Anda di halaman 1dari 18

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Politik Kesehatan


Dosen : Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc

KOTA SEHAT DAN POLITIK KESEHATAN

OLEH :

NURUL AWALIA K012181043


ANDRY RACHMADANI K012181141

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SubehanahuWa Ta’ala karena berkat
rahmat dan hidayahnya-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok
mata kuliah Politik dan Kesehatan ini dengan topik “Kota Sehat dan Politik
Kesehatan“.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai kota sehat dan politik
kesehatan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang kota sehat dan politik kesehatan dalam aplikasinya.

Tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita. Aamiin.

Makassar, Mei 2019

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Sampul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kota Sehat ............................................................................................. 3


B. Politik Kesehatan ................................................................................... 9
C. Keterkaitan Kota Sehat dan Politik Kesehatan ...................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................... 14

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara global, lebih banyak orang tinggal di daerah perkotaan daripada di
daerah pedesaan. Sementara kota menawarkan banyak peluang untuk pekerjaan
dan akses ke layanan yang lebih baik (kesehatan, pendidikan, perlindungan
sosial) yang diperlukan untuk kesehatan dan pengembangan manusia yang baik,
kota juga dapat menimbulkan risiko kesehatan yang unik. Pendekatan kota sehat
yang mengaitkan kepemimpinan politik dan pemerintahan partisipatif dapat
bersifat transformasional untuk kesehatan dan kesetaraan kesehatan, serta
membantu mengurangi dampak degradasi lingkungan, perubahan iklim, penuaan,
migrasi, meningkatnya kesenjangan dan isolasi sosial.
Kesehatan dipermukiman memiliki dampak yang berpengaruh pada
kesehatan manusia yang tinggal di permukiman tersebut. Masyarakat yang
tinggal di lingkungan permukiman yang sehat pada umumnya akan sehat pula
dan sebaliknya yang tinggal di permukiman yang buruk atau jelek akan menderita
berbagai macam penyakit. Kesehatan lingkungan pemukiman merupakan salah
satu kondisi untuk masyarakat mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Maka dari itu kawasan permukiman harus memiliki sarana dan prasarana yang
sehat pula, sehingga terciptanya lingkungan yang sehat dan layak huni bagi
masyarakat. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan lingkungan
kawasan permukiman yang sehat dengan membuat program kota sehat (healthy
cities). Disinilah besarnya peran pemerintah dalam menciptakan kota sehat bagi
masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Maka dari itu
dalam makalah ini akan membahas tentang “Kota Sehat dan Politik Kesehatan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kota sehat?
2. Apa yang dimaksud dengan politik dan kesehatan ?
3. Bagaimana keterkaitan dalam pelaksanaan kota sehat dan politik kesehatan ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai kota sehat.
2. Untuk mengetahui mengenai politik dan kesehatan.
3. Untuk mengetahui keterkaitan pelaksanaan kota sehat dan politik kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOTA SEHAT
1. Definisi Kota Sehat
Pendekatan kota sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO
pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter, dimana
ditekankan kesehatan untuk semua dapat dicapai dan langgeng jika semua
aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu,
konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan pada pelayanan kesehatan yang
lebih menekankan kepada suatu pendekatan kondisi sehat dan problem sakit
saja, tetapi kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat, baik jasmani dan rohani.
WHO (World Health Organization) mendefinisikan Healthy Cities atau
Kota yang sehat adalah kota yang terus menciptakan dan meningkatkan
lingkungan fisik dan sosial tersebut dan memperluas sumber daya masyarakat
yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam
menjalankan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal
mereka.
Komitmen Healthy Cities adalah proses untuk mencapai lingkungan fisik
dan sosial yang lebih baik. Setiap kota dapat memulai proses untuk menjadi
sebuah kota sehat jika memiliki komitmen untuk memelihara lingkungan fisik
dan sosial yang mendukung dam mempromosikan kesehatan dan kualitas
hidup penduduk. Membangun pertimbangan kesehatan ke dalam
pembangunan kota dan managemen adalah hal krusial bagi Healthy Cities.
Healthy Cities adalah proses, disebut healthy cities bukan sebuah kota
yang telah mencapai status kesehatan tertentu, tetapi lebih dari itu yaitu
sebuah kota yang sadar kesehatan dan berusaha untuk memperbaikinya, apa
yang diperlukan adalah komitmen untuk kesehatan, proses, dan struktur untuk
mencapainya.
Dalam konteks Indonesia, Healthy Cities ini disebut sebagai
kabupaten/kota sehat seperti yang diatur dalam Peraturan Bersama antara
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan. Healthy Cities di
Indonesia merujuk pada konsep wilayah pemerintah kabupaten/kota, bukan

