuangan disetiap rumah sakit berbeda-beda tapi ada program pemerintah
yang mempermudah pembiayaan dirumah sakit yaitu Badan Pelayanan
Jaminan Sosial (BPJS) yang bisa digunakan di rumah sakit umum maupun
rumah sakit swasta yang bekerja sama dengan BPJS.
1.2. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan Tarif?
- Apa yang dimaksud dengan Pembiayaan?
- Apa yang dimaksud dengan Keuangan?
- Apa yang dimaksud dengan Rumah Sakit?
1.3. Tujuan
- Untuk Mengetahui apa itu tarif
- Untuk Mengetahui apa yang dimaksud Pembiayaan
- Untuk Mengetahui apa yang dimaksud Keuangan
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rumah Sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tarif
Secara umum Tarif Rumah Sakit adalah imbalan yang diterima oleh
Rumah Sakit atas jasa dari kegiatan pelayanan maupun non pelayanan yang
diberikan kepada pengguna jasa. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan NO.85
Tahun 2015 pola tarif nasional rumah sakit. Pola Tarif Nasional adalah
pedoman dasar yang berlaku secara nasional dalam pengaturan dan
perhitungan untuk menetapkan besaran tarif rumah sakit yang berdasarkan
komponen biaya satuan (unit cost) dan dengan memperhatikan kondisi
regional.
2.1.1. Komponen Tarif
Tarif Rumah Sakit untuk kegiatan pelayanan diperhitungkan berdasarkan
komponen jasa sarana dan jasa pelayanan pada rawat jalan, rawat inap, dan
rawat darurat. Komponen jasa merupakan imbalan yang diterima
oleh Rumah Sakit atas pemakaian akomodasi, bahan non
medis, obat-obatan, bahan atau alat kesehatan habis pakai
yang digunakan langsung dalam rangka Pelayanan Medis dan
Pelayanan Penunjang Medis. imbalan yang diterima oleh
pemberi pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien
dalam rangka Pelayanan Medis adalah Pelayanan Penunjang
Medis atau pelayanan lainnya terdiri atas jasa tenaga
kesehatan dan jasa tenaga lainnya.
2.1.2. Perhitungan Tarif Rumah Sakit
Perhitungan tarif rawat jalan dibedakan berdasarkan
pelayanan Rawat Jalan Reguler dan Rawat Jalan Non Reguler
dengan ketentuan:
a. Pelayanan Rawat Jalan Reguler ditetapkan sesuai dengan
titik impas (break even point);

3
b. Pelayanan Rawat Jalan Non Reguler ditetapkan lebih besar
dari Pelayanan Rawat Jalan Reguler dengan besaran yang
ditetapkan berdasarkan asas kepatutan.
Perhitungan tarif rawat inap dibedakan berdasarkan kelas perawatan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kelas III (tiga) ditetapkan lebih kecil dari kelas II (dua);
b. kelas II (dua) ditetapkan sesuai titik impas (break event point); dan
c. kelas selain huruf a dan huruf b, ditetapkan lebih besar dari kelas II (dua)
dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan.
Perhitungan tarif rawat darurat ditetapkan lebih besar dari titik impas
dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan.
2.1.3. WEWENANG DAN DASAR PENETAPAN TARIF
1. Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang telah
menerapkan Pengelolaan keuangan badan layanan umum ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk tarif kegiatan pelayanan kelas III atas usul Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
b. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan untuk tarif kegiatan pelayanan kelas II, atas usul Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit melalui Menteri; dan
c. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit untuk tarif kegiatan
pelayanan selain kelas III dan kelas II dan kegiatan non pelayanan.
2. Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah yang telah
menerapkan pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
ditetapkan oleh pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit dapat menetapkan tarif
layanan sementara untuk jenis layanan baru yang belum ditetapkan
tarifnya.
4. Tarif layanan sementara harus ditetapkan oleh Menteri, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, atau
pemerintahan daerah paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan.

