DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
MANADO
2021
i
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Penggunaan Antropometri pada Anak dan Dewasa” ini sebagai bentuk
pemenuhan tugas pada mata kuliah Penentuan Status Gizi. Kami juga berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR…………………………………………………………………......i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………........ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………......iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………......IV
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………….....1
1.3 Tujuan………………………...…………………………………………….....2
BAB II : ISI…………………………………………………………………….....3
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………......15
3.2 Saran……………………………………………………………………….....15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....16
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dari
makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan proses metabolisme
tubuh. Dalam KBBI gizi dapat diartikan sebagai zat makanan pokok yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Zat gizi adalah zat yang
terdapat dalam makanan dan sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolisme, mulai dari proses pencernaan,penyerapan makanan dalam usus
halus, transportasi oleh darah untuk mencapai target dan menghasilkan
energi,pertumbuhan tubuh, proses biologis, penyembuhan penyakit dan daya
tahan tubuh.
1
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang bagaimana
penggunaan metode antropometri khusunya pada anak dan orang dewasa untuk
mengetahui status gizi mereka. Selain itu dalam makalah ini juga akan membahas
mengenai indeks-indeks antropometri, pengklasifikasian status gizi, serta aplikasi
antropometri di Indonesia.
2
BAB II
ISI
Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,
tulang, dan otot, dan di antara beberapa macam indeks antropometri, indeks BB/U
merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U menunjukkan
secara sensitif status gizi (saat diukur) karena mudah berubah.
Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang
digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Kurang berat badan tidak hanya
menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup, tetapi juga mencerminkan
keadaan sakit yang baru saja dialami, seperti mencret yang mengakibatkan
berkurangnya berat badan.
3
Gambar 1. Mengukur Berat Badan
Kelebihan :
- Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
- Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
- Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena
infeksi atau KEP
- Growth monitoring
- Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
Kekurangan :
- Kadang umur secara akurat sulit didapat
- Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita
- Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian
atau gerakan anak saat ditimbang
Indeks TB/U lebih menggambarkan tentang status gizi masa lalu dan juga
lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu, indeks
TB/U selain digunakan sebagai indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai
indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat.
4
Gambar 2. Mengukur Tinggi Badan
Kelebihan :
- Baik untuk menilai status gizi masa lampau
- Alat dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawah
- Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
Kekurangan :
- Tinggi badan cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
- Diperlukan beberapa orang untuk melakukan pengukuran, karena
anak biasanya relative sulit berdiri tegak
- Ketepatan umur sulit didapat
Kelebihan :
- Tidak memerlukan data umur
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
- Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
Kekurangan :
5
- Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak pendek atau cukup TB atau
kelebihan TB menurut umur
- Sulit melakukan pengukuran TB pada balita
- Pengukuran relatif lebih lama
IMT dihitung dengan pembagian berat badan (kg) oleh tinggi badan (m²).
korelasi berat badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, kendati
sebagian orang dengan lean body mass yang tinggi bisa memberikan IMT yang
tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk.
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,5
Normal BB ideal >18,7-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0
6
Kelebihan BB tingkat berat >27,0
Kelebihan IMT :
- Pengukuran sederhana dan mudah dilakukan
- Dapat menentukan kelebihan dan kekurangan berat badan
Kekurangan IMT :
- Hanya dapat digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa
- Tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil
- Tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi bagi orang yang
menderita sakit edema, asites dan hepatomegaly
LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB, LLA
merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-uabh cepat, karenanya
baik untuk menilai status gizi masa kini.
7
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal: lengan atas (trisep dan bisep),
lengan bawah (foream), tulang belikat (subscapular), ditengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha,
tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calv).
Lemak dapat diukur secara absolut (kg) dan secara relatif (%) terhadap
berat badan total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis
kelamin dan umur. Lemak bawah kulit pria 3.1 kg dan wanita 5.1 kg.
8
Gambar 5. Mengukur Lingkar Panggul
2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U)
Ukuran panjang badan (PB) Digunakan untuk anak umur 0 -24 bulan yang
diukur terlentang. Bila anak umur 0-24 Bulan diukur berdiri, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm
9
Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan
yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak
sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely
wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight).
Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi
yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
10
a. Klasifikasi Menurut Gomez (1956)
Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard. Indeks
yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). Sebagai baku patokan
digunakan persentil 50 (Supariasa, dkk. 2002).
Tabel 1.2
Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur
(Supariasa, dkk. 2002).
Tabel 1.3
11
Tabel 1.4
Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun
1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, gizi lebih, gizi baik, gizi
sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Indeks yang digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U) (Supariasa, dkk. 2002).
Tabel 1.5
Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standar yang
digunakan adalah NCHS (National Centre For Health Statistics, USA) (Supariasa,
dkk. 2002).
Tabel 1.6
12
Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO
IMT merupakan salah satu alat ukur untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Batas ambang IMT untuk Indonesia ditentukan dengan merujuk pada ketentuan
FAO/WHO 2005
Tabel 1.7
Tabel 1.8
13
0 > 95 % > 90 %
1 95 – 90 % 90 – 80 %
2 89 – 85 % 80 – 70 %
3 > 85 % < 70 %
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi sudah semakin luas
digunakan dalam program gizi, antara lain :
5) Susenas
7) Pengukuran TBABS
8) Kegiatan penapisan
9) Kegiatan di klinik
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nusi, Iswan A, Dkk. 2019. “Buku Ajar Diet hati”. Surabaya: Airlangga
University Press
15
Kusmawati, Wiwik, Dkk. 2019. “Buku Ajar Ilmu Gizi Olahraga”. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia.
16