3
kota yang diartikan sebagai sebuah wilayah yang memiliki ciri kota (urban)
tetapi diartikan sebagai wilayah administratif. Dalam dokumen tersebut
kabupatan/kota sehat diartikan sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang
bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui
terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi
yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.

2. Tujuan Healthy Cities


WHO mengembangkan berbagai proyek Healthy Cities yang bertujuan
untuk :
a. Mobilisasi politik dan partisipasi masyarakat dalam mempersiapkan
dan mengimplementasikan rencana kesehatan kota
b. Meningkatkan kesadaran tentang isu kesehatan dalam upaya
pengembangan perkotaan melalui otoritas kota dan nasional
termasuk para kementerian non-kesehatan dan lembaga lainnya
c. Penciptaan terhadap meningkatnya kapasitas pemerintahan kota
untuk memanage kesehatan perkotaan, dan pembentukan kemitraan
dengan masyarakat dan para NGOs dalam meningkatkan kondisi
kehidupan bagi masyarakat miskin.
d. Penciptaan jaringan kota yang dapat menyiapkan pertukaran
informasi dan transfer teknologi.

Lebih lanjutnya, ditekankan bahwa tujuan utama dari Healthy Cities


adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan menyelesaikan berbagai
determinan kesehatan dan prinsip-prinsip kesehatan untuk semua (Health for
All) dan pembangunan berkelanjutan mempromosikan pemerintahan yang baik
(good governance) dan perencanaan kesehatan berbasis kemitraan. WHO
lebih lanjut mengatakan bahwa tujuan dari proyek Healthy Cities adalah untuk
meningkatkan kesehatan penduduk kota melalui peningkatan kondisi
kehidupan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik dalam hubungannya
dengan berbagai aktivitas pembangunan perkotaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut kemitraan dengan publik, swasta, dan NGOs untuk memfokuskan
pada kesehatan perkotaan dan untuk menanggulangi masalah kesehatan
secara partisipatif adalah sesuatu yang sangat esensial.

4
3. Prinsip dan Strategi Healthy Cities
Prinsip Health for All (HFA) dan panduan startegis Ottawa Charter
menjadi framework bagi proyek Healthy Cities dalam implementasinya di
berbagai negara. Prinsip tersebut meliputi :
a. Keadilan (equity). Keadilan dan kesetaraan antara pembangunan kota dan
desa, keadilan pada kelompok pada umurt termasuk lansia, keadilan
terhadap semua suku bangsa, ras, dan agama, dan keadilan terhadap
gender laki-laki dan perempuan.
b. Partisipasi masyarakat (community participation). Healthy Cities dapat
berjalan dengan langgeng jika mendapat dukungan masyarakat. Jika
mereka terlibat, mereka mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) dan
juga rasa bertanggung jawab (sense of renposibility), program menjadi lebih
efektif karena tepat sasaran.
c. Kemitraan lintas sektor (intersectorak partnerships). Healthy Cities bukan
hanya bisnis bagi orang kesehatan, hampir 70-80% determinan Healthy
Cities berada diluar daripada sektor kesehatan.
d. Pembangungan berkelanjutan (suistanable development). Yang paling sulit
dari implementasi Healthy Cities ini adalah bagaimana menjamin
kesinambungan program dan kebijakan ini. Umumnya pergantian pimpinan
memberi dampak pada kebijakan yang diambil. Tidak semua kepala
pemerintahan memiliki perhatian yang tinggi terhadap Healthy Cities.
Mungkin ada bupati atau walikota mampu membangun berbagai gedung
bertingkat tetapi gagal membangun lingkungan dan kesehatannya. Kota
dibangun dengan serba modern tetapi permasalahan sosial cukup tinggi
misalnya geng motor, begal, pencurian, narkoba, dan berbagai tindakan
kekerasan dan kriminal lainnya.
Artinya tujuan healthy cities dapat dicapai jika semua komponen bergerak
di atas landasan tersebut. Evaluasi prinsip dan strategi prinsip Healthy cities
pernah dilakukan pada jaringan Healthy Cities Israel yang meliputi : kebijakan
yang adil dan dukungan politik, manajemen program dan aktivitas promosi
kesehatan di kota, partisipasi masyarakat, kemitraan lintas sektor dan aktivitas
terhadap perlindungan. Setiap aspek tersebut memiliki indikator-indikator
misalnya mengukur kebijakan yang berkaitan dengan penurunan ketidakadilan
dapat dilihat dari aspek kebijakan resmi yang dikeluarkan pemerintah tentang

