Anda di halaman 1dari 21

PENGGUNAAN ANTROPOMETRI PADA ANAK DAN DEWASA

DOSEN PENGAJAR

Prof. Dr. dr. Nova H Kapantow, DAN., MSc., SpGK

dr. Marsella D Amisi., M. Gizi

dr. Nancy S H Malonda., MPH

Maureen I Punuh., SKM, MSi

Yulianty Sanggelorang., SKM, MPH

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. Michell V. Mandagi 19111101072


2. Ribka B. Tulung 19111101077
3. Rival Jacobs 19111101079
4. Sesilia t. Suoth 19111101080
5. Betseba G. Oktavia 19111101083

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

MANADO

2021

i
PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Penggunaan Antropometri pada Anak dan Dewasa” ini sebagai bentuk
pemenuhan tugas pada mata kuliah Penentuan Status Gizi. Kami juga berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam makalah ini memuat informasi-informasi terkait bagaimana cara


penggunaan antropometri pada anak dan orang dewasa. Besar harapan kami agar
melalui makalah ini para pembaca dapat lebih memahami bagaimana cara
penentuan status gizi lewat penggunaan antropometri khususnya pada anak-anak
dan orang dewasa.

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah


ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran, masukan, bahkan kritikan dari pembaca agar kami dapat
memperbaikinya dalam pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis sendiri maupun bagi para pembaca.

Manado, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

PENGANTAR…………………………………………………………………......i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………........ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………......iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………......IV

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………….....1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….......1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………......2

1.3 Tujuan………………………...…………………………………………….....2

BAB II : ISI…………………………………………………………………….....3

2.1 Indeks Antropometri Gizi…………………………………………………......3

2.2 Penggunaan Indeks Antropometri Gizi……………………………………......9

2.3 Klasifikasi Status Gizi……………………………………………………......10

2.4 Aplikasi Antropometri di Indonesia……………………………………….....14

BAB III : PENUTUP.............................................................................................15

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………......15

3.2 Saran……………………………………………………………………….....15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Mengukur Berat Badan...........................................................................4

Gambar 1 Mengukur Tinggi Badan.........................................................................5

Gambar 3 Mengukur Lingkar Lengan Atas.............................................................8

Gambar 4 Mengukur Tebal Lemak Bawah Kulit.....................................................9

Gambar 5 Mengukur Lingkar Panggul....................................................................9

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 “Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia”....................................7

Tabel 1.2 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut Gomez”..............................................11

Tabel 1.3 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut Jelliffe”...............................................11

Tabel 1.4 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut Bengoa”..............................................12

Tabel 1.5 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut Depkes RI”.........................................12

Tabel 1.6 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut WHO”................................................13

Tabel 1.7 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut IMT”...................................................13

Tabel 1.8 “Klasifikasi Statu Gizi Menurut Waterlow” .........................................14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dari
makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan proses metabolisme
tubuh. Dalam KBBI gizi dapat diartikan sebagai zat makanan pokok yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Zat gizi adalah zat yang
terdapat dalam makanan dan sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolisme, mulai dari proses pencernaan,penyerapan makanan dalam usus
halus, transportasi oleh darah untuk mencapai target dan menghasilkan
energi,pertumbuhan tubuh, proses biologis, penyembuhan penyakit dan daya
tahan tubuh.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara


asupan zat gizi dari makan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda,
hal ini tergantung pada beberapa faktor seperti: usia orang, jenis kelamin, aktivitas
tubuh, berat badan, dan lainnya. Indikator status gizi, adalah tanda-tanda yang
dapat diketahui untuk menggambarkan status gizi seseorang.

Penilaian status gizi adalah penilaian gizi seseorang dengan menggunakan


metode. Secara garis besar metode penilaian status gizi dibedakan menjadi 2 yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam metode pengukuran langsung
terbagi 4, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan dalam
metode pengukuran tidak langsung terbagi 3, yaitu survei konsumsi, statistik vital
dan faktor ekologi. Dari beberapa metode pengukuran, pengukuran antropometri
merupakan pengukurang yang paling sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman
2000). Tujuan dari penilaian status gizi ini, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
status gizi yang salah pada seseorang. Sehingga dengan diketahuinya status gizi,
maka dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada
masyarakat.