4
5. Dalam hal terdapat perbedaan tarif antara tarif layanan sementara dengan
tarif layanan yang telah ditetapkan, selisih besaran tarif menjadi tanggung
jawab rumah sakit untuk dilakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.2. Pembiayaan Rumah Sakit


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization
(2000), pembiayaan kesehatan mengacu pada fungsi sistem kesehatan yang
berkaitan dengan pengumpulan, alokasi, dan mobilisasi dana untuk
memenuhi kebutuhan Kesehatan masyarakat, secara individu dan kolektif.
Dalam sistem kesehatan, tujuan pembiayaan kesehatan adalah menyediakan
pendanaan dan menetapkan insentif atau pembiayaan bagi penyedia
layanan, serta memastikan semua individu memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat secara efektif. Lebih lanjut lagi, WHO
menjelaskan bahwa pembiayaan kesehatan mengacu pada bagaimana
menggunakan sumber daya keuangan untuk memastikan bahwa sistem
kesehatan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan setiap orang secara kolektif
& memadai (Organization, 2010).
Pembiayaan kesehatan menjadi suatu bagian yang sangat mendasar dari
sistem kesehatan. Dengan dukungan pembiayaan kesehatan, sistem
kesehatan akan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Pada kondisi yang sangat ekstrem, ketidaktersediaan
pendanaan Kesehatan akan menyulitkan layanan kesehatan, pengobatan,
pelaksanaan program, pencegahan, dan promosi kesehatan. Pembiayaan
bukan hanya sekadar menghasilkan pendanaan, melainkan negara mampu
memantau dan mengevaluasi pembiayaan untuk system kesehatan dengan
menggunakan berbagai indikator. Pembiayaan kesehatan bukan hanya
membahas cara meningkatkan dana pelayanan kesehatan, melainkan juga
mencakup alokasi pendanaan yang ada. Sumber pembiayaan kesehatan
suatu negara dapat berasal dari pemerintah dan non-pemerintah yang akan
digunakan secara luas untuk membiayai upaya kesehatan. Namun, sering
kali terjadi persaingan alokasi pendanaan dalam suatu sistem. Cara

5
pengalokasian dana tidak hanya dipengaruhi oleh cara layanan, tetapi juga
penetapan prioritas dalam hukum ekonomi Kesehatan (Tulchinsky &
Varavikova, 2014). Pembiayaan kesehatan diharapkan mampu menyediakan
sumber daya dan insentif untuk pelaksanaan sistem kesehatan. Selain itu,
pembiayaan kesehatan menjadi penentu utama kinerja sistem kesehatan
dalam hal pemerataan, efisiensi, dan outcome kesehatan (Schieber, Baeza,
Kress, & Maier, 2006).

Berikut beberapa macam model pembiayaan kesehatan yang dapat


diadopsi oleh beberapa negara (Setyawan, 2018):
1. Pembiayaan secara langsung (direct payments by patients)
Setiap individu mengeluarkan biaya secara langsung berdasarkan
tingkat penggunaan layanan kesehatan yang diterima. Model pembiayaan
ini dapat mendorong penggunaan layanan kesehatan secara lebih hati-
hati. Kondisi ini melahirkan kompetisi antara penyedia layanan kesehatan
dalam menarik perhatian konsumen (free market). Walaupun hal ini
tampak sehat, transaksi kesehatan menjadi tidak seimbang. Konsumen
tidak mampu memahami dengan baik akan kebutuhan Kesehatan dan
masalah kesehatan yang dimiliki. Seluruhnya dikontrol oleh penyedia
layanan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan
inefisiensi dan pemakaian terapi secara berlebihan.
2. Pembayaran oleh pengguna (user payments)
Pasien membayar layanan kesehatan secara langsung, baik kepada
pemerintah maupun swasta. Besaran dan mekanisme pembayaran telah
diatur secara formal oleh penyedia layanan kesehatan dan pemerintah.
Pada kondisi yang lebih kompleks, besaran biaya setiap kunjungan dapat
berbeda-beda sesuai dengan jasa pelayanan kesehatan yang diberikan
(misalnya untuk pelayanan kesehatan di fasilitas swasta). Besaran biaya
per episode ketika sakit bersifat tetap atau flat rate.
3. Pembiayaan berbasis tabungan (saving-based)
Pengeluaran biaya kesehatan individu didasarkan pada tingkat
penggunaannya. Individu memperoleh bantuan dalam pengumpulan dana