5
keadilan, debat-debat pemerintah kota tentang ketidakadilan , budget yang
dialokasikan. Dukungan politik dilihat dari aspek misalnya diskusi politik,
penerapan tentang pelarangan merokok, dukungan para politisi, pemerintah/tim
pengara yang terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan, dan seterusnya.
Untuk mencapai tujuan Healthy Cities, disamping implementasi pada
prinsip-prinsip tersebut, Ottawa Charter menawarkan sebuah konsep,
pendekatan dan startegi yang sangat komprehensif untuk memecahkan
berbagai permasalahan kesehatan dalam sebuah setting, yaitu :
a. Membangun kebijakan publik yang sehat (build healthy public policy)
b. Menciptakan lingkungan yang suportif bagi kesehatan (create supportive
environments for health)
c. Memperkuat aksi masyarakat untuk kesehatan (strenghten community
action for health)
d. Mengembangkan keterampilan personal (develop personal skills)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (re-orient health services)

4. Langkah-langkah Perencanaan Healthy Cities


Untuk mengembangkan proyek Healthy Cities, World Health
Organization, region Europe menawarkan terdapat tiga fase yang perlu
dilakukan :
1) Taking Action (tindakan), tahap ini yang diperlukan meliputi :
a) Peningkatan kesadaran kesehatan
b) Mengadvokasi perencanaan strategik
c) Memobilisasi tindakan intersektoral
d) Mendorong partisipasi masyarakat
e) Mempromosikan inovasi
f) Menjamin kebijakan publik yang sehat
2) Getting organized (diorganisir), tahap yang diperlukan meliputi :
a) Menunjuk atau membentuk komite
b) Menganalisis lingkungan
c) Mendefinisikan pekerjaan proyek
d) Menyiapkan kantor
e) Merencanakan strategi
f) Membangun kapasitas

6
g) Membangun akuntabilitas
3) Getting started (dimulai), pada tahap ini yang perlu dilakukan meliputi :
a) Membangun dukungan kelompok
b) Memahami ide
c) Mengetahui kota itu
d) Memutuskan organisasi
e) Menyiapkan proposal
f) Memperoleh persetujuan

5. Indikator Healthy Cities


World Health Organization (WHO) telah menetapkan 11 indikator atau
kualitas Healthy Cities secara global, yaitu :
1) Lingkungan fisik yang aman dan bersih berkualitas tinggi (termasuk kualitas
perumahan)
2) Ekosistem yang stabil sekarang dan berkelanjutan dalam jangka panjang
3) Komunitas yang kuat, saling mendukung dan non-eksploitatif
4) Tingkat partisipasi yang tinggi dalam dan kontrol oleh warga atas keputusan
yang memengaruhi kehidupan mereka, kesehatan dan kesejahteraan
5) Pemenuhan kebutuhab dasar (makanan, air, temapt tinggal, pendapatan,
keamanan, dan pekerjaan) untuk semua orang di kota ini
6) Akses orang untuk berbagai pengalaman dan sumber daya dengan
kesempatan untuk berbagai kontak, interaksi dan komunikasi
7) Ekonomi yang beragam, vital, dan inovatif
8) Keterhubungan dengan masa lalu, dengan warisan budaya dan bilogis
penduduk kota dan dengan kelompok dan individu lain
9) Bentuk yang kompatibel dengan dan meningkatkan karakterisitk sebelumnya
10) Tingkat optimal terhadap pelayanan perawatan penyakit dan kesehatan
masyarakat yang sesuai, dapat diakses untuk semua
11) Status kesehatan yang tinggi (baik level status kesehatan yang tinggi dan
level status kesehatan yang rendah)