1
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang bagaimana
penggunaan metode antropometri khusunya pada anak dan orang dewasa untuk
mengetahui status gizi mereka. Selain itu dalam makalah ini juga akan membahas
mengenai indeks-indeks antropometri, pengklasifikasian status gizi, serta aplikasi
antropometri di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja Indeks pengukuran Antropometri dalam menentukan penilaian
status gizi?
2. Bagaimana cara penggunaan Indeks Antropometri gizi?
3. Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi status gizi?
4. Apa saja aplikasi Antropometri yang digunakan dalam penentuan status
gizi?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Indeks pengukuran Antropometri dalam menentukan
penilaian status gizi
2. Untuk mengetahui cara penggunaan Indeks Antropometri gizi
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi status gizi
4. Untuk mengetahui aplikasi Antropometri yang digunakan dalam
penentuan status gizi

2
BAB II

ISI

2.1 Indeks Antropometri Gizi

Indeks antopometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks


antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan dan tingkat gizi. Berikut beberapa
Indeks antropometri :

1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,
tulang, dan otot, dan di antara beberapa macam indeks antropometri, indeks BB/U
merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U menunjukkan
secara sensitif status gizi (saat diukur) karena mudah berubah.

Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang
digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Kurang berat badan tidak hanya
menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup, tetapi juga mencerminkan
keadaan sakit yang baru saja dialami, seperti mencret yang mengakibatkan
berkurangnya berat badan.

Pengukuran berat badan menurut umur secara teratur dan berkelanjutan


dapat digunakan sebagai indikator kurang gizi. Hasil pengukuran ini dapat
menunjukkan keadaan kurang gizi akut atau gangguan-gangguan yang
mengakibatkan laju pertumbuhan terhambat.

3
Gambar 1. Mengukur Berat Badan
 Kelebihan :
- Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
- Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
- Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena
infeksi atau KEP
- Growth monitoring
- Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
 Kekurangan :
- Kadang umur secara akurat sulit didapat
- Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita
- Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian
atau gerakan anak saat ditimbang

2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur

Tinggi badan kurang dipengaruhi oleh pangan dibandingkan dengan berat


badan. Oleh karena itu, tinggi badan menurut umur yang rendah biasanya akibat
dari keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pasti memberikan petunjuk
bahwa konsumsi zat gizi pada waktu ini tidak cukup.

Indeks TB/U lebih menggambarkan tentang status gizi masa lalu dan juga
lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu, indeks
TB/U selain digunakan sebagai indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai
indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat.

4
Gambar 2. Mengukur Tinggi Badan
 Kelebihan :
- Baik untuk menilai status gizi masa lampau
- Alat dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawah
- Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
 Kekurangan :
- Tinggi badan cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
- Diperlukan beberapa orang untuk melakukan pengukuran, karena
anak biasanya relative sulit berdiri tegak
- Ketepatan umur sulit didapat

3. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Ukuran antropometri yang baik adalah dengan menggunakan BB/TB


karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan
spesifik. Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal perkembangan BB akan searah dengan pertambahan TB dengan
kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menanyakan status saat ini, terlebih bila data umur akurat sulit diperoleh. Oleh
karena itu, indeks BB/TB disebut pula indikator status gizi yang independen
terhadap umur karena indeks BB/TB dapat memberikan gambaran tentang
proporsi berat badan relative terhadap indikator kekurangan, seperti halnya
dengan indeks BB/U.

 Kelebihan :
- Tidak memerlukan data umur
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
- Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
 Kekurangan :

5
- Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak pendek atau cukup TB atau
kelebihan TB menurut umur
- Sulit melakukan pengukuran TB pada balita
- Pengukuran relatif lebih lama

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT-BMI (Body Mass Index) merupakan indeks antropometri yang sering


digunakan untuk menilai status gizi individu maupun masyarakat karena cukup
peka untuk menilai status gizi orang dewasa di atas 18 tahun. IMT dapat
dihubungkan dengan persen lemak tubuh.

IMT dihitung dengan pembagian berat badan (kg) oleh tinggi badan (m²).
korelasi berat badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, kendati
sebagian orang dengan lean body mass yang tinggi bisa memberikan IMT yang
tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk.