6
dalam bentuk tabungan. Ketika dibutuhkan, individu tersebut dapat
memakai dana tersebut. Model ini dapat meng-cover biaya pelayanan
kesehatan yang bersifat primer dan lanjutan, tetapi individu akan
mengalami kesulitan membiayai pelayanan yang bersifat kronis dan
kompleks. Oleh sebab itu, perlu model pembiayaan lain untuk
mendukung model ini dalam menanggung biaya kesehatan yang
kompleks dan populasi yang lebih luas.
4. Pembiayaan informal
Model ini tidak mengatur besaran, jenis, dan mekanisme pembayaran.
Besaran biaya disesuaikan dengan kesepakatan antara penyedia dan
pengguna layanan kesehatan. Umumnya penyedia layanan kesehatan
lebih dominan dalam pengaturannya. Selain uang, barang dapat
digunakan sebagai alat tukar untuk memperoleh pelayanan kesehatan,
misalnya dari penyedia layanan kesehatan mantri atau pengobatan
tradisional. Model ini biasanya diadopsi oleh negara-negara berkembang
yang belum memiliki sistem Kesehatan yang mampu melindungi seluruh
masyarakatnya.
5. Pembiayaan berbasis-asuransi (insurance-based)
Dalam model ini individu tidak membiayai pelayanan Kesehatan
secara langsung, tetapi terjadi pengalihan risiko kesakitan seseorang
menjadi risiko kelompok. Selain itu, terjadi pembagian risiko biaya
secara adil. Biaya pelayanan kesehatan disesuaikan dengan perhitungan
dan akan ditanggung dari dana yang telah dikumpulkan bersama.
Individu membayar premi dengan mekanisme pembayaran yang diatur
oleh organisasi pengelola dana asuransi.
Di Indonesia sendiri program asuransi Kesehatan yaitu BPJS yang di
sediakan oleh pemerintah untuk masyarakat Indonesia. BPJS Kesehatan
adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan sebagaimana  dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Jaminan kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu jaminan yang diselenggarakan secara

7
nasional berdasarkan prinsip asuransi  sosial dan prinsip ekuitas, dengan
tujuan menjamin agar seluruh rakyat Indonesia memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan  dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. Kehadiran BPJS Kesehantan memiliki peran sentral dalam
mewujudkan sistem jaminan sosial nasional bidang kesehatan. Hal ini
mengingat BPJS Kesehatan, secara mendasar melakukan pembenahan
terhadap sistem pembiayaan kesehatan yang saat ini masih didominasi
oleh out of pocket payment, mengarah kepada sistem pembiayaan yang lebih
tertata berbasiskan asuransi kesehatan sosial. 
Pembiayaan Rumah sakit atau kesehatan merupakan salah satu
komponen dalam suatu sistem kesehatan. Pembiayaan dalam Rumah Sakit
merupakan sejumlah dana yang perlu disiapkan dalam menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pembiayaan dibagi menjadi
dua perspektif (Azwar, 1996): perspektif penyedia layanan Kesehatan dan
perspektif pengguna jasa Dari perspektif penyedia layanan kesehatan,
pembiayaan Kesehatan merupakan sejumlah uang yang harus disiapkan
dalam menyelenggarakan layanan kesehatan. Layanan kesehatan bisa
dilaksanakan oleh pihak pemerintah dan swasta. Adapun dana yang
disiapkan oleh penyedia layanan kesehatan berupa pembiayaan investasi
(investment cost) dan pembiayaan operasional (operasional cost). Dana
tersebut digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Dari
perspektif pengguna jasa, biaya kesehatan merupakan sejumlah dana yang
harus disiapkan ketika menggunakan layanan kesehatan. Besaran dana yang
digunakan oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan berasal dari kantong
pribadi individu (out of pocket). Menurut Azwar (1996), secara umum
sumber biaya Kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yakni pertama,
seluruh pembiayaan bersumber dari anggaran pemerintah. Negara yang
menggunakan model ini menyediakan biaya kesehatan untuk masyarakat
sepenuhnya. Pelayanan kesehatan diberikan oleh pemerintah secara cuma-
cuma. Tidak ada campur tangan dari pelayanan kesehatan swasta. Kedua,
sebagian pembiayaan ditanggung oleh masyarakat. Beberapa negara