Sementara di Indonesia penilaian kualitas Healthy Cities (kabupaten/kota


sehat didasarkan pada pemenuhan indikator pokok, indikator umum dan
indikator khusus.

7
Indikator pokok, meliputi :
a. Belajar 9 tahun
b. Angka melek huruf
c. Pendapatan perkapita domestik
d. Angka kematian bayi per 1.000 Kh
e. Angka kematian balita per 1.000 Kh
f. Angka kematian ibu per 100.000 Kh
g. Adanya RT/RW
h. Program dana sehat dan jaminan sosial bagi masyarakat miskin
(Jaminan Kesehatan Nasional)
Indikator umum, meliputi :
a. Adanya dukungan Pemda
b. Adanya dukungan di sektor
c. Berfungsinya tim Pembina di kabupaten dan kecamatan
d. Berfungsinya forum kabupaten
e. Adanya sekretariat forum
f. Berfungsinya forum komunikasi desa
g. Berfungsinya Pokja desa
h. Adanya kesepakatan masyarakat dan pemda tentang pilihan tatanan
dan kegiatan
i. Adanya perencanaan forum yang disepakati masyarkat dan pemda
j. Adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat melalui forum/
forum komunikasi/ pokja
Indikator Khusus biasaya merujul pada tatanan kabupaten/kota sehat.
Secara nasional terdapat sembilan tatanan, meliputi :
a. Kawasan permukiman, saranan dan prasana umum
b. Sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi
c. Kawasan industri dan perkantoran sehat
d. Pariwisata sehat
e. Pertambangan sehat
f. Hutan sehat
g. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri
h. Ketahanan pangan dan gizi
i. Kehidupan sosial yang sehat

8
Setiap tatanan memiliki masing-masing indikator yang tercantum pada
Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 34
Tahun 2005 Nomor: 1138/Menkes/PB/VIII/2005.

B. POLITIK KESEHATAN
1. Definisi Politik Kesehatan
a. Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani, politika yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan negara, yang mana kata politika tersebut berasal dari
kata polites yang artinta warga negara dan polis yang berarti negara kota.
Kata politik itu muncul karena berawal dari polis yang mempunyai arti kota
atau negara kota, kemudian berkembang menjadi polites yang berarti warga
negara karena suatu negara kota jika tanpa warga negara maka akan
lumpuh dan sangat tidak mempunyai arti yang sekaligus membawa
perkembangan selanjutnya menjadi politea yang mana mempunyai arti
semua yang berhubungan dengan negara, dari kata politea tersebut menjadi
kata politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan.
Politik merupakan ibu dari segala ilmu, tanpa campur tangan politik maka
semua cabang ilmu akan lemah lunglai tak bergeming. Politik juga
merupakan prestige bangsa, konsistensi kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilengkapi dengan human sense dan human relationship
yang tulus, ikhlas, empati, peduli, menempatkan eksistensi negara dikancah
dunia tanpa mengubah jati diri bangsa.
Oleh karena keberadaan politik sangat dibutuhkan oleh negara dan warga
negara maka pengertian politik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
2 yaitu politik dalam arti kepentingan umum (politics) dan politik dalam arti
kebijakan (policy). Politik dalam arti kepentingan umum memiliki
pemahaman bahwa rangkaian asas/prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Selanjutnya pengertian politik
dalam arti kebijakan mengandung maksud bahwa pemanfaatan dari suatu
pertimbangan tertentu yang dapat menjamin terlaksananya usaha untuk
mewujudkan keinginan atau cita-cita yang dikehendaki.