Cara menghitung IMT :


BB(Kg)
IMT =
TB2 (m)
Batas ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal
20,1-25,0) dan perempuan (normalnya 18,7-23,8). Untuk menentukan
kategori kurus tingkat berat pada laki-laki dan perempuan juga ditentukan
ambang batas.

Berikut kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Tabel 1.1
Kategori Ambang Batas IMT Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,5
Normal BB ideal >18,7-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0

6
Kelebihan BB tingkat berat >27,0
 Kelebihan IMT :
- Pengukuran sederhana dan mudah dilakukan
- Dapat menentukan kelebihan dan kekurangan berat badan
 Kekurangan IMT :
- Hanya dapat digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa
- Tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil
- Tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi bagi orang yang
menderita sakit edema, asites dan hepatomegaly

5. Indeks Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)

LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB, LLA
merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-uabh cepat, karenanya
baik untuk menilai status gizi masa kini.

Gambar 3. Mengukur Lingkar Lengan Atas


 Kelebihan :
- Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
- Alat ukur murah, sederhana. Sangat ringan, dapat dibuat sendiri, dan
kader posyandu dapat melakukannya.
- Dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca, dengan
memberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi.
 Kekurangan :
- Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
- Sulit menemukan ambang batas
- Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun

6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur

7
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal: lengan atas (trisep dan bisep),
lengan bawah (foream), tulang belikat (subscapular), ditengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha,
tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calv).

Lemak dapat diukur secara absolut (kg) dan secara relatif (%) terhadap
berat badan total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis
kelamin dan umur. Lemak bawah kulit pria 3.1 kg dan wanita 5.1 kg.

Gambar 4. Mengukur Tebal Lemak Bawah Kulit

7. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul

Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan


metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak
bebas, disbanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan.
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit
yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Ukuran yang umum
digunakan adalah rasio lingkar pinggang-panggul.

Pengukuran lingkar pinggang dan panggung harus dilakukan oleh tenaga


terlatih dan posisi pengukuran harus tepat, karena perbedaan posisi pengukuran
memberikan hasil yang berbeda.

8
Gambar 5. Mengukur Lingkar Panggul

2.2 Penggunaan Indeks Antropometri Gizi

1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan


umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang
(underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting
diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami
masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau
BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.

2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi


badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak
yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan
oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit.

Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat


diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali)
biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di
Indonesia.

Ukuran panjang badan (PB) Digunakan untuk anak umur 0 -24 bulan yang
diukur terlentang. Bila anak umur 0-24 Bulan diukur berdiri, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm

9
Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan
yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm

3) Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau


BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak
sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely
wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight).
Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi
yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).

4) Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi


kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan
grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun
indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak
dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani
lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.

2.3 Klasifikasi Status Gizi

Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan adanya batasan-


batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan dari setiap negara relative
berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut,
berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis.

Standar/baku antropometri yang sering digunakan yakni baku Harvard dan


baku WHO-NCHS. Beberapa jenis klasifikasi telah dikemukakan antara lain
oleh : Welcome, Gomez, Jelliffe, Bengoa, dan Waterlow. Masing-masing
klasifikasi mempunyai pertimbangan tertentu untuk penentuan status gizi. Berikut
beberapa klasifikasi status gizi :

10
a. Klasifikasi Menurut Gomez (1956)

Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard. Indeks
yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). Sebagai baku patokan
digunakan persentil 50 (Supariasa, dkk. 2002).

Tabel 1.2

Klasifikasi Status Gizi Menurut Gomez

Kategori (Derajat KEP) BB/U (%)


0 = Normal Lebih dari 90 %
1 = Ringan 89 – 75 %
2 = Sedang 76 – 60 %
3 = Berat < 60 %

b. Klasifikasi Menurut Jelliffe

Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur
(Supariasa, dkk. 2002).

Tabel 1.3

Klasifikasi Status Gizi Menurut Jeffille

Kategori BB/U (%)


KEP I 90 – 80 %
KEP II 80 – 70 %
KEP III 70 – 60 %
KEP IV < 60 %

c. Klasifikasi Menurut Bengoa

11
Tabel 1.4

Klasifikasi Status Gizi Menurut Bengoa

Kategori BB/U (%)


KEP I 90 – 76 %
KEP II 75 – 61 %
KEP II Semua penderita dengan endema

d. Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999)

Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun
1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, gizi lebih, gizi baik, gizi
sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Indeks yang digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U) (Supariasa, dkk. 2002).