8
mengajak peran serta masyarakat untuk ikut andil dalam pelayanan
kesehatan, baik dalam penyelenggaraan upaya kesehatan maupun
pemanfaatan layanan kesehatan. Pada kondisi ini, swasta pun ikut berperan
dalam penyediaan layanan Kesehatan sehingga masyarakat menggunakan
pelayanan kesehatan dengan mengeluarkan dana sendiri.

2.2.1 Komponen Pembiayaan Dalam Sistem Kesehatan


Pentingnya pembiayaan kesehatan sebagai salah satu komponen sistem
kesehatan ini sudah ditekankan sejak tahun 1978 dan di kembangkan oleh
WHO pada tahun 2005, dimana semua orang memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan dan tidak menderita akibat biaya pelayanan kesehatan
yang besar. Pembiayaan kesehatan yang baik ialah sistem yang mampu
mengumpulkan dana yang memadai untuk kesehatan, mencari cara untuk
memastikan masyarakat dapat menggunakan layanan yang dibutuhkan dan
mampu melindungi dari bencana keuangan atau kemiskinan akibat
pembayaran layanan kesehatan. Sistem pembiayaan juga diharapkan
memberikan insentif bagi penyedia pelayanan kesehatan supaya efisien
(WHO, 2007).
2.2.2 Penjabaran Konsep Sistem Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan mempunyai posisi strategi dalam sistem


Kesehatan Indonesia. Untuk menyediakan pembiayan Kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,
dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan Kesehatan agar meningkatkan deraja
kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Terlihat bahwa tujuan
pembiayaan dalam kebijakan Kesehatan adalah pro masyarakat yang
miskin.

Menurut Sistem Kesehatan Nasional Tahun 2012, Prinsip – prinsip


subsistem pembiayaan kesehatan terdiri atas :

9
1. Kecukupan. Pembiayaan Kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
Dana Kesehatan diperoleh dari berbagai sumber, baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, maupun swasta, yang harus digali
dan dikumpulkan, serta terus ditingkatkan untuk jaminan kecukupan agar
jumlahnya dapat sesuai dengan kebutuhan.
2. Efektif dan efisien. Dalam menjamin efektivitas dan efisiensi
penggunaan dana Kesehatan, pembelanjaannya dilakukan melalui
kesesuaian antara perencanaan pembiayaan kesehatan, penguatan
kapasitas manajemen perencanaan anggaran, dan kopetensi pemberi
pelayanan kesehatan. Adil dan transparan.
Dana Kesehatan digunakan secara bertanggung jawab dan bertanggung
gugat berdasarkan prinsip tata Kelola yang baik, transparan dan mengacu
pada peraturan perundang – undangan.
2.3. Keuangan
Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan
berhubungan dengan proses, lembaga, pasar dan instrument yang terlibat
dalam transfer uang dimana diantara individu maupun antar bisnis dan
pemerintah (Sundjaja dan barlian, 2002).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat
dibagi menjadi dua berdasarkan pengelolaannya, yaitu rumah sakit publik
dan rumah sakit privat (swasta). Rumah sakit publik merujuk pada rumah
sakit yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum
yang bersifat nirlaba. Sementara itu, rumah sakit swasta merupakan rumah
sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit. Bagian ini akan
berfokus pada rumah sakit publik yang dikelola oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

10
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa keuangan rumah sakit adalah
kegiatan pengelolaan keuangan yang berhubungan dengan aktifitas rumah
sakit yang terlibat dalam transaksi uang antar perorangan, bisnis dan
pemerintah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyelenggarakan
rumah sakit berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) atau
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). UU No. 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara mendefinisikan BLU sebagai instansi dilingkungan
pemerintah yang dibentuk untuk memberi pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Sementara itu, BLUD adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
2.4. Rumah Sakit
Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat
erat. Salah satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil
Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang
sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan.
Kuil Romawi untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah
Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Kemenkes, 2016). Rumah sakit mempunyai peranan yang penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia rumah sakit
merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk puskesmas terutama upaya
penyembuhan dan pemulihan. Mutu pelayanan di rumah sakit sangat
dipengaruhui oleh kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki
rumah sakit tersebut. Aspek-aspek alat merupakan sarana dan prasarana