9
Secara umum pengertian politik memiliki arti yaitu proses pembentukan
dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang meliputi proses
pembuatan keputusan dalam hal ini tentang kebijakan negara. Politik juga
bisa diartikan seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun inkonstitusional.
b. Kesehatan
Kesehatan memiliki arti kondisi umum dari seeorang dalam semua aspek.
Definisi kesehatan menurut WHO yaitu sebagai keadaan lengkap fisik,
mental dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan.
c. Politik Kesehatan
Politik kesehatan memiliki pemahaman yaitu ilmu dan seni untuk
memperjuangkan derajat kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui
sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau
negara untuk menciptakan masyarakat dan lingkungan sehat secara
keseluruhan.

2. Kebijakan dalam aplikasi politik kesehatan


Politik merupakan ibu dari segala ilmu, begitu juga dengan ilmu
kesehatan tanpa campur tangan politik kesehatan tentu semua kebijakan dan
peraturan menjadi lemah. Ada 2 bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
dituangkan dalam aplikasi politik kesehatan ini, antara lain :
1) Peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan, meliputi Undang-undang,
Peraturan Presiden, keputusan menteri, peraturan daerah, baik tingkat
provinsi maupun kabupaten kota dan peraturan lainnya.
2) Kebijakan pemerintah dalam bentuk program yaitu segala aktifitas
pemerintah baik yang terencana maupun yang insidentil yang mana hal
tersebut bertujuan untuk peningkatan kesehatan masyarakat, menjaga
lingkungan dan masyarakat agar tetap sehat dan sejahtera baik fisik, jiwa
maupun sosial.
Semua kebijakan dan peraturan membutuhkan ruh politik untuk dapat
berjalan sesuai dengan tujuan dan visi yang sudah ditentukan, oleh karena itu
untuk menciptakan kesehatan masyarakat yang prima maka dibutuhkan
berbagai peraturan yang menjadi pedoman bagi petugas kesehatan dan

10
masyarakat luas. Hendaknya program-program yang dibuat oleh pemerintah
dapat menjadi stimulus bagi masyarakat khususnya untuk menciptakan
lingkungan dan masyarakat sehat, jasmani, rohani, sosial serta memampukan
masyarakat hidup produktif secara sosial ekonomi.

3. Keterkaitan antara politik dan kesehatan


Hubungan antara politik dan kesehatan yaitu politik kesehatan merupakan
kebijakan negara di bidang kesehatan, yang mana merupakan kebijakan publik
yang didasari oleh hak yang paling fundamental, yaitu sehat merupakan hak
warga negara, sehingga dalam pengambilan keputusan politik khususnya
kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat sebaliknya politik juga
dipengaruhi oleh kesehatan dimana jika derajat kesehatan masyarakat
meningkat maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
Politik kesehatan sangat erat hubungannya dengan analisis kebijakan
kesehatan karena penentuan kebijakan di bidang kesehatan memang
merupakan sebuah sistem yang tidak lepas dari keadaan dan peta politik. Peta
politik ini penting untuk menentukan kebijakan yang dihasilkan merupakan
produk dari serangkaian interaksi elit kunci dalam setiap proses pembuatan
kebijakan termasuk tarik menarik kepentingan antara aktor, interaksi
kekuasaan, alokasi sumber daya dan bargaining position diantara elit yang
terlibat.
Untuk menciptakan kesehatan yang prima maka dibutuhkan berbagai
peraturan yang menjadi pedoman bagi petugas kesehatan dan masyarakat
yang luas. Tujuan dari kebijakan kesehatan ini agar pelayanan kesehatan tidak
hanya dinikmati oleh golongan tertentu, namun juga bisa dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Salah satu
contoh Negara yang menerapkan politik kesehatannya dengan baik yaitu Kuba,
Kuba memiliki pemandangan yang berbeda terhadap politik kesehatan. Sejak
tahun 1953 kuba melakukan pembangunan negara yang menitik beratkan pada
pendidikan dan kesehatan. Program revolusioner Kuba tersebut bukan tanpa
alasan, dibawah kepemimpinan Batista, kesehatan tidak bisa dinikmati oleh
semua golongan. Orientasi masih pada profit oriented membuat rakyat Kuba
tidak bisa mengakses kesehatan yang gratis dan berkualitas. Hal ini tentunya
mempengaruhi rendahnya kualitas hidup rakyat Kuba. Mulai dari pelayanan