Tabel 1.5

Klasifikasi Status Gizi Menurut Depkes RI

Kategori Cut of Point Laki-laki dan Perempuan


Gizi Lebih >120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Baik 80 % - 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Sedang 70 % - 79,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Kurang 60 % - 69,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Buruk < 60 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

e. Klasifikasi Cara WHO

Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standar yang
digunakan adalah NCHS (National Centre For Health Statistics, USA) (Supariasa,
dkk. 2002).

Tabel 1.6

12
Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi


Normal Rendah Rendah Baik, Pernah Kurang Gizi
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Jangkung, Masih Baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk, Kurang
Rendah Normal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, Obesitas
Tinggi Tinggi Normal Lebih, Tidak Obesitas
Tinggi Normal Rendah Lebih, Pernah Kurang

f. Klasifikasi Menurut IMT

IMT merupakan salah satu alat ukur untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Batas ambang IMT untuk Indonesia ditentukan dengan merujuk pada ketentuan
FAO/WHO 2005

Tabel 1.7

Klasifikasi Status Gizi Menurut IMT

Kategori Keterangan IMT


Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

g. Klasifikasi Menurut Waterlow

Tabel 1.8

Klasifikasi Status Gizi Menurut Waterlow

Kategori Stunting Wasting


(Tinggi Badan Menurut (Berat Badan Menurut
Umur Umur)

13
0 > 95 % > 90 %
1 95 – 90 % 90 – 80 %
2 89 – 85 % 80 – 70 %
3 > 85 % < 70 %

2.4 Aplikasi Antropometri di Indonesia

Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi sudah semakin luas
digunakan dalam program gizi, antara lain :

1) Kualitas sumber daya manusia

2) Penilaian status gizi

3) Pemantauan pertumbuhan anak

4) Survey nasional vitamin A

5) Susenas

6) Pemantauan Status Gizi

7) Pengukuran TBABS

8) Kegiatan penapisan

9) Kegiatan di klinik

10) Swa uji risiko KEK

11) KMS ibu hamil

12) Pemantauan status gizi orang dewas

BAB III

PENUTUP

14
3.1 Kesimpulan

Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu


atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan dan tingkat gizi. Yang
termasuk indeks antropometri yaitu, Indeks BB/U, indeks TB/U, indeks BB/TB,
IMT, indeks LLA/U, tebal lemak bawah kulit menurut umur, dan rasio lingkar
pinggul dan panggul. Setiap indeks antropometri memiliki kelebihan dan
kekrangan masing-masing.
Standar/baku antropometri yang sering digunakan yakni baku Harvard dan
baku WHO-NCHS. Beberapa jenis klasifikasi telah dikemukakan antara lain
oleh : Welcome, Gomez, Jelliffe, Bengoa, dan Waterlow. Masing-masing
klasifikasi mempunyai pertimbangan tertentu untuk penentuan status gizi.

3.2 Saran

Untuk melakukan pengukuran dengan berbagai indeks antropometri,


sebaiknya harus dilakukan oleh tenaga terlatih agar hasil pengukuranya pun baik
dan setidaknya meminimalisir terjadinya kesalahan hasil pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Christy J, Bancin J. L. 2020. “Status Gizi Lansia”. Yogyakarta : Deepublish (CV


Budi Utama)

Nusi, Iswan A, Dkk. 2019. “Buku Ajar Diet hati”. Surabaya: Airlangga
University Press

15
Kusmawati, Wiwik, Dkk. 2019. “Buku Ajar Ilmu Gizi Olahraga”. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia.

Par’I, H. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Adriani M, Wijadmadi B. 2014. “Gizi Dan Kesehatan Balita”. Jakarta :


KENCANA PRENADA MEDIA GRUP

Adriani M, Wijadmadi B. 2012. “Pengantar Gizi Masyarakat”. Jakarta :


KENCANA PRENADA MEDIA GRUP

Adriani M, Wijadmadi B. 2012. “Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan”.


Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GRUP

16

Anda mungkin juga menyukai