11
yang diperlukan dalam menunjang kegiaan pemberian pelayanan kesehatan
terbaik bagi pasien. Lingkungan fisik mempengaruhi kepuasan pasien.
Lingkungan yang terkait dengan pelayanan rawat jalan adalah konstribusi
pembangunan dan desain ruangan sseperti ruang tunggu dan ruang
pemeriksaan. Sarana dan prasarana lingkungan fisik tersebut diharapkan
akan membentuk lingkungan rumah sakit yang menyenangkan, bersih, rapi
serta memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pasien (Guyton,
2008).
2.4.1. Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Pemerintah adalah rumah sakit milik pemerintah pusat
(misal: RSUP Kandou), Pemerintah daerah (misal:RS Pratama), TNI (misal:
RSAL dr Wahyu Slamet).
Dimana dalam pembiayaan oprasional rumah sakit, pembiayaan
pemeliharaan dan pembiayaan pengembangan rumah sakit pemerintah ini
biayanya ditanggung oleh APBN atau APBD.
2.4.2. Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit Swasta adalah rumah sakit milik swasta, misalnya RS
Siloam, RS Medistra.
Pembiayaan Oprasional rumah sakit swasta diperoleh dari pendapatan
rutin rumah sakit tersebut. Karena tidak ada subsidi yang diterima secara
rutin setiap bulan. Mulai dari petugas kebersihan sampai direktur utama,
gajinya diperoleh dari pendapatan rumah sakit tersebut. Termasuk beli obat
dan peralatan habis pakai yang digunakan untuk keperluan pasien.
Biaya pemeliharaan dari rumah sakit swasta ditanggung sendiri oleh
manajemen. Dimana manajemen harus mencari cara agar semua peralatan
dan Gedung yang mereka punya dapat terpelihara dengan baik.
Biaya Pengembangan untuk investasi baru rumah sakit swasta tidak
mendapatkan dana subsidi rutin dari manapun. Manajemen rumah sakit
harus berikhtiar sendiri agar rumah sakit yang mereka kelolah dapat
berkembang mengikuti kemajuan tekhnologi global.

12
Dimana dana pembiayaan rumah sakit swasta ini didapatkan dari hasil
mereka setiap hari. Untuk itu mereka akan selalu menghitung cost unit
sebelum menetapkan tarif agar ada keuntungan dari tarif yang diputuskan.
Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
menjelaskan Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi antara lain :
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan Kesehatan.
d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Pengaturan tugas dan fungsi Rumah Sakit yang terkait dengan
banyaknya
persyaratan yang harus dipenuhi dalam pendirian Rumah Sakit merupakan
salah satu bentuk pengawasan preventif terhadap Rumah Sakit. Di samping
itu penetapan sanksi yang sangat berat merupakan bentuk pengawasan
represifnya. pengaturan tersebut sebenaranya dilatarbelakangi oleh aspek
pelayanan Kesehatan sebagai suatu hal yang menyangkut hajat hidup sangat
penting bagi masyarakat. Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum
ada lima, yaitu Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis,
Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit Lembaga atau
Perusahaan, dan Klinik (Haliman, 2012)
Berikut penjelasan dari lima jenis Rumah Sakit tersebut :
a. Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala
jenis penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang

13
siaga 24 jam (Ruang gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam
waktu secepat-cepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Di
dalamnya juga terdapat layanan rawat inap dan perawatan intensif,
fasilitas bedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-prasarana
lain.
b. Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan
perawatan kesehatan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya, Rumah
Sakit untuk trauma (trauma center), Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak,
Rumah Sakit Manula, Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung,
Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Jiwa.
c. Rumah Sakit Bersalin, dan lain-lain; Rumah Sakit Pendidikan dan
Penelitian, Rumah Sakit ini berupa Rumah Sakit Umum yang terkait
dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di Fakultas Kedokteran
pada suatu Universitas atau Lembaga Pendidikan Tinggi.
d. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan Rumah sakit ini adalah
Rumah Sakit yang didirikan oleh suatu lembaga atau perusahaan
untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut
e. Klinik Merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama
dengan Rumah Sakit, tetapi fasilitas medisnya lebih.
Menurut ketentuan Pasal 12 Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah sakit:
1.1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas)
spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
1.2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan)
spesialis
lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

14
1.3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)
spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
1.4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis
dasar.