11
kesehatan yang buruk, dokter yang jumlahnya masih kurang (dokter lebih
banyak di daerah perkotaan), serta kualitas rumah sakit termasuk tenaga
medis yang rendah.
Manfaat dari memahami politik kesehatan antara lain yaitu dapat
merumuskan kebijakan kesehatan, menganalisis kebijakan kesehatan dengan
menganalisis kebijakan tersebut pemerintah mampu memberikan jenis
tindakan kebijakan yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah,
memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/ keputusan yang sesuai
atas suatu masalah yang awalnya tidak pasti, analis kebijakan juga akan
memberikan keputusan yang fokus pada masalah yang akan diselesaikan,
serta menelaah fakta-fakta yang muncul kemudian sebagai akibat dari produk
kebijakan yang telah diputuskan atau diundangkan.

C. KETERKAITAN KOTA SEHAT DAN POLITIK KESEHATAN


Salah satu faktor penting untuk membangun Healthy Cities yang efektif
adalah loby yang kuat untuk memperoleh dukungan dan komitmen politik dan
pemerintah kota. Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Werna,et.al bahwa
kepemimpinan dari walikota adalah kunci sukses untuk efektifiktas Healthy Cities.
Alasannya adalah walikota dapat mendorong dan melibatkan badan-badan
pemerintah demikian halnya dengan sektor swasta, universitas, NGOs dalam
memformulasikan dan mengadopsi rencana kesehatan kota (municipal health
plan or city health plan). Tanpa komitmen politik dari walikota , kebijakan Healthy
Cities akan mengalami kesulitan dalam membangun koordinasi lintas sektor dan
memobilisasi sumber daya. Untuk mendorong dan memengaruhi para walikota,
WHO khususnya di region Western Pasific secara reguler mengundang beliau
untuk hadir pada berbagai international conferences, termasuk Healthy Cities
Conferences, melakukan study tours untuk belajar bagaimana implementasi
Healthy Cities dapat lebih kuat untuk memperoleh dukungan dari walikota jika
proyek Healthy cities langsung dipimpin oleh walikota tersebut. Ini terjadi di
proyek Healthy Cities di wilayah metropolitan Tokyo, Jepang, Hancock, sebagai
salah satu perintis WHO Healthy Cities and Communities approach,
menenkankan bahwa peranan pemerintah lokal termasuk walikota adalah sangat
vital dalam pengembangan Healthy Cities and Communities dan bahwa

12
implementasi Healthy cities membutuhkan keterlibatan politik yang kuat dari
pemerintah lokal.
Dukungan politik yang kuat dari pemerintah/ walikota juga berhubungan
dengan aspek lain dari kesuksesan Healthy Cities, termasuk kepemimpinan yang
efektif dan keterlibatan masyarakat secara aktif. Pemimpin politik yang aktif
melibatkan masyarakat dan mengakui pentingnnya keterlibatan masyarakat
tersebut. Atribut kepemimpinan yang dibutuhkan oleh seorang leader adalah gaya
kepemimpinan yang mampu menginspirasi dan memfasilitasi. Pemimpin harus
fleksibel, memiliki keterampilan komunikasi yang efektif, visi jelas dan memilki
antusiasme, adanya keinginan untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan
dengan kondisi sekarang (current practice), memiliki jiwa enterpreneurship,
keinginan untuk mengambil resiko, dan kemampuan untuk mengurangi blok-blok
birokrasi.
Kepemimpinan yang kuat dari walikota dan otoritas terkemuka lainnya
merupakan pusat pendekatan kota yang sehat (Healthy Cities). Melembagakan
struktur organisasi, membangun kapasitas agen perubahan, menyusun kebijakan
publik yang sehat dan perencanaan kota yang komprehensif, mengadopsi
pendekatan sistematis untuk pemantauan dan penilaian, membangun kemitraan,
dan membangun jaringan antar kota merupakan komponen integral dari
pendekatan kota sehat. Koordinasi lintas sektoral yang efektif sangat penting
untuk kota yang sehat, yang mencakup perwakilan dari kesehatan, perencanaan
kota, perumahan, sanitasi, lingkungan, dan / atau transportasi. Koordinasi lintas
sektoral yang efektif untuk kota-kota sehat mengharuskan pemerintah kota
memahami ancaman kesehatan dan memetakan epidemi, mengukur atau
memperkirakan dampak kesehatan (positif dan negatif) dari kegiatan
pembangunan, melaksanakan intervensi yang didukung bukti, dan memantau
serta mengevaluasi dampak pada kesehatan, pemerataan kesehatan dan
pembangunan. Keterlibatan masyarakat sipil dan pemberdayaan masyarakat
seringkali mendorong perencanaan dan implementasi inisiatif kota sehat (Healthy
Cities).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kota yang sehat adalah kota yang terus menciptakan dan meningkatkan
lingkungan fisik dan sosial tersebut dan memperluas sumber daya masyarakat
yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam
menjalankan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal
mereka. Tujuan utama dari Healthy Cities adalah untuk meningkatkan kesehatan
dengan menyelesaikan berbagai determinan kesehatan dan prinsip-prinsip
kesehatan untuk semua (Health for All) dan pembangunan berkelanjutan
mempromosikan pemerintahan yang baik (good governance) dan perencanaan
kesehatan berbasis kemitraan. Untuk mencapai tujuan healthy cities perlu
dilakukan pendekatan-pendekatan dan strategi dalam pelaksanaannya. Salah
satu faktor yang penting dalam pengimplementasian healthy cities/ kota sehat
adalah loby yang kuat dalam memperoleh dukungan dan komitmen politik dari
pemerintah kota. Kunci sukses dari pelaksanaan ini adalah kepemimpinan dari
walikota dalam kebijakan healthy cities itu sendiri. Kepemimpinan yang kuat dari
walikota dan otoritas terkemuka lainnya merupakan pusat pendekatan kota yang
sehat. Melembagakan struktur organisasi, membangun kapasitas agen
perubahan, menyusun kebijakan publik yang sehat dan perencanaan kota yang
komprehensif, mengadopsi pendekatan sistematis untuk pemantauan dan
penilaian, membangun kemitraan, dan membangun jaringan antar kota
merupakan komponen integral dari pendekatan kota sehat. Koordinasi lintas
sektoral yang efektif sangat penting untuk kota yang sehat, yang mencakup
perwakilan dari kesehatan, perencanaan kota, perumahan, sanitasi, lingkungan,
dan / atau transportasi.
B. Saran
1. Diharapkan pemerintah lebih mengawasi dan memperhatikan pelaksanaan
kota sehat ini agar hasil yang didapatkan benar-benar optimal
2. Diharapkan kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
kota sehat ini, dengan memulai perilaku sehat baik pada diri sendiri maupun
terhadap lingkungan.

14
Daftar Pustaka

Narendra P, 2017. Pentingnya Memahami Politik Kesehatan. http://kesmas-


id.com/pentingnya-memahami-politik-kesehatan/. Diakses 21 Mei 2019.
Nisa H, 2016. Peran Forum Komunikasi Kelurahan Sehat Dalam Mewujudkan Kota
Sehat Di Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang. Jurnal Ilmu Pemerintahan
2016, vol 4, No 1 : 189-201.

Palutturi Sukri, 2018. Healthy Cities : Konsep Global, Implementasi Lokal Untuk
Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri No. 34 Tahun 2005 dan Menteri
Kesehatan No. 1138/MENKES/Pb/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat.

WHO, 2015. Healthy Cities, Good Health is Good Politics : Toolkit for local
governments to support healthy urban development.
https://iris.wpro.who.int/bitstream/handle/10665.1/11865/WPR_2015_DNH_004
_eng.pdf diakses 18 Mei, 2019.

WHO, 2019. Healthy Settings : Types of Healthy Settings.


https://www.who.int/healthy_settings/types/cities/en/ diakses 21 Mei, 2019.

15

Anda mungkin juga menyukai