2.5. Pemahaman Sistem Kesehatan


Sistem Kesehatan adalah sebuah system sosial yang kompleks. Definisi
sistem Kesehatan yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan dan memelihara Kesehatan (WHO,2022). Dengan
demikian, yang tercakup dalam system Kesehatan adalah pelayanan
Kesehatan formasl dan nonformal seperti pengobatan alternatif dan
pengobatan tanpa resep. Sistem kesehatan memegang peranan penting
dalam peningkatan status Kesehatan. Sistem Kesehatan yang baik melalui
efesiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. Sistem kesehatan yang
efektif memungkinkan untuk responsive terhadap harapan masyarakat dan
keadilan pembiayaan (Atun, 2012). Dari definisi yang ada terdapat
berbagai program dan kebijakan yang ada dan tidak menjadi interkoneksi
yang baik dari antara komponen sistem Kesehatan.
Beberapa hal yang perlu diamati dalam sistem kesehatan di Indonesia
(Trisnantoro, 2019)
1. Perubahan dalam blok pembiayaan
Perubahan kebijakan pembiayaan di Indonesia yang cenderung memihak.
2. Perubahan dalam Sumber Daya Manusia
Sebagaimana konsep dalam sistem, tanpa ada persebaran tenaga
Kesehatan yang seimbang.
3. Perubahan dalam penyediaan pelayanan
Dengan diberlakukannya JKN, sangat penting untuk memperkuat
pelayanan primer sehingga tidak semua pasien dating ke RS.
4. Perubahan dalam informasi Kesehatan

15
Dalam era JKN, sistem informasi kesehatan merupakan fondasi dari
kesehatan masyarakat yang perlu terus untuk disampaikan.
5. Perubahan dalam produk medis, vaksin obat dan teknologi.
Hal ini menjadi isu penting karena sebelum JKN. Pemberian terapi obat
lebih bebas diberikan.
6. Perubahan dalam tata kelola dan kepimpinan
Sistem Kesehatan perlu ditata dengan prinsip – prinsip tata kelola yang
baik dalam penetapan keputusan dan kebijakan strategi.

16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
- Tarif Rumah Sakit adalah imbalan atas pelayanan kepada pengguna
jasa, dimana tujuan dari tarif rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang ada dalam rumah sakit tersebut.
- Pembiayaan Rumah Sakit merupakan fungsi Kesehatan yang berkaitan
dengan pengumpulan, alokasi dan mobilitasi dana untuk memenuhi
kebutuhan Kesehatan. Yang bertujuan menyediakan pendanaan dan
menetapkan pembiayaan bagi penyediaan pelayanan rumah sakit.
- Keuangan Rumah Sakit ialah kegiatan pengelolaan keuangan yang
berhubungan dengan kegiatan rumah sakit yang terlibat dalam transaksi
uang antar perorangan, instansi dan bisnis.
- Rumah Sakit ialah instansi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan kesehatan secara rawat jalan dan rawat inap. Dimana Rumah
Sakit diklasifikasikan menjadi dua yaitu RS Pemerintah dan RS Swasta.
Dimana RS Pemerintah milik dari Pemerintah dan RS ini oprasionalnya
didanai oleh pemerintah dan RS Swasta ialah RS yang dimiliki oleh
swasta yang dimana operasionalnya dibiayai oleh pendapatan RS
tersebut.
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya kekurangan,
dimohon kepada teman-teman dan dosen untuk dapat memberikan masukan
keritikan dan saran sehingga makalah ini menjadi lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2015


Tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit Dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
3. Rencana Aksi Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2020-2024
4. Seri Ekonomi Kesehatan VI “Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam
Ekonomi Kesehatan”.
5. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2011 Tentang BPJS
6. Tabrany. 2008. Sistem Pembiayaan dan Pembayaran Pelayanan Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.27 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesia Case Base Groups (INA-
CBGs). Jakarta:
8. Kemenkes RI Direktorat Pelayanan. 2014. Petunjuk Teknis Verivikasi
Klaim. Jakarta: BPJS Kesehatan.
9. Agus, Suprapto, 2015, Pedoman Umum Riset Pembiayaan Kesehatan di
era JKN Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Pusat Humaniora,
Surabaya.
10. Giddens Anthony, 2010, Teori Strkturasi: Dasar-dasar Pembentukan
Struktur Sosial Manusia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
11. Departemen Kesehatan RI, 2004, Data Pusat Pembiayaan Jaminan
Kesehatan. Jakarta.
12. Depertemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Jakarta
13. Ilyas. Y 2003, Mekanisme Asuransi Kesehatan, Review Utilisasi,
Manajemen Klaim dan Fraud. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKM UI.
14. Idris, Fachmi, 2014, Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan,
Fasilitas Dan Manfaat Kesehatan, Jakarta: Group Kepesertaan.

18
15. Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, 2002. Manajemen Keuangan. Jilid
1,
Edisi 4, PT. Prehalindo, Jakarta.
16. Atun, R. 2012. “Health Systems, Systems Thinking and Innovation”.
Health Policy and Planning, 27 (suppl.4), pp. iv4-iv8
17. Trisnantoro. L, 2019. “Kebijakan Pembiayaan dan Fragmentasi Sistem
Kesehatan”. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
18. Kementrian Keuangan. 2016. Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2016. Jakarta
19. Peraturan Mentri Kesehatan No. 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
20. Peraturan Menteri Kesehatan No.69 Tahun 2013 Tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjut dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
21. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 Tentang Badan Layanan Umum.
22. Peraturan Mentri Keuangan No. 54 Tahun 2014 tentang Peta Kapasitas
Fiskal Daerah.

19
LAMPIRAN

Pertanyaan saat diskusi “Tarif, Pembiayaan dan Keuangan Rumah Sakit”:


1. BPJS Termasuk dalam pembiayaan kesehatan. Bisakah anda jelaskan Peran
Dari BPJS? (Yang Bertanya : Christy E. Tumbelaka)
 Kehadiran BPJS Kesehantan memiliki peran sentral dalam mewujudkan
sistem jaminan sosial nasional bidang kesehatan. Hal ini mengingat BPJS
Kesehatan, secara mendasar melakukan pembenahan terhadap sistem
pembiayaan kesehatan yang saat ini masih didominasi oleh out of pocket
payment, mengarah kepada sistem pembiayaan yang lebih tertata
berbasiskan asuransi kesehatan sosial.
2. Bolehkah dijelaskan siapa yang menetapkan Tarif Rumah Sakit Pemerintah
Pusat? (Yang Bertanya : Dewi S. Arunde)
 Tarif Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang telah
menerapkan Pengelolaan keuangan badan layanan umum ditetapkan oleh:
 Menteri untuk tarif kegiatan pelayanan kelas III atas usul Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
 Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan untuk tarif kegiatan pelayanan kelas II, atas usul Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit melalui Menteri; dan
 Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit untuk tarif kegiatan
pelayanan selain kelas III dan kelas II dan kegiatan non pelayanan
3. Apa saja berubah di RSUD jika telah ditetapkan sebagai BLUD? (Yang
Bertanya : Dessy C. H. Pottimau)
 Yang harus diperhatikan di RSUD saat ditetapkan BLUD yaitu :
 Bukan masalah uang saja, tapi mindset harus ikut berubah.
 Tadinya biasa dilayani, sekarang melayani.
 Tadinya “pasien butuh RS” sekarang “RS butuh pelanggan”.

20
 Tadinya uang disetor (ke Pemda), sekarang bisa dikelola sendiri (di
rekening RSUD).
Jika mindset RSUD tidak berubah, maka hal ini akan berpengaruh pada
pengelolaan uang RSUD tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai